KATA PENGANTAR
Jambi,
Desember 2012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
vii
ix
BAB1
PENDAHULUAN .................................................................................
1-1
1-1
1.2
Dasar Hukum.......................................................................................
1-2
1.3
Profil Wilayah.......................................................................................
1-9
1-9
1-9
1-9
1-10
1-13
1-17
1-17
1-19
1-21
1-21
1-25
1-27
1-29
1-31
1-31
1-32
1-32
ii
1.4
BAB 2
BAB 3
1-34
1-34
1-35
1-36
1-38
2-1
2.1
2-1
2.2
2-3
3-1
3.1
3-1
3.2
3-13
3.2.1
3-13
3-13
3.3
(ASDP) .........................................................................
3-20
3.2.2
3-21
3.2.3
3-23
3.2.4
3-28
3-28
3-28
3-34
3-35
3-37
3-37
3-42
3-43
3-45
3-45
iii
BAB 4
4-1
4.1
4-2
4.1.1
Hutan Lindung..........................................................................
4-6
4.1.2
4-7
4-7
4-7
4-8
4-9
4-9
4-10
4-11
4-11
4-11
4-12
4-12
4-13
4-14
4-15
4-15
4-16
4-18
4-18
4-20
4-21
4-22
4-22
4-23
4-23
4-24
4-26
4-26
4-27
4-27
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.2
4.2.3
iv
BAB 5
4.2.4
4-28
4.2.5
4-31
4.2.6
4-31
4.2.7
4-31
4.3.
4-34
4-34
4-35
5-1
5.1
5-1
5.1.1
5-3
5.1.2
5-5
5-5
5-7
BAB 6
5-8
5-10
6-1
6.1
6-1
6-1
6-1
6-3
6-4
6-6
6-12
6.2
6-12
6.3
6-13
BAB 7
7-1
7.1
7-1
7.1.1
7-2
7.1.2
7-5
7.1
7-11
7.1.1
7-13
7.1.2
7-13
Perizinan..............................................................................................
7-44
7.3.1
Arahan Perizinan......................................................................
7-44
7.3.2
7-44
7.3.3
7-44
7-45
7.3
7.4.1
7.5
7.6
BAB 8
7-45
7-50
7.5.1
7-50
7.5.2
7-51
7.5.3
Sanksi Perdata.........................................................................
7-52
Kelembagaan ......................................................................................
7-54
8-1
8.1
Umum..................................................................................................
8-1
8.2
Hak Masyarakat...................................................................................
8-2
8.3
Kewajiban Masyarakat.........................................................................
8-3
8.4
Peran Masyarakat................................................................................
8-3
8.4.1
8-3
8.4.2
8-4
8.4.3
8-4
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Wilayah Administrasi Provinsi Jambi Tahun 2010.........................................
1-9
1-13
Tabel 1-3 Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Provinsi Jambi ..................................
1-15
Tabel 1-4 Luas Lahan Sawah Provinsi Jambi Tahun 2007 - 2010 ................................
1-18
Tabel 1-5 Luas Penutupan Lahan di Provinsi Jambi Tahun 2010 .................................
1-19
Tabel 1-6 Luas Kawasan Hutan di Provinsi Jambi berdasarkan Fungsi Tahun 2010 ....
1-20
1-21
1-21
Tabel 1-9 Luas Wilayah dan Proyeksi Kepadatan Penduduk Provinsi Jambi
tahun 2033 ...................................................................................................
1-27
1-32
Tabel 1-11 Luas Daerah Pengaliran dan Debit dari Beberapa Sungai Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi ................................................................
1-33
Tabel 1-12 Tren Perubahan Struktur Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 1999 2009
(dalam persen) .............................................................................................
1-34
1-37
Tabel 3-1 Peranan dan Fungsi Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi Tahun
2013 2033 .................................................................................................
3-2
Tabel 3-2 Sistem Pusat Permukiman di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033 .................
3-5
Tabel 3-3 Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033......
3-31
3-33
Tabel 3-5 Proyeksi Timbunan Sampah di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033 ..............
3-38
Tabel 3-6 Arahan Pengembangan TPAS Regional Provinsi Jambi Tahun 2033 ...........
3-39
Tabel 3-7 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033...........
3-42
Tabel 3-8 Proyeksi Produksi Air Limbah di Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033.............
3-44
Tabel 4-1 Rencana Kawasan Lindung Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033 ...................
4-3
4-16
vii
Tabel 6.1 Indikasi Program Utama Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Provinsi Jambi 2013 2033..........................................................................
6-15
Tabel 7-1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Rencana Struktur Ruang Provinsi Jambi 7-13
Tabel 7-2 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Rencana Pola Ruang Provinsi Jambi ...
7-11
Tabel 7-3 Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang Di Provinsi Jambi ....................
7-45
Tabel 7-4 Pemberian Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang di Provinsi Jambi...
7-46
7-51
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.1
1-11
Gambar
1.2
1.12
Gamber
1.3
1.14
Gamber
1.4
1.16
Gambar
1.5
1-20
Gambar
1.6
Trend dan Perkiraan Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jambi Tahun 1971 2010 .......................................................................................................
1.22
Gambar
1.7
Piramida Penduduk Provinsi Jambi Tahun 1990 dan Tahun 2000 ..........
1.23
Gambar
1.8
1.24
Gambar
1.9
1-25
Gambar
1-26
Gambar
1.11 Persebaran Jumlah Sekolah di Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2010 ......
1-28
Gambar
1-30
Gambar
1-34
Gambar
1-35
Gambar
1-40
Gambar
1-41
Gambar
3.1
3-10
Gambar
3-11
Gambar
3-12
Gambar
3-20
Gambar
3-25
Gambar
3-26
Gambar
3-27
Gambar
3-33
Gambar
3-41
ix
Gambar
4-4
Gambar
4.2
4-30
Gambar
5.1
5-4
Gambar
5.2
5-9
Gambar
5.3
5-11
PENDAHULUAN
1-1
1-2
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
1-4
1-5
1-6
1-7
1-8
1-9
Tabel 1.1
Wilayah Administrasi Provinsi Jambi
No
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Bungo
Tebo
Batanghari
Muaro Jambi
Luas (KM2)
Darat
Laut
Darat
Laut
3.334,99
7.508,23
5.948,73
4.673,16
6.205,81
5.536,86
5.321,67
4.990,95
384,21
4.943.36
4.061,73
353,76
172,26
48.989,98
4.445,94
53.435,92
Ibukota
Siulak
Bangko
Sarolangun
Muara Bungo
Muara Tebo
Muara Bulian
Sengeti
Jumlah
Kecamatan
12
24
10
17
12
8
11
Kuala Tungkal
13
Muara Sabak
11
Sungai Penuh
Jambi
5
8
131
1.3.1.3 Topografi
Provinsi Jambi berada di bagian tengah Pulau Sumatera memiliki
topografi wilayah yang bervariasi mulai dari ketinggian 0 meter di atas
permukaan laut (m dpl) di bagian timur sampai pada ketinggian di atas
1.000 m dpl, ke arah barat kontur lahannya semakin tinggi dimana di
bagian barat merupakan kawasan pegunungan Bukit Barisan yang
berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat yang
merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
1-10
Gambar 1.1
Peta Orientasi Wilayah
1-11
Gambar 1.2
Peta Administrasi Wilayah
1-12
Tabel 1.2
Klasifikasi Topografi di Provinsi Jambi
Topografi
(meter dpl)
Luas
Ha
Wilayah/
%
3.282.315
67
832.826,26
17
783.836,48
16
4.898.978
100
Kabupaten
Kota Jambi, Tanjung
Jabung barat, Tanjung
Jabung Timur, Muaro
Jambi, Merangin, Batang
Hari
Sebagian Sarolangun,
Tebo, sebagian Batang
Hari, Kota Sungai Penuh,
Merangin,sebagian Tanjung
Jabung Barat,
Kerinci, Kota Sungai Penuh,
sebagian Merangin,
sebagian Sarolangun dan
sebagian Bungo
1-13
Gambar 1.3
Peta Kelerengan
1-14
Beberapa jenis tanah yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.3
Luas Wilayah Menurut Jenis Tanah di Provinsi Jambi
No.
Jenis Tanah
Jumlah
1,956,162
39.93
Latosol
914,639
18.67
526,150
10.74
Andosol
340,479
6.95
296,388
6.05
264,545
5.4
Organosol
Podzolik Coklat + Andosol +
Podzolik
Podzolik Merah Kuning
226,823
4.63
Alluvial
191,550
3.91
Hidomorfik Kelabu
80,343
1.64
10
Latosol Andosol
57,808
1.18
11
12
Rawa Laut
Komplek Latosol + Litosol
41,151
2,449
0.84
0.05
48,989.78
100
Jumlah
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis tanah yang dominan di
Provinsi Jambi adalah Podzolik Merah Kuning dengan luas 1.956.162
hektar atau 39,93% dari luas wilayah sedangkan jenis tanah yang
terendah adalah komplek latosol dan litosol yaitu 2.449 hektar atau
0,05%.
1-15
Gambar 1.4
Peta Jenis Tanah
1-16
1.3.1.5
Hidrologi
Dilihat dari pola aliran sungai, dimana di daerah hulu pola aliran
sungainya berbentuk radial terutama di Kabupaten Sarolangun,
Kabupaten Merangin dan Kabupaten Kerinci, sedangkan di daerah pesisir
pola alirannya berbentuk paralel. Sungai-sungai di Provinsi Jambi
terutama Sungai Batanghari sangat berpengaruh pada musim hujan dan
kemarau.
Pada musim hujan kecenderungan air sungai menjadi banjir, sebaliknya
pada musim kemarau kecenderungan air sungai menjadi dangkal dan
fluktuasinya dapat mencapai 7 (tujuh)
meter. Dari kondisi ini sangat berpengaruh
pula pada permukiman penduduk yang
tinggal di sepanjang Wilayah Sungai
Batang Hari baik sebagai tempat tinggal
maupun sebagai tempat usaha tani.
Berdasarkan aliran sungai hampir semua
wilayah Provinsi Jambi dilalui oleh Sungai
Batanghari dengan orde-ordenya sehingga sebagian besar wilayah di
Provinsi Jambi berada dalam DAS Batanghari yang mencakup 6 sub DAS
didalamnya yaitu :
1) Sub DAS Batanghari Hulu
2) Sub DAS Batang Merangin Tembesi
3) Sub DAS Batang Tabir
4) Sub DAS Batang Bungo
5) Sub DAS Batang Tebo
6) Sub DAS Batanghari Hilir
Disamping itu terdapat DAS lainnya di wilayah Provinsi Jambi yang
prosentasinya tidak terlalu besar yaitu :
1) DAS Betara Pengabuan mencakup 7 Sub Das didalamnya
2) DAS Mendahara mencakup 9 Sub Das didalamnya
3) DAS Air Hitam Laut mencakup 4 Sub Das didalamnya.
Kabupaten/Kota
Kabupaten Kerinci
Kabupaten Merangin
Kabupaten
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjung Jabung
Timur
Tanjung Jabung Barat
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
2007
17360
13732
6152
Luas (Ha)
2008
2009
19258
16274
13702
14107
6341
6092
2010
16788
13906
6091
18853
25743
64078
18189
20739
58161
18116
21765
49758
10543,26
19063
21909 14,987,339
41437,05
43824
25054
9333
9793
1676
-
21433
9957
9823
1576
-
25321
10503
9837
1676
3874
21920
10552
7095
1664
3833
2011*)
13190,04
6258,18
5028,06
18206,59
4,963,366
8,604,886
1337,29
3560,15
Jika dibandingkan data luas sawah pada BPS Tahun 2007 2010
dengan data perhitungan dan interpretasi citra satelit maka dapat dilihat
bahwa luas lahan sawah pada masing-masing Kabupaten/Kota secara
umum mengalami penurunan. Perbedaan luas yang cukup signifikan
dapat dilihat di Kabupaten Merangin, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten
Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dan Kabupaten Tebo. Hal ini diperkirakan akibat
perubahan penggunaan lahan ke lahan non pertanian seperti
permukiman, perkebunan, industri dan lainnya.
1-18
Jenis Penggunaan
Lahan Permukiman
Sawah
Tegalan/Ladang
Perkebunan Campuran
Perkebunan Lain
Kebun Sawit
Rawa
Bandara
Semak/Belukar
Mangrove
Hutan
Lain-lain
Jumlah
Luas (Ha)
46.607,13
128,116,22
299.937,92
788.125,35
687.567,25
770.867,78
35.380,89
114,41
524.381,99
10.534,27
1.539.629,30
68.715,49
4,899,978,00
Persentase
0,95
2,61
6,12
16,1
14
15,7
0,72
0,002
10,7
0,21
31,4
1,4
100.00%
100
80
60
40
20
0
1993
2002
2009
Jenis Hutan
1
Cagar Alam
2
Hutan Lindung
3
Hutan Lindung Gambut
4
Hutan Produksi Tetap
5
Hutan Produksi Terbatas
6
Taman Hutan Rakyat
7
Taman Nasional
8
Taman Wisata Alam
Sumber : Dinas Kehutanan, 2010
Luas Lahan
(Hektar)
4.990
112.722
60.810
1.006.266
264.034
33.943
657.120
417
1-20
Penduduk
% Perubahan
1971
1,006,084
1980
1,445,994
43.73%
1990
2,020,568
39.74%
2000
2,413,846
19.46%
2010
3,092,265
28.11%
1971-1980
4.07
1980-1990
3.40
1990-2000
1.84
2000-2010
2.55
1-21
4.07
3.4
2.55
1.84
y = 4.6996e-0.202x
R = 0.5619
1-22
100,000
100,000
200,000
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
200,000
100,000
100,000
1-23
1-24
1-25
Gambar 1.10
Peta Sebaran Penduduk
1-26
Tabel 1.9.
Luas Wilayah dan Proyeksi Kepadatan Penduduk di Provinsi Jambi
Tahun 2033
No
Kabupaten/ Kota
Luas
Daratan
(Km)
Jumlah
Kec.
Kepadatan
2010
2033*
Kerinci
3,334.99
12
229,495
69
370,000
111
Merangin
7,508.23
24
333,206
44
400,000
53
Sarolangun
5,948.73
10
246,245
41
365,000
61
Bungo
4,673.16
17
303,135
65
455,000
97
Tebo
6,205.81
12
297,735
48
375,000
60
Batanghari
5,536.86
241,334
44
345,000
62
7
8
Muaro Jambi
Tanjung Jabung Barat
5,321.67
4,990.95
11
13
342,952
278,741
64
56
705,000
460,000
132
92
4,943.36
11
205,272
42
285,000
58
10
353.76
82,293
233
125,000
353
11
Kota Jambi
172.26
531,857
3,088
615,000
3,570
Jumlah
48,989.78
131
3,092,265
*Proyeksi
Sumber : BPS Provinsi Jambi 2000 2010. Diolah.
63
4,629,258
99
1-27
700
600
500
400
300
200
100
0
Dasar
Menengah
Atas
1-28
1-29
Gambar 1.11
Peta Rawan Bencana di Provinsi Jambi
1-30
Geologi
Susunan batuan di wilayah Provinsi Jambi terdiri dari: endapan
permukaan, batuan sedimen, batuan malihan, batuan gunung api dan
batuan terobosan.
Struktur geologi di Jambi adalah sturuktur regional yang merupakan
bagian dari sesar utama Sesar Besar Sumatera yang lebih dikenal
dengan Patahan Semangko berarah barat laut tenggara. Selain itu,
terdapat pula sesar-sesar sekunder yang memotong struktur regional
tersebut yang berarah timur laut barat daya, utara selatan dan barat
timur, di samping struktur sesar, struktur lipatan serta kekar pun banyak
dijumpai. Struktur lipatan terutama terdapat di Kabupaten Kerinci,
Sarolangun, Merangin, Bungo, Tebo serta Batanghari. Sedangkan kekar
terdapat pada semua jenis batuan yang ada.
Sesar di daerah Kerinci dapat dipisahkan menjadi tiga jalur sesar yaitu :
Jalur Sesar Bukit Barisan, Jalur Sesar Sebelah Barat Bukit Barisan dan
Jalur Sesar Sebelah Timur Bukit Barisan. Sesar daerah Sarolangun dan
Merangin yang utama adalah Sesar Turun Tembesi dan Sesar Naik
1-31
Tangkui. Sesar di daerah Bungo dan Tebo terlihat di hulu Sungai Pelepat
yang merupakan sesar tua bagian dari Sesar Besar Sumatera.
Golongan B
Golongan C
1. Batubara
2. Minyak bumi
3. Gas bumi
4. Timah putih
1. Emas
2. Air raksa
3. Bijih besi
4. Tembaga
1. Batu gamping
2. Marmer
3. Bentonit
4. Oker
5. Lempung
6. Felspar
7. Tras
8. Batu permata
9. Granit
10. Andesit
11. Pasir dan kerikil
kuarsa
12. Pasir, batu dan
kerikil
13. Obsidian/perlit
14. Kaolin
Lokasi (Kabupaten)
Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin, Sarolangun,
Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat
Batang Hari, Muaro Jambi
Batang Hari, Muaro Jambi
Tebo
Bungo, Merangin, Sarolangun, Tebo
Kerinci , Merangin
Bungo, Merangin, Sarolangun,
Sarolangun, Merangin
Merangin, Sarolangun, Kerinci
Merangin, Kerinci
Merangin, Tebo, Batang Hari, Bungo
Merangin, Bungo
Sarolangun, Kerinci, Merangin, Tebo
Merangin
Merangin, Kerinci
Merangin
Merangin, Bungo, Tanjung Jabung Barat, Krinci,
Sarolangun, Bungo, Tebo
Kerinci, Bungo
Sarolangun, Merangin, Bungo, Batanghari, Tanjung
Jabung Barat, Tebo
Batanghari
Tabel 1.11. Luas Daerah Pengaliran dan Debit dari Beberapa Sungai
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
Kabupaten/
Kota
Nama Sungai
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Batang Hari
Muaro Jambi
Tanjab Timur
Tanjab Barat
Batang Merao
Batang Merangin
Batang Sarolangun
Batang Hari
Batang Hari
Jangkat
Batang Pengabuhan
Merlung
Batang Tebo
Batang Bungo
Batang hari
Tebo
Bungo
Kota Jambi
Luas Daerah
Pengaliran
Debit Max
(m3/dtk)
Debit Min
(m3/dtk)
187,50
3.645,00
1.258,00
35.984,38
38.704,00
4.300,00
245,00
2.300,00
8.484,00
8.363,00
57,11
5,11
26,07
202,00
515,00
2,50
1.831,60
410,60
42.142,00
742,00
177,20
12.059,00
20,60
6,54
-
1-33
10
8
6
6.65
6.82
5.86
5.00
5.38
5.57
7.16
5.89
7.30
6.37
4
2
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1-34
Gambar 1.14. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi Menurut Harga Konstan 1993
Periode 1990-2005
5000000000
4500000000
4000000000
3500000000
3000000000
Rp
2500000000
2000000000
1500000000
1000000000
500000000
0
1990
1993
1996
1999
2002
2005
Tahun
PDRB Menurut Harga Konstan 1993 (Rp)
1-35
Sektor Listrik dan air bersih memberi kontribusi terkecil dalam PDRB
Provinsi Jambi, yakni 0,86 persen, meski demikian sub sektor ini
merupakan penunjang sektor-sektor lainnya.
Sumbangan sektor ekonomi tanpa migas terhadap PDRB provinsi Jambi
tahun 2009, ternyata diatas 80% walaupun sempat dibawah 80% pada
tahun 2008. Pada tahun 2006 sebesar 84,72 persen, kemudian terus
menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar 81,66 persen, tahun 2008
turun sebesar 76,17 persen dan pada tahun 2009 menjadi 83,50 persen.
Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir dapat digambarkan
kondisi struktur ekonomi Provinsi Jambi, untuk sektor primer cenderung
meningkat trennya, sementara sektor sekunder dan tersier cenderung
menurun seperti pada Tabel 1.12. Dapat dilihat bahwa kedepan struktur
ekonomi menjadi semakin bergantung kepada eksploitasi Sumberdaya
alam dan lahan. Dikaitkan dengan pertumbuhan angkatan kerja, maka
diperkirakan akan semakin rentan akan konflik pemanfaatan lahan pada
periode 2020 2033.
Tabel 1.12. Tren Perubahan Struktur Ekonomi Provinsi Jambi 1999 2009
(dalam persen)
Sektor
1999
2004
2009
Primer
35.75
38.20
44.66
Sekunder
20.85
19.46
16.05
Tersier
43.40
42.34
39.29
100.00
100.00
100.00
Jumlah
Tren
1-36
Tahun
Karet
Kelapa
Kelapa Sawit
Kopi
1990
468,813 113,828
44,763
30,732
1991
480,051 114,401
66,591
31,855
1992
490,483 116,237
79,297
30,855
1993
501,262 117,225
92,688
27,258
1994
505,453 117,908
100,036
26,771
1995
520,660 122,221
146,295
25,565
1996
538,634 122,847
185,934
25,761
1997
538,990 130,409
211,058
27,063
1998
551,525 134,720
242,692
26,978
1999
554,796 134,664
266,797
27,190
2000
558,570 135,113
296,010
28,755
2001
558,663 135,190
301,879
28,594
2002
561,162 135,192
302,152
28,532
2003
564,381 128,875
328,829
28,400
2004
572,674 134,747
337,000
28,560
2005
636,796 120,383
397,332
28,700
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2006
Cassiavera
Teh
Jumlah
45,367
46,689
48,276
50,685
57,887
52,483
57,680
58,627
58,887
60,177
60,776
61,769
62,128
59,845
63,815
50,586
2,619
2,619
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,625
2,629
3,020
3,020
3,020
706,122
742,206
767,773
791,743
810,680
869,849
933,481
968,772
1,017,427
1,046,249
1,081,849
1,088,720
1,091,795
1,113,350
1,139,816
1,236,817
1-38
1-39
Gambar 1.15
Peta Penggunaan Lahan
1-40
Gambar 1.16
Peta Kawasan Hutan
1-41
2-1
d. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Provinsi Jambi dengan garis pantai
yang panjang (sebagai sumberdaya alam) menyimpan sejumlah potensi
pengembangan yang dapat dijadikan sebagai kekuatan pembangunan
lainnya. Kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perairan pantai,
pariwisata, pertambangan minyak dan gas serta pengembangan pelabuhan
laut pada beberapa lokasi strategis bisa didukung dengan kawasan industri
yang merupakan potensi-potensi yang dapat dikembangkan di kawasan
tersebut.
2. Permasalahan
a. Pemanfaatan sumberdaya lahan terkait
pegunungan membutuhkan kehati-hatian
alam, khususnya di kawasan-kawasan
rawan terhadap bahaya bencana letusan
dan banjir.
2-2
2-3
2-4
2-5
RENCANA STRUKTUR
RUANG WILAYAH
PROVINSI JAMBI
3-1
Tabel 3.1
Peranan dan Fungsi Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
Tahun 2013 - 2033
No
Kabupaten/Kota
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Bungo
Tebo
Batanghari
Muaro Jambi
Keterangan
Termasuk ke
dalam Wilayah
Metropolitan
Jambi
3-2
No
Kabupaten/Kota
Tanjung Jabung
Timur
10
11
Kota Jambi
Keterangan
3-3
t. Perkotaan Pijoan;
u. Perkotaan Sebapo;
v. Perkotaan Marga;
w. Perkotaan Tanjung;
x. Perkotaan Merlung;
y. Perkotaan Tebing Tinggi;
z. Perkotaan Serdang Jaya;
aa. Perkotaan Mendahara;
bb. Perkotaan Nipah Panjang; dan
cc. Perkotaan Pandan Jaya
Sistem Pusat Kegiatan di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Sistem Pusat Kegiatan di Provinsi Jambi
Tahun 2013 - 2033
No.
Nama
Kota/Pusat
Permukiman
1.
Jambi
2.
Muara Bungo
Hirarki
Pelayanan
Keterangan
PKN
Ibukota
Provinsi
Jambi
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Pusat Perdagangan dan jasa
regional
3. Pusat transportasi
4. Industri pengolahan
5. Pusat pendidikan
6. Perumahan skala besar
Ibukota
Kabupaten
Bungo
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Pusat Perdagangan dan jasa
3. Industri pengolahan
4. Pertambangan
5. Pelayanan transportasi
6. Perumahan skala besar
Ibukota
Kabupaten
Sarolangun
PKW
PKNp
3.
Sarolangun
PKW
PKNp
3-5
4.
Kuala
Tungkal
PKW
5.
Muara Bulian
6.
Muara Sabak
PKW
PKWp
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Pusat perdagangan dan jasa
regional
3. Industri perikanan dan
kelautan
4. Pelabuhan laut dan antar
pulau
5. Pusat pendidikan
6. Kawasan pertahanan dan
keamanan maritim
1. Pusat pemerintahan
Kabupaten
2. Perdagangan dan jasa
3. Industri manufaktur
4. Pertambangan
5. Pendidikan
Ibukota
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Pusat koleksi dan distribusi
barang
3. Pusat perdagangan dan jasa
regional
4. Kawasan industri besar
5. Pusat transportasi laut
6. Kawasan Pertahanan dan
Keamanan maritim
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Perdagangan dan jasa
3. Industri pengolahan
4. Pendidikan
Ibukota
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Timur
Ibukota
Kabupaten
Batanghari
7.
Sengeti
PKWp
8.
Bangko
PKWp
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Perdagangan dan jasa
3. Pariwisata
4. Pendidikan
5. Pelayanan Agribisnis dan
Agroindustri
Ibukota
Kabupaten
Merangin
9.
Muara Tebo
PKWp
Ibukota
Kabupaten
Tebo
10.
Sungai Penuh
1. Pusat pemerintahan
kabupaten
2. Perdagangan dan jasa
3. Industri manufaktur
1. Pusat pemerintahan
2. Pusat pelayanan pariwisata
3. Perdagangan dan Jasa
4. Pendidikan
5. Konservasi
1. Pusat pelayanan pariwisata
2. Pusat Pertanian/Agrowisata
PKWp
11.
Sanggaran
Agung
PKL
Ibukota
Kabupaten
Muaro
Jambi
Ibukota
Kota Sungai
Penuh
Perkotaan
di
Kabupaten
Kerinci
3-6
12.
Siulak
PKL
13.
Batang Sangir
PKL
14.
Muara
Tembesi
15.
Simpang
Sungai
Rengas
16.
17.
18.
PKL
PKL
Muara Jangga
PKL
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
PKL
20.
Nipah
Panjang
21.
Mendahara
22.
PKL
Tebing Tinggi
Serdang Jaya
Merlung
19.
1. Pusat Pemerintahan
2. Pusat Pertanian/Agrowisata
PKL
PKL
1. Industri besar
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
3. Perumahan skala menengah
1. Perdagangan dan jasa
2. Industri Pengolahan
3. Simpul transportasi
PKL
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
PKL
Pandan Jaya
Perkotaan
di
Kabupaten
Kerinci
Perkotaan
di
Kabupaten
Kerinci
Perkotaan
di
Kabupaten
Batanghari
Perkotaan
di
Kabupaten
Batanghari
Perkotaan
di
Kabupaten
Batanghari
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Barat
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Barat
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Barat
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Timur
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Timur
Perkotaan
di
Kabupaten
Tanjab
Timur
3-7
23.
Wiroto Agung
PKL
24.
Sungai
Bengkal
25.
Rantau Ikil
26.
Tuo Limbur
PKL
PKL
PKL
27.
28.
Embacang
Gedang
Rantau
Keloyang
PKL
PKL
1. Simpul Transportasi
2. Perdagangan dan Jasa sub
regional
1. Perdagangan dan jasa
2. Industri pengolahan
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
3. Industri pengolahan
1. Simpul Transportasi
2. Mitigasi Bencana
3. Perdagangan dan jasa
4. Konservasi
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
1. Industri pengolahan
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
29.
Marga
PKL
30.
Tanjung
PKL
31.
Pijoan
PKL
32.
Sebapo
PKL
33.
Pekan
Gedang
PKL
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
3. Pusat pendidikan
4. Pusat pengembangan
keolahragaan
5. Perumahan skala besar
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang sub regional
3. Industri pengolahan
1. Perdagangan dan distribusi
barang
2. Pusat Pengembangan
Pertanian
Perkotaan
di
Kabupaten
Tebo
Perkotaan
di
Kabupaten
Tebo
Perkotaan
di
Kabupaten
Bungo
Perkotaan
di
Kabupaten
Bungo
Perkotaan
di
Kabupaten
Bungo
Perkotaan
di
Kabupaten
Bungo
Perkotaan
di
Kabupaten
Muaro
Jambi
Perkotaan
di
Kabupaten
Muaro
Jambi
Perkotaan
di
Kabupaten
Muaro
Jambi
Perkotaan
di
Kabupaten
Muaro
Jambi
Perkotaan
di
Kabupaten
Sarolangun
3-8
34.
Pauh
35.
Singkut
PKL
PKL
36.
Rantau
Panjang
PKL
37.
Pasar
Pamenang
PKL
38.
Pasar Masurai
PKL
39.
Sungai Manau
PKL
1. Industri pengolahan
2. Simpul transportasi
3. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
3. Kawasan Agropolitan
Perkotaan
di
Kabupaten
Sarolangun
Perkotaan
di
Kabupaten
Sarolangun
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
Perkotaan
di
Kabupaten
Merangin
Perkotaan
di
Kabupaten
Merangin
Perkotaan
di
Kabupaten
Merangin
Perkotaan
di
Kabupaten
Merangin
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
1. Simpul transportasi
2. Perdagangan dan distribusi
barang lokal
3-9
Gambar 3.1
Peta Rencana Struktur Ruang
3-10
Gambar 3.2
Peta Rencana Sistem Perkotaan
3-11
Gambar 3.3
Peta Rencana Sistem Pusat Permukiman
3-12
3-13
3-19
Gambar 3.4
Peta Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan
3-20
3-21
Gambar 3.5
Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
3-25
Gambar 3.6
Peta Rencana Sistem Jaringan Tol
3-26
Gambar 3.7
Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan Kereta Api
3-27
3-28
3. Kabupaten Bungo;
4. Kabupaten Tebo;
5. Kabupaten Tanjung Jabung Barat; dan
6. Kabupaten Muaro Jambi.
e. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) meliputi:
1. Kabupaten Sarolangun;
2. Kabupaten Merangin;
3. Kabupaten Bungo;
4. Kabupaten Tebo;
5. Kabupaten Muaro Jambi;
6. Kabupaten Batanghari;
7. Kabupaten Kerinci dan
8. Kota Sungai Penuh
f. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG)
meliputi:
1. Kabupaten Muaro Jambi;
2. Kabupaten Tanjung Jabung Barat; dan
3. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
g. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) meliputi:
1. Kabupaten Kerinci;
2. Kabupaten Merangin; dan
3. Kabupaten Sarolangun.
C. Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Jaringan transmisi tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:
a. mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di
kawasan perkotaan hingga perdesaan;
b. mendukung pengembangan kawasan perdesaan, dan kawasan terisolasi;
c. melintasi kawasan permukiman, wilayah sungai, laut, hutan, persawahan,
perkebunan, dan jalur transportasi;
d. berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan
memperhatikan persyaratan ruang bebas dan jarak aman;
e. merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran udara,
kabel bawah tanah; dan
f. menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan nominal
lebih dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.
Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik
antar sistem yang menggunakan kawat saluran udara atau kabel bawah tanah.
Sistem jaringan kelistrikan di Provinsi Jambi diarahkan untuk:
a. Mendorong percepatan penyelesaian pengembangan dan pembangunan
Jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) interkoneksi
jaringan listrik Riau - Tanjung Jabung Barat - Batang Hari - Muaro Jambi
Merangin Sarolangun Sumatera Selatan untuk transmisi SUTET;
3-30
Uraian
Keterangan
Jumlah Penduduk
Jiwa
Jumlah Rumah
Rumah Tipe
Besar
Rumah Tipe
Sedang
Rumah Tipe
Kecil
Rumah Tipe
Besar
Rumah Tipe
Sedang
2013
2018
2023
2028
2033
3.092.265
3.310.000
3.615.000
4.105.000
4.500.000
Unit
618.453
625.877
666.401
706.925
747.449
Unit
61.845
62.588
66.640
70.693
74.745
Unit
185.536
187.763
199.920
212.078
224.235
Unit
371.072
375.526
399.841
424.155
448.469
(KVA)
136.000
137.693
146.608
155.524
164.439
(KVA)
241.197
244.092
259.896
275.701
291.505
(KVA)
333.963
337.974
359.857
381.740
403.622
(KVA)
711.221
719.759
766.361
812.964
859.566
(KVA)
268.965
287.904
314.433
357.053
402.653
Penerangan Jalan
(KVA)
33.621
35988
39304
44.632
50.332
(KVA)
974.999
1.043.651
1.139.818
1.294.316
1.459.616
3
4
5
6
c. Pembangunan energi listrik bersumber dari tenaga gas bumi dan tenaga uap
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
d. Pembangunan PLTU Mulut Tambang
e. Pengamanan jalur transmisi tegangan tinggi.
f. Pengembangan jaringan distribusi dengan memperhatikan perkembangan
dan penyebaran permukiman dan kawasan budi daya.
g. Pengembangan sumber-sumber energi alternatif baru dengan memanfaatkan
potensi sumber daya yang ada seperti panas bumi (geothermal), batu bara
dan gas atau pembangunan PLTMH dan PLTS.
3-32
Gambar 3.8
Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi
3-33
Uraian
Jumlah
Penduduk
Jumlah Rumah
2
3
Telepon Rumah
Tangga
Keterangan
2013
2018
2023
2028
2033
Jiwa
3.092.265
3.310.000
3.615.000
4.105.000
4.629.258
Unit
618.453
625,877
666,401
706,925
747,449
SST
185.536
187,763
199,920
212,078
224,235
Jaringan Irigasi
Daerah Irigasi yang menjadi Kewenangan Nasional meliputi: DI Batang hari
meliputi Kabupaten Tebo dan Kabupaten Bungo serta DI Sei SiuLak Deras
dan DI Sei Batang Sangir di Kabupaten Kerinci.
3-37
Uraian
Keterangan
Jumlah
Penduduk
Jiwa
2 Total
Produksi
Sampah
(m3)
3 Produksi
Permukiman
(m3)
4 Produksi
Komersial
(m3)
5 Produksi
Sosial
(m3)
6 Produksi
Lain-Lain
(m3)
7 Kebutuhan
Tong
Sampah
Buah
8 Kebutuhan
Gerobak
Buah
9 Kebutuhan
TPS
Buah
Sumber : Hasil Analisis, 2012
2013
2018
2023
2028
2033
3.092.265
3.310.000
3.615.000
4.105.000
4.629.258
10.436
11.171
12.201
13.854
15.624
7.731
8.275
9.038
10.263
11.573
1.546
1.655
1.807
2.052
2.315
828
904
773
1.026
1.157
387
414
452
513
579
260.907
279.278
305.012
346.355
390.589
8.349
8.937
9,760
11,083
12,498
2.609
2.792
3.050
3.463
3.905
Melihat angka timbunan sampah yang besar tersebut maka diarahkan adanya
rencana pengelolaan persampahan di Provinsi Jambi sampai tahun 2033 melalui
penyediaan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah dengan sistim Lahan Urug
Saniter (Sanitary Landfill);
Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh yang tidak memiliki lahan untuk lokasi TPA
Sementara diarahkan untuk bekerjasama dengan kabupaten terdekat dalam
3-38
bersangkutan.
