Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

I. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang
terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa
panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi
termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488).
Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan
sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati
dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan
yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan
kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya
gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
Batasan dispepsia :
a. Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic
sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang
nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua
belas jari, radang pancreas, radang empedu, dan lain lain.
b. Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia fungsional
tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi ( teropong
saluran pencernaan).

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


a. Anatomi

Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen


atas tepat dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk
tabung J, dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa.
Kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter. Secara anatomis lambung
terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorus. Sebelah atas lambung
terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri bawah lambung
terdapat kurvatura mayor. Sfingter kedua ujung lambung mengatur
pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kardia atau sfingter esofagus
bawah, mengalirkan makanan yang masuk kedalam lambung dan
mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah
lambung tempat pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah
kardia. Disaat sfingter pilorikum berelaksasi makanan masuk kedalam
duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya
aliran balik isis usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan :
a)

Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung


dengan otot esophagus

b)

Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus


serta membentuk otot sfingter, yang berada dibawah lapisan
pertama.

c)

erabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus


lambung dan berjalan dari orivisium kardiak, kemudian
membelok kebawah melalui kurva tura minor (lengkung
kelenjar).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi


pembuluh darah dan saluran limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang

karena berisi makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini
dan

dikategorikan

menurut

bagian

anatomi

lambung

yang

ditempatinya. Kelenjar kardia berada dekat orifisium kardia.


Kelenjar ini mensekresikan mukus. Kelenjar fundus atau gastric
terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung. Kelenjar
gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief cells
mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin
dalam

suasana

asam.

Sel-sel

parietal

mensekresikan

asam

hidroklorida dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik diperlukan untuk


absorpsi vitamin B 12 di dalam usus halus. Kekurangan faktor
intrinsik akan mengakibatkan anemia pernisiosa. Sel-sel mukus
(leher) ditemukan dileher fundus atau kelenjar-kelenjar gastrik. Selsel ini mensekresikan mukus. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G
yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar
gastrik untuk menghasilkan asam hidroklorida dan pepsinogen.
Substansi lain yang disekresikan oleh lambung adalah enzim dan
berbagai elektrolit, terutama ion-ion natrium, kalium, dan klorida.
Persarafan

lambung

sepenuhnya

otonom.

Suplai

saraf

parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari


abdomen melalui saraf vagus. Trunkus vagus mempercabangkan
ramus gastrik, pilorik, hepatik dan seliaka. Pengetahuan tentang
anatomi ini sangat penting, karena vagotomi selektif merupakan
tindakan pembedahan primer yang penting dalam mengobati tukak
duodenum.
Persarafan simpatis adalah melalui saraf splenikus major dan
ganlia seliakum. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri
yang dirangsang oleh peregangan, dan dirasakan di daerah
epigastrium. Serabut-serabut aferen simpatis menghambat gerakan
dan sekresi lambung. Pleksus saraf mesentrikus (auerbach) dan
submukosa (meissner) membentuk persarafan intrinsik dinding

lambung dan mengkordinasi aktivitas motoring dan sekresi mukosa


lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati,
empedu, dan limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau
trunkus seliaka, yang mempecabangkan cabang-cabang yang
mensuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang
penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri
pankreas tikoduodenalis (retroduodenalis) yang berjalan sepanjang
bulbus posterior duodenum. Tukak dinding postrior duodenum dapat
mengerosi arteria ini dan menyebabkan perdarahan. Darah vena dari
lambung dan duodenum, serta berasal dari pankreas, limpa, dan
bagian lain saluran cerna, berjalan kehati melalui vena porta.
Berikut ini adalah gambar anatomi lambung
b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
1

Mencerna makanan secara mekanikal

Sekresi, yaitu kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500


3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene
utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air.
Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.

Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein


dirobah menjadi polipeptida

Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,


alkohol, glukosa, dan beberapa obat.

Pencegahan, banyak mikroorganisme dapat dihancurkan dalam


lambung oleh HCL.

Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam


lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam
duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari
fundus ke pylorus.

3. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit
acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang
terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada
ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia
biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan,
seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
k. Perubahan pola makan
l. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
m. Alkohol dan nikotin rokok
n. Stres
o. Tumor atau kanker saluran pencernaan

4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan

kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung


akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan.
5. MANIFESTASI KLINIK
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
6. KOMPLIKASI
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia
antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian,
yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan
pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya antara lain pankreatitis
kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas
normal.
b. Barium enema
Untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,

penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau


memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).
c. Endoskopi
Bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau
usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan
lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop
untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.
Endoskopi merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai
diagnostic sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
1) CLO (rapid urea test)
2) Patologi anatomi (PA)
3) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
4) PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi,
yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan
urea breath test (belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan
bahwa sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1) Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan
menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya
terdapat dalam antasid antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg

(OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan


diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu
lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat
nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare
karena terbentuk senyawa MgCl2.
2) Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik.
Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti
reseptor muskarinik yang dapat menekan sekresi asam lambung
sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3) Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati
dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang
termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin,
roksatidin, ranitidin dan famotidin.
4) Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam
lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung.
Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol dan pantoprazol.
5) Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan
enprestil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan
sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi
meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan
protektif (sebagai site protective), yang senyawa dengan protein
sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6) Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid,
dom peridon dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan

mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid


clearance).

9. PENCEGAHAN
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya
sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi
lambung.

II.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
1) Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2) Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
b. Pengkajian
1) Alasan utama datang ke rumah sakit
2) Keluhan utama (saat pengkajian)
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan dahulu
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Riwayat pengobatan dan alergi
c. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene
dan lain-lain.
2) Data sistemik
a) Sistem persepsi

sensori:

pendengaran,

penglihatan,

pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain


b) Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan
mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek,
pupil, respon cahaya, dan lain-lain.
c) Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan
jalan napas, dan lain-lain.
d) Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi
jantung, kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e) Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.

f) Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan,


keluhan,

bibir,

mual

dan

tenggorokan,

kemampuan

mengunyah, kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum,


rectal toucher, dan lain-lain.
g) Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara
jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman
tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h) Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka,

memar,

kemerahan, dan lain-lain.


i) Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum,
testis, prostat, payudara, dan lain-lain.
j) Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,
vesika urinaria.
3) Data penunjang
4) Terapi yang diberikan
5) Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
a) Psikologi
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
Cara mengatasi perasaan tersebut
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
Jika rencana ini tidak terselesaikan
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b) Sosial
Aktivitas atau peran klien di masyarakat
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
Cara mengatasinya
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c) Budaya
Budaya yang diikuti oleh klien
Aktivitas budaya tersebut
Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
Cara mengatasi keberatan tersebut
d) Spiritual
Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal

tersebut
Upaya klien mengatasi perasaan tersebut

Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan


yang sekarang sedang dialami

2.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim
timbul pada klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa
lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak
setelah makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
adanya mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

3.

Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa
lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan
kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya ras
nyeri
INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 1. Berguna dalam pengawasan


0 10)

kefektifan

2. Berikan istirahat dengan posisi


semifowler
3.

Anjurkan

obat,

kemajuan

penyembuhan
2. Dengan posisi semi-fowler

klien

untuk

dapat menghilangkan tegangan


abdomen yang bertambah dengan

menghindari makanan yang dapat posisi telentang


meningkatkan kerja asam lambung

3. dapat menghilangkan nyeri

4. Anjurkan klien untuk tetap akut/hebat

dan

menurunkan

mengatur waktu makannya

aktivitas peristaltik

5. Observasi TTV tiap 24 jam

4. mencegah terjadinya perih pada

6. Diskusikan dan ajarkan teknik


relaksasi
7. Kolaborasi dengan pemberian
obat analgesik

ulu hati/epigastrium
5.

sebagai

indikator

untuk

melanjutkan intervensi berikutnya


6. Mengurangi rasa nyeri atau
dapat terkontrol
7. Menghilangkan rasa nyeri dan
mempermudah kerjasama dengan
intervensi terapi lain

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak


setelah makan, anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang
yang diharapkan individu, dengan kriteria menyatakan pemahaman
kebutuhan nutrisi
INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau dan dokumentasikan dan 1.


haluaran tiap jam secara adekuat
2. Timbang BB klien
3. Berikan makanan sedikit tapi
sering

Untuk

mengidentifikasi

indikasi/perkembangan dari hasil


yang diharapkan
2.

Membantu

menentukan

keseimbangan cairan yang tepat


3. meminimalkan anoreksia, dan

4. Catat status nutrisi paasien: mengurangi iritasi gaster


turgor kulit, timbang berat badan,
integritas

mukosa

mulut,

kemampuan

menelan,

adanya

bising usus, riwayat mual/rnuntah


atau diare.

4. Berguna dalam mendefinisikan


derajat masalah dan intervensi
yang

tepat

pengawasan

Berguna

dalam

kefektifan

obat,

kemajuan penyembuhan

5. Kaji pola diet klien yang


disukai/tidak disukai.

5. Membantu intervensi kebutuhan


yang

spesifik,

meningkatkan

6. Monitor intake dan output secara intake diet klien.


periodik.

6. Mengukur keefektifan nutrisi

7. Catat adanya anoreksia, mual, dan cairan


muntah, dan tetapkan jika ada
hubungannya
Awasi

dengan

medikasi.

frekuensi,

konsistensi

Buang

volume,
Air

Besar

(BAB).

7. Dapat menentukan jenis diet


dan mengidentifikasi pemecahan
masalah

untuk

meningkatkan

intake nutrisi.

c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


adanya mual, muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang
perlu

untuk

memperbaiki

mempertahankan/menunjukkan

defisit

cairan,

perubaan

dengan

kriteria

keseimbangan

cairan,

dibuktikan stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.


INTERVENSI

RASIONAL

1. Awasi tekanan darah dan nadi, 1. Indikator keadekuatan volume


pengisian kapiler, status membran sirkulasi
mukosa, turgor kulit

perifer

dan

hidrasi

seluler

2. Awasi jumlah dan tipe masukan 2. Klien tidak mengkomsumsi

cairan, ukur haluaran urine dengan cairan


akurat
3.

sekali

mengakibatkan dehidrasi atau

Diskusikan

menghentikan

strategi

untuk

muntah

dan

penggunaan laksatif/diuretik
4.

sama

Identifikasi

rencana

untuk

meningkatkan/mempertahankan
keseimbangan

cairan

optimal

misalnya : jadwal masukan cairan


5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV

mengganti cairan untuk masukan


kalori yang berdampak pada
keseimbangan elektrolit
3. Membantu klien menerima
perasaan bahwa akibat muntah
dan

atau

penggunaan

laksatif/diuretik

mencegah

kehilangan cairan lanjut


4.

Melibatkan

rencana

klien

untuk

dalam

memperbaiki

keseimbangan untuk berhasil


5.

Tindakan

daruat

memperbaiki

untuk
ketidak

seimbangan cairan elektroli


d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan
penurunan kecemasan, dengan kriteria menyatakan pemahaman
tentang penyakitnya.
INTERVENSI

RASIONAL

1. Kaji tingkat kecemasan

1.

2. Berikan dorongan dan berikan


waktu

untuk

pikiran

dan

mengungkapkan
dengarkan

semua

keluhannya
3. Jelaskan semua prosedur dan

Mengetahui

sejauh

mana

tingkat kecemasan yang dirasakan


oleh klien sehingga memudahkan
dlam tindakan selanjutnya
2.

Klien

merasa

memperhatikan

ada

yang

sehingga

klien

pengobatan
4. Berikan dorongan spiritual

merasa aman dalam segala hal


tundakan yang diberikan
3. Klien memahami dan mengerti
tentang prosedur sehingga mau
bekejasama dalam perawatannya.
4. Bahwa segala tindakan yang
diberikan

untuk

proses

penyembuhan penyakitnya, masih


ada

yang

berkuasa

menyembuhkannya yaitu Tuhan


Yang Maha Esa.

4.

Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak
berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu
panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi

PENYIMPANGAN KDM

Pola makan tidak teratur, obt-obatan, zat-zat seperti nikotin dan alkohol, kondisi
kejiwaan stres

Pemasukan makanan berkurang

Lambung kosong

Erosi pada lambung

Peningakatan produki HCL

Defisit volume cairan tubuh

iritasi mukosa lambung

Nyeri

mual dan muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan

DATAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Price & Wilson, 1994, Patofisiologi, edisi 4, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai