Anda di halaman 1dari 4

2.7.

Kasus dan Penjelasannya


Adidas AG merupakan peruasahaan yang mendunia, dan tentunya tidak
luput dari kasus-kasus yang mengiringi perusahaan ini. Scandal-scandal yang
dimiliki Adidas AG sering berkisaran pada permasalahan pegawai (employee),
berikut adalah kasus-kasu yang kami dapatkan seputar Adidas AG dan
employementnya :
2.7.1. Kasus Child Labour
Sumber berasal dari The Guardian UK News, disini The Guardian UK
News menuliskan sebuah artikel atau berita berjudul Child Labour Scandal
Hits Adidas pada hari Minggu, 19 November 2000. Didalam artikel ini
dijelaskan bahwa produk baju dari adidas dimuat di dua pabrik dimana pabrik
tersebut menggunakan pekerja anak (child labour), pemaksaan lembur, dan
bahkan terjadi pelecehan seksual.
Perwakilan pekerja dari dua pabrik Indonesia yang memasok
perusahaan Jerman, akan memberitahu anggota parlemen Uni Eropa bahwa di
pabrik-pabrik Nikomax Gemilang dan Tuntex, di ibukota Indonesia dari
Jakarta, bahwa anak-anak berumur 15 :
Dibuat untuk berkerja 15 jam sehari
Dibuat untuk setidaknya bekerja 70 jam satu minggu dan akan dihukum

apabila menolak melakukan kerja lembur


Dibayar dibawah $60/bulan, dimana gaji ini dibawah dari gaji yang harus

dibayar berdasarkan International Labour Organisation


Dihukum untuk mengambil cuti selama kesulitan medis dan pemotongan
ilegal diambil dari upah sebagai hukuman untuk pelanggaran ringan
Bukan hanya itu saja tetapi dalam artikel ini salah seorang pekerja dari

pabrik Bangkoknya Adidas mengatakan bahwa dia dibayar kurang dari 1 euro
per hari dan dia bekerja selama 12 jam setiap harinya. Wanita ini juga berkata
bahwa kondisi pabrik di Thailand sangatlah buruk dan manajement
bertingkah brutal demi memenuhi permintaan dalam waktu yang sangat
terbatas, mereka juga sering menolak permintaan pegawai untuk libur dan
hari sakit. Masalah ini sangat similar dengan apa yang dilaporkan oleh para
pekerja Indonesia.

Juru bicara Adidas, Peter Csanadi, membalas tuduhan tersebut dengan


Kami memiliki pabrik-pabrik dimana kondisi sangat baik dan kami
menganggap seluruh masalah ini dengan sangat serius begitu katanya.
Kami tau kami mememiliki masalah, dan kami harus mengakhiri beberapa
kontrak karena kami melihat bahwa manajemen tidak tertarik dalam kondisi
kerja yang baik. Kami bekerja sangat dekat dengan manajemen pabrik dan
meminta agar mereka memastikan kondisi yang baik untuk para pekerja.
Kami juga punya tim kami sendiri yang pergi ke pabrik untuk menyelesaikan
masalah seperti ini.
Adidas, yang kaos sepak bola menjual di toko high street Inggris
selama lebih dari 50, telah mengakui masalah di dua pabrik di Indonesia,
dan

baru-baru ini meningkat gaji pekerjanya dan mengambil langkah-

langkah untuk meringankan tuntutan lembur. Salinan kartu identitas buruh


sekarang disimpan di pabrik Nikomas untuk memastikan bahwa tidak ada
bawah 18 tahun bekerja di sana.
Perusahaan juga mengakui bahwa pada kuota pabrik Tuntex
ditetapkan terlalu tinggi. Pekerja mengeluh karena didenda karena datang
untuk bekerja lima menit terlambat. Adidas menegaskan bahwa perempuan
yang mengambil cuti saat menstruasi, secara hukum berhak, kehilangan
bonus kehadiran 6.000 Rupiah (50p) dan bahwa manajer telah dipecat karena
pelecehan seksual.
2.7.2. Upah Rendah Pegawai
Voa Indonesia mengeluarkan artikel atau berita berjudul Pekerja
Pabrik Adidas Bentrok dengan Polisi yang dipublish pada tanggal 19
Oktober 2012. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa para pekerja pabrik Adidas
di Tanggerang tengah melakukan demonstrasi terkait upah kerja yang rendah.
Upah kerja di Indonesia ini dianggap sebagai salah satu yang terendah di
Asia, bukan hanya itu saja ternyata suda sering terjadi PHK pada perusahaan
Adidas ini sehingga para pekerja juga meminta untuk dipekerjakan kembali
demi memenuhi kebutuhan hidup.
Juru bicara Adidas di Jerman mengatakan Adidas telah mendesak
Panarub untuk melakukan diskusi kembali dengan serikat pekerja setelah

