Anda di halaman 1dari 3

Senin, 22 Maret 2004

Ekonomi

Analisis Pasar Modal

Pengaruh Rasio Utang terhadap Kinerja


TRADISI pada setiap pelepasan seorang makhluk menghadap Tuhan YME selalu
terungkap pernyataan bahwa pihak keluarga akan menyelesaikan tanggung jawab
utang-piutangnya. Hal itu menggambarkan bahwa pada utang terkandung suatu
beban tanggung jawab yang besar.
Apakah dengan demikian semakin tinggi utang berarti menggambarkan kondisi
yang semakin tidak baik? Manajemen keuangan memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut dengan cara mengaitkan rasio utang dengan kinerja
perusahaan. Selain itu, perkembangan indikator ekonomi umum khususnya kurs
rupiah terhadap mata uang asing sangat mewarnai hubungan rasio utang dengan
kinerja.
Pada putaran pertama pemilu kali ini sempat ditandai dengan sedikit perasaan
khawatir tatkala kurs rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah. Namun
kekhawatiran tersebut ternyata sementara sirna karena waktu sepuluh hari
tersebut pergerakan kurs relatif masih dalam batas kisaran normal yaitu Rp 8.545
sampai dengan Rp 8.646 per dolar AS. Sedangkan indeks harga saham gabungan
pada kurun waktu tersebut turun-naik pada kisaran 772,9 menjadi 716,2 dan posisi
terakhir pada angka 742,9.
Pada tulisan kali ini masih terkait karakteristik salah satu variabel dari disertasi,
yaitu rasio utang per modal sendiri atau debt to equity ratio pengaruhnya
terhadapreturn awal saham. Manajemen keuangan telah menggunakan rasio utang
untuk mengukur seberapa besar kondisi perusahaan dalam hal potensi kemampuan
modal sendiri untuk memenuhi kewajiban utangnya.
Angka DER satu menunjukkan bahwa 100% utang dijamin oleh 100% modal
sendiri. Kebijakan berkaitan dengan utang hakikatnya adalah merupakan upaya
komitmen dari perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sebagaimana disampaikan
oleh Luthan's (1992) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional terdiri atas
tiga dimensi: (1) Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi

(stakeholder), (2) Kemauan yang besar untuk berusaha bagi organisasi, (3)
Kepercayaan kuat dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi. Hubungan
antara rasio utang dengan keuntungan telah dijelaskan oleh Teori Pecking Order
yang menyatakan bahwa rasio utang berhubungan terbalik dengan keuntungan.
Dengan demikian semakin tinggi rasio utang maka akan semakin rendah
keuntungan, sebaliknya semakin rendah rasio utang maka akan dapat menciptakan
keuntungan yang semakin tinggi.
Teori Balancing lebih berpandangan optimistis dalam arti bahwa keputusan
perusahaan untuk menambah utang tak hanya berdampak negatif tetapi dapat
juga positif, jadi ada alternatif titik keseimbangan yang optimal. Bagi perusahaan
yang menggunakan utang dalam pembiayaan usahanya mempunyai peluang
memperoleh pendapatan yang lebih dapat berubah secara lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak mempunyai utang. Jadi rasio utang yang tinggi
tetapi diikuti dengan pengelolaan yang baik maka akan dapat meningkatkan
keuntungan. Perusahaan akan berupaya menyeimbangkan biaya-biaya (costs) dan
manfaat-manfaat (benefits) utang sampai akhirnya sampai pada suatu
perimbangan rasio utang yang optimal. Hasil dari penelitian sebanyak 100
perusahaan dalam kurun waktu 1997 sampai 2003 menunjukkan bahwa rata-rata
rasio utang (DER) perusahaan dapat dikatakan pada kisaran 0,53 (median) sampai
1,15 (mean). Besarnya rasio utang perusahaan tertinggi sebesar 10,56 dan
terendah sebesar -1,00.
Berpengaruh
Tingkat rasio utang akan cenderung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Sedangkan tingkat kembalian aset atau return of asset (ROA) merupakan salah
satu tolok ukur kinerja perusahaan. Return of asset (ROA) menggambarkan rasio
antara laba bersih perusahaan dibandingkan dengan aset yang digunakan untuk
menghasilkan laba tersebut.
Penelitian lebih lanjut menemukan suatu hasil bahwa teori Pecking Order tidak
berlaku untuk semua keadaan. Pada suatu keadaan di mana angka rasio utang
perusahaan relatif masih rendah maka semakin tinggi rasio utang akan semakin
tinggi ROA.
Studi pada penawaran umum perdana ini menemukan bahwa ada suatu titik batas
atau cut-off di mana pada level tertentu tersebut teori Pecking Order tidak berlaku.
Titik batas tersebut yaitu pada angka rasio utang sebesar 1,33. Bila rasio utang
perusahaan belum melampaui 1,33 maka setiap kenaikan rasio utang (DER) akan
searah menaikkan keuntungan (ROA). Penentuan tingkat cut-off atau titik batas
dilakukan melalui dua tahap, yaitu pertama dengan menentukan persamaan
melalui persamaan kuadrat dan kedua menentukan titik maksimum dengan

menggunakan turunan pertama dari perusahaan.


Sesudah tingkat rasio utang melebihi 1,33, maka teori Pecking Order baru mulai
berlaku, yaitu semakin tinggi rasio utang maka rasio keuntungan akan semakin
rendah atau semakin berkurang. Saat kampanye pemilu, jenis saham dengan rasio
utang tinggi mendapat perhatian karena sensitif terhadap perubahan kurs mata
uang, terutama kurs rupiah terhadap dolar AS. Tidak akan menjadi masalah bila
jenis saham dengan rasio utang tinggi tersebut juga mempunyai rasio keuntungan
yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan rasio utang tinggi akan bermasalah
bila rasio keuntungannya rendah. (82)
(Dr Sugeng Wahyudi, dosen Strategi dan Keuangan pada Program MM Undip).

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/harian/0403/22/eko7.htm

Anda mungkin juga menyukai