Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DI PT.

SINAR ALAM PERMAI


ARI WINOTO
11151060
ABSTRAK
PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri
hilir yang mengolah minyak sawit kasar (CPO) menjadi minyak goreng (merek
Fortune) dan turunan dari CPO lainnya serta mengolah inti sawit untuk menghasilkan
minyak inti sawit (Palm Kernel Oil, PKO). Rumuskan masalah penelitian ini yaitu
bagaimanakah kinerja keuangan di PT. Sinar Alam Permai berdasarkan rasio likuiditas,
rasio aktivitas, rasio financial leverage, dan rasio profitabilitas. Tujuan dalam penelitian
ini yaitu untuk mengetahui kinerja keuangan di PT. Sinar Alam Permai berdasarkan
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio financial leverage, dan rasio profitabilitas. Teknik
Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis antara kinerja
keuangan yang diukur menggunakan analisis rasio. Berdasarkan hasil analisis
perhitungan dapat disimpulkan bahwa keempat rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
financial leverage, dan rasio profitabilitas perusahaan PT. Sinar Alam Permai
Palembang pada tahun 2010 s.d 2014 memenuhi standar rata-rata industri dimana dilihat
dari semua rasio menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Kata Kunci: likuiditas, aktivitas, financial leverage, profitabilitas
ABSTRACT
PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP is a company engaged in the downstream industries
that process crude palm oil (CPO) into cooking oil (brand "Fortune") and other
derivative of palm oil and palm kernel processing to produce palm kernel oil (Palm
Kernel Oil, PKO). Formulate the problem of this research is how the financial
performance to PT. Sinar Alam Permai based liquidity ratios, activity ratios, financial
leverage ratios, and profitability ratios. The purpose of this study is to determine the
financial performancse to PT. Sinar Alam Permai based liquidity ratios, activity ratios,
financial leverage ratios, and profitability ratios. Data Analysis Techniques used in this
research that analyzes the financial performance as measured using ratio analysis
comparing financial statements. Based on the analysis of calculation can be concluded
that the four liquidity ratios, activity ratios, financial leverage ratios, and profitability
ratios PT. Sinar Alam Permai Palembang in 2010 till 2014 meets the average standard
of the industry in which the views of all ratio shows the company's ability to meet its
obligations.
Keywords: liquidity, activity, financial leverage, profitability
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah keuangan merupakan
salah satu masalah yang sangat vital
bagi perusahaan dalam perkembangan

bisnis disemua perusahaan. Salah satu


tujuan utama didirikannya perusahaan
adalah untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal. Namun berhasil
tidaknya perusahaan dalam mencari

keuntungan
dan
mempertahankan
perusahaannya
tergantung
pada
manajemen keuangan. Perusahaan harus
memiliki kinerja keuangan yang sehat
dan efisien untuk
mendapatkan
keuntungan atau laba. Oleh sebab itu,
kinerja keuangan merupakan hal yang
penting bagi setiap perusahaan didalam
persaingan
bisnis
untuk
mempertahankan perusahaannya.
Analisis
laporan
keuangan
menggunakan perhitungan rasio-rasio
agar dapat mengevaluasi keadaan
finansial perusahaan dimasa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang.
Rasio dapat dihitung berdasarkan
sumber datanya yang terdiri dari rasiorasio neraca yaitu rasio yang disusun
dari data yang berasal dari neraca, rasiorasio laporan laba-rugi yang disusun
dari data yang berasal dari perhitungan
laba-rugi, dan rasio-rasio antar laporan
yang disusun berasal dari data neraca
dan
laporan
laba-rugi.
Laporan
keuangan
perlu
disusun
untuk
mengetahui apakah kinerja perusahaan
tersebut meningkat atau bahkan
menurun dan didalam menganalisis
laporan keuangan diperlukan alat
analisis keuangan, salah satunya adalah
dengan
menggunakan
rasio-rasio
keuangan.
PT. Sinar Alam Permai tidak
lepas dari permasalahan keuangan
dalam usaha yang bertujuan untuk
memperoleh
keuntungan
dalam
menghasilkan efektifitas dan efisiensi
pengelolaan keuangan. Permasalahan
pada PT. Sinar Alam Permai yaitu rasio
keuangannya
seperti
rendahnya
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajibannya kepada pihak
ketiga. Fenomena yang terjadi pada
tahun 2008 PT. Sinar Alam Permai
mengalami penurunan produksi. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya harga
bahan baku yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
Sedangkan
keuangan

perusahaan pada saat itu terus menurun.


Hingga
akhir
2009
keuangan
perusahaan pun terus menurun, hal ini
yang memutuskan perusahaan PT. Sinar
Alam Permai membutuhkan suntikan
dana kepada pihak bank untuk
memenuhi permasalahan tersebut.
Berdasarkan uraikan di atas,
peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai dengan judul
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
DI PT. SINAR ALAM PERMAI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah, maka dirumuskan masalah
penelitian ini, yaitu bagaimanakah
kinerja keuangan di PT. Sinar Alam
Permai berdasarkan:
1) rasio likuiditas
2) rasio aktivitas
3) rasio financial leverage
4) rasio profitabilitas
1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya membahas
tujuan kinerja keuangan di PT. Sinar
Alam Permai di tahun 2010 2014.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
yaitu untuk mengetahui bagaimana
kinerja keuangan di PT. Sinar Alam
Permai berdasarkan:
1. rasio likuiditas
2. rasio aktivitas
3. rasio financial leverage
4. rasio profitabilitas
1.4.2 Manfaat
Manfaat yang di peroleh dari
penelitian ini adalah
1. Secara Teoritis
a) Melalui penelitian ini, peneliti
mencoba memberikan bukti
empiris dan objektif tentang

kinerja keuangan pada PT. Sinar


Alam Permai
b) Penelitian
ini
memberikan
sumbangan
ilmiah
dalam
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
untuk
perkembangan dan kemajuan
dunia pendidikan di Indonesia.
c) Penelitian ini dapat menambah
keanekaragaman pengetahuan di
bidang manajemen akuntansi
khususnya kinerja keuangan
dengan menggunakan analisis
rasio
d) Hasil penelitian diharapkan
melengkapi
perbendaharaan
ilmiah dalam dunia akuntansi
yang
dapat
dibandingkan
sebagai bahan rujukan bagi
siapapun
yang
bermaksud
mengadakan
penelitian
selanjutnya.
2. Secara Praktis
a) Bagi Penulis, dapat lebih
mengetahui bagaimana kinerja
keuangan suatu perusahaan
dilihat
berdasarkan
rasio
keuangan
b) Bagi perusahaan, penelitian ini
berguna
untuk
mengetahui
bagaimana
tingkat
kinerja
perusahaan yang dilihat dari
kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan analisis
rasio arus kas
c) Bagi peneliti lainnya, dapat
menjadi bahan referensi dalam
melakukan penelitian sejenis
dimasa yang akan datang.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam
penelititan
ini,
sistematika
penulisan
disusun
berdasarkan bab demi bab yang akan di
uraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar


