Anda di halaman 1dari 11

KoAss

Anak UPH - Kelompok 73


Pre-Test Boks Perinatologi
Periode 10 Agustus 18 Oktober 2015

1. Bayi usia 2 hari post SPP A/S 9/10, sesak (-), demam (-), kuning (+)
Kramer III-IV
a. Diagnosis?
Ikterus Neonatorum
b. Anamnesis? Pemeriksaan Fisik? Lab?
Anamnesis:
Golongan darah Ibu?
Rhesus Ibu?
Infeksi saat kehamilan (mis. TORCH, Hepatitis)?
Timbul ikterus mulai hari ke berapa?
Apakah diberikan ASI eksklusif?
Riwayat kelahiran?
Pemeriksaan Fisik:
Sklera kuning?
Kepala, dada, punggung dan perut kuning?
Lab:
Darah Rutin
Golongan Darah
Rhesus
Bilirubin Total
c. Terapi?
Foto Terapi/ Blue Light
Cek Bilirubin Total setiap hari
Bila disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus,
direkomendasikan transfusi tukar bila bayi menunjukkan
tanda-tanda ensefalopati bilirubin akut (hipotoni, kaki
melengkung, retrocolis, panas, tangis, melengkung tinggi)
atau bila TSB >5 mg/dL (85 mmol/L) di atas garis
d. Prognosis?
Baik bila diberikan foto terapi
Bila dikarenakan inkompatibilitas rhesus dapat menjadi
kerincterus bila tidak segera ditangani (hpoaktif, letargi,
hipotoni, refleks Moro menurun, irritable, hipertoni, kejang,
hipertermia, malas mium)
2. Jelaskan T.Infeksi, Sepsis, Meningitis
Tersangka Infeksi
Batasan:
Keadaan yang merupakan predisposisi untuk infeksi adalah:
Suhu Ibu >380 C
Leukosit Ibu >25.000/mm3
Air ketuban keruh dan bau busuk
Ketuban pecah >12 jam
Partus kasup Partus lama
Terapi:

Pada bayi di atas langsung diberikan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari


I.V. dibagi 2 dosis dan Gentamisin 2.5 mg/kgBB/18 jam I.V. 1 dosis,
untuk bayi cukup bulan dan 2.5mg/kgBB/24 jam I.V. 1 dosis untuk
bayi kurang bulan selama 3-5 hari
Bila selama observasi ditemukan anda infeksi baik klinis dan
laboratoris, antibiotika diganti dengan Cefatzidime 50
mg/kgBB/hari, I.V. dibagi 2 dosis.


Sepsis Neonatorum
Batasan:
Sepsis neonatorum adalah sindroma klinis dari infeksi sistemik pada bayi
yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan
Etiologi:
Bakteri, virus dan jamur. Tersering bakteri, jenis bakteri penyebab
bervariasi tergantung tempat dan waktu.
Langkah Diagnosis:
Diagnosis secara klinis ditegakkan jika ditemukan gejala sepsis yang
terdiri atas:
Gejala umum: bayi tampak lemah, terdapat gangguan minum yang
disertai penurunan berat badan, keadaan umum memburuk,
hipotermi/hipertermi
Gejala SSP: letargi, iritabilitas, hiporefleks, tremor, kejang,
hipotoni/hipertoni, serangan apnea, gerak bola mata tidak
terkoordinasi
Gejala pernapasan: dispnu, takipnu, apnu dan sianosis
Gejala TGI: muntah, diare, meteroismus, hepatomegali
Kelainan kulit: purpura, eritema, pustula, sklerema
Kelainan sirkulasi: pucat/sianosis, takikardi/aritmia, hipotensi,
edema, dingin
Kelainan hematologi: perdarahan, ikterus, purpura
Pemeriksaan yang harus dilakukan:
Darah: Hb, lekosit, diff. count, trombosit, mikro LED dan kultur
LCS: Protein, sel diff.count, pengecatan gram dan kultur
Hasil laboratorium yang membantu untuk diagnosis sepsis adalah bila
ditemukan lebih dari satu hasil laboratorium di bawah ini:
Lekosit <5000/mm3, atau >34000/mm3
I/T ratio 0,2 atau lebih
Mikro LED >15mm/jam
CRP (+) >9 mg/dl
Pengobatan:
Antibiotika:
Ceftazidime 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
Bila dicurigai infeksi oleh karena stafilokokus maka diberikan
Sefalosporin generasi ke-2, 50 mg/kgBB/hari dalam 2 kali
pemberian, bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau
keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke
antibiotika yang lebih poten, misalnya meropenem 20 mg/kgBB
IV, tiap 8 jam atau sesuai dengan hasil tes resistensi

