Anda di halaman 1dari 4

Puasa

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita
dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan 1432 h, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini
dengan ucapan Marhaban ya Ramadhan 1432 H. Sambutan ini menunjukkan bahwa tamu
disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas
untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap
kehadiarannya mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita.
Jamaah Tarwih yang berbahagia
Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna menelusuri jalan,
memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus,
serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT. Al-quran menggunakan kata Shiyam dalam
arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata Shiyam yang berakar dari huruf-huruf shawa-ma berarti menahan dan berhenti atau tidak bergerak. Manusia yang berupaya
menahan diri dari suatu aktifitas apapun aktifitas itu dinamai shaim (berpuasa). pengertian
kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (Shiyam) hanya
digunakan untuk menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT
Al-Quran menginformasikan bahwa kata Shiyam tidak hanya membatasi pada menahan makan,
minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs.
Maryam 19:26).
fakulii wasyrabii waqarrii 'aynan fa-immaa tarayinna mina lbasyari ahadan
faquulii innii nadzartu lirrahmaani shawman falan ukallima lyawma insiyyaa
[19:26] maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia,
maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha
Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".
[19:26] So eat and drink and refresh the eye. Then if you see any mortal, say: Surely I have
vowed a fast to the Beneficent God, so I shall not speak to any man today
Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa kegiatan
yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh,
hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.
Hakikat Shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena
itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa:
Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR.
al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. al-Zumar 39:10
yang artinya sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan
pahalanya tanpa batas.
Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa
dalam pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

1. Puasa wajib sebulan ramadhan.


2. Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
3. Puasa Sunnat.

Jamaah tarwih yang berbahagia


Uraian Al-Quran tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187.
Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni
pada 10 Syaban tahun ke-2 hijriah. yang artinya:
TQS Al-Baqarah [2]: 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

TQS Al-Baqarah [2]184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara
kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah
yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

TQS Al-Baqarah [2]:185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu,
Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

TQS Al-Baqarah [2]:187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur
dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi
mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan
ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai
(datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam

mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulakan beberapa point, antara lain:
kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra wahai orang-orang
yang beriman,. dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya
dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang
berpuasa sendiri, yakni agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada
dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga
barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan maka dia boleh tidak berpuasa dan
menggantinya pada hari yang lain. sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi Allah menghendaki kemudahan
untuk kamu bukan kesulitan.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suamiistri dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus
disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, sempurnakanlah
puasa itu sampai malam.
Jamaah tarwih yang berbahagia
Secara jelas Al-quran menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan,
laallakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di
dalam hadis Nabi, yang artinya Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu
dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah,
secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil
dapat dilakukan oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhiNya, sedangkan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan
kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna
dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari
siksa Allah.
Jamaah tarwih yang berbahagia
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun
bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini
mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal
meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: Takhallaqu bi akhlaq Allah Teladanilah sifat-sifat
Allah. Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan
faali, yaiut makan, minum, dan hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan
oleh Allah SWT.

Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah
puasa mengasah dan mengasuh manusia agar memiliki sifat sabar dan jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat
melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran.**
Wa Allah Alam bi al-Shawab.

Anda mungkin juga menyukai