belakang,
perumusan
masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Menguraikan tentang teori
kinerja keuangan, analisis
rasio keuangan, dan pinjaman
bank
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
Menguraikan
metodologi
penelitian,
sumber
dan
metode pengumpulan data,
sejarah perusahaan, latar
belakang perusahaan, struktur
organisasi perusahaan.
BAB IV HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Menguraikan tentang analisis
dan pembahasan tentang
kinerja keuangan di PT. Sinar
Alam Permai
BAB V KESIMPULAN
DAN
SARAN
Menguraikan
metodologi
penelitian,
sumber
dan
metode pengumpulan data,
sejarah perusahaan, latar
belakang perusahaan, struktur
organisasi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2. Landasan Teori
2.1 Kinerja Keuangan
2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan adalah suatu
usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan
untuk
mengevaluasi
efisien
dan
efektivitas
dari
aktivitas perusahaan
yang telah
dilaksanakan pada periode waktu
tertentu. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. (revisi 2009)

paragraf menyatakan bahwa laporan


keuangan adalah suatu penyajian
struktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Laporan
keuangan merupakan output dari
seluruh transaksi yang terjadi selama
periode tertentu yang berisikan seluruh
informasi keuangan perusahaan dalam
periode tertentu (Rodoni, 2014:13).
Sedangkan menurut Hery (2015:29)
kinerja keuangan merupakan suatu
usaha formal untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan laba dan posisi kas
tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
keuangan adalah usaha formal yang
telah dilakukan oleh perusahaan yang
dapat
mengukur
keberhasilan
perusahaan dalam menghasilkan laba,
sehingga dapat melihat prospek,
pertumbuhan,
dan
potensi
perkembangan baik perusahaan dengan
mengandalkan sumber daya yang ada.
Suatu perusahaan dapat dikatakan
berhasil apabila telah mencapai standar
dan tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja digunakan
perusahaan untuk melakukan perbaikan
diatas kegiatan operasionalnya agar
dapat bersaing dengan perusahaan lain.
Analisis kinerja keuangan merupakan
proses pengkajian secara kritis terhadap
review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi
terhadap keuangan perusahaan pada
suatu
periode
tertentu.
Kinerja
Keuangan
dapat
dinilai
dengan
beberapa alat analisis. Berdasarkan
tekniknya, analisis keuangan dapat
dibedakan menjadi 8 macam, yaitu
menurut Jumingan (2006:242):
1) Analisis perbandingan Laporan
Keuangan,
merupakan
teknik
analisis
dengan
cara

2)

3)

4)

5)

6)

7)

8)

membandingkan laporan keuangan


dua periode atau lebih dengan
menunjukkan
perubahan,
baik
dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
Analisis Tren (tendensi posisi),
merupakan teknik analisis untuk
mengetahui
tendensi
keadaan
keuangan apakah menunjukkan
kenaikan atau penurunan.
Analisis Persentase per Komponen
(common size), merupakan teknik
analisis
untuk
mengetahui
persentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap keseluruhan
atau total aktiva maupun utang.
Analisis Sumber dan Penggunaan
Modal Kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya
sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu
yang dibandingkan.
Analisis Sumber dan Penggunaan
Kas, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui kondisi kas
disertai sebab terjadinya perubahan
kas pada suatu periode waktu
tertentu.
Analisis
Rasio
Keuangan,
merupakan teknik analisis keuangan
untuk mengetahui hubungan di
antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi baik
secara individu maupun secara
simultan.
Analisis Perubahan Laba Kotor,
merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebabsebab terjadinya perubahan laba.
Analisis Break Even, merupakan
teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai
agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.

2.2 Analisis Rasio Keuangan


2.2.1 Pengertian Analisis
Keuangan

Rasio

Menurut Kasmir (2014:90),


kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Kinerja perusahaan adalah suatu
usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien
dan efektivitas dari aktivitas perusahaan
yang telah dilaksanakan pada periode
waktu tertentu. Menurut Sucipto
(2003:90) pengertian kinerja keuangan
adalah
penentuan
ukuran-ukuran
tertentu
yang
dapat
mengukur
keberhasilan suatu organisasi atau
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Rasio mengambarkan suatu
hubungan dan perbandingan antara
jumlah tertentu dalam satu pos laporan
keuangan dengan jumlah yang lain pada
pos laporan keuangan yang lain.
Dengan menggunakan metode analisis
seperti berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan
atau
memberikan
gambaran tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan. Dengan rasio keuangan
pula dapat membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi
kekuatan
dan
kelemahan keuangan perusahaan.
2.2.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang
digunakan dalam penelitian ini menurut
Hery (2015:166-167) yaitu sebagai
berikut.
1. Rasio likuiditas merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo. Rasio likuiditas
diperlukan
untuk
kepentingan
analisis kredit atau analisis risiko
keuangan. Rasio likuiditas terdiri
atas:
a. Rasio lancar (Current Ratio)
merupakan
rasio
untuk

mengukur
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aset lancar yang
tersedia
Rasio Lancar =
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
b. Rasio sangat lancar atau rasio
cepat (Quick Ratio atau Acid
Test Ratio) merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aset sangat lancar
tanpa menghitungkan persediaan
barang dagang dan aset lancar
lainnya
Rasio Cepat =
Kas+ Sekuritas jangka pendek + piutang
Kewajiban Lancar
c. Rasio
kas
(Cash
Ratio)
merupakan
rasio
yang
digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas atau
setara kas yang tersedia untuk
membayar utang jangka pendek
Kas dan Setara Kas
Rasio Kas = Kewajiban Lancar
2. Rasio Profitabilitas merupakan rasio
yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
laba. Rasio ini dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu Rasio
Tingkat
Pengembalian
Atas
Investasi dan Rasio Kinerja Operasi.
Rasio Tingkat Pengembalian Atas
Investasi
adalah
rasio
yang
digunakan
untuk
menilai
kompensasi
finansial
atas
penggunaan aset atau ekuitas
terhadap laba bersih (laba setelah
bunga dan pajak). Rasio ini terdiri
atas:

a. Hasil Pengambilan atas Aset


(Return on Assets) merupakan
rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas penggunaan aset
perusahaan dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain
rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah
laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset.
Laba Bersih
Return on Assets = Tota l Asset
b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas
(Return on Equity) merupakan
rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas penggunaan ekuitas
perusahaan dalam menciptakan
laba bersih. Dengan kata lain
rasio ini digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah
laba bersih yang akan dihasilkan
dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total ekuitas.
Laba Bersi h
Return on Equity = Total Ekuitas
Rasio Kinerja Operasi merupakan
rasio yang digunakan untuk
mengevaluasi margin laba dari
aktivitas operasi (penjualan). Rasio
ini terdiri atas:
a. Margin Laba Kotor (Gross
Profit Margin) merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba kotor
atas penjualan bersih
Margin Laba Kotor =
Laba Kotor
Penjualan Bersi h
b. Margin
Laba
Operasional
(Operating
Profit
Margin)
merupakan
rasio
yang
digunakan untuk mengukur
besarnya
persentase
laba
operasional
atas
penjualan
bersih

Margin Laba Kotor =


Laba Operasional
Penjualan Bersi h
c. Margin Laba Bersih (Net Profit
Margin) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba bersih
atas penjualan bersih
Margin Laba Kotor =
Laba Bersi h
Penjualan Bersi h
3. Metodologi Penelitian
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT
Sinar Alam Permai yang beralamat di Jl.
Sabar Jaya No. 21 Desa Prajin,
Mariana, Musi Banyuasin Sumatera
Selatan Telp. 0711-353900/ 352269.
3.2 Definisi Operasional Variabel
Menurut Masri (dalam Riduwan,
2014:90) mengatakan bahwa definisi
operasional merupakan unsur penelitian
yang memberitahukan bagaimana cara
mengukur suatu variabel, dengan kata
lain definisi operasional adalah
semacam
petunjuk
pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur suatu
variabel.
Definiasi operasional variabel
dalam penelitian ini yaitu kinerja
keuangan yang merupakan usaha
formal yang telah dilakukan oleh
perusahaan yang dapat mengukur
keberhasilan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba, sehingga dapat
melihat prospek, pertumbuhan, dan
potensi perkembangan baik perusahaan
dengan mengandalkan sumber daya
yang ada. Suatu perusahaan dapat
dikatakan berhasil apabila telah
mencapai standar dan tujuan yang telah
ditetapkan.
3.3 Sumber Data
Data-data yang dipergunakan
dalam penelitian ini data sekunder yaitu

data yang pengumpulannya bukan


diusahakan sendiri oleh penulis,
melainkan sudah merupakan data jadi
yang disediakan oleh perusahaan atau
pihak yang bersangkutan, meliputi : 1)
Laporan Neraca, 2) Laporan Rugi-Laba,
dan 3) Laporan Arus Kas tahun 2005
2014.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
1) Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan
cara melakukan tanya jawab dengan
pihak-pihak yang dianggap perlu
sehubungan dengan data yang
diperlukan. Dalam hal ini peneliti
langsung
mewawancarai
staf
accounting perusahaan PT. Sinar
Alam Permai Palembang yaitu Ibu
Sri Pramitha, SE.
2) Observasi
Yaitu pengumpulan data secara
langsung
dengan
melakukan
penelitian pada objek yang diteliti
dan
mencatat
hal-hal
yang
diperlukan sehubungan dengan data
tersebut berupa laporan neraca,
laporan rugi-laba, dan laporan arus
kas perusahaan PT. Sinar Alam
Permai
Studi Pustaka
Yaitu
dengan
membaca
literatur/buku-buku
yang
bersangkutan
dengan
masalah
penelitian yang dilakukan.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam
melakukan
analisis
terhadap data dan informasi yang
diperoleh, akan dianalisis antara kinerja
keuangan yang diukur menggunakan
analisis rasio.

Menurut Sartono (2001:116125) ada empat kelompok analisis rasio


keuangan yaitu sebagai berikut.
a. Rasio Likuiditas
1) Current Ratio
=
Aktiva Lancar
Utang Lancar
2) Acit Test Ratio
=
Aktiva LancarPersediaan
Utang Lancar
b. Rasio Aktivitas
1) Periode Pengumpulan Piutang
=

Piutang x 360
Penjualan Kredit

2) Perputaran Piutang
=

Penjualan Kredit
Piutang

3) Perputaran Persediaan
=

Harga Pokok Penjualan


Ratarata Persediaan

4) Perputaran Aktiva Tetap


=

Penjualan
Aktiva Tetap

5) Perputaran Total Aktiva


=

Penjualan
Total Aktiva

c. Rasio Financial Leverage


1) Debt Ratio
=

Total Utang
Total Aktiva

2) Debt to Equity Ratio


=

Total Utang
tal Modal Sendiri

3) Time Interest Earned Ratio

dengan pinjaman sebesar Rp 25 Milyar,


ditambah dengan modal sendiri.
=
PT. Sinar Laut mengalami
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
kemunduran
pada
tahun
1991.
Beban Bunga
Perusahaan ini berpindah tangan ke
pengusaha Medan yang bergerak di
bidang minyak goreng pada tanggal 01
4) Fixed Charge Coverage
Oktober 1991 dan berganti nama
menjadi PT. Sinar Alam Permai. PT.
=
SAP merupakan
salah satu anak
EBIT +Bunga+ Pembayaran Sewa
perusahaan dari Karya Prajona Nelayan
Bunga+ Pembayaran Sewa
(KPN) yang mulai berproduksi kembali
pada awal tahun 1992. KPN Grup
d. Rasio Profitabilitas
melakukan merger (penggabungan)
1) Gross Profit Margin
dengan perusahaan kelapa sawit dari
Malaysia pada awal tahun 2006 dan
=
berganti
nama
menjadi
Wilmar
PenjualanHarga Pokok Penjualan Corporation dan mulai go public pada
Penjualan
akhir tahun 2006.
2) Net Profit Margin
=

Laba Setela h Pajak


Penjualan

3) Return On Investment
=

Laba Setela h Pajak


Total Aktiva

4) Return On Equity
=

Laba Setela h Pajak


Modal Sendiri

4. Hasil Dan Pembahasan


4.1 Sejarah dan Perkembangan
Perusahaan
Perusahaan
pada
mulanya
bernama PT. Sinar Laut yang didirikan
pada tahun 1984, yang bergerak di
bidang produksi dan pengolahan
minyak kelapa sawit. PT. Sinar Laut
merupakan perusahaan keluarga dari
keluarga Sukrianto Halim. Perusahaan
didirikan dengan penanaman modal
dalam negeri. Modal diperoleh dari
pinjaman Bank Dagang Negara (BDN),

4.2 Lokasi Perusahaan


PT. SAP berkantor di Jl. Blabak
No. 18 Tiga Ilir Palembang. Pabrik
pengolahannya berlokasi di Jl. Sabar
Jaya No. 21, Desa Prajin, Kecamatan
Banyu Asin I, Kabupaten Musi Banyu
Asin, Sumatera Selatan (30 KM dari
kota Palembang). Lokasi pabrik dan
kantor PT SAP berada di pinggir sungai
Musi. Perusahaan memiliki pelabuhan
sendiri
sehingga
mempermudah
penerimaan bahan baku dengan jalur air
dan pengiriman produk menuju kantor
pemasaran di Tiga Ilir, pengiriman
domestik dan pengiriman ekspor.
4.3 Visi, Misi, Kebijakan Mutu
Perusahaan dan Sasaran Mutu
Perusahaan
Setiap perusahaan maupun suatu
organisasi dan instansi akan selalu
memiliki visi dan misi yang menjadi
pedoman kegiatan. PT. Sinar Alam
Permai memiliki visi dan misi, yaitu :
1. Visi Perusahaan
Menjadi mitra bisnis unggulan dan
layak dipercaya Stoke Holders.
2. Misi Perusahaan

Perusahaan kelas dunia yang


dinamis di bisnis agrikultur dan
industri terkait dengan pertumbuhan
yang
dinamis
dengan
tetap
mempertahankan posisi sebagai
pemimpin pasar dunia melalui
kemitraan dan manajemen yang
baik.
4.4 Struktur Organisasi
PT. SAP memiliki struktur
organisasi
yang
tersendiri
yang
dipimpin oleh seorang General
Manajer yang bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan perusahaan
yang dibantu oleh Deputi General
Manajer yang membawahi beberapa
manajer yaitu Manajer Pemasaran,
Manajer
Operasional,
Manajer
Administrasi, dan Personalia Manajer,
Manajer
Pabrik,
dan
Manager
Keuangan. Bagan struktur
organisasi PT. SAP dan struktur
organisasi departemen PKC dapat
dilihat pada lampiran 1. Adapun tugas
dan tanggungjawab yang diberikan
adalah sebagai berikut :
1. Manajer Umum (General Manager)
a. Bertanggungjawab
dan
mengelola seluruh aktivitas
perusahaan secara umum.
b. Bertanggungjawab
atas
perkembangan perusahaan.
c. Bertanggungjawab langsung ke
kantor pusat (Head Office, HO)
2. Wakil Manajer Umum (Deputy
General Umum)
a. Memberikan pengarahan umum
serta
menetapkan
tugas,
tanggungjawab dan wewenang
setiap manajer yang berada
dibawahnya.
b. Menerima dan mengevaluasi
laporan-laporan
dari
para
manajer mengenai kegiatan
masing-masing departemen.
c. Bertanggungjawab langsung ke
manajer umum.

3. Manajer Pabrik (Factory Manager)


a. Bertanggungjawab
untuk
mengatur kelancaran proses
produksi di beberapa pabrik
pengolahan yang dibawahinya.
b. Melakukan
penilaian
dan
koreksi terhadap hasil kerja
yang dilakukan oleh manajer
dibawahinya dan karyawan.
c. Melakukan pengawasan pada
berbagai pabrik yang menjadi
tanggungjawabnya.
d. Bertanggungjawab langsung ke
wakil manajer umum.
4. Manajer Produksi
a. Bertanggungjawab
terhadap
kelancaran
produksi
di
departemennya
b. Mengawasi produksi sesuai
dengan
mutu
dan
target
produksi yang telah ditetapkan.
c. Memberikan penilaian dan
mengoreksi hasil kerja dari
karywan yang dipimpin.
d. Memberikan pengarahan kepada
karyawannya mengenai tugas
dan
tanggungjawab
serta
memberitahukan aturan terbaru
dari manajer pabrik.
5. Departemen Administrasi
Departemen
administrasi
membawahi bagian Laboratorium,
dan bagian PPIC (Production
Planning and Inventory Control),
masing-masing bagian tersebut
dipimpin oleh seorang kepala
bagian. Divisi administrasi bertugas
membukukan pengeluaran dan
penerimaan serta menyimpan suratsurat berharga. Divisi ini juga
melakukan pencatatan transaksitransaksi dan biaya pengeluaran
serta membuat dokumen jumlah
bahan baku yang masuk dan jumlah
produk yang keluar dari perusahaan.
1. Bagian Laboratorium
Bertanggungjawab dan bertugas
menganalisa bahan baku yang

akan dibeli dan masuk ke


perusahaan
sesuai
dengan
standar perusahaan. Departemen
ini
juga
bertanggungjawab
memantau dan menguji produk
perusahaan mulai dari bahan
baku yang akan dibeli, bahan
baku masuk ke perusahaan,
produk selesai di produksi
sampai produk tersebut akan di
bongkar muat untuk di kirim ke
pembeli atau konsumen.
2. Bagian
PPIC
(Production
Planning and Inventory Control)
Bagian PPIC bertugas untuk
menghitung kebutuhan bahan
baku yang dibutuhkan oleh
setiap
pabrik
(plant).
Departemen ini juga yang
merancang kegiatan produksi di
setiap pabrik.
6. Departemen Tracking
Departemen ini membawahi bagian
logistik dan bagian transportasi.
Departemen ini bertugas untuk
melakukan pengadaan bahan baku
yang dibutuhkan oleh bagian PPIC
dan
bertugas
menyediakan
tranportasi
untuk mengangkut
bahan baku dari PKS (pabrik kelapa
sawit). Transportasi yang digunakan
adalah truk dan ponton (kapal).
Untuk truk yang digunakan ada dua
yaitu armada truk milik PT. SAP
dan armada truk ekspedisi dari
perusahaan lain.
7. Departemen Personalia
Departemen ini bertanggungjawab
atas kesejahteraan karyawan dan
bertugas
menerima
serta
memberhentikan karyawan.
8. Departemen Akuntansi
Departemen ini membuat rencana
anggaran
dan
pendapatan
perusahaan, menyusun rencana dan
laporan b erkala di bida n g k e u a
ngan serta lapo ran tahunan
perusahaan.

9. Departemen Pemasa/ran
Departemen ini membawahi bagian
administrasi
pemasaran
dan
penjualan serta bagian distribusi
penjualan. Adapun tugas dan
wewenang manajer pemasaran
adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan
dan
mengkoordinir semua kegiatan
pemasaran
dan
penjualan
minyak goreng dan bungkil
kelapa sawit.
2. Melakukan
penelitian
dan
pengembangan
pemasaran
produk.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Rasio Likuiditas
Adapun rasio lancar (Current
Ratio) perusahaan pada tahun 2010
sampai dengan 2014 yaitu sebagai
berikut.
a. Current Ratio (2010)
=
3.859 .221 .299
= 2,30
1.707 .902 .542
kali
b. Current Ratio (2011)
4.512.571 .999
1.789.305 .572
kali
c. Current Ratio (2012)
5.165 .922 .699
1.868 .708 .602
kali
d. Current Ratio (2013)
5.819 .273 .399
1.948 .111.632
kali
e. Current Ratio (2014)
6.472.624 .099
2.027 .514 .662

=
= 2,56
=
= 2,80
=
= 3,02
=
= 3,23

kali
Adapun rasio sangat lancar (Acit
Test Ratio) perusahaan pada tahun 2010

sampai dengan 2014 yaitu sebagai


berikut.
a. Acit Test Ratio (2010)
=
3.859 .221 .299 430.500 .280
1.707 .902.542
= 2,05 kali
b. Acit Test Ratio (2011)
=
4.512.571 .999449.300.530
1.789 .305 .572
= 2,31 kali
c. Acit Test Ratio (2012)
=
5.165 .922 .699468.100.780
1.868 .708 .602
= 2,55 kali
d. Acit Test Ratio (2013)
=
5.819 .273 .399486.901.030
1.948 .111.632
= 2,77 kali
e. Acit Test Ratio (2014)
=
6.472 .624 .099505.701.280
2.027 .514 .662
= 2,98 kali

e. Average Collection Period (2014) =


90.915.000 x 360
= 41,90 hari
781.100.500
Adapun rasio perputaran piutang
(Receivable Turnover) perusahaan pada
tahun 2010 sampai dengan 2014 yaitu
sebagai berikut.
a. Receivable Turnover (2010) =
690.900 .500
80.915.000 = 8,54 kali
b. Receivable Turnover (2011) =
713.450 .500
83.415 .000 = 8,55 kali
c. Receivable Turnover (2012) =
736.000 .500
85.915 .000 = 8,57 kali
d. Receivable Turnover (2013) =
758.550 .500
88.415 .000 = 8,58 kali
e. Receivable Turnover (2014) =
781.100 .500
90.915.000 = 8,59 kali

4.5.2 Rasio Aktivitas


Adapun
rasio
periode
pengumpulan
piutang
(Average
Collection Period) perusahaan pada
tahun 2010 sampai dengan 2014 yaitu
sebagai berikut.
a. Average Collection Period (2010) =
80.915.000 x 360
= 42,16 hari
690.900.500
b. Average Collection Period (2011) =
83.415.000 x 360
= 42,09 hari
713.450.500
c. Average Collection Period (2012) =
85.915.000 x 360
= 42,02 hari
736.000.500
d. Average Collection Period (2013) =
88.415.000 x 360
= 41,96 hari
758.550.500

Adapun
rasio
perputaran
persediaan
(Inventory
Turnover)
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Inventory Turnover (2010) =
885.500.800
226.499.200 = 3,91 kali
b. Inventory Turnover (2011) =
907.000.800
210.499.200 = 4,31 kali
c. Inventory Turnover (2012) =
928.500.800
194.499.200 = 4,77 kali
d. Inventory Turnover (2013) =
950.000.800
178.499.200 = 5,32 kali

e. Inventory Turnover (2014) =


971.500.800
162.499.200 = 5,98 kali

e. Total Assets Turnover (2014) =


1.434 .000 .000
= 4,24 kali
338.403 .860

Adapun rasio perputaran aktiva


tetap (Fixed Asset Turnover) perusahaan
pada tahun 2010 sampai dengan 2014
yaitu sebagai berikut.
a. Fixed Asset Turnover (2010) =
1.412 .000 .000
455.901.900 = 3,10 kali

4.5.3 Rasio Financial Leverage


Adapun Dept Ratio perusahaan
pada tahun 2010 sampai dengan 2014
yaitu sebagai berikut.
a. Dept Ratio (2010) =
1.709 .902 .542
3.122 .252.100 = 54,77%

b. Fixed Asset Turnover (2011) =


1.417 .500 .000
= 2,80 kali
505.703 .680

b. Dept Ratio (2011) =


1.789.305 .572
3.426 .753 .340 = 52,22%

c. Fixed Asset Turnover (2012) =


1.423 .000 .000
555.055 .460 = 2,56 kali

c. Dept Ratio (2012) =


1.868.708 .602
3.731 .254 .580 = 50,08%

d. Fixed Asset Turnover (2013) =


1.428 .500 .000
= 2,36 kali
604.407 .000

d. Dept Ratio (2013) =


1.948 .111.632
4.035 .755.820 = 48,27%

e. Fixed Asset Turnover (2014) =


1.434 .000 .000
= 2,19 kali
653.759.000

e. Dept Ratio (2014) =


2.027.514 .662
4.340 .257.060 = 46,71%

Adapun rasio perputaran total


aktiva
(Total
Assets
Turnover)
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Total Assets Turnover (2010) =
1.412 .000 .000
283.751 .300 = 4,98 kali

Adapun Dept to Equity Ratio


perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Dept to Equity Ratio (2010) =
1.709.902 .542
1.100 .000 .000 = 155,45%

b. Total Assets Turnover (2011) =


1.417 .500 .000
= 4,76 kali
297.751 .940
c. Total Assets Turnover (2012) =
1.423 .000 .000
311.302 .580 = 4,57 kali
d. Total Assets Turnover (2013) =
1.428 .500 .000
= 4,40 kali
324.853 .220

b. Dept to Equity Ratio (2011) =


1.789.305 .572
1.250 .200 .590 = 143,12%
c. Dept to Equity Ratio (2012) =
1.868 .708 .602
1.400 .401 .180 = 133,44%
d. Dept to Equity Ratio (2013) =
1.948 .111.632
1.550 .601 .770 = 125,64%

e. Dept to Equity Ratio (2014) =


2.027 .514 .662
1.700.802 .360 = 119,21%
Adapun Time Interest Earned
Ratio perusahaan pada tahun 2010
sampai dengan 2014 yaitu sebagai
berikut.
a. Time Interest Earned Ratio (2010) =
635.500 .000
33.950 .000 = 18,72 kali
b. Time Interest Earned Ratio (2011) =
716.000 .000
45.200.000 = 15,84 kali
c. Time Interest Earned Ratio (2012) =
796.500 .000
56.450 .000 = 14,11 kali
d. Time Interest Earned Ratio (2013) =
877.000.000
67.700 .000 = 12,95 kali
e. Time Interest Earned Ratio (2014) =
957.500.000
78.950 .000 = 12,13 kali

d. Fixed Charge Coverage (2013) =


877.000.000+67.700 .000+31.100 .000
67.700 .000+31.100 .000
= 9,58
e. Fixed Charge Coverage (2014) =
957.500.000+78.950 .000+35.300 .000
78.950 .000+35.300.000
= 9,38