Antibiotika diberikan 7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klins


membaik 5 hari)
Pemberian Cairan:
IVFD Dekstrose 7.5% atau 10% 500cc + Ca glukonas dengan
jumlah sesuai dengan kebutuhan bayi
Mulai hari ke03 baru ditambahkan NaCl 15% 6 cc/kolf
Bila ada tanda dehidrasi atasi dehidrasi
Jika ada asidosis berikan dekstrose dan Bicnat (4:1) sampai secara
klinis tidak ada tanda asidosis. Bila dapat diperiksa analisa gas
darah, asidosis dapat dikoreksi langsung dengan pemberian Bicnat
4,2% secara perlahan-lahan
Bila belum bisa makan peroral beri larutan asam amino 2-3
g/kgBB/hari. Bila sudah bisa makan peroral beri ASI atau susu
formula
Pengobatan suportif:
Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis
Bila ada apnu disertai bradikardi dan sianosis lebih dari 2 episode sehari
cari etiologinya, yaitu hipoglikemia, hiponatremi dll. Dapat
dipertimbangkan pemberian pernapasan mekanik

Meningitis Neonatorum
Batasan:
Meningitis pada neonatus merupakan salah satu manifestasi sepsis
awitan lambat, yaitu sepsis yang timbul antara umur 7-90 hari dan
biasanya ada hubungannya dengan faktor lingkungan
Etiologi:
Organisme yang paling banyak berperan menyebabkan sindrom sepsis
onset lambat adalah Stafilokokus koagulase negatif, Staphylococcus
aureus, E.coli, Klebsiella, Pseudomonas, Enterobacter, Candida,
Streptokokus grup B, Serratia, Acinobacter, dan bakteri anaerob.
Patogenesis:
Kulit, saluran napas, konjungtiva, saluran cerna dan umbilikus menjadi
tempat kolonisasi kuman yang ada di sekitar, yang dapat berlanjut
menjadi sepsis awitan lambat karena invasi mikroorganisme.
Langkah diagnosis:
Klinis mirip dengan sepsis. Gejala dini umumnya iritabel.
Pemeriksaan cairan serebrospinalis:
Tes Pandy: + atau ++
Jumlah sel: umur 0 s/d 48 jam: >100/mm3; umur 2 s/d 7 hari:
>50/mm3; umur >7 hari: >32/mm3
Diff. Count: PMN meningkat, protein meningkat dan glukosa
menurun
Pengecatan gram dan kultur
Pemeriksaan lain: darah rutin, urin rutin, kultur darah, kultur urin, dan
USG transfontanella
Pengobatan:
Ceftazidime 100mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian. Lama pemberian
minimal 21 hari. Bila tidak ada perbaikan klinis dipertimbangkan untuk

pindah antibiotika yang lebih baik antara lain Meropenem 120


mg/kgBB/hari dalam 3 kali pemberian.
Tindak lanjut:
Pemeriksaan USG transfontanel dilakukan pada kasus tersangka infeksi,
sepsis neontorum dengan kecurigaan meningitis dan meningitis neonatal
diulangi pada hari ke-14, bila belum ada perbaikan kelinis dari hasil USG
pada hari ke-14, obat diteruskan sampai 4 minggu, USG diulangi lagi
untuk melihat hasil terapi.
3. Terangkan secara jelas tentang MAS, BP, dan hernia diafragmatika!
SAM (Sindrom Aspirasi Mekonium)
Air ketuban keruh terjadi pada 8%-16% dari seluruh persalinan, terjadi
baik secara fisiologis ataupun patologis yang meunjukkan gawat janin.
Faktor patologis yang berhubungan dengan AKK termasuk hipertensi
maternal penyakit kardiorespiratori maternal, eklampsia, dan berbagai
sebab gawat janin. Keadaan AKK menempati posisi penting sebagai risiko
SAM yang merupakan penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas
janin.
Definisi SAM adalah sindrom atau kumpulan berbagai gejala klinis dan
radiologis akibat janin atau neonatus menghirup atau mengaspirasi
mekonium. Sindrom aspirasi mekonium dapat terjadi sebelum, selama
dan setelah proses persalinan. Mekonium yag terhirup dapat menutup
sebagian atau seluruh jalan napas neonatus. Udara dapat melewati
mekonium yang terperangkap dalam jalan napas neonatus saat inspirasi.
Mekonium dapat juga terperangkap dalam jalan napas neonatus saat
ekspirasi sehigga mengiritasi jalan napas dan menyebabkan kesulitan
bernapas.
Kriteria derajat berat SAM dibedakan menjadi, SAM ringan apabila bayi
memerlukan O2 kurang 40% pada umur kurang 48 jam, SAM sedang
apabila memerlukan lebih 40% pada umur lebih 48 jam tanpa kebocoran
udara, dan SAM berat apabila memerlukan ventilator mekanik untuk
lebih 48 jam dan sering dihubungkan dengan hipertensi pulmonal
persisten.
Mekanisme terjadinya SAM diduga melalui mekanisme, obstruksi
mekanik saluran napas, pneumonitis kimiawi, vasokonstriksi pembuluh
darah vena, dan surfaktan yang inaktif
Diagnosis:
Sindrom aspirasi mekonium harys dipertimbangkan terjadi pada setiap
bayi baru lahir dengan AKK yang mengalami gejala gangguan napas atau
distres respirasi. Gambaran pemeriksaan radiologi klasik menunjukkan
sebaran infiltrat difus dan asimetris. Berhubung berbagai mekanisme
yang menyebabkan SAM maka temuan gambaran radiologik pun
bervariasi. Pemeriksaan ekokardiografi dua dimensi diperlukan untuk
mengevaluasi hipertensi pulmonal dan berguna untuk bayi pada awal
kehidupannya.

