Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-Nyalah
sehingga makalah berjudul Epilepsi ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dari teman
teman yang bersifat membangun.
Demikianlah penulisan makalah kami ini semoga bermanfaat bagi para
pembaca.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya
epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit epilepsi?
2. Apa saja jenis- jenis dari penyakit epilepsi ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit epilepsi ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit epilepsi ?
5. Bagaimana cara terapi jika seseorang menderita penyakit epilepsi?
6. Bagaimana simatologi gejala penyakit epilepsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit epilepsi.
2. Untuk mengetahui jenis- jenis dari penyakit epilepsi.
3.
4.
5.
6.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Epilepsi
Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulangulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang
tanpa penyebab (Jastremski, 1988).
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang
akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto,
2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang
datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan
listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi
(Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan
ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik
neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik. Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang
berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran,
gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan
berbagai gangguan fisik. Epilepsy adalah merupakan sindrom yang ditandai oleh
kejang yang terjadi berulang-ulang. Diagnosa ditegakkan paling tidak dua kali kejang
tanpa penyebab. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan
berbagai gejala klinis, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron
otak secara berlebihan dan berkala tetapi reversibel dengan berbagai etiologi
(Jastremski, 1988).
B. Jenis Jenis Kejang
Masing masing sentra klinis untuk epilepsi yang menggunakan klasifikasi yang
paling sesuai dengan tujuan mereka. Pemeriksaan elektroensefalografik, MRI,
penilaian klinis, dan anamesis digunakan untuk mengidentifikasi jenis kejang. Kejang
diklasifikasikan sebagai parsial atau generalisata berdasarkan kesadaran utuh atau
lenyap. Kejang dengan kesadaran utuh disebut sebagai kejang parsial. Kejang parsial
dibagi lagi menjadi parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial kompleks
(kesadaran berubah tetapi tidak hilang). Kejang parsial dimulai disuatu daerah diotak,
biasanya korteks serebrum. Gejala kejang ini bergantung pada lokasi fokus diotak.
Sebagai contoh, apabila fokus terletak dikorteks motorik, maka gejala utama adalah
kedutan otot, sementara, apabila fokus terletak dikorteks sensorik, maka pasien
mengalami gejala gejala sensorik termasuk baal, sensasi seperti ada yang merayap
atau seperti tertusuk tusuk. Kejang sensorik biasanya disertai beberapa gerakan
kronik, karena dikorteks sensorik terdapat beberapa representasi motorik. Gejala
autonom adalah kepucatan, kemerahan, berkeringat dan muntah. Gangguan daya
ingat, disvagia dan deja vu adalah contoh gejala psikis pada kejang parsial. Kita harus
mengamati dengan cermat dimana kejang dimulai karena hal ini dapat memberi
petunjuk tentang lokasi lesi. Sebagian pasein mungkin mengalami perluasan ke
hemisferkontralateral disertai hilangnya kesadaran) (Sylvia,2005).
Lepas muatan kejang pada kejang parsial kompleks (dahulu dikenal sebagai
kejang psikomotor atau lobus temporalis) sering berasal dari lobus temporalis medial
atau frontalis inferior dan melibatkan gangguan pada fungsi serebrum yang lebih
tinggi proses proses pikiran, serta perilaku motorik yang kompleks. Kejang ini
dapat dipicu oleh musik, cahaya berkedip kedip, atau rangsangan lain dan sering
disertai oleh aktivitas motorik repetitif involuntayang terkoordinasi yang dikenal
sebagai perilaku otomatis (automatic behavior). Contoh dari perilaku ini adalah
menarik narik baju meraba raba benda bertepuk tangan, mengecap ngecap bibir
atau mengunyah berulang ulang. Pasien mungkin mengalami perasaan khayali
berkabut seperti mimpi. Pasien tetap sadar selama seragam tetapi umumnya tidak
dapat mengingat apa yang terjadi. Kejang parsial kompleks dapat meluas dan menjadi
kejang generalisata). Kejang generalisata melibatkan seluruh korteks serebrum dan
diensefalon serta dirtandai dengan awitan aktivitas yang bilateral dan simetrik yan
terjadi dikedua hemisfer tanpa tanda tanda kejang berawal sebagai kejang vokal.
Pasien tidak sadar dan tidak mengetahui keadaan sekeliling saat mengalami kejang.
Kejang ini biasanya muncul tanpa aura atau peringatan terlebih dahulu). Kejang
absence (dahulu disebut petit mal) ditandai dengan hilangnya kesadaran secara
singkat, jarang berlangsung lebih dari beberapa titik sebagai contoh, mungkin pasien
tiba tiba menghentikan pembicaraan, menatap kosong, atau berkedip kedip
dengan cepat. Pasien mungkin mengalami satu atau dua kali kejang sebulan atau
beberapa kali sehari. Kejang absence hampir selalu terjadi pada anak, awitan jarang
dijumpai setelah usia 20 tahun. Serangan serangan ini mungkin menghilang satelah
pubertas atau diganti oleh kejang tipe lain, terutam kejang tonik-klonik). Kejang tonik
klonik (dahulu disebut grand mal) adalah kejang epilepsi yang klasik. Kejang tonik
klonik diawali oleh hilangnya kesadaran dengan cepat. Pasien mungkin bersuara
menangis, akibat ekspirasi paksa yang disebabkan oleh spasme toraks atau abdomen.