Tabel 3.6
Arahan Pengembangan TPAS Regional Provinsi Jambi
Tahun 2033
No
Kabupaten/Kota
Kebutuhan
TPAS
Regional/Unit
1
Keterangan
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Bungo
Tebo
Batanghari
Muaro Jambi
9
10
Tanjung Jabung
Timur
Kota Sungai Penuh
11
Kota Jambi
Jumlah
3-39
3-40
Gambar 3.9
Peta Rencana TPA Sanitary Landfill
3-41
4
5
Uraian
Jumlah
Penduduk
Kebutuhan
Domestik
Kran
Umum
Hidran
Umum
Kebutuhan
Non
Domestik
Kebutuhan
D + ND
Kehilangan
Air
Keterangan
Jiwa
2013
2018
2023
2028
2033
3.092.265
3.310.000
3.615.000
4.105.000
4.629.258
150 L/Org/h
463.839.750
496.500.000
542.250.000
615.750.000
694.388.700
30%
139.151.925
148.950.000
162.675.000
184.725.000
208.316.610
10%
46.383.975
49.650.000
54.225.000
61.575.000
69.438.870
25% Keb.
Domestik
115.959.938
124.125.000
135.562.500
153.937.500
173.597.175
579.799.688
620.625.000
677.812.500
769.687.500
867.985.875
115.959.938
124.125.000
135.562.500
153.937.500
173.597.175
695.759.625
744.750.000
813.375.000
923.625.000
1.041.583.050
L/h
20% Total
D+ND
Kebutuhan Total
L/h
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Sejalan dengan besarnya kebutuhan air bersih dan kondisi wilayah yang ada
maka sampai tahun 2033 diarahkan adanya pengembangan cakupan pelayanan
air bersih sebagai berikut :
3-42
1. Untuk lima tahun pertama (2013 2018) diarahkan tingkat pelayanan air
bersih di setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 40 % dari total
wilayah permukiman perkotaan yang ada.
2. Untuk lima tahun kedua (2018 2023) diarahkan tingkat pelayanan air bersih
di setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 60 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
3. Untuk lima tahun ketiga (2023 2028) diarahkan tingkat pelayanan air bersih
di setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 80 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
4. Untuk lima tahun ketiga (2028 2033) diarahkan tingkat pelayanan air bersih
di setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 90% dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
3-43
Tabel 3.8
Proyeksi Produksi Limbah di Provinsi Jambi
Tahun 2013 - 2033
No
1
Uraian
Ket.
2013
3.092.265
2018
3.310.000
2023
3.615.000
2028
4.105.000
2033
4.629.258
Jiwa
Jumlah Penduduk
Kebutuhan Air
Minum
L/h
Produksi Limbah
L/h
Sistem septic tank yang akan dikembangkan terdiri dari dua jenis septic tank
yaitu:
1. Sistem septic tank individu, dimana penanganan air limbah ini dengan
membuat septic tank pada tiap-tiap rumah, yang hanya melayani satu rumah.
Penerapan bentuk ini terutama ditujukan bagi kawasan perumahan yang
kepadatan penduduknya rendah.
2. Sistem septic tank komunal, dimana satu septic tank digunakan bersama
oleh beberapa keluarga/rumah (15 20 rumah) secara kolektif yang
disalurkan melalui saluran tertutup dari setiap rumah ke septic tank, hal ini
untuk menghindari terjadi pencemaran oleh limbah tersebut terhadap
lingkungan sekitar.
Penggunaan sistem ini terutama ditujukan bagi kawasan-kawasan yang
memiliki intensitas kegiatan tinggi seperti dikawasan perkotaan dan kawasan
permukiman lain yang cukup padat. Cara ini merupakan sistem yang sangat
baik untuk dikembangkan pada daerah perkotaan karena dapat menghemat
kebutuhan lahan dan pengontrolan dapat dilakukan secara kolektif.
a. Sistem pengelolaan limbah domestik berupa Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) komunal terdapat di setiap PKNp, PKW, PKWp, dan PKL,
sebagian diarahkan menggunakan sistem septik tank dengan
resapan/filter, sebagian dengan septik tank tanpa resapan dengan proses
pengolahan langsung ke dalam IPLT yang sudah ada (menggunakan truk
tinja) dan di perdesaan menggunakan sistem SPAL.
b. Sistem pengelolaan limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) diarahkan
untuk mempergunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sendiri di
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten
Sarolangun.
Sejalan dengan besarnya produksi limbah dan kondisi wilayah yang ada maka
sampai tahun 2031 diarahkan adanya pengembangan cakupan pelayanan
limbah secara komunal untuk wilayah perkotaan sebagai berikut :
1. Untuk lima tahun pertama (2013 2018) diarahkan tingkat pelayanan limbah
di setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 30 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
3-44
2. Untuk lima tahun kedua (2018 2023) diarahkan tingkat pelayanan limbah di
setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 40 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
3. Untuk lima tahun ketiga (2023 2028) diarahkan tingkat pelayanan limbah di
setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 50 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
4. Untuk lima tahun ketiga (2028 2033) diarahkan tingkat pelayanan limbah di
setiap kebupaten/kota di Provinsi Jambi adalah 60 % dari total wilayah
permukiman perkotaan yang ada.
3.3.4.4 Sistem Drainase
Sistem jaringan drainase di wilayah Provinsi Jambi berupa pengembangan
jaringan drainase primer dan jaringan drainase sekunder yang direncanakan
berada pada sistem wilayah Sungai Batanghari dan sistem wilayah Sungai
Pengabuan Lagan.
3-45
4-1
4-2
Tabel : 4.1
Rencana Kawasan Lindung Provinsi Jambi
Tahun 2013 2033
No
1
2
Jenis Kawasan
Hutan Lindung
Kawasan Yang Memberikan
Perlindungan Kawasan
Bawahannya
Kawasan Resapan Air
Kawasan Bergambut
Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan Pantai
Sempadan Sungai
Sempadan Danau/Situ
Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Suaka Alam Dan Cagar
Budaya
Kawasan Suaka Alam dan Perairan
Laut
Cagar Alam
Cagar Alam Durian Luncuk I
Cagar alam Hutan Bakau Pantai
Timur
Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Cagar Alam Hutan Bakau Pantai
Timur
Taman Nasional
Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Taman Nasional Berbak
Taman Nasional Bukit Dua Belas
Taman Nasional Kerinci Sebelat
Taman Hutan Raya
Taman Wisata Alam
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan
Perkiraan Luas
(Ha)
163,534
Ha
59,995
Ha
Ha
1.12
:
:
:
18,500
268,440
12,995
-
Ha
Ha
Ha
Ha
0.35
5.02
0.24
-
:
:
486
402.615
115
Ha
Ha
Ha
7.53
0.00
402.500
402.587
87
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
:
:
402.500
687.687
34.490
142.500
60.500
450.197
36.160
426
Ha
Ha
1.13
0.65
3.000
Ha
0.68
5,343,500
Ha
% thd
luas Prov.
3.06
8.43
2.67
4-3
Gambar 4.1
Peta Rencana Pola Ruang
4-4
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama menjaga
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya buatan yang
merupakan modal dasar untuk pembangunan yang berkelanjutan.Rencana
pemantapan kawasan lindung adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan
hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan sedangkan
arahannyaadalah :
4-5
4-6
4-7
c. Pemanfaatan jasa lingkungan dan jasa hutan bukan kayu tanpa mengubah
bentang alam dan memperhatikan kelestarian fungsi kawasan hutan gambut
tersebut.
4-8
4-9
4-10
Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP) privat adalah ruang terbuka
hijau kawasan perkotaan yg penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pihak atau lembaga swasta, perseorangan, dan masyarakat yang
dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota,
kecuali provinsi DKI Jakarta oleh pemerintah provinsi. Ruang terbuka hijau
privat adalah ruang terbuka hijau milik institusi tertentu atau perseorangan
yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas, antara lain berupa kebun atau
halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP) publik adalah ruang terbuka
hijau kawasan perkotaan yg penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.Ruang terbuka hijau publik merupakan
ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.
4-11
Pengelolaan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka marga satwa dan
hutan wisata) sesuai dengan tujuan perlindungannya masing-masing
Pelarangan dilakukannya kegiatan budi daya apapun, kecuali kegiatan yang
berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi
penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada pada tiap jenis kawasan
suaka alam
Pengelolaan Taman Nasional (didalamnya termasuk Cagar Alam dan Marga
satwa) dengan mengembangkan zona-zona pemanfaatan ruang untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan
Pengelolaan taman kota alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan
pariwisata/rekreasi alam.
Pengelolaan taman kota alam yang memadukan kepentingan pelestarian dan
pariwisata/rekreasi alam.
4-12
4-13
lindung atau vegetasi tetap dengan keragaman flora dan fauna, bentang alam dan
akses yang baik untuk pariwisata. Kriteria penetapan kawasan taman hutan raya
menurut PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
meliputi:
a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau satwa yang
beragam;
b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
c. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada
kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah
berubah;
e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
f. memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli.
Taman Hutan Raya yang ada di Provinsi Jambi adalah Taman Hutan Raya Sekitar
Tanjung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi dan
Taman Hutan Raya Senami (Sultan Thaha Syaifuddin) di Kabupaten Batang Hari.
Arahan pengelolaan taman hutan raya ini antara lain:
1. Mengembalikan fungsi lindung terutama pada kawasan dengan kelerengan
40% dan menetapkan peraturan daerah tentang larangan mendirikan
bangunan pada kawasan konservasi; serta
2. Program pengelolaan kawasan :
a. Program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan
memberikan pemahaman tentang pentingnya hutan selain mempunyai
fungsi ekologis juga secara tidak langsung memiliki nilai ekonomis
b. Memperbanyak reboisasi dengan melakukan penanaman pohon produktif
yang dapat digunakan sebagai perlindungan disamping untuk diambil
hasilnya.
c. Membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa memiliki
terhadap alam.
4-14
c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan
d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan
wisata alam.
Taman wisata alam di Provinsi Jambi memiliki luas kurang lebih 426 (empat ratus
dua puluh enam) hektar berupa Taman Wisata Alam Bukit Sari Sungai Bengkal di
Kabupaten Tebo.
4.1.4.6 Kawasan Cagar Budayadan Ilmu Pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan merupakan kawasan serta ruang
di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi yang bertujuan untuk melindungi
kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeologi,
bangunan keagamaan, dan keragaman bentukan geologi yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, dari ancaman kepunahan yang disebabkan
oleh kegiatan alam maupun manusia
Di Provinsi Jambi kawasan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di
Kabupaten Tebo dengan luas kurang lebih 1.169 (seribu seratus enam puluh
sembilan) hektar.
4-15
Tabel 4.2
Kawasan Rawan Bencana di Provinsi Jambi
No
Kabupaten/Kota
Bencana
Kerinci
Merangin
Sarolangun
Bungo
Tebo
Batanghari
Sesar, Banjir
Kabupaten/Kota
Bencana
Muaro Jambi
Sesar, Banjir
Sesar,
Banjir
10
11
Kota Jambi
No.
4-16
4-17
4-18
4-19
j. Buat tempat penampungan yang kuat dan tahan api untuk kondisi kedaruratan.
k. Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi harus mengetahui posisi
tempat tinggalnya pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
(penyuluhan).
l. Masyarakat yang bermukim di sekitar gunungapi hendaknya faham cara
menghindar dan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi letusan
gunungapi (penyuluhan).
m. Paham arti dari peringatan dini yang diberikan oleh aparat/pengamat
gunungapi (penyuluhan).
n. Melakukan koordinasi dengan aparat/pengamat gunungapi.
4-20
4-21
4-22
Ha, atau 4,73 % dari luas Provinsi Jambi, yang menyebar di beberapa wilayah
kabupaten antara lain: di Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dan Kabupaten Tebo.
Arahan pengembangan kawasan hutan produksi terbatas adalah untuk
memanfaatkan hasil hutan secara terbatas yang eksploitasinya dilakukan dengan
tebang pilih. Arahan pengembangannya adalah sebagai berikut:
a. Pengusahaan Hutan Produksi Terbatas melalui pemberian izin Hak
Pengusahaan Hutan (HPH);
b. Pengusahaan hutan produksi terbatas dengan menerapkan tebang pilih;
c. Pembatasan dan pengendalian pemberian izin Hak Pengusahaan Hutan serta
penetapan batas HPH yang jelas dengan menghindari tumpang tindih untuk
menjaga kelestarian kawasan-kawasan hutan yang berfungsi lindung;
d. Reboisasi dan rehabilitasi lahan bekas tebangan HPH;
e. Pengembangan zona penyangga pada kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindung;
f. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lahan
(pertanian dan pertambangan)
4-23
4-24
lahan kering. Pada lahan kering diutamakan untuk pengembangkan palawija dan
hortikultura (sayuran dan buah-buahan).
A.
B.
4-25
C.
4-26
4-27
usaha
4-28
4-29
Gambar 4.2
Peta Kawasan Pertambangan
4-30
4-31
4-32
4-33
4-34
4-35
PENETAPAN KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI JAMBI
5-2
5-4
5-5
Tujuan penetapan kawasan strategis Kota Jambi - Muara Bulian Jambi ini
adalah untuk mendorong berkembangnya perkotaan Muara Bulian sebagai
pusat kegiatan wilayah dan menjadi pendukung pengembangan wilayah
Metropolitan Jambi.
Sektor unggulan yang tedapat di kawasan strategis Kota Jambi - Muara Bulian
Jambi adalahperkebunan, perdagangan, pertanian, pertambangan dan
industri.Secara administratif lokasi kawasan strategis Kota Jambi - Muara
Bulian Jambi terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten
Muaro Jambi.Kawasan strategis provinsi Kota Jambi - Muara Bulian
Jambiakan berfungsi untuk mendorong upaya optimalisasi pemanfaatan
sumber daya alam yang ada dan mendukung pengembangan wilayah
Metropolitan Jambi.
2. Kawasan Strategis Perkotaan Muara Bungo dan Perkotaan Muaro Tebo
Kawasan strategis Perkotaan Muara Bungo dan Perkotaan Muara
Tebomerupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang tinggi dan
strategis dimana kawasan ini merupakansalah satu pusat pertumbuhan
penting di wilayah tengan Provinsi Jambi yang membentuk sebuah wilayah
yang perkembangan ekonominya cukup pesat.
Sektor unggulan yang terdapat di kawasan strategisPerkotaan Muara Bungo
dan Perkotaan Muara Teboadalah perdagangan, jasa dan industri.Kawasan
strategis Perkotaan Muara Bungo dan Perkotaan Muara Teboakan berfungsi
untuk mendorong upaya pengembangan sektor perdagangan dan jasa di
Provinsi Jambi.
3. Kawasan Strategis Pantai Timur Provinsi Jambi (Kawasan Tanjab Barat
dan Tanjab Timur)
Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi merupakan wilayah yang memiliki
potensi sumber daya alam yang banyak khususnya potensi minyak dan gas
bumi.Selain itu tingkat perkembangan ekonomi yang berkembang baik dan
kedekatan dengan wilayah Malaysia dan Singapura telah menempatkan
Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi dalam suatu sistem perdagangan
internasional.
Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi ini diarahkan untuk membangun
kawasan-kawasan ekonomi yang memanfaatkan laut lepas.Secara
administrasi kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi meliputi Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
5-6
5-7
kepentingan
pendayagunaan
5-8
5-9
5-10
5-11
ARAHAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH
PROVINSI JAMBI
6.1 Prioritas Pemanfaatan Ruang
Kegiatan pemanfaatan ruang merupakan penjabaran dari rencana struktur ruang
dan pola ruang. Kegiatan pemanfaatan ruang meliputi penyusunan program,
kegiatan dan tahapan pemanfaatan ruang dalam wilayah Provinsi Jambi.
2.
3.
PKL
Sarana dan prasarana minimum yang harus dimiliki setiap PKL terdiri
dari terminal regional tipe C dan atau, pelabuhan laut regional/lokal,
6-2
4.
b.
c.
d.
e.
dari pendangkalan.
d. pemeliharaan kawasan sekitar danau/waduk dari berbagai usaha
dan/atau kegiatan yang dapat mengganggu kelestarian fungsi
waduk/danau.
e. perlindungan kawasan sekitar mata air dan rawa.
f. penyediaan ruang terbuka hijau kota dan hutan kota.
g. pengendalian tata air sebagai upaya pelestarian habitat flora dan
fauna, meningkatkan nilai estetika Iingkungan perkotaan dan
kenyamanan kehidupan di kota.
4. Program perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan
cagar budaya
Program kawasan suaka alam bertujuan untuk perlindungan
keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala keunikan alam di kawasan
suaka alam untuk kepentingan plasma nuftah, keperluan pariwisata, ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada urnumnya, meliputi:
a. perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala keunikan
alam di kawasan suaka alam untuk kepentingan plasma nuftah,
keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada
urnumnya
b. pelestarian fungsi lindung dan tatanan lingkungan kawasan berupa
peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari
pencemaran serta pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata
c. perlindungan kekayaan budaya bangsa yang meliputi peninggalanpeninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional; dan
d. perlindungan keanekaragaman bentukan geologi di kawasan cagar
budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pencegahan dari
ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun
manusia.
