Anda di halaman 1dari 15

Perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cells) mengalami kemajuan yang

pesat pada dasawarsa terakhir. Para peneliti menggunakan sel punca untuk mengetahui dan
mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia serta patogenesis
penyakit-penyakit yang diderita. Sel Punca juga dapat digunakan sebagai jalan keluar penyakit
degeneratif yang bersifat ireversibel sehingga stem cell merupakan harapan baru bagi terapi
kedokteran dimasa yang akan datang. Sel punca mesenkimal menurut Aggarwal (2005) mampu
meningkatkan toleransi yang dapat mengurangi risiko graft versus host-disease (GVHD),
penolakan (rejeksi) dan peradangan

(inflamasi).

Hal

tersebut

membuat

sel punca

mesenkimal menarik untuk riset masa depan sejauh penggunaannya dalam setting alogenik
diperhatikan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1
1.2.2

Bagaimana karakteristik mesenkimal stem cell?

Bagaimana teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi mesenkimal stem cell?

1.3 Tujuan
1.3.1

Mengetahui karakteristik mesenkimal stem cell

1.3.2

Mengetahui teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi mesenkimal stem cell

1.4 Manfaat
Memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai karakteristik mesenkimal
stem cell beserta teknik isolasi, kulturisasi, diferensiasi, dan kriopreservasi dari stem cell

mesenkimal di lembaga penelitian yang berfokus pada sel punca dan diagnostik kanker, Stem
Cell and Cancer Institute (SCI) , PT. Kalbe Farma.

II. DAFTAR PUSTAKA

2.1 Sel Punca


Sel Punca atau stem cell adalah sel yang tidak atau belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan atau potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang spesifik yang
membentuk berbagai jaringan tubuh. Sel Punca mempunyai 2 sifat yang khas yaitu mampu
berdiferensiasi dan mampu memperbanyak diri sendiri. Differentiate yaitu kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi sel lain. Sel Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang
khas (spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas dan lain-lain.
Self regenerate atau self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi
dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui
pembelahan sel (Jusuf, 2008) .
Menurut Jusuf (2008) berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi
a.

Totipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk
dalam sel punca totipoten adalah zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal
yang mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel termasuk sel-sel yang
menyusun plasenta dan tali pusat. Karenanya sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan

untuk membentuk satu individu yang utuh.


b. Pluripoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal (ektoderm,
mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik seperti plasenta

dan tali pusat. Yang termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik (embryonic stem
cells).
c. Multipoten yaitu sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang terdapat pada sumsum
tulang yang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
yang terdapat di dalam darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya
adalah sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan berdifferensiasi
menjadi sel saraf dan sel glia.
d. Unipotent yaitu sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel. Berbeda
dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih dapat memperbaharui atau
meregenerasi diri (self-regenerate/self renew) Contohnya erythroid progenitor cells
hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

2.2 Jenis-jenis Stem Cell


Stem Cell adalah sel yang mampu untuk memperbarui diri dan berdiferensiasi kedalam
bentuk sel yang lain. Menurut sumbernya stem cell dapat diklasifikasikan kedalam embryonik
stem cell dan adult stem cell yang berisikan hematopoetic, neural crest derived dan mesenkimal
stem cell. Sumber baru dari stem cell telah dibuat, dikenal dengan induced pluripotent stem cells
(Kaebisch, 2014).
Secara garis besar, menurut sifat totipotensinya, stem cell dapat dikategorikan menjadi dua
kategori besar, yaitu stem cell dewasa (adult stem cells) yang berasal dari sumsum tulang
belakang atau sel darah tepi orang dewasa yang diambil melalui operasi dan stem cell embrionik

(embryonic stem cell) yang berasal dari embrio (janin). Stem cell dewasa memiliki keterbatasan
diferensiasi dalam hal pembentukan tipe sel dibandingkan dengan stem cell embrionik.
Kelompok stem cell dewasa dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu stem cell
turunan dari sumsum tulang (bone marrow-derived stem cell), stem cell spesik di dalam organ,
dan induced pluripotent stem cell (iPSC) yang disebut juga sebagai stem cell pluripoten yang
dinduksi (diprogram ulang sehingga bersifat seperti halnya stem cell embrionik). Selain itu
stem cell dari sumsum tulang dapat dibagi lagi menjadi stem cell hematopoitik, sel progenitor
(prekursor), dan stem cell mesenkimal (mampu berdiferensiasi menjadi sel penyusun jaringan
ikat) (Rachman, 2013).