4.5.4 Rasio Profitabilitas


Adapun Gross Profit Margin
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Gross Profit Margin (2010) =
690.900 .500885.500 .800
=
194.600 .300
28,17%
b. Gross Profit Margin (2011) =
713.450 .500889.900.000
623.550 .500

87,40%
c. Gross Profit Margin (2012) =
736.000 .500992.500 .000
643.500 .500

Adapun Fixed Charge Coverage


=
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
87,43%
a. Fixed Charge Coverage (2010) =
d. Gross Profit Margin (2013) =
635.500 .000+33.950 .000+18.500 .000
758.550 .500998.000 .000
33.950 .000+18.500.000
=
660.550 .500
= 13,12
87,08%
b. Fixed Charge Coverage (2011) =
e. Gross Profit Margin (2014) =
716.000 .000+ 45.200.000+ 22.700.000
781.100 .5001.102.450 .000
45.200 .000+22.700 .000
=
678.650.500
= 11,54
86,88%
c. Fixed Charge Coverage (2012) =
796.500 .000+56.450 .000+26.900 .000
Adapun Net Profit Margin
56.450.000+ 26.900.000
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
= 10,56
a. Net Profit Margin (2010) =
240.620 .000
690.900 .500 = 3,83%

b. Net Profit Margin (2011) =


309.870 .000
713.450 .500 = 4,33%

c. Return on Equity (2012) =


379.120 .000
1.400 .401 .180 = 27,07%

c. Net Profit Margin (2012) =


379.120 .000
736.000 .500 = 5,51%

d. Return on Equity (2013) =


448.370 .000
1.550 .601 .770 = 28,92%

d. Net Profit Margin (2013) =


448.370 .000
758.550.500 = 5,91%

e. Return on Equity (2014) =


517.620 .000
1.700 .802 .360 = 30,43%

e. Net Profit Margin (2014) =


517.620 .000
781.100 .500 = 6,62%
Adapun Return on Investment
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Return on Investment (2010) =
240.620 .000
3.122 .252.100 = 7,71%
b. Return on Investment (2011) =
309.870 .000
3.426 .753 .340 = 9,04%
c. Return on Investment (2012) =
379.120 .000
3.731 .254 .580 = 10,16%
d. Return on Investment (2013) =
448.370.000
4.035 .755.820 = 11,11%
e. Return on Investment (2014) =
517.620.000
4.340 .257.060 = 11,93%
Adapun Return on Equity
perusahaan pada tahun 2010 sampai
dengan 2014 yaitu sebagai berikut.
a. Return on Equity (2010) =
240.620 .000
1.100 .000 .000 = 21,87%
b. Return on Equity (2011) =
309.870 .000
1.250 .200 .500 = 24,79%

4.6 Pembahasan
4.6.1 Rekapitulasi Hasil
4.6.1.1 Rasio Likuiditas
Berdasarkan
perhitungan
Current Ratio kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan total rasio 2,78 sedangkan
standar rata-rata industri sebesar 1,8 kali
berarti setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rasio industri. Hal ini
berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan
memiliki
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya yang segera jatuh
tempo yang dibiayai aktiva lancar
antara lain kas, bank, piutang, deposito,
dan persediaan. Menurut Fahmi
(2011:61), kondisi perusahaan yang
memiliki current ratio yang baik adalah
dianggap sebagai perusahaan yang baik
dan
bagus,
namun
jika current
ratio terlalu tinggi juga dianggap tidak
baik karena dapat mengindikasikan
adanya
masalah
seperti
jumlah
persediaan yang relatif tinggi.
Kemudian untuk Acid Test Ratio
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan total
rasio 2,53 sedangkan standar rasio
industri sebesar 0,7 kali berarti setiap
tahun perusahaan mampu memenuhi
standar rata-rata industri. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dapat dikatakan

memiliki kemampuan perusahaan dalam


memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo. Menurut
Fahmi (2011:62), apabila menggunakan
rasio ini maka dapat dikatakan bahwa
jika suatu perusahaan mempunyai
nilai quick ratio sebesar kurang dari
100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang
baik tingkat likuiditasnya.
4.6.1.2 Rasio Aktivitas
Berdasarkan
perhitungan
Average Collection Period yaitu ratarata hari yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi kas dengan
total rasio 42,03 hari sedangkan standar
rata-rata industri sebesar 40 artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri. Hal
ini berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan memenuhi rata-rata hari yang
diperlukan untuk mengubah piutang
menjadi kas. Menurut Munawir
(2010:76), kalau rata-rata periode
pengumpulan piutang lebih dari 40 hari
menunjukkan
perusahaan
tersebut
kurang
baik,
terutama
bagian
penagihan, sehingga tidak mampu
menagih piutang pada saatnya, atau
perusahaan tersebut telah memberikan
syarat-syarat kredit yang terlalu lunak
pada langganannya. Di samping itu
semakin besar rasio ini bagi suatu
perusahaan semakin besar pula resiko
kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
Kemudian untuk Receivable
Turnover yaitu penjualan kredit yang
dibagi dengan piutang rata-rata dengan
total rasio 8,60 kali sedangkan standar
rata-rata industri sebesar 6,2 kali artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri. Hal
ini berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan memiliki kemampuan dana
yang tertanam dalam piutang berputar
dalam suatu periode tertentu yang
dibiayai oleh aktiva tetap antara lain
tanah, peralatan pabrik, kendaraan,

peralatan kandor dan akumulasi


penyusutan.
Menurut
Harahap
(2009:309), semakin besar rasio ini
semakin baik karena perusahaan
tersebut dianggap efektif dalam
mengelola asetnya.
Selanjutnya untuk Inventory
Turnover yaitu harga pokok penjualan
yang dibagi dengan rata-rata persediaan
dengan total rasio 4,9 kali sedangkan
standar rata-rata industri sebesar 3,46
kali artinya setiap tahun perusahaan
mampu memenuhi standar rata-rata
industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam satu periode
tertentu. Menurut Harahap (2009:308),
semakin besar rasio ini semakin baik
karena dianggap bahwa kegiatan
penjualan berjalan cepat.
Pada Fixed Asset Turnover yaitu
penjualan dibagi dengan aktiva tetap
perusahaan dengan total rasio 2,6 kali
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 1,1 kali artinya setiap tahun
perusahaan mampu memenuhi standar
rata-rata industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
kemampuan modal keja perusahaan
berputar dalam satu periode siklus kas
perusahaan.
Menurut
Harahap
(2009:308) perputaran aktiva tetap yang
makin meningkat menunjukan bahwa
aktiva tetap perusahaan makin produktif
dalam
menghasilkan
pendapatan
(penjualan). Demikian juga sebaliknya.
Namun, perlu di ingat adanya pengaruh
akumulasi penuyusutan pada aktiva
tetap. Suatu aktiva tetap selalu di
nyatakan dalam nilai bersihnya (harga
perolehan di kurangi akumulasi
penyusutan). Dengan demikian, aktiva
tetap lama akan mempunyai akumalasi
penyusutan lebih besar daripada aktiva
tetap sehingga nilai bersih aktiva lama
lebih kecil daripada aktiva baru. Jika
penjualanrelatif tetap, dengan nilai

bersih yang kecil, aktiva tetap lama


akan memiliki Fixed Asset Turnover
tinggi. Sebaliknya, aktiva tetap baru
justru
mempunyai
Fixed
Asset
Turnover rendah.
Pada Total Asset Turnover yaitu
penjualan dibagi dengan total aktiva
perusahaan dengan total rasio 4,6 kali
sedangkan standar rasio industri sebesar
4 kali artinya setiap tahun perusahaan
mampu memenuhi standar rata-rata
industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
kemampuan dana yang tertanam dlm
keseluruhan aktivaberputar dalam satu
periode tertentu, atau kemampuan dana
yang
diinvestasikan
untuk
menghasilkan
revenue.
Menurut
Harahap (2009:309), semakin besar
rasio ini semakin baik karena
perusahaan tersebut dianggap efektif
dalam mengelola asetnya.
4.6.1.3 Rasio Financial Leverage
Berdasarkan perhitungan Debt
Ratio yaitu total utang perusahaan
dibagi dengan total aktiva dengan total
rasio 50,41% sedangkan standar ratarata industri sebesar 35% artinya setiap
tahun perusahaan mampu memenuhi
standar rata-rata industri. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dapat dikatakan
memiliki kemampuan memperoleh
tingkat pengembalian investasi yang
melebihi tingkat bunga yang harus di
bayarkan. Menurut Fahmi (2011:63),
semakin rendah rasio ini semakin baik
karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
Kemudian untuk Debt to Equity
Ratio yaitu total utang perusahan dibagi
dengan total modal sendiri dengan total
rasio 136,7 sedangkan standar rata-rata
industri sebesar 90% kali artinya setiap
tahun perusahaan mampu memenuhi
standar rata-rata industri. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dapat dikatakan
memiliki bagian setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan untuk


keseluruhan hutang. Menurut Harahap
(2009:311) Utang pada prinsipnya akan
menguntungkan apabila perusahaan
mampu
memperoleh
tingkat
pengembalian investasi yang melebihi
tingkat bunga yang harus di bayarkan.
Namun, perlu di perhatikan bahwa
tingkat pengembalian investasi yang
akan di peroleh perusahaan sangat
bergantung pada kondisi ekonomi yang
akan terjadi pada tahun tahun
mendatang. Apabila kondisi ekonomi
mendatang
membaik,
tingkat
pengembaliaan investasi juga cenderung
meningkat sehingga perusahaan yang
berutang akan mampu membayar bunga
dan pokok pinjamannya. Sebaliknya,
jika ekonomi mendatang memburuk
perusahaan akan menderita kerugiaan
besar, karena di turunnya pendapatan,
perusahaan harus membayar sejumlah
beban tetap dari utangnya.
Selanjutnya untuk Time Interest
Earned Ratio yaitu laba sebelum bunga
dan pajak dibagi dengan beban bunga
perusahaan dengan total rasio 14,75 kali
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 10 kali artinya setiap tahun
perusahaan mampu memenuhi standar
rata-rata industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
jaminan keuntungan yang digunakan
untuk membayar bunga Hutang.
Menurut Fahmi (2011:63), semakin
tinggi rasio semakin baik karena
perusahaan dianggap mampu untuk
membayar beban bunga periode tertentu
dengan jaminan laba operasi yang
diperolehnya pada periode tertentu.
Pada Fixed Charge Coverage
yaitu kemampuan perusahaan untuk
menuntup beban tetapnya termasuk
pembayaran dividen saham preferen,
bunga, angsuran, pinjaman dan sewa
dengan total rasio 10,84 kali sedangkan
standar rata-rata industri sebesar 10 kali
artinya setiap tahun perusahaan mampu

memenuhi standar rasio industri. Hal ini


berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan memiliki kemampuan dalam
membayar beban tetap perusahaan.
Menurut Fahmi (2011:63), dalam Fixed
Charge Coverage yaitu kemampuan
perusahaan untuk menuntup beban
tetapnya termasuk pembayaran ini perlu
diperhatikan pada beban tetap yang
timbul dari sewaguna (leasing). Apabila
EBIT dan beban bunga relative tetap,
pertambahan
bahan
tetap
dari
pembayaran sewaguna akan cenderung
memperkecil
TIE.
Dan
apabila
perusahaan menangung beban tetap dari
utang kontraktual dan sewaguna, maka
untuk
mengukur
kemampuan
pembayaran utang perusahaan itu
sebaiknya digunakan FCC (bukan TIE).
4.6.1.4 Rasio Profitabilitas
Berdasarkan perhitungan, Gross
Profit Margin yaitu penjualan yang
dikurangkan dengan harga pokok
penjualan dan dibagi dengan penjualan
perusahaan dengan total rasio 87,39
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 24,90% artinya setiap tahun
perusahaan mampu memenuhi standar
rata-rata industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
keuntungan kotor dari penjualan produk
dengan kondisi baik. Menurut Harahap
(2009:304), semakin besar rasio ini
semakin
baik
karena
dianggap
kemampuan
perusahaan
dalam
mendapatkan laba.
Kemudian untuk Net Profit
Margin yaitu laba setelah pajak dibagi
dengan penjualan perusahaan dengan
total rasio 5,24% sedangkan standar
rata-rata industri sebesar 3,92% artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri. Hal
ini berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan memiliki laba bersih terhadap
hasil penjualan perusahaan dengan
kondisi baik.

Selanjutnya untuk Return on


Investment yaitu laba sebelum bunga
dan pajak dibagi dengan beban bunga
perusahaan dengan total rasio 9,90%
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 5,08% artinya setiap tahun
perusahaan mampu memenuhi standar
rasio industri. Hal ini berarti bahwa
perusahaan dapat dikatakan memiliki
kemampuan
perusahaan
didalam
menghasilkan laba yang berasal dari
aktivitas investasi dengan kondisi baik.
Menurut Harahap (2009:305), semakin
besar rasionya semakin bagus karena
perusahaan dianggap mampu dalam
menggunakan aset yang dimilikinya
secara efektif untuk menghasilkan laba.
Pada Return on Equity yaitu
kemampuan perusahaan memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan dengan total rasio
18,23% sedangkan standar rata-rata
industri sebesar 18,23% artinya setiap
tahun perusahaan mampu memenuhi
standar rasio industri. Hal ini berarti
bahwa perusahaan dapat dikatakan
memiliki
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang saham perusahaan. Menurut
Harahap (2009:305), semakin besar
rasionya
semakin
bagus
karena
dianggap kemampuan perusahaan yang
efektif dalam menggunakan ekuitasnya
untuk menghasilkan laba.

5. Kesimpulan Dan Saran


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
analisis
perhitungan kinerja keuangan di atas
dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut.
1. Current Ratio perusahaan dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan total rasio 2,78 sedangkan
standar rata-rata industri sebesar 1,8
kali berarti setiap tahun perusahaan

2.

3.

4.

5.

6.

mampu memenuhi standar rasio


industri.
Acid Test Ratio perusahaan dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo
dengan total rasio 2,53 sedangkan
standar rasio industri sebesar 0,7
kali berarti setiap tahun perusahaan
mampu memenuhi standar rata-rata
industri.
Average Collection Period yaitu
rata-rata hari yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi kas
dengan total rasio 42,03 hari
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 40 artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri.
Receivable Turnover yaitu penjualan
kredit yang dibagi dengan piutang
rata-rata dengan total rasio 8,60 kali
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 6,2 kali artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri.
Inventory Turnover yaitu harga
pokok penjualan yang dibagi
dengan rata-rata persediaan dengan
total rasio 4,9 kali sedangkan
standar rata-rata industri sebesar
3,46 kali artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri.
Fixed
Asset
Turnover
yaitu
penjualan dibagi dengan aktiva tetap
perusahaan dengan total rasio 2,6
kali sedangkan standar rata-rata
industri sebesar 1,1 kali artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri.
Pada Total Asset Turnover yaitu
penjualan dibagi dengan total aktiva
perusahaan dengan total rasio 4,6
kali sedangkan standar rasio industri
sebesar 4 kali artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri.

7. Debt Ratio yaitu total utang


perusahaan dibagi dengan total
aktiva dengan total rasio 50,41%
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 35% artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri. Hal ini
berarti bahwa perusahaan dapat
dikatakan
efisien
dalam
memperoleh tingkat pengembalian
investasi yang melebihi tingkat
bunga yang harus di bayarkan.
Menurut Fahmi (2011:63), semakin
rendah rasio ini semakin baik karena
aman bagi kreditor saat likuidasi.
8. Debt to Equity Ratio yaitu total
utang perusahan dibagi dengan total
modal sendiri dengan total rasio
136,7 sedangkan standar rata-rata
industri sebesar 90% kali artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri.
9. Time Interest Earned Ratio yaitu
laba sebelum bunga dan pajak
dibagi dengan
beban bunga
perusahaan dengan total rasio 14,75
kali sedangkan standar rata-rata
industri sebesar 10 kali artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri.
10. Fixed Charge Coverage perusahaan
untuk menuntup beban tetapnya
termasuk
pembayaran
dividen
saham preferen, bunga, angsuran,
pinjaman dan sewa dengan total
rasio 10,84 kali sedangkan standar
rata-rata industri sebesar 10 kali
artinya setiap tahun perusahaan
mampu memenuhi standar rasio
industri.
11. Gross Profit Margin penjualan yang
dikurangkan dengan harga pokok
penjualan dan dibagi dengan
penjualan perusahaan dengan total
rasio 87,39 sedangkan standar ratarata industri sebesar 24,90% artinya
setiap tahun perusahaan mampu
memenuhi standar rata-rata industri.

12. Net Profit Margin laba setelah pajak


dibagi dengan penjualan perusahaan
dengan total rasio 5,24% sedangkan
standar rata-rata industri sebesar
3,92%
artinya
setiap
tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rata-rata industri.
13. Return on Investment yaitu laba
sebelum bunga dan pajak dibagi
dengan beban bunga perusahaan
dengan total rasio 9,90% sedangkan
standar rata-rata industri sebesar
5,08%
artinya
setiap
tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rasio industri.
14. Return on Equity perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi
pemegang
saham
perusahaan
dengan
total
rasio
18,23%
sedangkan standar rata-rata industri
sebesar 18,23% artinya setiap tahun
perusahaan
mampu
memenuhi
standar rasio industri.
DAFTAR PUSTAKA
Hery.

2015.
Analisis
Laporan
Keuangan Pendekatan Rasio
Keuangan. Yogyakarta: PT.
Buku Seru.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan.


Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta. PT. Raja
Grafindo.
Riduwan. 2014. Metode dan Teknik
Menyusun Proposal Penelitian.
Bandung: Alfabeta.

Restika, Sylviana May. 2012. Kinerja


Keuangan
Sebelum
Dan
Sesudah Merger Bukti Empiris
Dari Industri
Perbankan
Indonesia.
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi
Konsep
dan
Teknik
Penyusunan
Laporan
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2014.
Manajemen Keuangan Modern.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Teori
dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Saleh, Ahmad. 2010. Analisis Kinerja
Keuangan Perusahaan PT.
Indofood Tbk Palembang tahun
2007-2009.
Sinungan,
Mochgarsyah.
2004.
Manajemen Dana Bank. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sundari, Ayu. 2011. Analisis Laporan
Keuangan
Untuk
Menilai
Kinerja Perusahaan Pada PT.
Pupuk Kalimantan Timur Pada
Periode 2007-2010.
Undang-undang Indonesia No. 10 tahun
1998
Tentang
Perbankan.
Jakarta: Sinar Graffika Offeset.

Anda mungkin juga menyukai