sekitar 900 pekerja dipecat karena mogok dan menuntut pembayaran, ujar
juru bicara Adidas di Jerman. Adidas mengatakan perusahaan itu tidak akan
mengijinkan pembuatan pesanan oleh subkontraktor tersebut sampai masalah
terselesaikan.
2.7.3. Eksploitasi Adidas
Artikel yang dikeluarkan oleh www.media.waronwant.org berjudul
Adidias Exploitation: The Truth Behind The Brand menjelaskan hasil
pengamatan yang dlakukan oleh peneliti Playfair tentang kondisi pegawai
atau pekerja Adidas. Artikel ini menjelaskan bahwa pada hampir setiap pabrik
yang mereka kunjungi para pekerja mengalami masalah yang sama yaitu:
pembayaran gaji yang rendah, kondisi tempat kerja yang buruk dan ancaman,
hukuman apabila mereka mencoba untuk mengorganisir serikat buruh untuk
membela hak-hak mereka.
Artikel tersebut mengatakan bahwa Adidas telah menghabiskan 100
juta mengamankan posisi mereka sebagai mitra olahraga resmi Olimpiade
London 2012 dan Tim GB, namun jauh dari sorotan Olympic para pekerja
yang membuat pakaian mereka berjuang untuk mendapatkan oleh pada upah
yang bahkan tidak menutupi kebutuhan dasar mereka.
Di Indonesia, pekerja dibayar sesedikit 34p satu jam, bahkan beberapa
pabrik memberikan upah yang tidak mencapai upah minimum legal.
Akibatnya,

pekerja

mengatakan

mereka

melewatkan

makan

untuk

menghemat uang dan bahwa setiap hari seseorang di pabrik mereka pingsan
karena mereka lelah atau kurang sehat. Di Filipina, pekerja mengatakan
bahwa upah dasar mereka tidak memenuhi kebutuhan minimum keluarga
mereka; lebih dari setengah orang-orang yang diwawancarai mengatakan
bahwa mereka terpaksa menggadaikan kartu ATM ke rentenir untuk pinjaman
berbunga tinggi.
Tak satu pun dari para pekerja yang diwawancarai peneliti Playfair di
Cina, Indonesia, Sri Lanka atau Filipina dibayar dengan upah yang dapat
mencakup biaya kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, pakaian,
kesehatan dan pendidikan. Tidak harus seperti ini. Adidas dapat memastikan
bahwa semua pemasok membayar upah layak, melalui praktek-praktek

pembeliannya. Namun meskipun berulang panggilan dari pekerja dan juru


kampanye, Adidas masih menolak untuk berkomitmen upah layak.
Playfair menemukan bahwa pekerja di Cina bekerja dari jam 8 pagi
hinggak 11 malam demi memenuhi kuota produksi. Di Indonesia, Sri Lanka,
dan Philipina pekerjanaya dilaporkan terus bekerja lembur demi memenuhi
target produksi.
Jam kerja yang panjang bukan cuman masalah yang dialami para
pekerja, di Cina para pekerja hidup dalam keadaan ketidakpastiaan permanen
dengan keaman kerja sedikit. Mayoritas pekerka adalah pekerja kontrak
sementara dan kontrak mereka mengatakan bahwa mereka memiliki 2 tempat
kerja sejauh 120 mile. Para pekerja berkata bahwa apabila mereka melanggar
manajer mereka takut akan di pindahkan, atau bahkan dipecat. Para pekerja
juga harus menghadapi tidak dihormatinya mereka ditempat kerja. Di
Indonesia pekerja butuh izin manajer bahkan bila cuman pergi ke toilet.
Pekerja melaporkan mereka dicaci secara lisan dan dilempari sepatu atau
ditampar.
Artikel ini juga mengatakan bahwa Adidas melakukan penindasan
serikat pekerja di seluruh rantai pasokannya daripada memastikan lingkungan
yang positif bagi serikat buruh.

Anda mungkin juga menyukai