2.3 Mesenkimal Stem Cell


Stem cell mesenkimal terdapat di seluruh organ tubuh terutama di daerah perivaskuler.
Terdapat tiga sumber stem cell mesenkimal terbanyak yaitu jaringan adiposa, darah tali pusat,
dan sumsum tulang (Kern, 2006).

Stem cell mesenkimal dapat berdiferensiasi menjadi sel

adipogenik, myogenik, kardiomyogenik, kondrogenik, dan osteogenik. Karakteristik khas stem


cell mesenkimal ialah tidak adanya penanda stem cell hematopoietik. Stem cell mesenkimal
dapat mengalami transdiferensiasi menjadi kardiomiosit dan sel jantung lainnya yang dapat
meningkatkan fungsi jantung serta remodeling melalui pusat pengaturan stromal derived factor
(SDF-1/CXCR-4) (Sardjono, 2009a ). SDF-1 merupakan molekul di permukaan sel stroma
sumsum tulang sekaligus ligan dari CXCR-4 yang terdapat di

permukaan

stem cell

mesenkimal. Melalui pusat pengaturan SDF-1/CXCR-4, bila terjadi kerusakan jaringan seperti
infark, segera terjadi migrasi stem cell ke daerah tersebut yang selanjutnya dapat membantu
proses regenerasi sel jantung. Studi mengenai stem cell mesenkimal ini pertama kali dilaporkan
pada tahun 2001 di Jerman yang dilakukan pada seorang laki-laki yang mengalami infark

miokard. Hasilnya, daerah infark mengecil dengan fraksi ejeksi, indeks kardiak, dan volume
sekuncup naik sebesar 20-30%. Pada studi lainnya, juga ditemukan peningkatan signifikan dari
fungsi jantung setelah dilakukan terapi (Schuleri, 2002). Banyaknya publikasi itu, membuka
wawasan bagi peneliti dan klinisi dalam mengaplikasikan terapi stem cell mesenkimal pada
pengobatan infark miokard.

Gambar 2.1 Diferensiasi Multilineages Mesenkimal Stem cell (MSC) dan aditif yang
digunakan untuk merangsang diferensiasi sel (Sardjono, 2009 b)

2.4 Teknik Isolasi, Kulturisasi, Diferensiasi, dan


Kriopreservasi Mesenkimal Stem Cell
Sumsum tulang manusia merupakan sumber potensial dari stem cell mesenkimal. Stroma
sumsum tulang merupakan salah satu organ yang dibentuk oleh stem cell mesenkimal. Oleh
karena itu stem cell mesenkimal seringkali disebut sel stromal multipoten. Secara teoritis, stem
cell mesenkimal terdapat pada seluruh organ tubuh manusia, lebih tepatnya bagian dari populasi
sel yang terdapat di daerah perivaskular. Pertimbangan jumlah sel, aksesibilitas, dan hasil
penelitian yang telah dilakukan maka terdapat tiga sumber yang paling banyak digunakan untuk

mendapatkan stem cell mesenkimal, yaitu sumsum tulang, darah tali pusat, dan jaringan adiposa.
Jumlah stem cell mesenkimal jaringa adiposa lebih banyak dibandingkan stem cell mesenkimal
dari kedua sumber lainnya. Literatur ilmiah menyebutkan bahwa persentase isolasi stem cell
mesenkimal dari jaringan adiposa menyamai sumsum tulang yaitu 100%. Isolasi stem cell
mesenkimal pada darah tali pusat sangat sulit dilakukan, sehingga persentase keberhasilan
isolasinya pun hanya berkisar 29-63%. Meskipun demikian, stem cell mesenkimal yang didapat
dari darah tali pusat memiliki potensi proliferasi yang jauh lebih tinggi, terutama bila
dibandingkan stem cell mesenkimal dari sumsum tulang. Hingga saat ini karakteristik absolut
stem cell mesenkimal masih banyak dipertanyakan, terutama yang menyangkut model protein
permukaan yang terdapat padanya. Sebagai contoh dari ketidaksesuaian ini adalah keberadaan
CD29, CD44, dan CD166 yang sebenarnya juga banyak dimiliki stem cell mesenkimal. Selain itu
stem cell yang diisolasi dari jaringan adiposa juga menunjukkan ekspresi CD34 dan CD54 pada
permukaannya. Dalam hal potensi diferensiasi, sejumlah peneliti juga melaporkan bahwa stem
cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat hanya mampu membentuk dua jalur
diferensiasi, yaitu kondrogenik dan osteogenik (Halim, 2010).
Sesuai bentuk sumbernya, maka langkah awal yang dilakukan dalam rangka isolasi stem
cell mesenkimal dari sumsum tulang dan darah tali pusat adalah dengan mendapatkan populasi
sel mononuklear terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa FicollHypaque dan berdasarkan prinsip perbedaan gradien antar masing-masing populasi sel yang
terkandung dalam cairan darah. Berbeda dengan hal tersebut isolasi stem cell mesenkimal dari
jaringan adiposa dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan degraasi protein terhadap jaringan
kolagen yang menyelimuti stem cell mesenkimal dalam jaringan adiposa. Degradasi protein
secara enzimatik ini biasanya dilakukan dengan pemberian enzim kolagenase (Halim, 2010).

Sifat mesenkimal stem cell yang menempel pada dasar cawan kultur menyebabkan populasi
sel mononuklear yang dikultur dan menempel pada dasar cawan dapat diperkirakan terdiri dari
stem cell mesenkimal. Setelah melewati beberapa kali subkultur, kemurnian populasi stem cell
mesenkimal diperkirakan telah optimal. Kemurnian ini selanjutnya dapat diuji dan dipastikan
kembali dengan menggunakan Fluorescence activated sel sorting (FACS) yaitu berdasarkan
prinsip keberadaan molekul protein permukaan stem cell mesenkimal (Halim, 2010).
Menurut Halim (2010) sesuai konsensus yang dikeluarkan oleh The International society of
Celluler Therapy, sebuah sel yang tergolong stem cell mesenkimal harus memiliki karakteristik
berikut:
Bila dikultur dalam sebuah cawan kultur plastik, maka sel tersebut akan menempel pada
permukaan cawan.
Memiliki molekul permukaan (cluster of differentiation, CD): CD73, CD90, dan CD105.
Berbeda dengan stem cell hematopoetik, stem cell mesenkimal tidak mengekspresikan CD34,
CD14, dan CD45, serta HLA-DR.
Mampu berdiferensiasi sesuai tiga jalur utama diferensiasi mesenkimal, yaitu osteogenik
(menjadi tulang/osteosit), kondrogenik (menjadi sel tulang rawan/kondrosit), dan adipogenik
(menjadi sel lemak/osteogenik).
Dua metode yang paling sering digunakan dalam identifikasi dan isolasi stem cell dewasa
adalah pemisahan sel mononuklear yang mengandung stem cell, pada darah tepi. Darah tali
pusat, dan sumsung tulang; serta identifikasi dan isolasi stem cell yang terkandung dalam
populasi

multiseluler

dengan

menggunakan

Fluorescent

activated

cell

sorting

(FACS) /flowcytometry. Metode yang paling umum digunakan dalam isolasi populasi sel
mononuklear adalah berprinsip sentrifugasi perbedaan densitas (dencity gradient centrifugation).
Medium gradien densitas yang umumnya digunakan untuk meakukan hal ini adalah Ficoll
-Hypaque. Ficoll Hypaaque adalah polimer dekstran yang menginduksi agregasi eritrosit, yang
dicampur dengan senyawa aromatik teriodinisasi untuk meningkatkan osmolaritas dan densitas

cairan. Populasi sel mononuklear dapat diisolasi dengan menggunakan satu lapis medium,
dengan densitas 1,007 g/mL (Halim, 2010).
Teknik ideal dan menjanjikan untuk memperoleh populasi murni sel yang dikehedaki
berdasarkan