5. Perwujudan kawasan rawan bencana alam
Program perwujudan kawasan rawan bencana alam meliputi:
a. penetapan (deliniasi) kawasan rawan bencana alam di wilayah
Provinsi secara lebih akurat dan detail.
b. pengendalian
dan
pembatasan
kegiatan
pembangunan
permukiman/perkotaan melalui pengaturan KDB dan KLB yang ketat
c. pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana alam untuk
melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam.
d. penghijauan pada lahan kritis.
B. Program Perwujudan Kawasan Budidaya
1. Program Perwujudan Kawasan Hutan Produksi
Program perwujudan kawasan hutan produksi berupa pengembangan
hasil hutan bukan kayu seperti komoditi rotan, tanaman obat dan sutera
alam dan potensi lainnya yang dapat dikembangkan.
2. Program Perwujudan Kawasan Pertanian
Intensifikasi kawasan pertanian untuk kawasan pertanian lahan basah
6-7
perumahan
atau
permukiman
lndikasi program utama lima tahun pertama diuraikan per tahun kegiatan.
Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program
pembangunan yang akan diterapkan di wilayah perencanaan, sesuai dengan
tujuan pengembangan tata ruang di masa yang akan datang. Indikasi program
pembangunan ditentukan berdasarkan arahan RTRW.
Adapun program-program yang direncanakan, dapat dikelompokkan dalam
beberapa program kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai indikasi program
dapat di lihat pada Tabel 6.1
6.3 Pembiayaan Program Pemanfaatan Ruang
Sumber pembiayaan dalam merealisasikan program pemanfaatan ruang pada
prinsipnya diperoleh dari Pemerintah (Pusat dan/atau Provinsi) maupun
Pemerintah
Daerah
(kabupaten/kota),
perorangan
dan
masyarakat
(swasta/investor), yang diwujudkan melalui anggaran pendapatan negara,
anggaran pendapatan daerah, dan dana investasi serta sumber-sumber yang
sah lainnya.
Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dijelaskan bahwa sumber-sumber
pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari:
a. Hasil Pajak Daerah;
b. Hasil Retribusi Daerah;
c. Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan;
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
2. Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam:
a. Dana Alokasi Umum;
b. Dana Alokasi Khusus.
3. Pinjaman Daerah,
4. Lain-lain penerimaan yang sah.
Pembiayaan dalam rangka perwujudan rencana struktur ruang dan perwujudan
rencana pola ruang yang ditetapkan secara nasional diperoleh dari anggaran
Pemerintah (Pusat) sedangkan yang ditetapkan oleh provinsi diperoleh dari
anggaran Pemerintah Provinsi.
Pembiayaan lain juga dapat diperoleh dari dana investasi perorangan dan
masyarakat (swasta/investor) maupun dana yang dibiayai bersama (sharing)
baik antar Pemerintah (Pusat dan Provinsi), antar Pemerintah dan Pemerintah
Daerah (Kabupaten/Kota) maupun antara swasta/investor dengan Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah, dan dana Iainnya dari penerimaan yang sah.
Selanjutnya
dalam
pengelolaan
perolehan
sumber
pembiayaan
dan
6-13
6-14
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
1.
1.1
Kota Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Perkotaan Muara
Bungo
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
i. pengembangan
tinggi;
Kota Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Pendidikan &
Kebudayaan,
Dinas Pendidikan
Kebudayaan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Kesehatan, Dinas
Kesehatan, RSUD
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
sarana
pendidikan
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perindustrian.
Kementerian
Perdagangan dan
Dinas Perindag
Provinsi
Program Utama
1.2
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara
Bulian,
Perkotaan
Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
b. peningkatan dan pengembangan pasar Perkotaan Kuala
regional;
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Kesehatan,
Dinas
Kesehatan
Provinsi, RSUD
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
Perkotaan Bangko;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
APBN dan
APBD Provinsi
f. optimalisasi TPA
serta
prasarana dan sarana persampahan;
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
Kementerian
Perhubungan,
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan, Dinas
Perhubungan
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
Perkotaan Kuala
Tungkal, Perkotaan
Muara Bulian,
Perkotaan Muara
Sabak;
Kota Sungai Penuh;
Perkotaan Bangko;
Perkotaan Sengeti;
dan
Perkotaan Muara
Tebo.
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Dinas PU Provinsi
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
1.3
Seluruh PKL di
Provinsi Jambi
APBD Provinsi
APBD Provinsi
Dinas Kesehatan
Provinsi
Dinas PU Provinsi
c. pembangunan
atau
peningkatan
pelayanan terminal regional tipe C
menjadi tipe B
d. peningkatan kapasitas pelayanan air
minum perpipaan di perkotaan;
APBD Provinsi
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBD Provinsi
Dinas PU Provinsi
APBD Provinsi
Dinas PU Provinsi
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
PJM 3
(20232027
PJM 4
(20282033)
5th
5th
5th
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
2.1
Batas
Sumatera
Selatan/Jambi.
Kota Jambi,
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Batang Hari
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Kabupaten Bungo,
Kabupaten Merangin,
Kabupaten
Sarolangun
Muara Tebo;
- Muara Tebo Sungai Bengkal;
- Sungai
Bengkal
Batas
Kabupaten
Batanghari/Kabupaten Tebo;
- Batas
Kabupaten
Batanghari/Kabupaten Tebo
Muara Tembesi;
- Muara Tembesi Batas Kota
Muara Bulian;
- Jalan Muara Tembesi (Muara
Bulian);
- Jalan
Gadjahmada
(Muara
Bulian);
- Batas Kota Muara Bulian
Batas
Kabupaten
Muaro
Jambi/Kabupaten Batanghari;
dan
- Batas
Kabupaten
Muaro
Jambi/Kabupaten Batanghari
Simpang Mendalo Darat.
Kab.
Bungo,
Kabupaten Tebo,
kabupaten
Batanghari,
Kabupaten
Muaro Jambi
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Kota Jambi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Pematang
Lumut;
Pematang Lumut Batas
Kota Kuala Tungkal;
Jalan Sultan Thaha Kuala
Tungkal;
Jalan Jenderal Sudirman
Kuala Tungkal;
Jalan Sri Sudewi Kuala
Tungkal; dan
Jalan Akses Pelabuhan
Roro Kuala Tungkal.
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Batas
Kabupaten
Batang
Hari/Kabupaten Sarolangun;
- Batas
Kabupaten
Batanghari/Sarolangun Pauh;
dan
- Pauh Sarolangun.
Jalan Penghubung (Feeder Road) III
Bangko Sungai Penuh Batas
Sumbar yang meliputi ruas jalan:
- Jalan Makalam Bangko;
- Jalan M. Yamin Bangko;
- Bangko Sungai Manau;
- Sungai Manau Batas Kerinci;
- Batas Kerinci Sanggaran
Agung;
- Sanggaran Agung Sungai
Penuh;
- Jalan RE. Martadinata Sungai
Penuh;
- Jalan Kapten Muradi Sungai
Penuh;
Kementerian PU
dan Dinas PU
Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Batas
Sumbar/Jambi (Letter W).
Jalan penghubung Antar Pusat
Kegiatan yang meliputi ruas jalan:
- Simpang Tempino Batas
Muaro Jambi/Batang Hari;
- Batas Muaro Jambi/Batang Hari
Simpang Panerokan;
- Simpang Panerokan Batas
Kota Muara Bulian;
- Jalan Jend. Sudirman Muara
Bulian;
- Jalan Lingkar Bungo;
- Simpang
Niam
Batas
Kabupaten
Tebo/Kabupaten
Tanjung Jabung Barat;
- Batas
Kabupaten
Tebo/Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat - Lubuk Kambing
Merlung; dan
- Talang Duku Manis Mato - Desa
Sogo/Suak Kandis.
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
c.
APBN dan
APBD Provinsi
Seluruh
Kabupaten Kota
se-Provinsi jambi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Batas
Kabupaten
Bungo/KabupatenTebo
Simpang Logpon;
Simpang Ahok - Simpang Pasar Bumi Perkemahan;
Simpang Jelatang - Batas
Kabupaten Merangin/Kabupaten
Sarolangun;
Batas
Kabupaten
Merangin/Kabupaten Sarolangun
Mentawak Baru Simpang
Pematang Kabau;
Simpang Kuamang - Batas
Kabupaten Merangin/Kabupaten
Bungo;
Batas
Kabupaten
Merangin/Kabupaten Bungo Batas
Kabupaten
Bungo/Kabupaten Tebo;
Batas
Kabupaten
Bungo/Kabupaten Tebo-Simpang
Betung Bedarah;
Simpang Penerokan - Batas
Kabupaten
Muaro
Jambi/Kabupaten Batang Hari;
Batas Muaro Jambi/Batang Hari Sungai Bahar - Batas Kabupaten
Muaro Jambi/Kabupaten Batang
Hari;
Batas Muaro Jambi/Batang Hari Batas
Kabupaten
Batang
Hari/Kabupaten Sarolangun;
Durian Luncuk Batas Kabupaten
Batang Hari/Sarolangun - Batas
Kabupaten
Batang
Hari/Kabupaten Sarolangun;
Simpang
Pematang Kabau;
Simpang Margoyoso- Batas
Kabupaten
Merangin/Kabupaten
Sarolangun; dan
Simpang Merkeh Air Batu
(Akses Geopark Merangin).
Jalan
Perkotaan
Sungai
Penuh yang terdiri dari ruas
jalan:
Jalan Sultan Thaha;
Jalan Diponegoro; dan
Jalan M. Yamin.
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Kabupaten
Muaro
Jambi
dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
APBN dan
APBD Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Waktu Pelaksanaan
No
Program Utama
Lokasi
Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten
Batanghari,
Kabupaten Muaro
Jambi
dan
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kabupaten Muaro
APBN dan
Jambi, Kabupaten
APBD Provinsi
Merangin, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Tanjung
Jabung Timur,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Kerinci
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
2.2
pengembangan jaringan
transportasisungai, danau dan
penyeberangan.
Pelabuhan Muara Tembesi
Kabupaten Batang Hari;
di
Kabupaten Batang
Hari
APBN dan
APBD Provinsi
Kabupaten Tebo
APBN dan
APBD Provinsi
P elabuhan
Muara
Kabupaten Tebo;
Tebo
di
Pelabuhan
Muara
Kabupaten Bungo;
Bungo
di Kabupaten Bungo
APBN dan
APBD Provinsi
Pelabuhan
Pauh,
Pelabuhan Kabupaten
Mandiangin
dan
pelabuhan Sarolangun
Sarolangun di Kabupaten Sarolangun;
APBN dan
APBD Provinsi
Pelabuhan
Nipah
Panjang
di Kabupaten Tanjung
Kabupaten Tanjung Jabung Timur; Jabung Timur
dan
APBN dan
APBD Provinsi
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
APBN dan
APBD Provinsi
pelabuhan
Tungkal
Ulu
di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
2.3
a.
APBN
Pembangunan
jaringan Provinsi Jambi
angkutan kereta api provinsi
melalui pembangunan jaringan
kereta api Trans Sumatera;
APBN
APBN
api provinsi y a n g
menghubungkan Lampung
PalembangJambi - Pekanbaru
Medan dan Banda Aceh,
serta menghubungkan Wilayah
Barat Sumatera;
Provinsi Jambi
Batas
Sumatera
Barat
Muara Bungo
Muara Tebo - Muara
Tembesi Muara
Bulian - Jambi
Lubuk Linggau
Sarolangun
Bangko Muaro
Jambi;
APBN
Jambi Sengeti
Merlung
APBN
APBN
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
Muara
Tembesi
- Sarolangun;
Muara Tembesi
Pauh - Sarolangun
APBN
APBN
Jambi Muara
Sabak Ujung
Jabung
APBN
Pauh
APBN
APBN
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi
APBN
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat; dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur,
APBN
Kabupaten Bungo;
APBN
Kabupaten Tebo;
APBN
APBN
APBN
Kabupaten Muaro
Jambi;
APBN
Kota Jambi
APBN
Kabupaten Batang
Hari;
APBN
Kabupaten
Sarolangun
APBN
Stasiun Bangko
Merangin
Kabupaten
Merangin.
APBN
di
Kabupaten
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
2.4
PJM 2
(20182022)
5 th
PJM 3
(20232027)
5 th
PJM 4
(20282033)
5 th
APBN dan
APBD
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
b. Peningkatan
APBN dan
APBD
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
c.
APBN dan
APBD
d. Optimalisasi
kawasan
e. Pengembangan
sarana
penunjang kegiatan pelabuhan.
Kabupaten Tanjung
Jabung
Barat;Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur;
APBN dan
APBD
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
2.5
Kota Jambi
APBN
c. operasionalisasi,
APBN
pengembangan/perpanjangan
landasan pacu (runway) dan
pengamanan Bandara Bungo dan
Kerinci.
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Provinsi
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
3.
3.1
Provinsi jambi
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
Provinsi jambi
APBN dan
APBD Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
Kabupaten Kerinci,
Merangin dan
Sarolangun
Kabupaten Kerinci,
Merangin, Bungo
dan Sarolangun
Provinsi Jambi
Provinsi Jambi
PLN
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
dari
Provinsi Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
Kabupaten Kerinci
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
Provinsi Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
PLN
Commented [e4]: Sampe Sini
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
3.2
3.3
perwujudan
sistem
jaringan
telekomunikasi;
a. pembangunan
sistem
jaringan
telekomunikasi
di
seluruh
wilayah
Provinsi;
b. menciptakan keanekaragaman model
telekomunikasi sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan;
perwujudan sistem jaringan sumber daya
air;
a. peningkatan
dan
pemeliharaan
sumberdaya air yang berskala nasional
guna menjaga kelestarian lingkungan;
b. pengembangan
bendung
untuk
penyediaan air baku;
c. peningkatan dan perluasan pelayanan
pengairan irigasi teknis;
d. pengembangan dan rehabilitasi area
rawa untuk dikembangkan menjadi lahan
produktif;
e. pengembangan,
pengelolaan
dan
konservasi sungai, danau serta sumber
air
lainnya,
antara
lain
embung/bendungan,
waduk,
dan
bangunan penampung air lainnya untuk
penyediaan air baku;
Provinsi Jambi
APBN
TELKOM
Provinsi Jambi
APBN
TELKOM
Provinsi Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Provinsi Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Provinsi Jambi
Provinsi Jambi
Provinsi Jambi
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
3.4
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Danau Pauh;
Rantau Kermas
Batas Provinsi
Bengkulu;
Sungai Penuh
Pungut Mudik
Pasir Jaya Sungai Kuning
Limbur
Lubuk
Mengkuang;
Plompek
Sungai Kuning;
dan
Sungai Tanduk
Pasir Jaya.
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
PJM 1
(2013-2017)
Instansi Pelaksana
1
Seluruh kabupaten
Kota Se Provinsi
Jambi
APBN dan
APBD Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
PJM 2
(20182022)
2
PJM 3
(20232027)
3
PJM 4
(20282033)
4
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
II
1.1
1.2
Seluruh Provinsi
Jambi
Seluruh Provinsi
Jambi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan
Kementerian
Kabupaten dan
Kehutanan,
Dinas
Provinsi
Kehutanan
Kabupaten
Kementerian
dan
Kehutanan,
Dinas
Provinsi
Kehutanan
Kabupaten dan
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan
Kabupaten dan
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan
Kabupaten dan
Provinsi
5 th
5 th
5 th
b. Kawasan Bergambut
a. Kabupaten
Bungo;
b. Kabupaten
Merangin;
c. Kabupaten
Sarolangun;
dan
d. Kabupaten
Kerinci;
e. Kota
Sungai
Penuh
a. Kabupaten
Bungo;
b. Kabupaten
Merangin;
c. Kabupaten
Sarolangun;
dan
d. Kabupaten
a.
Kerinci;
Bungo;
e.
b. Kota
KabupatenSungai
Penuh
Merangin;
c. Kabupaten
Sarolangun;
dan
d. Kabupaten
Kerinci;
e. Kota
Sungai
Penuh
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan
Kabupaten dan
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
1.3
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Badan Lingkungan
Hidup dan Dinas
Kehutanan
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi,
Badan Lingkungan
Hidup dan Bagian
Perijinan
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Badan Lingkungan
Hidup dan Dinas
Kehutanan
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
Kota Jambi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Dinas Kehutanan
Dan Masyarakat
Dinas PU, Badan
Lingkungan Hidup
dan Bagian Perijinan
5 th
5 th
5 th
Program Utama
1.4
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1.4.
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten
Tebo, Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Kerinci,
Kota Sungai Penuh.
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten
Tebo, Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Kerinci,
Kota Sungai Penuh.
APBN
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten
5 th
5 th
5 th
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten
Tebo, Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Kerinci,
Kota Sungai Penuh.
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten
Tebo, Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Kerinci,
Kota Sungai Penuh.
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten
Kabupaten Tanjung
dalam pemeliharaan kawasan taman Jabung Barat,
nasional.
Kabupaten Muaro
Jambi; dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
Kabupaten Tebo.
Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Batang
Hari, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin,
Kabupaten Kerinci,
Kota Sungai Penuh
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
1.4.