Pasien kehilangan posisi berdirinya, mengalami gerakan tonik kemudian klonik, dan
inkontinensia urin atau alvi (atau keduanya), disertai disfungsi autonom. Pada fase
tonik, otot otot berkontraksi dan posisi tubuh mungkin berubah. Fase ini
berlangsung beberapa detik) (Sylvia,2005).
C. Etiologi Penyakit Epilepsi
Ditinjau dari etiologi epilepsi dibagi menjadi :
a. Epilepsi idiopatik (penyebab tidak diketahui)
Epilepsi idiopatik ciri-cirinya ialah :
ensefalopati.
Ekstrakranial : gagal jantung, gangguan pernafasan, gangguan
metabolisme(hipoglekimia, hiperglikemia, uremia), gangguan keseimbangan
Golongan hidantoin
cetusan ulangan.
Dosis : Untuk dewasa, dosis awal: 3 4 mg/kg BB/hari.
Anak : 4 7 mg/kg/hari
Pemberian dengan cara IV tidak boleh melebihi 50 mg/menit.
Golongan barbiturat
Disamping sebagai hipnotik-sedatif, golongan barbiturat efektif sebagai
obat antikonvulsi dan yang biasa digunakan adalah barbiturat kerja lama
fenitoin)
Metabolitnya ialah dimetadion, bersifat aktif jika dibanding induknya
Golongan benzodiazepin
Manfaat terapetik :
Klonazepam untuk bangkitan absence dan mioklonik pada anak.
Diazepam: obat pilihan (drug of choice) untuk status epileptikus.
Mekanisme aksi obat:
inhibitor GABA.
Asam valproat
zonisamid, levetirasetam.
F. Contoh Kasus Epilepsi
- Kasus:
Riwayat penyakit sekarang:
Anak MM, berusia 12 tahun, telah diperiksakan ke rumah sakit setelah
mengalami beberapa kali serangan kejang yang ditandai dengan kehilangan
kesadaran yang berlangsung selama beberapa detik. Pada saat itu, penderita
secara mendadak berhenti berbicara sejenak dengan pandangan kosong,
kadang kadang mata berkedip kedip dengan cepat. Penderita mendapatkan
serangan demikian satu hingga tiga kali setiap bulannya, dan hal ini sudah
terjadi sejak setengah tahun yang lalu
Riwayat penyakit lainnya :
Selain itu, tiga bulan yang lalu mm didiagnosa juga menderita TBC yang
diterapi dengan
Analisa Kasus :
Analisa kasus menggunakan metode SOAP ( Subyektif Obyektif Assessment
Planning) :
S
: Pasien mengalamiserangan kejang yang ditandai dengan
kehilangan kesadaran selama beberapa detik, berhentiberbicara
cepat.
: Kelebihan muatan neuron kortikal
:mengalami stress
:beri obat antiepilepsi
Terapi Farmakologi :
Dari kasus ini, diketahui bahwa pasien mengalami gejala epilepsi jenis
tonik-klonik disertai dengan adanya penyakit TBC. Dengan demikian,
untuk menangani epilepsinya diberikan obat antiepilepsi yang tidak
berinteraksi dengan obat-obat TBC. Obat antiepilepsi tersebut adalah
asam valproat.
Asam valproat merupakan golongan obat tersendiri. Khasiat
antiepilepsi dari derivat asam valerian ini diketemukan secara
kebetulan oleh Meunier tahun 1963 dan dianggap sebagai obat pilihan
pertama pada absences. Dalam kombinasi dengan obat-obat lain juga
efektif pada grand mal dan serangan psikomotor. Mekanisme kerjanya
diperkirakan berdasarkan hambatan enzim yang menguraikan GABA,
sehingga kadar neutransmiter ini di otak meningkat.
Resorpsinya di usus cepat, setelah 15 menit sudah tercapai kadar
plasma maksimal. Presentase pengikatan pada protein 90%, t1/2 nya
10 jam dan diekskresikan sebagai glukuronida, terutama melalui
kemih. Antara kadar plasma dan efek terapi tidak terdapat hubungan
langsung, berbeda dengan antiepilepsi lainnya. Ada indikasi bahwa
pentakaran 1 kali sehari sama efektifnya dengan 2 atau 3 kali sehari.
Perlu diketahui bahwa asam valproat bersifat teratogen pada hewan,
Asam valproat
Indikasi: semua jenis epilepsi
Dosis : Oral semula 3-4 dd 100-150 mg d.c. dari garam natriumnya
(tablet e.c.) untuk kemudian berangsur-angsur dalam waktu 2 minggu
dinaikkan sampai 2-3 dd 300-500 mg, maksimal 3 g sehari. Anak-anak
20-30 mg/kg/sehari. Asam bebasnya memberikan kadar plasma yang 15%
lebih tinggi (lebih kurang sama dengan persentase natrium dalam Navalproat), tetapi lain daripada itu tidak lebih menguntungkan.
ES : Yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna yang bersifat
sementara, adakalanya juga sedasi, ataksia, udema pergelangan kaki dan
rambut rontok (reversibel). Efek lainnya adalah kenaikkan berat badan,
terutama pada remaja putri.
Rifampisin :
Indikasi : bruselosis, legionelosis, infeksi berat stafilokokus dalam
kombinasi dengan obat lain, tuberkulosis, lepra
Dosis :untuk orang dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg ialah
450 mg/hari dan untuk berat badan lebih dari 50 kg ialah 60 mg/hari.
Untuk anak-anak dosisnya 10-20 mg/kgBB per hari dengan dosis
maksimum 600 mg/hari.
ES : Efek samping yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah
penyakit kuning (icterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang
juga agak toksik bagi hati. Pada penggunaan lama dianjurkan untuk
memantau fungsi hati secara periodik. Obat ini agak sering juga
menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, sakit ulu
hati, kejang perut dan diare, begitu pula gejala gangguan SSP dan reaksi
hipersensitasi.
Pehadoxin :
KIE :
KIE untuk penggunaan obat antiepilepsi asam valproat sediaan tablet:
Minumlah tablet dengan air putih, jangan susu, dan telanlah tanpa
mengunyah, memecahkan atau menggerusnya. Hal ini untuk mencegah
agar tidak merusak salut khusus untuk perlindungan terhadap iritasi
lambung.
Asam valproat boleh diminum bersama makanan atau cemilan untuk
Jika obat terlewatkan, dan jadwal minum obat adalah satu dosis per
hari, maka minumlah dosis yang terlupa sesegera mungkin. Tetapi jika
belum diminum sampai keesokan harinya, minumlah 1 dosis tersebut
sesuai jadwal semula. Dosis jangan didobel (diminum 2 dosis
sekaligus).
Untuk penyimpanan, jauhkan dari jangkauan anak-anak, simpanlah
Evaluasi :
Evaluasi terhadap hasil terapi, meliputi:
1
Obat TBC:
Monitoring :
1
2
3
4
5
6
Evaluasi :
Evaluasi terhadap hasil terapi, meliputi:
1
masing-masing pasien.
Pasien harus secara terus-menerus (kronis) dipantau mengenai kontrol
terhadap fungsi hati, kemungkinan efek samping obat, pranata sosial,
interaksi obat, kepatuhan, kualitas obat dan toksisitas obat.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Epilepsi adalah suatu gejala akibat cetusan pada jaringan saraf yang
berlebihan dan tidak beraturan, Cetusan tersebut dapat melibatkan sebagian
kecil otak(serangan parsial atau fokal) atau yang lebih luas pada kedua
hemisfer otak (serangan umum).
Patologi epilepsi :
Membran sel neuron bergantung permeabilitas ion Na+ dan K+
Potensial membran diganggu dan berubah
Sifat semipermiabel berubah
Na+ dan K+ berdifusi melalui membran
Perubahan kadar ion dan perubahan potensial K+ dan Na+
Potensial aksi terbentuk di permukaan sel
Bangkitan epilepsi
Kasus penyakit pasien MM adalah epilepsi dengan disertai penyakit TBC.
Jenis epilepsi pada kasus tersebut adalah tonik-klonik dengan gejala pasien
kehilangan kesadaran disertai dengan adanya gerakan kedipan mata.
Terapi farmakologi yang digunakan yaitu asam valproat sebagai drug of
choice untuk penanganan epilepsi tonik-klonik dan kombinasi rifampisin +
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Elin, dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC,
Jakarta.
http://www.pitikkedu.net/2013/04/jenis-gejala-epilepsi.html
http://www.scribd.com/doc/86366231/PATOFISIOLOGI-EPILEPSI
IAI. 2011. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Mansjoer,Arief.2000.Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga.Jakarta: Media
Aesculapius.
Marpaung,Vera.2003. Depresi Pada Penderita Epilepsi Umum Dengan Kejang
Tonik Klonik Dan Epilepsi Parsial Sederhana.Sumatra Utara:Fakultas
Kedokteran : USU.
Price, A Sylvia.2005.Patofisiologi Volume kedua.Jakarta : EGC.
Wibowo,S., Abdul G. 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi. Jakarta: Salemba
Medika.
Tjay, HT., Kirana R. 2007. Obat-obat Penting. Edisi keenam. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
www.scribd.com/doc/119050303/3/terapi non farmakologi
www.scridb.com/doc/39746285/makalah-epilepsi