Bronkopneumonia
Batasan:
Infeksi akut Parenkim Paru
Dasar Diagnosis:

Sesak napas, takipnu, dan biru, retraksi, eskpirasi grunting


Auskultasi: bunyi napas vesikuler meningkat dapat terdengar ronki basah
halus nyaring, segera dilakukan pemeriksaan foto thoraks
Tatalaksana:
IVFD Dekstrose 7.5% atau 10% + NaCl 15% 6cc + Ca glukonas diberikan
kebutuhan
Kebutuhan Ca glukonas per hari: (BBx45)/9 cc
Antibiotika:
Ampisilin: 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis
Gentamisin: 2.5 mg/kgBB/18 jam bila BB >2000 gram
Gentamisin: 2.5 mg/kgBB/24 jam bila BB <2000 gram (Bila umur >7 hari
berikan tiap 12-18 jam)
Lama pemberian antara 7-10 hari
Bila tidak ada perbaikan dalam 2 hari, ganti antibiotika dengan
Ceftazidime dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis

Hernia Diafagmatika
Batasan:
Penonjolan ruas organ atau jaringan melalui lubang abnormal pada
diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut.
Penyebab:
Pemisahan perkembangan rongga dada dan perut disempurnakan dengan
menutupnya kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan
minggu ke-8. Gagalnya penutupan kanalis ini merupakan penyebab
terjadinya hernia diafragmatika. Pada gangguan pembentukan dan fusi
akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot
akan menyebabkan diafragma tipis.
Gejala:
Gangguan pernapasan yang berat
Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
Takipneu (laju pernapasn yang cepat)
Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak simetris
Takikardia (denyut jantung yang cepat)Perut kecil dan cekung
Suara nafas kadang tidak terdengar karena terdesak isi perut
Terdengar bising usus di daerah dada
Diagnosa:
Gerakan dada pada saat bernapas tidak simetris
Tidak terdengar suara pernapasan pada sisi hernia
Bising usus terdengar di dada
Perut teraba kosong
Rontgen dapat menunjukkan adanya organ perut pada rongga dada
Tatalaksana:
Hernia diafragma diatasi dengan pembedahan darurat, organ perut harus
dikembalikan ke ongga perut dan lubang pada diafragma harus
diperbaiki.
4. Terangkan secara jelas tentang asfiksia berat & HIE (Hypoxic Ischemic
Encephalopathy)!
Asfiksia Neonatorum

Batasan:
Kegagalan bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir
Etiologi:
Faktor Ibu: diabetes melitus, hipertensi dalam kehamilan,
hipertensi kronik, anemia, perdarahan antepartum, infeksi
sistemik, gagal jantung, gagal ginjal, polihidramnion,
oligohidramnion.
Faktor persalinan: persalinan dengan tindakan, korioamnionitis,
kelainan letak, partus lama, ketuban pecah dini, inersi uteri, air
ketuban bercampur mekonium, penggunaan anestesi umum,
penggunaan narkotik <4jam sebelum persalinan
Faktor janin: prematuritas, postmaturitas, malformasi janin,
gerakan janin berkurang, bradikardi janin, prolaps tali pusat,
trauma lahir, dsb
Patogenesis:
Gangguan pertukaran O2 dan CO2 hipoksia dan hiperkarbia asidosis
metabolik, hipoglikemia, syok, ensefalopati hipoksik iskemik, gagal ginjal,
gagal jantung da edema otak defisit neurologik, kemunduran
intelektual, kematian
Bentuk Klinik:
Berdasarkan derajat: Ringan, sedang dan Berat
Komplikasi:
Asidosis metabolik, hipoglikemia, hipokalsemia, ensefalopati hipoksik
iskemik, gagal jantung, gagal ginjal, serta defisit neurologik
Prognosis:
Asfiksia berat kematian 20%, yang hidup dengan sqkuele: gangguan
intelektual, defisit neurologis dan epilepsi.
Diagnosis:
Dasar Diagnosis:
Berdasarkan nilai Apgar 1 menit:

8-10: Tidak asfiksia


5-7: Ringan
3-4: Sedang
0-2: Berat
Langkah Diagnosis:
Sebelum lahir/antepartum

Keadaan ibu, masa gestasi/perkiraan persalinan, gawat janin


keadaan asfiksia
Setelah Persalinan
Penilaian bersama dengan langkah-langkah resusitasi. Sambil
melakukan resusitasi menilai APGAR 1 menit, 5 menit, dan 10
menit. Setelah selesai resusitasi dipantau fungsi vital (nadi,
pernapasan, kesadaran dan pengukuran miksi), mencari
komplikasi dan penyakit penyerta (anamnesis
kehamilan/persalinan serta pemeriksaan fisik bayi, glukosa darah,
Hb/leuko/diff, serta pemeriksaan lain atas indikasi: foto thoraks,
ECG, USG).
Indikasi Rawat:
Semua asfiksia berat, asfiksia sedang dengan pernapasan tidak pulih
menjadi normal setelah resusitasi awal.


5. Jelaskan bagan resusitasi neonatus!


Sebelum melakukan langkah awal resusitasi lakukan penilaian awal:
a) Apakah cairan amnion atau kulit bersih mekoneum?
b) Apakah bayi bernapas atau menangis?
c) Apakah warna kulit kemerahan?
d) Apakah tonus otot baik?
e) Apakah bayi cukup bulan?
Bila ada jawaban tidak dari kelima pertanyaan ini maka langkah awal
resusitasi harus dimulai, sedangkan bila semua jawaban ya maka bayi
tersebut hanya dilakukan perawatan rutin saja (jaga kehangatan,
bersihkan jalan napas, dan keringkan)
Langkah Awal Resusitasi:
Letakkan bayi di meja resusitasi dengan alat pemancar panas, keringkan,
letakkan pada posisi yang benar, lakukan penghisapan (bila perlu),
rangsangan taktil dan nilai: pernapasan frekuensi jantung dan warna kulit
Ventilasi Tekanan Positip:

Ventilasi tekanan positip dapat diberikan dengan balon resusitasi dan


sungkup atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT).
Indikasi: Bila bayi apnu/megap-megap atau bernapas tetapi frekuensi
jantung <100 kali per menit atau sianosis sentral menetap meskipun
diberikan oksigen arus bebas 100%
Ventilasi:
Lakukan vntilasi dengan frekuensi 40-60 kali per menit selma 30 detik
dengan oksigen 100%, lalu nilai kembali pernapasan, frekuensi jantung
dan warna kulit.
Frekuensi jantung:
>100: Bila napas spontan, VTP hentikan bertahap, lakukan stimulasi taktil
dan O2 aliran bebas. Bila tidak bernapas, atau megap-megap lanjutkan
ventilasi
60-100: Lanjutkan ventilasi, periksa kesempurnaan ventilasi (gerakan
dinding dada?, bunyi napas adekuat?, oksigen 100%?)
<60: Lanjutkan ventilasi, Mulai kompresi dada
Evaluasi:
Terdapat 3 tanda perbaikan pada bayi yang dilakukan ventilasi, yaitu
frekuensi jantung meningkat >100 kali per menit, perbaikan warna kulit
dan bernapas spontan.
Bila gagal lanjutkan ventilasi sambil memeriksa apakah letak sungkup
sudah benar, posisi kepala baik dan aliran oksigen 100% dan mulailah
penekanan dada, bila frekuensi jantung di bawah 60 kali per menit.
Kompresi Dada:
Indikasi: Frekuensi Jantung <60 kali per menit setelah 30 detik mendapat
VTP dengan oksigen 100%
Frekuensi: Sternum ditekan sedalam 1/3 diameter antero-posterior
rongga dada dengan 3 kali penekanan dan 1 kali ventilasi dalam 2 detik
(45 kali kompresi dada dna 15 kali ventilasi selama 30 detik)
Evaluasi:
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada dan ventilasi,
periksa frekuensi jantung atau nadi. Bila frekuensi jantung:
<60 kali per menit: lanjutkan tindakan kompresi dada dan ventilasi dan
pemberian epinefrin
>60 kali per menit: hentikan tindakan penekanan dada tetapi lanjutkan
ventilasi dengan oksigen 100%
Intubasi Endotrakeal
Ventilasi tekanan positip dapat diberikan dengan balon resusitasi dan
sungkup atau dengan balon resusitasi dan intubasi endotrakeal (ETT) bila
VTP dengan balon dan sungkup kurang efektif.
Indikasi intubasi endotrakeal adalah sebagai berikut:
Bila terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi napas, tonus otot
atau denyut jantung maka intubasi dilakukan pada kesempatan pertama
(perlu melakukan penghisapan melalui trakea untuk mengeluarkan
mekoneum), sebelum memulai tindakan resusitasi yang lain.
Bila VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif (tidak mengembangkan
dada) atau membutuhkan pemberian VTP agak lama, dicurigai ada hernia
diafragmatika, pemberian surfaktan dan bayi berat sangat sangat rendah
(berat lahir kurang dari 1000 gram).

Bila perlu kompresi dada, intubasi memudahkan koordinasi kompresi


dada dan ventilasi dan memaksimalkan efisiensi VTP.
Obat-Obatan:
Obat-obatan baru diperlukan pada resusitasi neonatus bila tidak
memberikan respon dengan pemberian ventilasi yang adekuat dengan
oksigen 100% dan kompresi dada
Epinefrin
Indikasi
Frekuensi jantung tetap dibawah 60 kali per menit walaupun telah
dilakukan paling sedikit 30 detik ventilasi adekuat dengan oksigen 100%
dan penekanan dada.
Frekuensi jantung nol. Bila detak jantung tidak dapat dideteksi, epinefrin
harus diberikan segera pada saat yang sama dengan VTP dan penekanan
dada dimulai.
Pemberian:
Dosis 0.1-0.3 ml/kgBB epinefrin 1:10.000 intravena atau ETT, dapat
diulang setiap 3-5 menit bila frekuensi jantung kurang dari 60 kali per
menit
Natrium Bikarbonat
Indikasi:
Setelah 5 menit dilakukan VTP dan kompresi dada serta pemberian
adrenalin belum ada pernapasan spontan atau apnu lama yang tidak
memberikan respon terhadap terapi lain
Pemberian:
Dosis 2 mEq/kgBB, IV, perlahan-lahan (1 mEq/kgBB/menit)
Bila bayi tidak memberikan respon terhadap resusitasi dan ada bukti
kehilangan darah maka indikasi pemberian cairan penambah volume
darah, yaitu garam fisiologis atau ringer laktat dengan dosis 10 ml/kgBB
Bila ibu mendapat morphin atau petidin dalam waktu 4 jam terakhir dan
tidak ada usaha napas, tetapi frekuensi jantung dan kulit normal langsung
diberikan Nalokson 0.4 mg/kgBB intra vena melalui vena umbilikalis atau
pipa endotrakeal
Ingatlah, walaupun didapatkan frekuensi jantung nol, penekanan dan
ventilasi harus dilanjutkan sampai diambil keputusan emdik untuk
menghentikan tindakan resusitasi
Resusitasi dihentikan bila semua langkah dilakukan dengan baik selama
15 menit frekuensi jantung tetap nol.
Tindak Lanjut:
Observasi tanda-tanda vital
Awasi komplikasi: hipoglikemia (jittery, iritabel hipotonia, muntah,
sianosis), asidosis metabolik (pernapasan cepat dan dalam), hipokalsemia
(iritabel, kejang, tremor), infeksi, gagal ginjal, edema otak dan SGNN. Bila
ditemui tatalaksana sesuai dengan standar profesinya.
Bila mendapat IVFD, pada asfiksia sedang dan berat dilakukan restriksi
cairan (3/4 kebutuhan). Jika dilakukan pernapasan dengan bag selama
jam tidak muncul pernapasan spontan, dilakukan pernapasan mekanis.
Cari penyakit penyerta/penyebab.
Indikasi Pulang:

Tidak sesak, dengan frekuensi npas 40-60 kali per menit. Tidak ada
tanda-tanda infeksi dan bisa minum secara adekuat.

Anda mungkin juga menyukai