Kabupaten Tebo;
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan , Dinas
Pariwisata Provinsi
dan Kabupaten,
5 th
5 th
5 th
Program Utama
1.4.
c. kawasan
cagar
budaya
dan
ilmu
pengetahuan
perlindungan
keanekaragaman
biota,tipe ekosistem, gejala keunikan
alam di kawasan suaka alam serta
koridor satwa untuk kepentingan
plasma nuftah, keperluan pariwisata,
ilmu pengetahuan dan pembangunan
pada urnumnya;
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
Kabupaten Tebo;
Kabupaten Merangin,
Kabupaten
Tanjabbar,
Kabupaten
Tanjabtim,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Kerinci dan Kota
Sungai Penuh
pelestarian fungsi
lindung
dan Kabupaten Tebo;
tatanan lingkungan kawasan berupa
peningkatan
kualitas
lingkungan
sekitarnya dan perlindungan dari
pencemaran serta pengembangan
pendidikan, rekreasi dan pariwisata;
perlindungan
kekayaan
budaya Kabupaten Tebo;
bangsa yang meliputi peninggalan- dan Muaro Jambi
peninggalan sejarah,
bangunan
arkeologi
dan monumen nasional;
dan
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
perlindungan
keanekaragaman Kabupaten Tebo;
bentukan geologi di kawasan cagar dan Muaro Jambi
budaya untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan pencegahan dari
ancaman
kepunahan
yang
disebabkan oleh kegiatan alam
maupun manusia.
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan, Dinas
Kehutanan Provinsi
dan Kabupaten,
Dinas Pariwisata
5 th
5 th
5 th
Program Utama
1.5
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian PU dan
Dinas PU Provinsi
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2
2.1
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
5 th
5 th
5 th
Program Utama
2.2
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
a. pengembangan lahan pertanian pangan
berkelanjutan di wilayah Provinsi yaitu
bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan
secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian,
ketahanan dan kedaulatan pangan
nasional;
b. perluasan lahan padi sawah beririgasi
teknis;
c. peningkatan produktivitas lahan padi
sawah yang ada di Provinsi dengan cara
intensifikasi;
d. pengembangan komoditi perkebunan
unggulan dengan menerapan prinsip
pengelolaan perkebunan berkelanjutan;
dan
e. program peremajaan dan rehabilitasi
untuk tanaman yang sudah tua pada
masing-masing kabupaten/kota.
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Barat;
Kabupaten
Tanjung
Jabung
Timur;
Kabupaten Muaro
Jambi;
Kabupaten Batang
Hari;
Kabupaten Bungo;
Kabupaten Tebo;
Kabupaten
Merangin;
Kabupaten
Sarolangun;
Kabupaten
Kerinci;dan
Kota Sungai
Penuh
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kehutanan Dinas
Kehutanan Provinsi
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.3
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
seluruh kabupaten
Provinsi jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan dan Dinas
Perikanan dan
Kelautan
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan dan Dinas
Perikanan dan
Kelautan
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan dan Dinas
Perikanan dan
Kelautan
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan, Dinas PU
provinsi
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
e. pengembangan industri pengolahan
perikanan ;
Kabupaten Muaro
APBN, APBD
Jambi, Kabupaten
Provinsi
Tanjung Jabung Barat,
Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
Kabupaten Batang
Hari, Muaro Jambi,
Bungo,
Tanjung Jabung
Barat, Kerinci dan
Kota Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan, Dinas PU
provinsi, Dinas
Perindustrian
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan, Dinas PU
provinsi, Dinas
Perindustrian
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan, Dinas PU
provinsi, Dinas
Perindustrian
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Perikanan dan
Kelautan
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.4
Sarolangun;
Kabupaten
Merangin;
Kabupaten
Bungo;
Kabupaten Tebo;
Kabupaten
Batang Hari;
Kabupaten Muaro
Jambi;
Kabupaten
Tanjung Jabung
Barat; dan
Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur.
APBN, APBD
Provinsi
Kementian ESDM,
Dinas Pertambangan
dan energi
5 th
5 th
5 th
APBN, APBD
Kabupaten
Provinsi
Kerinci;
Kabupaten
Sarolangun;
Kabupaten
Merangin;
Kabupaten Bungo;
Kabupaten Tebo;
Kabupaten
Batanghari;
Kabupaten
Muaro
Jambi;
Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat; dan
Kabupaten
Tanjung Jabung
Timur
APBN, APBD
Provinsi
d. pengembangan Industri
pengolahan hasil tambang;
seluruh kabupaten
APBN, APBD
Provinsi
seluruh kabupaten
APBN, APBD
Provinsi
f.
seluruh kabupaten
APBN, APBD
Provinsi
Kementian ESDM,
Dinas
Pertambangan dan
energy Provinsi
Jambi
Kementerian ESDM,
Dinas
Pertambangan dan
energi
Kementerian ESDM,
Dinas
Pertambangan dan
energi
Kementerian ESDM,
Dinas
Pertambangan dan
energi
Kementerian ESDM,
Dinas
Pertambangan dan
energi
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.5
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
Bappeda, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan
Provinsi, Dinas
PU
Kabupaten
Batanghari,
Kabupaten Bungo,
Kabupaten
Merangin, dan
Kabupaten
Sarolangun
APBN, APBD
Provinsi
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi, Dinas PU
pengembangan industri
pengolahan karet
Kota Jambi,
Kabupaten
Batanghari,
Kabupaten Bungo,
Kabupaten
Merangin, dan
Kabupaten
Sarolangun
APBN, APBD
Provinsi
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi, Dinas PU
Seluruh provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi, Dinas PU
5 th
5 th
5 th
Seluruh provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Seluruh provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi, Dinas PU
Dinas Perindustrian
dan Perdagangan
Provinsi, Dinas PU
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.6
b. pengembangan
wisata
bahari
Kabupaten Tanjung Jabung Timur;
di
Kabupaten Tebo,
Kabupaten
Sarolangun,
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung
jabung timur,
Kabupaten Kerinci,
Kabupaten Muaro
Jambi, Kabupaten
Tebo, Kabupaten
Bungo, Kabupaten
Merangin, Kota
Jambi, Kota Sungai
Penuh
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
AP APBN,
APBD Provinsi
Kabupaten Muaro
jambi, Kabupaten
Tebo,
Kota Jambi,
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur,
Kabupaten Merangin
dan Kabupaten
Batanghari.
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
5 th
5 th
5 th
Seluruh provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Seluruh provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
f.
Seluruh Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Seluruh provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Kebudayaan dan
Pariwisata Bappeda,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.7
2.7.
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
pengembangan
Kasiba/Lisiba
pada kawasan
berkepadataan
penduduk tinggi;
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
revitalisasi kawasan
tradisional/etnis/bersejarah yaitu
kawasan yang mempunyai bangunan
bersejarah yang bernilai dan bermakna
penting;
peningkatan
penyehatan lingkungan
permukiman;
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
5 th
5 th
5 th
perumahan
pada kawasan yang berkembang cepat;
APBN, APBD
Provinsi
pengembangan
perumahan
baru
dilaksanakan oleh pengembang maupun
pemerintah atau oleh masyarakat
secara individu; dan
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.7
Seluruh Provinsi
Jambi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
revitalisasi kawasan
tradisional/bersejarah, kawasan
pariwisata dan kawasan lain yang
menurun kualitasnya;
pengembangan sistem jaringan
transportasi yang mendukung alur
produksi-koleksi distribusi antar kota,
antar wilayah dan antara perkotaan dan
perdesaan; dan
pengembangan prasarana dan
sarana kawasan perdesaan lainnya.
APBN, APBD
Provinsi
APBN, APBD
Provinsi
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
Kementerian
Perumahan Rakyat,
Dinas PU Kabupaten
dan Swasta
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
2.8
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Kota
Jambi
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN
TNI/Polri
APBN
TNI/Polri/
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
,Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
APBN
Kemeterian
kelautan/ Dinas
Kelautan Provinsi
APBN
Kemeterian
kelautan/ Dinas
Kelautan Provinsi,
Badan Lingkungan
Didup Daerah
Provinsi
5 th
5 th
5 th
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
III
5 th
5 th
APBN, dan
APBD Provinsi
APBN, dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas PU
Provinsi
c.
Kabupaten Bungo
dan Kabupaten
Tebo
APBN, dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas PU
Provinsi
Kabupaten Tanjung
Jabung Timur dan
Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
APBN, dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas PU
Provinsi
Pengembangan kawasan
strategis perkotaan
muara bungo Muara
Teo
d. c. pengembangan Kawasan
Pantai Timur Provinsi Jambi; dan
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas
PU Provinsi
6-73
5 th
Kabupaten Merangin
dan Kabupaten
Sarolangun
Kabupaten Kerinci
Kota Sungai Penuh
APBN, dan
APBD Provinsi
APBN, dan
APBD Provinsi
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas
PU Provinsi
Kementerian PU,
Bappeda dan Dinas
PU Provinsi
Waktu Pelaksanaan
PJM 1
(2013-2017)
No
Program Utama
Lokasi
Sumber Dana
Instansi Pelaksana
1
3.2 kawasan strategis dari sudut kepentingan
sosial dan budaya
a. penyusunan Rencana Rinci Tata
Ruang Kawasan Percandian Muaro
Jambi;
b. pengembangan Kawasan
Percandian Muaro Jambi
3.3
Kabupaten Muaro
Jambi
Kabupaten Kerinci,
Kabupaten Merangin
APBN,
APBD Provinsi,
dan APBD
Kabupaten
APBN, dan
Swasta
APBN, dan
Swasta
5 th
5 th
6-74
5 th
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
PROVINSI JAMBI
7.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi digunakan sebagai pedoman
bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menyusun ketentuan umum
peraturan zonasi dan peraturan zonasi. Indikasi arahan peraturan zonasi
sistem provinsi terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi struktur ruang
dan indikasi arahan peraturan zonasi pola ruang.
7.1.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem perkotaan
7-2
7-9
7-13
TABEL 7.1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Rencana Struktur Ruang Provinsi Jambi
Rencana Struktur
Ruang Provinsi
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
1. Prasarana utama
1.1. Sistem transportasi darat
Jalan arteri primer jalan
yang 1. kegiatan berkepadatan
menghubungkan
sedang sampai rendah;
Ibukota Provinsi 2. penggunaan
lahan
ke setiap Ibukota campuran
berupa
Kabupaten dan perumahan,
ke
wilayah perdagangan dan jasa
Provinsi lainnya.
berkepadatan sedang
sampai rendah;
dan
3. pengembangan RTH
sepanjang
jaringan
jalan yang mempunyai
fungsi konservasi dan
penyediaan oksigen
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kegiatan
komersial
berupa
industri,
perdagangan dan jasa
dengan
intensitas
sedang sampai rendah
dan
menyediakan
prasarana tersendiri;
perumahan
dengan
kepadatan
sedang
sampai rendah dengan
syarat tidak berorientasi
langsung pada jalan
arteri primer;
kegiatan lain berupa
pariwisata, pendidikan,
kesehatan,
olahraga
disediakan
secara
terbatas
melalui
penyediaan sarana dan
prasarana
dengan
memenuhi
standar
keamanan.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
dan o
kegiatan
komersial 1.intensitas KDB, KLB 1. prasarana
KDH
sarana
minimum
berupa
industri, dan
berupa rambu lalu
perdagangan dan jasa menyesuaikan
jenis
lintas, marka jalan,
dengan intensitas tinggi dengan
yang
alat pemberi isyarat
dan
berorientasi peruntukan
dilakukan
lalu
lintas,
alat
langsung pada jalan akan
memenuhi
penerangan jalan,
arteri primer;
ruang
alat pengendali dan
perumahan
dengan ketentuan
pengaman pengguna
kepadatan tinggi yang pengawasan jalan.
jalan,
alat
langsung
berorientasi
pengawasan
dan
langsung pada jalan
pengamanan jalan,
arteri primer;
fasilitas
untuk
kegiatan lain berupa
sepeda, pejalan kaki,
pariwisata, pendidikan,
dan
penyandang
kesehatan,
olahraga
cacat, dan fasilitas
disediakan
secara
pendukung kegiatan
terbatas yang langsung
lalu
lintas
dan
berorientasi
langsung
angkutan
jalan
yang
pada jalan arteri primer;
berada di jalan dan
kegiatan
lain
yang
di luar badan jalan.
berpotensi
membahayakan
pengguna jalan arteri
primer; dan
alih fungsi lahan yang
telah ditetapkan sebagai
lahan
pangan
berkelanjutan, kawasan
7-14
Jalan kolektor
primer (K1)
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
jalan-jalan
yang1. kegiatan berkepadatan
menghubungkan
sedang;
pusat-pusat
2. penggunaan
lahan
produksi dengan campuran
berupa
pemasaran
perumahan,
(pelabuhan), yang perdagangan dan jasa
menghubungkan
berkepadatan sedang;
daerah pedalaman, dan
daerah
3. pengembangan RTH
transmigrasi,
sepanjang
jaringan
menghubungkan
jalan yang mempunyai
kota-kota
dalam fungsi konservasi dan
kabupaten
dan penyediaan oksigen
jalan-jalan dimana
sungai tidak dapat
dilayari.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kegiatan
komersial
berupa
industri,
perdagangan dan jasa
dengan
intensitas
sedang
dan
menyediakan prasarana
tersendiri;
perumahan
dengan
kepadatan
sedang
dengan syarat tidak
berorientasi langsung
pada jalan kolektor
primer;
kegiatan lain berupa
pariwisata, pendidikan,
kesehatan,
olahraga
disediakan
secara
terbatas
melalui
penyediaan sarana dan
prasarana
dengan
memenuhi
standar
keamanan.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
Jalan kolektor
primer (K2)
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
jalan-jalan
yang1. kegiatan berkepadatan
menghubungkan
sedang;
pusat-pusat
2. penggunaan
lahan
produksi dengan campuran
berupa
pemasaran
perumahan,
(pelabuhan), yang perdagangan dan jasa
menghubungkan
berkepadatan sedang;
daerah pedalaman, dan
daerah
3. pengembangan RTH
transmigrasi,
sepanjang
jaringan
menghubungkan
jalan yang mempunyai
kota-kota
dalam fungsi konservasi dan
kabupaten
dan penyediaan oksigen.
jalan-jalan dimana
sungai tidak dapat
dilayari.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kegiatan
komersial
berupa
industri,
perdagangan dan jasa
dengan
intensitas
sedang
dan
menyediakan prasarana
tersendiri;
perumahan
dengan
kepadatan
sedang
dengan syarat tidak
berorientasi langsung
pada jalan kolektor
primer;
kegiatan lain berupa
pariwisata, pendidikan,
kesehatan,
olahraga
disediakan
secara
terbatas
melalui
penyediaan sarana dan
prasarana
dengan
memenuhi
standar
keamanan.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
berkelanjutan, kawasan
lindung atau fungsifungsi
lain
yang
ditetapkan
sebagai
fungsi lindung.
dan o penyediaan
kegiatan
komersial 1. intensitas KDB, KLB 1. prasarana
dan
KDH
sarana
minimum
penempatan rambu
berupa
industri,
menyesuaikan
berupa rambu lalu
yang sesuai dengan
perdagangan dan jasa
dengan
jenis
lintas, marka jalan,
tipe
penggunaan
dengan intensitas tinggi
peruntukan
yang
alat pemberi isyarat
lahan dan pengguna
dan
berorientasi
akan
dilakukan
lalu
lintas,
alat
jalan;
langsung pada jalan
memenuhi
penerangan jalan, o penyediaan
kolektor primer;
ketentuan
ruang
alat pengendali dan
penempatan
iklan
perumahan
dengan
pengawasan jalan.
pengaman pengguna
yang sesuai dengan
kepadatan tinggi yang
jalan,
alat
tipe
penggunaan
langsung
berorientasi
pengawasan
dan
lahan dan pengguna
langsung pada jalan
pengamanan jalan,
jalan;
kolektor primer;
fasilitas
untuk o penyediaan jembatan
kegiatan lain berupa
sepeda, pejalan kaki,
penyeberangan yang
pariwisata, pendidikan,
dan
penyandang
sesuai dengan tipe
kesehatan,
olahraga
cacat,
dan
fasilitas
penggunaan lahan
disediakan
secara
pendukung
kegiatan
dan pengguna jalan;
terbatas yang langsung
lalu
lintas
dan
dan
berorientasi
langsung
angkutan jalan yang o penyediaan tempat
pada jalan kolektor
berada di jalan dan
pemberhentian
primer;
di luar badan jalan.
angkutan yang sesuai
kegiatan
lain
yang
dengan
tipe
berpotensi
penggunaan lahan
membahayakan
dan pengguna jalan.
pengguna jalan kolektor
primer; dan
alih fungsi lahan yang
telah ditetapkan sebagai
7-16
Jalan bebas
hambatan
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
3.
4.
Jalan Khusus
jalan-jalan
yang1.
menghubungkan
pusat-pusat
2.
produksi dengan
pemasaran
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
lahan
pangan
berkelanjutan, kawasan
lindung atau fungsifungsi
lain
yang
ditetapkan
sebagai
fungsi lindung.
Kawasan budi daya berupa
adanya kegiatan
dan
komersial 1. intensitas KDB, KLB 1. prasarana
tertata dengan baik pembatasan luas kawasan
dan
KDH
sarana
minimum
berupa
industri,
dan tidak mengganggu budi daya di sekitar jalan
menyesuaikan
berupa rambu lalu
perdagangan dan jasa
fungsi jalan tol;
tol, karena fungsi kawasan
dengan
jenis
lintas, marka jalan,
dengan intensitas tinggi
Pagar pembatas (baik ini dapat menimbulkan efek
peruntukan
yang
alat pemberi isyarat
dan
berorientasi
alami
maupun pembangkit dan penarik
akan
dilakukan
lalu
lintas,
alat
langsung pada jalan
buatan)antara Rumija yang cukup besar dalam
memenuhi
penerangan jalan,
bebas hambatan; dan
jalan tol dengan fungsi pergerakan transportasi.
ketentuan
ruang
alat pengendali dan
perumahan,
kawasan budi daya,
pengawasan jalan.
pengaman pengguna
perdagangan,
jasa,
sebagai salah satu
jalan,
alat
industi dan peruntukan
bentuk perlindungan
pengawasan
dan
bangunan
lainnya
keselamatan;
pengamanan jalan,
dengan kepadatan tinggi
Pengembangan
fasilitas
untuk
yang
langsung
jaringan jalan yang
sepeda,
pejalan
kaki,
berorientasi
langsung
berfungsi sebagai jalan
dan
penyandang
pada
jalan
bebas
alternative
dan
cacat, dan fasilitas
hambatan.
pembatas
kawasan
pendukung kegiatan
jalan tol; dan
lalu
lintas
dan
Kawasan penyangga
angkutan jalan yang
(buffer zone)
berada di jalan dan
di luar badan jalan.
kegiatan berkepadatan kegiatan
1.
intensitas
KDB,
KLB
1.
prasarana
dan
komersial kegiatan
komersial
sedang;
dan
KDH
sarana
minimum
berupa
industri,
berupa
industri,
penggunaan
lahan
menyesuaikan
berupa rambu lalu
perdagangan dan jasa
perdagangan dan jasa
campuran
berupa
dengan
jenis
lintas, marka jalan,
dengan
intensitas
dengan intensitas tinggi
perumahan,
peruntukan
yang
alat pemberi isyarat
sedang
dan
dan
berorientasi
7-17
Deskripsi
Intensitas
akan
dilakukan
memenuhi
ketentuan
ruang
pengawasan jalan.
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
lalu
lintas,
alat
penerangan jalan,
alat pengendali dan
pengaman pengguna
jalan,
alat
pengawasan
dan
pengamanan jalan,
fasilitas
untuk
sepeda, pejalan kaki,
dan
penyandang
cacat, dan fasilitas
pendukung kegiatan
lalu
lintas
dan
angkutan jalan yang
berada di jalan dan
di luar badan jalan.
Ketentuan lain-lain
intensitas
1. jaringan komunikasi
pemanfaatan ruang
sepanjang
jalur
berupa
penentuan
kereta api
KDB, KLB dan KDH 2. rambu-rambu; dan
menyesuaikan
3. bangunan pengaman
7-18
Deskripsi
menghubungkan
Lampung
Palembang
Jambi
Pekanbaru
Medan
dan
Banda
Aceh,
serta
menghubungkan
Wilayah Barat
Sumatera
(Sumatera
Barat) dari dan
menuju
pelabuhan
Muara Sabak.
1.3. Sistem Transportasi Laut
Pengembangan
Rencana
sistem prasarana
pengembangan
transportasi laut
sistem prasarana
transportasi laut
di wilayah pantai
timur
Provinsi
Jambi
diprioritaskan
pada
pengembangan
Pelabuhan
Samudera Ujung
Jabung
di
Kabupaten
Tanjung Jabung
Kegiatan yang
diijinkan
api
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
Kegiatan yang dilarang
bersyarat
2. Pembatasan perlintasan
kereta api; dan
sebidang antara rel 2. kegiatan yang tidak
kereta
api
dengan
memiliki
hubungan
jaringan jalan; dan
langsung dengan jalur
3. Perlintasan jalan dengan
kereta api.
rel kereta api harus
disertai palang pintu,
rambu-rambu dan jalur
pengaman
dengan
mengikuti
ketentuan
yang berlaku.
Intensitas
dengan
jenis
peruntukan
yang
akan
dilakukan
memenuhi ketentuan
sistem
jaringan
kereta api
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
jalur kereta api.
Ketentuan lain-lain
7-19
Deskripsi
Timur
yang
berfungsi sebagai
pelabuhan utama
serta peningkatan
kapasitas
Pelabuhan Kuala
Tungkal
dan
Muara
Sabak
sebagai
pelabuhan laut
nasional
dan
diarahkan untuk
ekspor komoditi,
juga
sebagai
simpul
transportasi laut
di Provinsi
1.4. Sistem transportasi udara
Tatanan
Tatanan
kebandarudaraan
kebandarudaraa
n di Provinsi
Jambi
menetapkan
pengembangan
Bandar Udara
Sultan Thaha di
Kota
Jambi
sebagai Bandar
Udara Utama,
Bandar Udara
pengumpul
di
kabupaten
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
7-20
Deskripsi
Bungo
dan
pengembangan
Bandar Udara
Depati Parbo di
Kabupaten
Kerinci sebagai
bandar
udara
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Intensitas
KDB,
KLB, dan KDH
menyesuaikan
dengan
jenis
peruntukan yang
akan
dilakukan
dengan KDB 50%
dan KLB 0,5;
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
pengumpan
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa
RTH,
pelataran
parker
dan
ruang
keamanan
pengguna
ketentuan lain-lain
melalui penyediaan
RTH,
pelataran
parkir, dan ruang
keamanan
pengguna.
7-21
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
pertanian
berupa bangunan
penunjang
tanaman keras, perdu,
pariwisata;
tanaman
pelindung bangunan
pengontrol
sungai;
debit dan kualitas air;
pemasangan papan
dan
reklame/pengumuman bangunan pengolahan
pemasangan fondasi
limbah
dan
bahan
dan rentangan kabel
pencemar lainnya.
listrik;
fondasi
jembatan/jalan; dan
bangunan
bendung/bendungan
dan bangunan lalu
lintas
air
seperti
intensitas
prasarana
dan sepanjang
ruang
pemanfaatan
sarana
minimum
sempadan
dapat
ruang berupa KDB berupa
pelindung
dikembangkan RTH
yang
diijinkan sungai berupa jalan
produktif; dan
10%, KLB 10%,
setapak,
penyediaan rambu
KDH 90% sesuai kelengkapan
dan
peringatan
ketentuan
bangunan
yang
keselamatan terkait
bangunan
yang diijinkan,
dan
dengan badan air.
dimaksud;
bangunan pelindung
terhadap
kemungkinan banjir;
7-22
Deskripsi
yang melintas
antara Provinsi
Jambi-Provinsi
Bengkulu
Jaringan irigasi
Merupakan
jaringan
pengairan untuk
kegiatan
pertanian di
wilayah provinsi
Jambi
berupa
pengembangan
dan pengolahan
air baku menjadi
air bersih yang
bersumber pada
sungai yang
melintas di
wilayah provinsi
Jambi
Kegiatan yang
diijinkan
dermaga, gardu listrik,
bangunan
telekomunikasi
dan
pengontrol/pengukur
debit air.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
pertanian
berupa
tanaman keras, perdu,
tanaman
pelindung
mata air;
bangunan penunjang
pemanfaatan mata air
antara
lain
pipa
sambungan air bersih;
dan
bangunan penampung
air
untuk
didistribusikan sebagai
air minum dan irigasi.
bangunan penunjang
pariwisata; dan
bangunan pengontrol
debit dan kualitas air.
intensitas
bangunan berupa
KDB yang diijinkan
10%, KLB 10%,
KDH 90% sesuai
ketentuan
bangunan
yang
dimaksud;
prasarana
dan
sarana minimum
berupa pelindung
sungai berupa jalan
setapak,
kelengkapan
bangunan
yang
diijinkan,
dan
bangunan
pelindung terhadap
kemungkinan
banjir;
a. sepanjang
ruang
sempadan
dapat
dikembangkan RTH
produktif; dan
b. penyediaan rambu
dan
peringatan
keselamatan terkait
dengan sumber air.
kegiatan
pemilihan
dan
pemilahan,
pengolahan sampah;
RTH produktif maupun
non produktif; dan
intensitas besaran
KDB yang diijinkan
10%, KLB
10%, dan KDH
90%;
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa
unit
pengelolaan
sampah antara lain
ketentuan lain-lain
berupa kerjasama
antara
pelaku
pengolah sampah
dilakukan
melalui
7-23
Deskripsi
sampai tahap
pengolahan
Kegiatan yang
diijinkan
Bangunan pendukung
pengolah sampah.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
pembuatan kompos
dan
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Sampah (PLTS);
Ketentuan lain-lain
kerjasama tersendiri
sesuai
dengan
perundangundangan
yang
berlaku.
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7-24
Deskripsi
mencegah
terjadinya banjir
3.5. Jalur dan ruang evakuasi bencana
Jaringan jalan
Jalan khusus
mitigasi bencana
yang
diperuntukkan
untuk kondisi
darurat ketika
terjadi bencana
agar lebih cepat
menuju tempat
yang aman
Rencana Pola
Ruang Provinsi
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TABEL 7.2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Rencana Pola Ruang Provinsi Jambi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
1. Kawasan Lindung
1.1. kawasan hutan lindung
kawasan hutan
kawasan hutan 1. diperbolehkan untuk 1. penggunaan kawasan 1. kegiatan
yang
lindung
yang
wisata
alam,
hutan lindung untuk
berpotensi mengurangi
mempunyai
penelitian
dan
kepentingan
luas kawasan hutan;
fungsi
pokok
pengembangan ilmu
pembangunan di luar 2. penambangan dengan
sebagai
pengetahuan dengan
kegiatan
kehutanan
pola
penambangan
perlindungan,
syarat tidak merubah
hanya dilakukan dalam
terbuka; dan
sistem
bentang alam;
kawasan hutan;
3. pencegahan kegiatan
penyangga
2. memanfaatkan
2. penggunaan kawasan
budi daya baru dan budi
kehidupan
kawasan hutan, jasa
hutan dapat dilakukan
daya yang telah ada di
untuk mengatur
lingkungan,
dan
tanpa mengubah fungsi
kawasan lindung yang
tata
air,
pemungutan
hasil
pokok kawasan hutan;
dapat
mengganggu
pencegahan
hutan bukan kayu;
dan
fungsi lindung dan
Intensitas
Intensitas
berupa
kegiatan
pembangunan
di
kawasan
hutan
lindung
disertai
ketentuan
pembanguan dengan
besaran KDB yang
diijinkan 10%, KLB
10%, dan KDH
90%.
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa penyediaan
sarana
dan
prasarana kegiatan
pembangunan yang
menunjang dengan
tanpa
merubah
bentang alam hutan
lindung antara lain
penyediaan jalan
setapak, bangunan
7-25
Deskripsi
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
non permanen yang
tidak
merusak
lingkungan,
dan
penyediaan
prasarana
lain
penunjang kegiatan.
Ketentuan lain-lain
intensitas
berupa prasarana
dan
kegiatan
sarana minimum
pembangunan
berupa
dengan besaran KDB
penyediaan
yang diijinkan 10%,
sarana
dan
KLB 10%, dan KDH
prasarana
90%;
kegiatan
pembangunan
yang menunjang
dengan
tanpa
merubah bentang
alam
kawasan
resapan air.
kegiatan
pembangunan
dengan besaran KDB
yang diijinkan 10%,
KLB 10%, KDH 90%,
7-26
Sempadan Sungai
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
manfaat penting
dan pulau-pulau kecil
untuk
diperkenankan
mempertahanka
dilakukan kegiatan;
n
kelestarian 2. budi daya pesisir;
fungsi ekosistem 3. ekowisata;dan
pantai.
4. perikanan tradisional.
sempadan
sungai memiliki
karakter
kawasan
sepanjang kirikanan sungai,
termasuk sungai
buatan/kanal/sal
uran
irigasi
primer
yang
mempunyai
manfaat penting
untuk
mempertahanka
n
kelestarian
fungsi sungai.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
dengan pengendalian agar
tidak mengubah fungsi
kegiatannya di masa yg
akan datang.
1. pertanian
berupa 1. bangunan
penunjang
tanaman keras, perdu,
pariwisata;
tanaman
pelindung 2. bangunan
pengontrol
sungai;
debit dan kualitas air;
2. pemasangan
papan
dan
reklame/pengumuman; 3. bangunan pengolahan
3. pemasangan fondasi
limbah
dan
bahan
dan rentangan kabel
pencemar lainnya.
listrik;
4. fondasi jembatan/jalan;
dan
5. bangunan
bendung/bendungan
dan bangunan lalu
lintas
air
seperti
dermaga, gardu listrik,
bangunan
telekomunikasi
dan
pengontrol/pengukur
debit air.
Intensitas
diperkenankan dilakukan
kegiatan
budi
daya
kecuali
kegiatan
penelitian,
bangunan
pengendali
air,
dan
sistem peringatan dini
(early warning system).
1. bangunan yang tidak
berhubungan
secara
langsung dengan fungsi
wilayah sungai; dan
2. kegiatan baik berupa
bangunan
maupun
bukan yang potensi
mencemari sungai.
intensitas bangunan
berupa KDB yang
diijinkan 10%, KLB
10%, KDH 90% sesuai
ketentuan bangunan
yang dimaksud
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa
pelindung
sungai berupa jalan
setapak,
kelengkapan
bangunan
yang
diijinkan,
dan
bangunan pelindung
terhadap
kemungkinan banjir
7-27
Sempadan RTH
Deskripsi
kawasan tertentu
di
sekeliling
danau/waduk
yang mempunyai
manfaat penting
untuk
mempertahanka
n
kelestarian
fungsi
waduk/sungai.Re
ncana
pemantapan
kawasan lindung
sekitar
danau
adalah
melindungi
waduk/danau
dari
kegiatan
budi daya yang
dapat
mengganggu
kelestarian
fungsi
utama
waduk/sungai.
area memanjang
atau
jalur
dan/atau
mengelompok,
penggunaannya
lebih
bersifat
terbuka, tempat
tumbuh
Ketentuan Umum
Kegiatan yang
Kegiatan yang diijinkan
Kegiatan yang dilarang
diijinkan
bersyarat
1. pertanian
berupa 1. bangunan
penunjang 1. bangunan yang tidak
tanaman keras, perdu,
pariwisata; dan
berhubungan
secara
tanaman
pelindung 2. bangunan
pengontrol
langsung dengan fungsi
danau/waduk;
debit dan kualitas air.
danau/waduk; dan
2. bangunan penunjang
2. kegiatan baik berupa
pemanfaatan
bangunan
maupun
danau/waduk antara
bukan yang potensi
lain pipa sambungan
mencemari
air bersih; dan
danau/waduk.
3. bangunan penampung
air
untuk
didistribusikan sebagai
air minum dan irigasi.
Intensitas
intensitas bangunan
berupa KDB yang
diijinkan 10%, KLB
10%, KDH 90% sesuai
ketentuan bangunan
yang dimaksud.
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa
pelindung
danau/waduk berupa
jalan
setapak,
kelengkapan
bangunan
yang
diijinkan,
dan
bangunan pelindung
terhadap
kemungkinan banjir.
Ketentuan lain-lain
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7-28
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
tanaman, baik
yang
tumbuh
secara
alami
maupun
yang
sengaja ditanam.
1.4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Kawasan
Suaka kawasan yang
Alam Laut dan mewakili
Perairan Lainnya
ekosistem khas
di
lautan
ataupun
di
perairan
lain,
merupakan
habitat
alam
yang
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
memberikan
tempat ataupun
perlindungan
bagi perkembangan
keanekaragama
n tumbuhan dan
satwa yang ada.
Kawasan
Cagar kawasan suaka 1. pemanfaatan
ruang 1. pembatasan
kegiatan 1. pelarangan
intensitas
berupa prasarana
dan
Alam
alam
yang
untuk
kegiatan
pemanfaatan
sumber
pemanfaatan biota yang ketentuan
sarana
minimum
karena keadaan
penelitian, pendidikan,
daya alam;
dilindungi;
pembangunan dengan berupa
alamnya
dan wisata alam;
2. pemanfaatan
hutan 2. pelarangan
kegiatan besaran KDB yang pembangunan jalan
mempunyai
2. kegiatan budi daya
bakau dengan ketentuan
yang dapat mengurangi diijinkan 10%, KLB patroli
dalam
kekhasan
yang diperkenankan
jenis jenis tanaman
daya dukung dan daya 10%, KDH 90%
kawasan
dengan
tumbuhan, satwa
adalah kegiatan yang
tertentu yang boleh
tampung lingkungan;
memperhatikan
dan
tidak mengolah tanah
ditebang;
3. pelarangan
kegiatan
aspek
ekologis,
ekosistemnya
secara intensif seperti 3. penangkapan
ikan
yang dapat mengubah
misal:
bukan
7-29
Deskripsi
atau ekosistem
tertentu
yang
perlu dilindungi
dan
perkembanganny
a berlangsung
secara alami.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang
Kegiatan yang diijinkan
Kegiatan yang dilarang
diijinkan
bersyarat
hutan atau tanaman
diperbolehkan
pada
bentang alam dan
keras yang panennya
zona-zona penangkapan
ekosistem;
atas
dasar
ikan;
4. pelarangan
terhadap
penebangan
pohon 4. siapapun
dilarang
penanaman flora dan
secara terbatas/terpilih
melakukan penebangan
pelepasan satwa yang
sehingga tidak terjadi
pohon dalam radius/
bukan flora dan satwa
erosi tanah dan abrasi;
jarak tertentu dari mata
endemik kawasan dan
3. kegiatan
yang
air, tepi jurang, waduk, 5. pelarangan
kegiatan
menunjang pelestarian
sungai, dan anak sungai
dan pendirian bangunan
alam
dan
cagar
yang terletak di dalam
yang
tidak
sesuai
budaya;
kawasan hutan, hutan
dengan fungsi kawasan.
4. pemanfaataan
cadangan dan hutan
kekayaan laut dengan
lainnya;
mempertimbangkan
5. tidak
diperbolehkan
kelestarian ekosistem
adanya
perbuatan
biota laut; dan
hukum yang potensial
5. kegiatan budi daya
mempersulit perwujudan
yang
mendukung
kegiatan hutan lindung
keberadaan kawasan
seperti pewarisan untuk
cagar budaya.
permukiman, atau jual
beli pada pihak yang
ingin mengolah tanah
secara intensif atau
membangun bangunan
fisik;
6. pembatasan
pembangunan sarana
dan
prasarana
di
kawasan hutan lindung;
7. dilarang
untuk
melakukan
penangkapan
ikan
dengan
penggunaan
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
merupakan
jalur
migrasi satwa, pusat
informasi,
dimaksudkan
sebagai
sarana
pengembangan ilmu
pengetahuan
dan
penelitian, menara
pengintai,
pos
penjagaan
batas
perbatasan dan jalan
setapak,
gazebo,
gardu pandang
Ketentuan lain-lain
7-30
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
bahan kimia dan/atau
bahan peledak yang
berpotensi
merusak
biota laut dan
8. pembatasan pendirian
bangunan baru disekitar
kawasan cagar budaya
yang dapat merusak
citra
visual
secara
keseluruhan.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
Kawasan
Pantai koridor
di
Berhutan Bakau
sepanjang pantai
dengan
lebar
paling sedikit 130
(seratus
tiga
puluh) kali nilai
rata-rata
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
perbedaan
air
pasang tertinggi
dan
terendah
tahunan, diukur
dari garis air
surut terendah
ke arah darat.
Kawasan
taman Kawasan Suaka 1. diperbolehkan untuk 1. penggunaan kawasan 1. kegiatan
yang Besaran
intensitas prasarana
dan
nasional
Alam
dan
wisata alam, penelitian
taman nasional untuk
berpotensi mengurangi KDB yang diijinkan sarana
minimum
Kawasan
dan pengembangan
kepentingan
luas kawasan taman 10%, KLB 10%, berupa penyediaan
Pelestarian
ilmu
pengetahuan
pembangunan di luar
nasional; dan
dan KDH 90%.
sarana
dan
Alam, Kawasan
dengan syarat tidak
kegiatan
kehutanan 2. pencegahan kegiatan
prasarana kegiatan
taman nasional
merubah
bentang
hanya dilakukan dalam
budi daya baru dan budi
pembangunan yang
adalah kawasan
alam; dan
kawasan
taman
daya yang telah ada di
menunjang dengan
pelestarian alam 2. pemanfaatan
lahan
nasional; dan
kawasan lindung yang
tanpa
merubah
7-31
Deskripsi
yang mempunyai
ekosistem asli,
dikelola dengan
sistem
zonasi
yang
dimanfaatkan
untuk keperluan
penelitian, ilmu
pengetahuan,
pendidikan,
menunjang budi
daya, pariwisata,
dan rekreasi
Kawasan
Taman kawasan
Hutan Raya
pelestarian untuk
tujuan
koleksi
tumbuhan alami
atau
buatan.
Kriteria kawasan
berupa
keragaman
tumbuhan
dengan fungsi
lindung
atau
vegetasi tetap
dengan
keragaman flora
dan
fauna,
bentang
alam
dan akses yang
baik
untuk
pariwisata
Ketentuan Umum
Kegiatan yang
Kegiatan yang diijinkan
diijinkan
bersyarat
untuk lokasi evakuasi 2. penggunaan kawasan
bencana.
taman nasional dapat
dilakukan
tanpa
mengubah fungsi pokok
kawasan taman nasional
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
bentang alam taman
nasional antara lain
penyediaan
jalan
setapak, bangunan
non permanen yang
tidak
merusak
lingkungan,
dan
penyediaan
prasarana
lain
penunjang kegiatan
Ketentuan lain-lain
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7-32
Deskripsi
Ketentuan lain-lain
7-33
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
sebagai
hasil
budaya manusia
yang
bernilai
tinggi
yang
dimanfaatkan
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan
Rawan kawasan
1. hutan, perkebunan,
Tanah Longsor
berbentuk lereng
dan
pertanian
yang
rawan
tanaman tahunan;
terhadap
dan;
perpindahan
2. bangunan
material
pendukung
pembentuk
prasarana wilayah
lereng
berupa
batuan, bahan
rombakan,
tanah,
atau
material
campuran.
Kawasan
Rawan memiliki karakter 1. hutan,
perkebunan,
Banjir
aliran air sungai
dan pertanian tanaman
yang tingginya
tahunan; dan
melebihi muka 2. bangunan pendukung
air
normal
prasarana wilayah.
sehingga
melimpas
dari
palung sungai
menyebabkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
mengubah fungsi pokok
kawasan taman cagar
budaya
dan
ilmu
pengetahuan.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
tidak
merusak
lingkungan,
dan
penyediaan
prasarana
lain
penunjang kegiatan
Ketentuan lain-lain
1. peternakan
dan 1. seluruh kegiatan berupa besaran KDB yang prasarana
dan
perikanan;
kawasan
terbangun; diijinkan 10%, KLB sarana
minimum
2. bangunan pendukung
dan
10%, dan KDH 90%. berupa penyediaan
pengembangan
2. merubah fungsi hutan,
sarana
dan
peternakan
dan
perkebunan,
dan
prasarana kegiatan
perikanan
dengan
pertanian
tanaman
penunjang
hutan,
intensitas rendah; dan
tahunan
perkebunan
dan
3. prasarana wilayah yang
pertanian tanaman
hanya dapat melalui
pangan
kawasan rawan bencana
tanah longsor
1. peternakan
dan 1. seluruh
kegiatan KDB yang diijinkan
perikanan;
berupa
kawasan 10%, KLB 10%,
2. bangunan pendukung
terbangun; dan
dan KDH 90%
pengembangan
2. merubah fungsi hutan,
peternakan
dan
perkebunan,
dan
perikanan
dengan
pertanian
tanaman
intensitas rendah; dan
tahunan.
3. prasarana wilayah yang
hanya dapat melalui
prasarana
dan
sarana
minimum
berupa penyediaan
sarana
dan
prasarana kegiatan
penunjang
hutan,
perkebunan
dan
pertanian tanaman
pangan
7-34
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kawasan rawan bencana
banjir.
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
adanya
genangan pada
lahan
rendah
disisi sungai
Kawasan
Letusan memiliki karakter 1. hutan,
perkebunan, 1. peternakan
dan 1. seluruh kegiatan berupa KDB yang diijinkan ketentuan prasarana
Gunung Api
kawasan yang
dan pertanian tanaman perikanan;
kawasan
terbangun; 10%, KLB 10%, dan sarana minimum
berpotensi tinggi
tahunan; dan
2. bangunan
pendukung
dan
dan KDH 90%
berupa kawah untuk
mengalami
2. bangunan pendukung pengembangan
2. merubah fungsi hutan,
aliran lahar panas
bencana gunung
prasarana wilayah
peternakan dan perikanan
perkebunan,
dan
dan lahar dingin
berapi
dengan intensitas rendah;
pertanian
tanaman
dan
tahunan
3. prasarana wilayah yang
hanya dapat melalui
kawasan rawan bencana
gunung berapi.
Kawasan
Rawan
diatur sesuai dengan rencana peraturan bangunan setempat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Gempa Bumi
Rencana Pola
Ruang Provinsi
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
pendirian bangunan
hanya untuk menunjang
kegiatan pemanfaatan
hasil hutan; dan
pemanfaatan hasil hutan
hanya untuk menjaga
kestabilan neraca
sumber daya kehutanan
dilarang apabila
kegiatan yang ada di
hutan produksi tidak
menjamin
keberlangsungan
kehidupan di daerah
bawahnya atau
merusak ekosistem
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
prasarana dan
sarana minimum
berupa
pembangunan
infrastruktur yang
menunjang kegiatan
pemanfaatan hasil
hutan
7-35
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
berada di hutan
lindung boleh
diusahakan tapi harus
ada kejelasan deliniasi
kawasan hutan
produksi dan izin
untuk melakukan
kegiatan;
pemanfaatan hutan
produksi yang
menebang
tanaman/pohon
diwajibkan untuk
melakukan
penanaman kembali
sebagai salah satu
langkah konservasi;
kegiatan budi daya
yang diperkenankan
pada kawasan hutan
produksi adalah
kegiatan yang tidak
mengolah tanah
secara intensif atau
merubah bentang
alam yang dapat
menjadi penyebab
bencana alam; dan
kegiatan budi daya di
hutan produksi
diperbolehkan dengan
syarat kelestarian
sumber air dan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
7-36
Deskripsi
hortikultura
bidang lahan
yang digunakan
untuk usaha
hortikultura
Kegiatan yang
diijinkan
kekayaan hayati di
dalam kawasan hutan
produksi
dipertahankan.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kawasan terbangun
baik permukiman,
maupun fasilitas sosial
ekonomi, diutamakan
pada lahan pertanian
tanah kering;
bangunan prasarana
penunjang pertanian
pada lahan pertanian
beririgasi; dan
prasarana penunjang
pembangunan
ekonomi wilayah
kawasan terbangun
baik permukiman,
maupun fasilitas sosial
ekonomi, diutamakan
pada lahan pertanian
tanah kering;
bangunan prasarana
penunjang hortikultura
yang beririgasi; dan
prasarana penunjang
pembangunan
ekonomi wilayah
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Intensitas
pengembangan
kawasan terbangun
pada lahan basah
beririgasi;
lahan pertanian pangan
berkelanjutan tidak
boleh dialihfungsikan
selain untuk pertanian
tanaman pangan; dan
kegiatan sebagai
kawasan terbangun
maupun tidak
terbangun yang
memutus jaringan
irigasi
pengembangan
kawasan terbangun
pada lahan hortikultura
yang produktivitasnya
tinggi;
kegiatan sebagai
kawasan terbangun
maupun tidak
terbangun yang
memutus jaringan
irigasi; dan
kegiatan yang memiliki
intensitas alih
fungsi lahan
pertanian tanaman
pangan diijinkan
maksimum 30% di
perkotaan dan di
kawasan pedesaan
maksimum 20%
terutama di ruas
jalan utama sesuai
dengan rencana
detail tata ruang;
prasarana dan
sarana minimum
berupa
pemanfaatan
untuk
pembangunan
infrastruktur
penunjang
kegiatan
pertanian (irigasi);
dan
intensitas alih
fungsi lahan
hortikultura diijinkan
maksimum 20%
baik di perkotaan
maupun di
perdesaan terutama
di ruas jalan utama
sesuai dengan
rencana detail tata
ruang;
prasarana dan
sarana minimum
berupa
pemanfaatan
untuk
pembangunan
infrastruktur
penunjang
hortikultura
(irigasi); dan
Ketentuan lain-lain
7-37
peternakan
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
segala kegiatan
yang
mengusahakan
tanaman
tertentu pada
tanah dan/atau
media tumbuh
lainya dalam
ekosistem yang
sesuai,
mengolah dan
memasarkan
barang dan jasa
hasil tanaman
tersebut,
dengan bantuan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi,
permodalan
serta
manajemen
untuk
mewujudkan
kesejahteraan
bagi pelaku
usaha
perkebunan dan
masyarakat
bidang lahan
yang digunakan
kawasan terbangun
baik permukiman,
maupun fasilitas sosial
ekonomi yang
menunjang
pengembangan
perkebunan;
industri penunjang
perkebunan; dan
prasarana penunjang
pembangunan
ekonomi wilayah
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
kegiatan wisata alam
berbasis ekowisata;
pengembangan
pertanian dan
peternakan secara
terpadu dengan
perkebunan sebagai
satu system pertanian
progresif;
pembuatan bangunan
penunjang pertanian,
penelitian dan
pendidikan; dan
permukiman petani
pemilik lahan yang
berada di dalam
kawasan perkebunan
Intensitas
intensitas
alih
fungsi
lahan
perkebunan
diijinkan maksimum
5% dari luasa lahan
perkebunan dengan
ketentuan
KDB
30%, KLB 0,3, KDH
0,5 sesuai dengan
rencana detail tata
ruang;
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Ketentuan lain-lain
prasarana
dan
sarana minimum
berupa
pemanfaatan
untuk
pembangunan
infrastruktur
penunjang
perkebunan; dan
Diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7-38
Deskripsi
Kegiatan yang
diijinkan
untuk usaha
peternakan
yang menyatu
dengan
permukiman
masyarakat
2.3. kawasan peruntukan perikanan
kawasan
upaya
sarana dan prasarana
peruntukan
mempertahanka
pendukung budi daya
perikanan tangkap
n keberlanjutan
ikan dan kegiatan
dan budi daya
terhadap
perikanan lainnya;
kawasan
kegiatan lain yang
kawasan yang
bersifat mendukung
menjadi sentra
kegiatan perikanan
produksi
dan pembangunan
perikanan
sistem jaringan
prasarana; dan
kegiatan penunjang
minapolitan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
Intensitas
permukiman, fasilitas
sosial dan ekonomi dan
industri yang
berdampak negatif
terhadap perikanan;
dan
kegiatan yang memiliki
dampak langsung atau
tidak terhadap budi
daya perikanan
prasarana dan
sarana minimum
berupa sarana dan
prasarana
pendukung budi
daya ikan dan
kegiatan lainnya
permukiman penunjang
pertambangan;
industri pengolah hasil
tambang;
penambangan dalam
skala besar pada
kawasan budi daya
dan/atau lindung secara
terbuka
Kawasan terbangun
pada kawasan
pertambangan dengan
intensitas KDB yang
diijinkan 50%, KLB 0,5
dan KDH 25%
prasarana dan
sarana minimum
berupa bangunan
penunjang
pertambangan,
fasilitas
pengangkutan dan
penunjangnya, pos
pengawasan dan
Ketentuan lain-lain
7-39
Deskripsi
penambangan
maupun pasca
kegiatan
penambangan
Kegiatan yang
diijinkan
permukiman, fasilitas
umum
penunjang
industri; dan
prasarana penunjang
industri; dan
RTH
dengan
kerapatan
tinggi,
bertajuk
lebar,
berdaun lebat di
sekeliling
kawasan
peruntukan industri.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
Intensitas
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
kantor pengelola,
balai penelitian
intensitas
pemanfaatan
permukiman,
perdagangan,
dan
jasa serta fasilitas
umum KDB yang
diijinkan 50%, KLB
50% dan KDH 25%
prasarana dan
sarana minimum
berupa bangunan
produksi/
pengolahan dan
penunjang,
fasilitas
pengangkutan
dan
penunjangnya,
pos pengawasan
dan
kantor
pengelola
kegiatan
yang
menunjang pariwisata
dan kegiatan ekonomi
yang lainnya secara
bersinergis;
penyediaaan
sarana
dan
prasarana
penghubung
antar
wilayah; dan
intensitas
pengembangan
kawasan
terbangun
KDB 30%, KLB 0,6,
dan KDH 40%.
prasarana dan
sarana minimum
berupa bangunan
yang
dapat
mendukung
upaya
pengembangan
wisata
yang
ramah lingkungan
Ketentuan lain-lain
7-40
Deskripsi
masyarakat,
pengusaha,
pemerintah dan
pemerintah
daerah
Kegiatan yang
diijinkan
parkir,
fasilitas
pertemuan,
hotel,
cottage,
kantor
pengelola dan pusat
informasi
serta
bangunan
lainnya
yang
dapat
mendukung
upaya
pengembangan wisata
yang
ramah
lingkungan,
disesuaikan dengan
karakter dan lokasi
wisata yang akan
dikembangkan; dan
kunjungan atau
pelancongan,
olahraga dan rekreasi,
pertunjukan dan
hiburan, komersial,
menginap/bermalam,
pengamatan,
pemantauan,
pengawasan dan
pengelolaan kawasan
peruntukan
berada di luar
permukiman
kawasan
perkotaan dan
lindung baik
perdesaan
berupa
kawasan
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
bangunan
penunjang
pendidikan
dan
penelitian
perubahan
fungsi
bangunan
yang
ditetapkan
sebagai
bangunan konservasi
tanpa merubah bentuk
aslinya;
Intensitas
kegiatan
yang
mempunyai intensitas
besar
yang
mengganggu
fungsi
kawasan permukiman;
industri yang
intensitas
pengembangan
kawasan terbangun
yang
diijinkan
dengan ketentuan
KDB 30%, KLB 0,6,
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
disesuaikan
dengan karakter
dan lokasi wisata
yang
akan
dikembangkan
Ketentuan lain-lain
ketentuan
prasarana dan
sarana minimum
berupa bangunan
yang
dapat
mendukung
7-41
Deskripsi
perkotaan
maupun
perdesaan yang
berfungsi
sebagai
lingkungan
tempat tinggal
atau lingkungan
hunian dan
tempat kegiatan
yang
mendukung peri
kehidupan dan
penghidupan
Kegiatan yang
diijinkan
merupakan
bagian
dari permukiman.
Ketentuan Umum
Kegiatan yang diijinkan
bersyarat
fasilitas umum skala
menengah
sebagai
pusat
pelayanan
perkotaan
maupun
perdesaan;
industri
menengah
dengan
syarat
mempunyai
badan
pengolah
limbah,
prasaran pengunjang
dan permukiman untuk
buruh industri; dan
pariwisata
budaya
maupun buatan yang
bersinergis
dengan
kawasan permukiman
Intensitas
berpotensi mencemari
lingkungan;
prasarana
wilayah
yang
mengganggu
kehidupan di kawasan
permukiman antara lain
berupa : pengolah
limbah dan TPA;
pengembangan
kawasan permukiman
yang
bisa
menyebabkan
alih
fungsi lahan pertanian
pangan berkelanjutan
dan kawasan lindung
Ketentuan teknis
Prasarana dan
sarana minimum
upaya
pengembangan
wisata
yang
ramah lingkungan
disesuaikan
dengan karakter
dan lokasi wisata
yang
akan
dikembangkan
Ketentuan lain-lain
diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
7-42
7.3 Perizinan
Kegiatan perizinan disini merupakan kegiatan yang terkait dengan
pemanfaatan ruang yang dilakukan dalam upaya pemantauan perkembangan
penggunaan lahan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang yang telah
disepakati. Dalam pelaksanaan perizinan hal-hal yang perlu dilakukan adalah
menyusun mekanisme perizinan dan kelembagaan yang terkait dalam
pelaksanaan perizinan.
7.3.1 Arahan Perizinan
Arahan perizinan pemanfaatan ruang merupakan acuan bagi penertiban
pemanfaatan ruang pada tingkat operasional, yaitu yang diberikan pada
pemanfatan ruang di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan. Setelah
proses pendaftaran selesai, selanjutnya dilakukan konfirmasi atas izin yang
diajukan terhadap rencana pola ruang dan arahan indikasi peraturan zonasi
yang diberlakukan oleh Tim Advice Planning yang berwenang.
Selain itu Tim Advice Planning juga melakukan cek lapangan atas lokasi
yang dimintakan izin pemanfaatan ruang dan proses perizinan akan
dilanjutkan apabila permintaan izin memenuhi ketentuan pola ruang dan
indikasi peraturan zonasi.
7.3.2 Penetapan Izin
Hasil dari tim Advice Planning diberikan kepada lembaga yang berwenang
memberikan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangannya.
Dalam izin tersebut tentunya disertai dengan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pemohon sesuai ketentuan yang diberlakukan pada
kawasan/lokasi yang bersangkutan.
7.3.3 Kelembagaan Perizinan
Kelembagaan perizinan merupakan suatu organisasi yang berwenang
memberikan pelayanan khususnya perizinan pemanfaatan ruang kepada
masyarakat.
Anggota dalam lembaga ini dapat berbeda antar daerah tergantung dan
susunan kerja perangkat daerah masing-masing dan memperhatikan
keotonomian daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku namun
demikian pada prinsipnya lembaga ini mencakup beberapa unsur berikut:
- Masyarakat sebagai pihak yang akan merasakan langsung akibat dari
pemanfaatan ruang, terutama pemanfaatan ruang berskala menengah
sampai besar/luas.
- Tim advisory pembangunan daerah yang memiliki kompetensi di bidang
penataan ruang. Instansi tersebut diantaranya Dinas PU, Bappeda,
BLHD dan instansi yang terkait langsung dengan izin yang disampaikan
oleh pemohon, misalnya Dinas Kehutanan apabila kegiatan yang
dimohonkan izin untuk sektor kehutanan, Dinas perindustrian apabila izin
pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri.
7-43
7.4
Arahan insentif dan disinsentif untuk wilayah Provinsi Jambi meliputi arahan
umum dan arahan khusus. Arahan umum berisikan arahan pemberlakuan insentif
dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan ruang secara umum sedangkan
arahan khusus ditujukan secara langsung pada jenis-jenis pemanfaatan ruang
atau kawasan tertentu di wilayah Provinsi Jambi.
7.4.1 Arahan Umum lnsentif - Disinsentif
Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong
perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang, sedang
disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi atau dikendalikan
perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk kegiatan budi
daya.
Arahan pemberian insentif adalah sebagai berikut:
a. Memberikan keringanan atau penundaan pajak (tax holiday) dan
kemudahan proses perizinan.
b. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk
memperingan biaya investasi oleh pemohon izin.
c. Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum
rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
d. Kegiatan yang menimbulkan dampak positif akan diberikan kemudahan
dalam perizinan.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya. Insentif kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota diberikan, antara lain, dalam bentuk:
a. pemberian kompensasi;
b. urun saham;
c. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau
d. penghargaan;
e. bantuan kredit dan sarana produksi.
Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk:
a. keringanan pajak atau retribusi;
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h. penghargaan.
7-44
2.
3.
4.
5.
Kegiatan
Insentif
Kegiatan di Pusat
Kotaatau
KawasanKepadatan
Tinggi
Disisentif
-
Penolakan atau
mempersulit perizinan
Pengenaan pajak yang
tinggi
Kewajiban menyusun
AMDAL dan Normalisasi
kawasan yang rusak
akibat kegiatan yang
dilakukan
Pengenaan pajak yang
tinggi
Kewajiban memberi
subsidi pembangunan
Infrastruktur
7-45
Tabel 7.4.
Pemberian Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang
Di Provinsi Jambi
No. Pemanfaatan
Lokasi
Ruang
1 Kota PKN
Kota Jambi
Insentif
Kemudahan perizinan
Pemberian pajak yang ringan
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Kota PKNp
Muaro Bungo
Kemudahan perizinan
Sarolangun
Pemberian pajak yang ringan
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Kota PKW
Muara Bulian
Kemudahan perizinan
Kuala Tungkal
Pemberian pajak yang ringan
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Kota PKWp
Muara Sabak,
Kemudahan perizinan
Sungai Penuh,
Pemberian pajak yang ringan
Bangko, Sengeti,
Subsidi
dan Muara Tebo
pembangunaninfrastruktur
Jalan Tol
Kemudahan perizinan
Ruas Indralaya
Pemberian pajak yang ringan
Betung (Simpang
Sekayu) Tempino Urun saham
Jambi (II/6)
Ruas Jambi
Rengat (III/6)
Jalan Kereta Batas
Sumatera Kemudahan perizinan
Api
Barat
Bangko Muara
Bungo Batas
Sumatera Barat
Batas
Sumatera
Selatan Tempino
- Jambi Sengeti
Rantau Badak
Pekan Baru
Rantau Badak
Muara Tebo
Jambi Batanghari
Sarolangun
Rantau Badak
Kuala Tungkal
Muaro Sabak
Pembangunan Seluruh wilayah
Kemudahan perizinan
Prasarana
Pemberian pajak yang ringan
Provinsi Jambi
Pembangkit
Subsidi
Energi Listrik
pembangunaninfrastruktur
jalan
Urun saham
Disisentif
Penolakan pemberian izin
lokasi di kawasan RTH
kota
Penolakan pemberian izin
lokasi di kawasan RTH
kota
Penolakan pemberian izin
lokasi di kawasan RTH
kota
Penolakan pemberian izin
lokasi di kawasan RTH
kota
7-46
10
11
12
13
14
15
16
17
Kemudahan perizinan
Pemberian pajak yang ringan
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Urun saham
Bantuan kredit dan sarana
produksi
Kawasan
Kemudahan perizinan
Seluruh wilayah
wisata
Pemberian pajak yang ringan
Provinsi Jambi
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Urun saham
Bantuan kredit dan sarana
produksi
Kawasan
Kemudahan perizinan
Seluruh wilayah
pertambangan Provinsi Jambi
Pemberian pajak yang ringan
Subsidi
pembangunaninfrastruktur
Urun saham
Bantuan kredit dan sarana
produksi
Kota Jambi,
Kemudahan perizinan
Kawasan
Pemberian pajak yang ringan
Strategis Kota Kabupaten Muaro
Jambi, Muara Jambi, dan Kabupaten Subsidi
Batanghari
pembangunaninfrastruktur
Bulian,
Sengeti dan
sekitarnya
Kawasan
Kabupaten Bungo dan Kemudahan perizinan
strategis
Kabupaten Tebo
Pemberian pajak yang ringan
Perkotaan
Subsidi
Muara Bungo
pembangunaninfrastruktur
Muara Tebo
Kawasan
Kabupaten Tanjung
Kemudahan perizinan
strategis
Jabung Barat dan
Pemberian pajak yang ringan
Pantai Timur Kabupaten Tanjung
Subsidi pembangunan
Provinsi Jambi Jabung Timur
infrastruktur
Kabupaten Merangin
Kemudahan perizinan
Kawasan
dan Kabupaten
Pemberian pajak yang ringan
strategis
Sarolangun
Subsidi
Perkotaan
pembangunaninfrastruktur
Bangko
Sarolangun
Kabupaten Kerinci dan Kemudahan perizinan
Kawasan
Kota Sungai Penuh
Pemberian pajak yang ringan
strategis
Subsidi
Kerinci
pembangunaninfrastruktur
Sungai Penuh
Pemberian kompensasi atas
Kawasan
Seluruh wilayah
penyediaan lahan konservasi
lindung
Provinsi Jambi
Biaya pemeliharaan hutan
Disisentif
Tidak memberikan izin TPAS
di dekat permukiman, Sawah
teknis dan Kaw. Lindung
Biaya pengelolaan limbah
Pemberian pajak yang
tinggi untuk industry yang
dibangun di luar
kawasan/zona
Penolakan
pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana
permukiman
7-47
19
Pertanian,
peternakan
dan
Perkebunan
Seluruh wilayah
Provinsi Jambi
20
Kawasan
rawan
bencana
Seluruh wilayah
Provinsi Jambi
Insentif
Subsidi pupuk dan alsintan
pertanian
Kemudahan pembuatan
sertifikasi tanah
Pemeliharaan prasarana dan
sarana irigasi
Disisentif
Penolakan atau
mempersulit perizinan
Pengenaan pajak yang
tinggi
pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana
permukiman
21
Sempadan
Seluruh wilayah
pantai, sungai, Provinsi Jambi Jambi
danau/situ
Penolakan
Pengenaan pajak yang
tinggi
pembatasan penyediaan
prasarana dan sarana
Penanaman
pohon/tanaman
Arahan khusus insentif-disinsentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai
harus dilindungi fungsinya dan dihindari pemanfaatannya. Di seluruh wilayah
Provinsi Jambi ada dua jenis pola ruang yang harus dilindungi dan dihindari
pemanfaatannya, yaitu pemanfaatan ruang pertanian pangan, khususnya
pertanian lahan basah, dan kawasan-kawasan rawan bencana alam.
Bentuk Pelanggaran
Pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai
dengan rencana
tataruang;
a. memanfaatkan ruang
dengan izin
pemanfaatan ruang di
lokasi yang tidak
sesuai dengan
peruntukannya;
b. memanfaatkan ruang
tanpa Izin
pemanfaatan ruang di
lokasi yang sesuai
peruntukannya;
c. memanfaatkan ruang
tanpa izin
pemanfaatan ruang di
lokasi yang tidak
sesuai
peruntukannya.
peringatan tertulis;
penutupan lokasi;
pencabutan izin;
pembatalan izin;
pembongkaran
bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang;
g. denda administratif.
Keterangan
Dalam peringatan
tertulis dijelaskan
jenis pelanggaran
dan kewajiban
pelanggar untuk
mematuhinya dalam
batas waktu tertentu.
Apabila peringatan
tertulis tidak
dihiraukan, oleh
pelanggar, maka
dapat dikenakan
sanksi administratif
sesuai ketentuan
administrasi yang
berlaku yang jenis
sanksinya dapat
berupa b, c, d, e, f,
dan/atau g.
Apabila terdapat
indikasi tindak
pidana, maka sanksi
pidana akan
dikenakan sesuai
hukum acara pidana
yang berlaku.
7-51
Bentuk Pelanggaran
Keterangan
Dalam peringatan
tertulis dijelaskan
jenis pelanggaran
dan kewajiban
pelanggar untuk
mematuhinya dalam
batas waktu tertentu.
Apabila peringatan
tertulis tidak
dihiraukan oleh
pelanggar maka
dapat dikenakan
sanksi administratif
sesuai ketentuan
administrasi yang
berlaku, yang jenis
sanksinya dapat
berupa b, c, d, e, f, g,
h, dan/atau I.
Dalam peringatan
tertulis dijelaskan
jenis pelanggaran
dan kewajiban
pelanggar untuk
mematuhinya dalam
batas waktu tertentu.
Apabila peringatan
tertulis tidak
dihiraukan, oleh
pelanggar, maka
dapat dikenakan
sanksi administratif
sesuai ketentuan
administrasi yang
berlaku yang jenis
sanksinya dapat
berupa b, C, d, e, f,
dan/atau g.
Apabila terdapat
indikasi tindak
pidana, maka sanksi
pidana akan
dikenakan sesuai
hukum acara pidana
yang berlaku.
Dalam peringatan
tertulis dijelaskan
jenis pelanggaran
dan kewajiban
pelanggar untuk
mematuhinya dalam
batas waktu tertentu.
Apabila peringatan
tertulis tidak
dihiraukan, oleh
pemanfaatan
ruang
yang tidak sesuai
dengan izin
pemanfaatan yang
telah diberikan oleh
pejabat berwenang;
a. tidak menindaklanjuti
izin
pemanfaatan
ruang yang telah
dikeluarkan;
b. memanfaatkan ruang
tidak sesuai dengan
izin
pemanfaatan
ruang.
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara
kegiatan;
c. penghentian sementara
pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran
bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang;
i. denda administratif.
pemanfaatan
ruang
yang tidak sesuai
dengan persyaratan
izin yang diberikan
oleh pejabat yang
berwenang;
a. melanggar
batassempadan yang
telah ditentukan;
b. melanggar ketentuan
koefisien
Iantaibangunan yang
telah ditentukan;
c. melanggar ketentuan
koefisien
dasarbangunan dan
koefisien dasar hijau;
d. melakukan
perubahan sebagian
ataukeseluruhan
fungsi bangunan;
e. melakukan
perubahan sebagian
ataukeseluruhan
fungsi lahan;
f. tidakmenyediakan
fasilitas sosial atau
fasilitas umum sesuai
dengan persyaratan
dalam
izin
pemanfaatan ruang.
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara
kegiatan;
c. penghentian sementara
pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran
bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang;
i. denda administratif.
menghalangi akses
terhadap kawasan
kawasan
yang
dinyatakan
oleh
peraturan perundangundangan sebagai
milik umum.
a. menutup akses ke
pesisir pantai,
sungai, danau, situ,
dan sumber daya
alam serta prasarana
publik
b. menutup akses
terhadap sumber air;
c. menutup akses
terhadap taman dan
a.peringatan tertulis;
b. penutupan lokasi;
c. pembongkaran bangunan;
d. pemulihan fungsi ruang; e.
denda administratif.
7-52
Bentuk Pelanggaran
ruang terbuka hijau;
d. menutup akses
terhadap fasilitas
pejalan kaki;
e. menutup akses
terhadap lokasi dan
jalur evakuasi
bencana;
f menutup akses
terhadap jalan umum
tanpa izin yang
berwenang
Keterangan
pelanggar, maka
dapat dikenakan
sanksi administratif
sesuai ketentuan
administrasi yang
berlaku yang jenis
sanksinya dapat
berupa b, c, d,
dan/atau e.
Apabila terdapat
indikasi tindak
pidana, maka sanksi
pidana akan
dikenakan sesuai
hukum acara pidana
yang berlaku.
7.6 Kelembagaan
Penataan ruang memberikan dampak kepada seluruh penduduk, paling tidak
penduduk pada suatu wilayah perencanaan, sehingga penduduk atau
masyarakat menjadi faktor kunci bagi kegiatan penataan ruang, dan sasaran
dan manfaat yang akan dicapai. Selama ini upaya pengelolaan penataan
ruang cenderung hanya dari atas (top down), bukan dari bawah, dengan
melibatkan masyarakat, hal ini merupakan fakta, karena ketersediaan dana
berada pada sistem anggaran pemerintah, begitu pula halnya dengan
mekanisme penyelenggaraannya.
Keterlibatan masyarakat masih terbatas pada tahap pemenuhan
persyaratan atau formalitas saja, dan kalau kemudian akan muncul
keseragaman produk, itu karena mengabaikan keberagaman karakteristik
wilayah maupun budaya masyarakat, sehingga produk tersebut kurang bisa
memberi manfaat yang jelas untuk dapat dipedomani.
Semestinya harus sudah dimulai bahwa proses penyelenggaraan penataan
ruang dipandang sebagai proses demokratisasi, karenanya penataan ruang
harus sudah dianggap dan merupakan hak seluruh warga masyarakat,
karenaIangsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Pada era
otonomi dan desentralisasi, memberikan ruang yang lebih leluasa kepada
pemerintah daerah bersama masyarakat untuk menyelenggarakannya.
Untuk memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan penataan ruang di
semua tingkatan wilayah telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) menggantikan Keputusan Menteri Dalam Negeri(Mendagri) Nomor
147 Tahun 2004 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah
dengan Pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
7-53
Nomor 62 Tahun
dan Permendagri
Penataan Ruang
Badan Koordinasi
7-57
8.1 Umum
Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang diamanatkan oleh UndangUndang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa setiap orang,
kelompok, dan badan hukum memiliki hak dan kewajiban dalam penataan ruang,
baik pada tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang,
maupuntahap pengendalian pemanfaatan ruang.
Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut, penyelenggaraan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan berbagai unsur
seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM yang
selanjutnya disebut dengan peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan
ruang, karena pada akhirnya hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan
seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu
terselenggarakannya
pemanfaatan
ruang
berwawasan
Iingkungan,
terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya,
sertatercapainyapemanfaatanruang yang berkualitas.
Partisipasi masyarakat di lapangan menunjukkan perbedaan yang disebabkan
oleh perbedaan penguasaan terhadap penataan ruang. Namun demikian,
partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam penataan ruang menunjukkan
adanya peningkatan kesadaran tanggung jawab terhadap pelaksanaan
pembangunan.
Dari segi politik, partisipasi lebih mengedepankan participatory dibanding
demokrasi perwakilan (representative democracy) sebagai hak demokrasi setiap
orang. Dalam konteks ini masyarakat berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan. Partisipasi ini tentunya sangat membantu legislatif (DPRD) dan para
pembuat keputusan Iainnya dalam memperoleh gambaran lebih jelas atas
permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen mereka, sehingga sensitifitas
pembuatan keputusan dapat dimaksimalkan dan ditangani secara tepat.
8-1
8-2
8-3
8-4
2.
8-5