berbagai

parameter

yang

menunjukkan

karakteristiknya

adalah

dengan

menggunakan flow cytometer. Secara garis besar flow cytometry terdiri dari tiga sistem yang
bekerja secara seksama, yaitu sistem fluiditik (hidrodinamik), sistem optik dan sistem konputer.
Penanda fluorescent melekat pada reseptor permukaan stem cell secara spesifik, sehingga stem
cell dapat dikenali sebagai sel yang berpijar saat dikenai sinar laser yang dikeluarkan oleh flow
cytometer (Halim, 2010).
Medium yang biasa digunakan untuk kulturisasi stem cell mesenkimal adalah -modified
eagles medium atau MEM dan Dulbeco modified eagles medium (DMEM) ke medium tersebut
biasanya ditambahkan L-glutamin, serta hanya mengandung sedikit kadar glukosa. Uji
diferensiasi pada stem cel mesenkimal dilakukan dengan menambahkan senyawa yang mampu
merangsang terjadinya diferensiasi yang diinginkan. Selain dengan berdiferensiasi stem cell
mesenkimal diduga dapat mengatasi penyakit degeneratif dengan menjadi sel tropik (Halim,
2010).
Simpan beku (kriopreservasi) dapat didefinisikan sebagai sebuah metode untuk menyimpan
sel dalam keadaan inaktif, dengan cara melakukan pendinginan hingga mencapai suhu dibawah
0oC (subzero), sehingga dapat digunakan untuk reaktivasi di kemudian hari dengan cara
melakukan pencairan. Suhu paling ideal untuk menyimpan sel dalam waktu yang lama adalah
-196oC (dalam nitrogen cair). untuk melindungi sel dari bahaya kematian, maka krioprotektan
selalu ditambahkan pada medium yang mengandung populasi sel yang dibekukan.

Jenis

krioprotektan yang sering digunakan adalah dimethylsulfoxide (DMSO) dan etilen glikol. Metode
yang paling banyak dijadikan standar kriopreservasi adalah metode pendinginan lambat (slow
cooling), pendinginan dilakukan secara bertahap, sehingga membutuhkan waktu 90 menit s.d. 5

jam. Namun metode ini memiliki sejumlah kelemahan. Salah satu alternatifnya adalah metode
vitrifikasi yaitu pendinginan sel berlangsung dengan amat cepat, sehingga diharapkan sel dan
lingkungan sekitarnya didalam medium kriopreservasi berubah menjadi vitreus atau glassy state
(memiliki tingkat viskositas yang sangat tinggi layaknya kaca) ( Halim, 2010).

2.5 Mekanisme stem cell dalam regenerasi


Homing merupakan aktivitas stem cell untuk kembali kerumahnya, yaitu jaringan atau organ
tubuh yang rusak dan hendak diperbaiki. Salah satu contoh protein yang berperan dalam
rangsang aktivitas homing stem cell adalah sphingosine 1-phosphate (S1P). Senyawa ini
memiliki reseptor S1P3 yang dimiliki oleh stem cell mesenkimal, sehingga memungkinkan
adanya perlekatan antara keduanya. Interaksi selular tersebut akan mengarahkan stem cell untuk
berdiferensiasi menjadi miofibroblas sekaligus bergerak menuju ke organ hati yang mengalami
fibrosis, setelah stem cell diadministrasikan secara sistemik atau secara langsung sampai pada
jaringan yang dituju, maka mekanisme regenerasi jaringan yang rusak pun segera dimulai.
Mekanisme perbaikan jaringan yang rusak dengan menggunakan stem cell terdiri dari dari dua
jenis, yaitu diferensiasi stem cell dan produksi faktor pertumbuhan. Terapi stem cell yang
ditujukan untuk penderita kelainan tulang dan otot paling mungkin menggunakan stem cell
mesenkimal. Hal ini berdasarkan kemampuan stem cell mesenkimal berdiferensiasi menjadi sel
tulang, sel tulang rawan, sel lemak, sel tendon, dan sel stromal sumsum tulang (Halim, 2010).
Stem cell mesenkimal mampu bertindak sebagai sel tropik dalam proses hematopoetik
dengan memproduksi sejumlah sitokinin dan faktor pertumbuhan hematopoetik IL-6, IL-7, IL-8,
IL-11, IL-12, IL-14, SCF, flt3 ligan (FL), dan macrophage-colony stimulating factor (M-CSF).
Faktor atau protein penanda homing stem cell mesenkim lainnya yang berhasil di identifikasi
adalah monocyte chemotactic protein-3 (MCP-3) (Halim, 2010).

HOME

PERAWATAN

JADWAL PRAKTEK

Mesenchymal Stem Cell

Home

Mesenchymal Stem Cell

13 JUL 13

Mesenchymal Stem Cell

Mesenchymal Stem Cell adalah sel istimewa dalam tubuh yang bersifat multipoten.
Artinya sel tersebut mampu berdiferensiasi (berubah) menjadi beberapa jenis sel atau
organ sesuai kebutuhan tubuh. Mesenchymal stem cell (MSC) bekerja dengan cara
mendeteksi homing signal bernama CXCL12 yang dikeluarkan oleh jaringan/organ yang

telah bermasalah. MSC ini kemudian akan bergerak menuju jaringan yang bermasalah,
berikatan sesuai dengan reseptor (CXCR4) yang dipancarkan oleh sel tersebut,
berdiferensiasi dan memperbaiki jaringan rusak tersebut.

Sumber Mesenchymal Stem Cell

Jumlah stem cell (sel punca) dalam tubuh kita akan semakin berkurang dengan
bertambahnya umur. Jumlah MSC saat anak-anak adalah kira-kira 1 di antara 10.000 sel,
saat dewasa muda berkurang menjadi 1 diantara 100.000 sel, sedangkan saat memasuki
paruh baya jumlahnya menjadi sekitar 1 diantara 1.000.000 sel dan saat manula hanya
berjumlah 1 diantara 2.000.000 sel. Demikian juga dengan stem sel lainnya seperti
Potensial Stem Cell, jumlah mereka akan berkurang sesuai dengan bertambahnya umur
dan inilah yang disebut Proses Penuaan. Suatu keadaan dimana kecepatan sel tubuh
beregenerasi (memulihkan diri) tidak mampu mengimbangi kecepatan kerusakan sel yang
terjadi, sebagai akibat menurunnya jumlah stem sel ini dalam tubuh. Manisfestasi yang
terlihat adalah bertambahnya keriput di kulit, stamina yang menurun, munculnya
penyakit-penyakit degeratif dll. Saat ini pula kita membutuhkan Terapi MSC.
Sumber Mesenchymal Stem Cell (MSC) dapat diperoleh dari beberapa bagian tubuh,
seperti misalnya dari jaringan adipose (lemak), sumsum tulang, kulit dan darah tali pusat
bayi. Saat ini MSC yang paling sering dipakai adalah yang berasal dari jaringan adipose.

MSC berkualitas ini bisa diperoleh dari jaringan adipose setelah sel-sel yang dikoleksi
dari jaringan sumber diolah terlebih dahulu di laboratorium selular.
Dari Penyakit Imun Sampai Penyakit Tulang

Beberapa penyakit seperti penyakit imun, gangguan hati, penyakit tulang dan sebagainya
dapat diatasi dengan terapi MSC. Penelitian mengenai terapi MSC ini telah dilakukan
oleh banyak pakar anti aging , diantaranya oleh Hare MJ dan rekan-rekannya yang
melakukan penelitian pemberian terapi MSC sebanyak 5 juta sel/kgBB kepada pasien
pasca Acute Myocardial Infarction (penyakit jantung) melalui pembuluh darah, dan telah
dipublikasikan di Journal American College of Cardiology tahun 2009. Dalam laporan ini
disebutkan adanya perbaikan signifikan terhadap jumlah volume dan sirkulasi darah pada
pasien yang mendapat terapi MSC tersebut.
Laporan baik lain datang dari Kharaziha P. dan rekan-rekannya yang melakukan
penelitian terhadap 8 pasien Liver Cirrhosis (4 pasien Hepatitis B, 1 pasien Hepatitis C, 1
pasien Alkoholik dan 2 pasien Cryptogenik) dengan pemberian injeksi Autologous MSC
dan dipublikasikan di European Journal Gastroenterology and Hepatology tahun 2009.
Mereka melaporkan setelah 24 minggu terjadi perbaikan fungsi dan anatomi liver secara
signifikan.
Banyak penelitian lain menyebutkan bahwa MSC dapat meningkatkan produksi kolagen
dan elastin pada kulit serta dapat menghambat aktifitas tyrosinase sehingga dapat
menurunkan produksi melanin, sel yang bertanggung jawab membuat kulit menjadi
kelihatan gelap dan kusam. Sehingga MSC sekarang banyak dipakai dibidang estetik dan
anti aging juga.
Kekeliruan yang Sering Terjadi

Di luar sering terjadi kesalahpahaman mengenai stem cell atau sel punca ini. Misalnya
Platelet Rich Plasma (PRP) yang berasal dari hasil centrifuge darah tepi mengandung
banyak growth factor tetapi bukan stem cell.
Kemudian ekstrak jaringan seperti dari plasenta dan embrio juga mungkin mengandung
banyak hormon dan growth factor namun ini juga bukan stem cell.
Prosedur transfer lemak ayng sering disebut adipose stem cells sebenarnya hanya stromal
vascular fraction cell mixture (SVF) juga bukan stem cell.
Dan produk-produk laing yang sering disebut plant stem cells sebenarnya adalah ekstrak
dari kultur meristem apical dan ini juga bukanlah stem cell.

Anda mungkin juga menyukai