Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

WORD SQUARE SISWA KELAS IV SDN SELOTINATAH 4 KECAMATAN


NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN
Anis Nurnafiatin
anisnurnafiatin80@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan metode pembelajaran word square pada
pelajaran IPS materi koperasi yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
SDN Selotinatah 4 Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus.Hasil penelitian menunjukkan
terjadinya peningkatan aktivitas yang signifikan dari siklus I ke siklus II .Pada pelaksanaan
siklus I, nilai rata-rata kelas 66,95.Jumlah siswa yang tuntas belajar sebnyak 14 siswa (70%)
dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa (30%). Pada siklus II nilai rata-rata
kelaskelas yang dicapai dalah 69,90. Siswa yang tuntas belajar sebanyak 16 siswa (80%) dan
siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa (20%). Hasil belajar siswa meningkat daya
serap klasikalnya dari 70 % siklus I menjadi 80% siklus II. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model word square terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
IPS kelas IV SDN Selotinatah 4 Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
Kata Kunci: hasil belajar,word square, pembelajaran IPS
A. Pendahuluan
Siswa kelas IV SDN Selotinatah 4 Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan dalam
pembelajaran IPS sering kali mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran. Khususnya
dalam hal menerima materi yang disampaikan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor.
Salah satu faktor penyebabnya adalah model pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran IPS selama ini adalah kombinasi antara
metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pemilihan model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan potensi peserta didik merupakan
kemampuan

dan

keterampilan

dasar

yang

harus

dimiliki

seorang

guru.

Guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, penghafalan
konsep bukan pada pemahaman. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga
suasana pembelajaran tidak kondusif. Siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa
yang disampaikan oleh guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya.

Kondisi tersebut mempengaruhi kondisi belajar siswa yang rendah.Hal ini dibuktikan oleh
banyaknya siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yakni sebanyak 65 % sedangkan
siswa yang memperole nilai diatas KKM hanya 35 %.
Kondisi tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi, meningkatkan minat belajar
siswa dengan menggunakan metode yang tepat / menyenangkan. Penggunaanan word square
dicoba diterapkan dalam pembelajaran IPS, dengan model pembelajaran word square
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan pemahaman materi
yang disampaikan guru sehingga hasil belajar siswa kelas IV pada pelajaran IPS dapat
meningkat.
Hasil belajar pada siswa ditandai dengan adanya peningkatan kemampuan, mental siswa. Hal
ini sesuai dengan perkembangan siswa beremansipasi diri sehingga menjadi utuh dan
mandiri. Siswa yang telah mengalami pembelajaran diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan baru serta perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami
siswa tersebut. Hasil belajar antara siswa satu dengan yang lain tidaklah sama. Perbedaan
hasil belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Shabri (2005), hasil belajar yang
dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang
datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar
(intelegensi), motivasi belajar, minta dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan,
faktor fisik dan psikis.
Clark (dalam Shabri, 2005) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Artinya, selain
faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan
atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas
pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain:
1. Ukuran kelas (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar.
Ukuran yang biasanya digunakan adalah 1:40, artinya, seorang guru melayani 40
orang siswa. Diduga makin besar jumlah siswa yang harus dilayani guru dalam satu
kelas maka makin rendah kualitas pengajaran, demikian pula sebaliknya.
2. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai
hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana yang kaku, disiplin yang
ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Dalam suasana belajar demokratis ada

kebebasan siswa belajar, mengajukan pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan
lain-lain.
3. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai
laboratorium belajar bagi siswa. Artinya, kelas harus menyediakan sumber-sumber
belajar seperti buku pelajaran, alat peraga, dan lain-lain.
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali
Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari
interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan
demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak
dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap
(afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Oleh sebab itu hasil
belajar perlu dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang
diharapkan telah tercapai atau belum.
Ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran
agar tujuan pembelajaran tercapai dengan optimal.Salah satu model yang dapat diterapkan
oleh guru adalah model pembelajaran word square. Model pembelajaran Word Square
merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi
melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan
siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007).
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan
kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotakkotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal
bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang
siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa
namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.

Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan
belajar mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai
alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah
diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau
kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah
disediakan. (Mujiman, 2007)
Model pembelajaran word square adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan
menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak : jawaban
mini seperti teka-teki silang. Bedanya, jawaban sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak-kotak tambahan dengan sembarang huruf / angka penyamar atau
pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua matapelajaran. Untuk itu guru harus
memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berfikir
efektif. Tujuan angka atau huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk
melatih sikap teliti dan kritis. Langkah- langkah pelaksanaan pembelajaran dengan model
pembelajaran word square menurut Suyatno ( 2009:30) yaitu guru menyampaikan materi
sesuai kompetensi, guru membagikan lembar kegiatan sesuai contoh, siswa disuruh
menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban, berikan poin setiap
jawaban dalam kotak. Media pembelajaran dalam model pembelajaran word square ini adalah
membuat kotak sesuai keperluan dan membuat soal sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran Word Square memiliki kelebihan dan kekurangan.Kelebihan model
pembelajaran Word Squre yaitu:

Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran, melatih untuk berdisiplin, dapat melatih sikap teliti dan kritis,merangsang
siswa untuk berpikir efektif. Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat
siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab
dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam
berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu: Mematikan
kreatifitas siswa, siswa tinggal menerima bahan mentah,

siswa tidak dapat mengembangkan

materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.


Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masingmasing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga

siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word
square ini.
Berkaitan dengan hal diatas, perlu dilakukan kajian tentang Peningkatan Hasil Belajar IPS
melalui Model Pembelajaran Word Square Siswa Kelas IV SDN Selotinatah 4 Kecamatan
Ngariboyo Kabupaten Magetan.
Artikel ini berangkat dari permasalahan,Bagaimanakah model pembelajaran word square
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Selotinatah 4 Kecamatan Ngariboyo
Kabupaten Magetan?.Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan Peningkatan Hasil Belajar
IPS melalui Model Pembelajaran Word Square Siswa Kelas IV SDN Selotinatah 4
Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.
B. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SDN Selotinatah 4 kelas IV Semester Genap Tahun
Pelajaran 2014/2015 sebanyak 20 orang. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah 1) Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui aspek aktivitas siswa selama
proses belajar berlangsung. 2) Lembar pedoman wawancara, digunakan untuk mengetahui
mengetahui faktor - faktor pendukung dan penghambat selama proses belajar berlangsung. 3)
Tes, digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Kegiatan yang
dilakukan peneliti sebelum siklus

yaitu

meminta izin pelaksanaan penelitian di SDN

Selotinatah 4 kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan dan melakukan observasi awal yaitu
mengobservasi kegiatan pembelajaran di kelas IV, mengumpulkan data permasalahan, dan
merefleksi. Data hasil dari refleksi tersebut didiskusikan bersama dengan kolaborator untuk
menentukan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I. Peneliti juga
berdiskusi dengan kolaborator untuk menentukan pelaksanaan penelitian, metode, model
pembelajaran, dan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain itu peneliti
bersama kolaborator juga mendiskusikan instrumen penelitian yang akan digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa.sehingga perlu dicatatsecara teliti dan rinci. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini jumlahnya cukup banyak . Semakin lama data maka jumlah
data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
lagi bila diperlukan.
C. Pembahasan
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, saat pembelajaran berlangsung dilakukan
pengamatan dan observasi. Dalam hal ini peneliti dibantu oleh observer yang dilakukan oleh
guru kelas V. Obyek yang diamati meliputi aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran siklus I, siswa yang
tuntas sebanyak 14 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (70%), dari hasil
pengamatan yang dilakukan peneliti bersama kolaborator selama kegiatan helajar mengajar
pada siklus pertama ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1. Langkah pembelajaran sudah sesuai dengan langkah pelaksanaan
pembelajaran

dengan

model

word

squre

sehingga

peneliti

akan

mempertahankannya untuk pelaksanaan siklus berikutnya.


2. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, sudah diadakan pembentukan
kelompok sehingga pada siklus II sudah tidak perlu dibentuk kelompok
lagi.
3. Guru bertindak lebih tegas lagi dalam membimbing siswa tentang cara
mengerjakan LKS sesuai dengan langkah pelaksanaan pembelajaran dengan
model pembelajaran word square.
4. Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa agar siswa lebih semangat
dan termotivasi dalam belajar.
5. Suara guru harus lebih jelas agar siswa secara keseluruhan dapat mendengar
penjelasan guru secara jelas
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II, Dari hasil penganalisisan data, hasil
belajar siswa pada siklus II menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Pada pelaksanaan Pembelajaran siklus I, siswa yang tuntas belajar sebanyak 14
siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa dngan persentase ketuntasan belajar klasikal
mencapai 70%, sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II, siswa yang tuntas belajar
sebanyak 16 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 4 siswa dengan prosentase
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 80%. Untuk mengetahui nilai siswa tersebut
digunakan tes akhir yang diberikan pada akhir pembelajaran. Peningkatan hasil belajar
tersebut sesuai dengan pendapat Dimyati (1999:259)7 yang menyatakan bahwa tes hasil

belajar digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah- masalah dalam
belajar.
Semua hasil observasi yang peneliti kumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada grafik perbandingan sebagai berikut :
Grafik prosentase ketuntasan belajar siswa
mata pelajaran IPS kelas 4 siklus 1 dan siklus 2

80
80
78
76
74
72
70
68
66
64

70

Siklus 1

Siklus 2

Tabel 1: hasil belajar pra tindakan

No
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama Siswa
Evendi
Wahyu Eva
Andhi Julianto F
Andik Saputro
Dila Puspita Sari
Eko Wahyu Saputro
Fadila Rahmadani
Fandu Adi Sasmito
Fitri Amarohmi
Galang Candra. P
Ida Magfiroh
Intan Nur Aini
Irvan Dwi Pratama
Linda Maisaroh
Rendy Eka Saputra
Ria Muslikah
Rizky Prayoga
Siti Zulaikhah
Sofyan Andika Putra
Yuda
Jumlah
Rata-rata/prosentase

Nilai
46
58
62
64
62
72
45
74
68
26
86
65
60
60
67
48
54
93
58
53
1221
61,05

keterangan
tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
tuntas
Tuntas
Tuntas
7
35%

tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
13
65%

Tabel 2: hasil tes pada tindakan I


No
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

No
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Nama Siswa
Evendi
Wahyu Eva
Andhi Julianto F
Andik Saputro
Dila Puspita Sari
Eko Wahyu Saputro
Fadila Rahmadani
Fandu Adi Sasmito
Fitri Amarohmi
Galang Candra. P
Ida Magfiroh
Intan Nur Aini
Irvan Dwi Pratama
Linda Maisaroh
Rendy Eka Saputra
Ria Muslikah
Rizky Prayoga
Siti Zulaikhah
Sofyan Andika Putra
Yuda
Jumlah
Rata-rata/prosentase

Nama Siswa
Evendi
Wahyu Eva
Andhi Julianto F
Andik Saputro
Dila Puspita Sari
Eko Wahyu Saputro
Fadila Rahmadani
Fandu Adi Sasmito
Fitri Amarohmi
Galang Candra. P
Ida Magfiroh
Intan Nur Aini
Irvan Dwi Pratama
Linda Maisaroh
Rendy Eka Saputra
Ria Muslikah
Rizky Prayoga
Siti Zulaikhah
Sofyan Andika Putra
Yuda
Jumlah
Rata-rata/prosentase

Keterangan
Nilai
tuntas
60
60
68
tuntas
68
tuntas
72
Tuntas
75
Tuntas
56
75
Tuntas
69
Tuntas
46
78
Tuntas
73
Tuntas
68
Tuntas
68
Tuntas
72
Tuntas
58
66
Tuntas
79
Tuntas
68
tuntas
60
1339
14
66,95
70 %
tindakan II
Nilai
65
66
70
71
73
76
60
76
72
56
79
75
70
71
73
62
68
81
70
64
1398
69,90

Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
16
80 %

Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
6
30 %

tidak
tidak
tidak
tidak
tidak
4
20 %

Tabel 3:
Hasil
tes pada

Dengan memperhatikan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran word square hasil belajar siswa kelas IV SDN Selotinatah 4 tahun
pelajaran 2014/2015 meningkat.

D. Kesimpulan
Pembelajaran IPS dengan model word square ternyata dapat meningkatkan hasil
belajar terhadap materi koperasi. Respon positif terhadap pembelajaran IPS dengan
menggunakan model word square juga diberikan peserta didik. Sehinga pembelajaran
ini dapat dijadikan alternatif pilihan guru dalam upaya meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik terhadap materi koperasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad Syaikh Quthb. 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari
Neraka, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mujiman. 2007. Model Pembelajaran Word Square. Jakarta: Raja sGrafindo Persada
Shabri, H. A. 2005. Strategi belajar mengajar micro teaching. Jakarta: Quantum Teaching.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai