TINJAUAN PUSTAKA
Osteoarthritis (OA)
Arthritis gout (pirai)
Arthritis Rheumatoid (AR)
Ankylosing spondylitis
Tipe arthritis yang menyerang tulang belakang. Sebagai akibat peradangan,
ruas tulang punggung tampak tumbuh menyatu.
Juvenile arthritis (arthritis pada anak-anak)
3
Juvenile arthritis adalah istilah umum bagi semua tipe arthritis yang
menyerang anak-anak. Anak-anak dapat terkena Juvenile Rheumatoid
Osteoarthritis atau lupus anak, ankylosing spondylitis atau tipe lain dari
arthritis.
Systemic Lupus Erythematosus (lupus)
SLE adalah penyakit yang dapat menyebabkan radang dan merusak sendi
2.1.1 Ostheoarthritis
OA merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dimana rawan kartilago
yang melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi
sendi dan tulang subkhondral yang menimbulkan rasa sakit dan hilangnya
kemampuan gerak. Insidensi dan prevalensi OA berbeda-beda antar negara.
Penyakit ini merupakan jenis arthritis yang paling sering terjadi yang mengenai
mereka di usia lanjut atau usia dewasa.
a. Epidemiologi
Insidensi dan prevalensi Osteoarthritis (OA) bervariasi pada masing-masing
negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa arthritis jenis ini
adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada kelompok usia dewasa dan usia
lanjut. Prevalensinya meningkat sesuai pertambahan usia. Data radiografi
menunjukkan bahwa OA terjadi pada sebagian besar usia lebih dari 65 tahun, dan
pada hampir setiap orang pada usia 75 tahun. OA ditandai dengan nyeri dan kaku
pada sendi, serta adanya hendaya keterbatasan gerakan. (NIMS, 2008; Driskell,
2006)
Berdasarkan data prevalensi dari National Centers for Health Statistics,
diperkirakan 15.8 juta (12%) orang dewasa antara 25-74 tahun mempunyai
seronegatif),
penyakit
metabolik
(kondrokalsinosis,
c. Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko OA (Ditjen Binfar dan Alkes, 2006):
Obesitas
Okupasi, olahraga, trauma
Genetik
Nutrisi
Hormonal
d. Manifestasi Klinik
Umur
Biasanya manula
Gender
Perempuan diatas usia 45 tahun
Simtom
- Rasa nyeri dalam, ngilu, sakit kalau digerakkan
- Kaku pada sendi
Sembuh bila digerakkan, kambuh dengan diistirahatkan (fenomena gelling),
biasanya < 30 menit lamanya, sering dipengaruhi oleh cuaca, gerakan sendi
yang terbatas.
- Ketidak stabilan pada sendi penyangga beban
Pemeriksaan Fisik
- Observasi pada pemeriksaan sendi:
Proliferasi tulang, kadang-kadang radang synovium, peka terhadap sentuhan ,
krepitus, atrofi otot, keterbatasan gerak pasif maupun aktif , perubahan
bentuk
- Evaluasi radiologi :
Awal OA ringan , sering belum terlihat perubahan gambaran radiologi
OA moderat, jarak sendi menyempit ,osteofit marginal
OA lanjut , sendi bengkok
- Efusi
Cairan synovial: Sangat kental, leukositosis ringan (< 2000 sel/mm)
e. Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan OA adalah untuk mengurangkan nyeri,
memperbaiki mobilitas, dan meminimalkan disabilitas. Pada penderita dengan OA
ringan, proteksi sendi dan pengambilan analgesik sekali-kali menjadi cukup;
tetapi untuk pasien dengan OA berat, gabungan terapi non-farmakologi dan
suplemen analgesik dan/atau obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) adalah
lebih sesuai.
Terapi Non Farmakologis
Secara non-farmakologi, tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan cara
mengurangkan beban pada sendi (memperbaiki postur tubuh yang salah, beban
berlebihan pada sendi yang terlibat harus dihindarkan, pasien OA pinggul/lutut
harus hindarkan berdiri lama, berlutut dan jongkok, dan istirahat secukupnya
tanpa imobilisasi total). Selain itu, dilakukan modalitas termis dengan aplikasi
panas pada sendi OA atau mandi dengan air hangat. Pasien juga disuruh
berolahraga. Untuk OA pada ekstremitas bawah, dilakukan olahraga sedang 3 hari
per minggu. Seterusnya diberikan edukasi pada pasien (edukasi tentang
manejemen diri, motivasi, nasehat tentang olahraga, rekomendasi untuk
mengurangkan beban pada sendi yang terlibat). Operasi artroskopi pula dilakukan
jika tidak ada manfaat daripada terapi farmakologi (Ditjen Binfar dan Alkes,
2006)
Terapi Farmakologis
Dokter meresepkan obat untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan fungsi. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memberi obat
untuk pasien OA:
- Intensitas rasa sakit
- Efek samping yang potensial dari obat.
- Penyakit penyerta
Pasien harus memakai obat secara hati-hati dan menceriterakan semua
Obat-obat lain
- Obat luar: krem, gosok, spray (capsaicin spray), metilsalisilat
- Kortikosteroid: antiinflamasi yang kuat, dapat diberikan secara suntik pada
sendi . Ini adalah tindakan untuk jangka pendek, tidak disarankan untuk lebih
dari 2-3 x suntik per tahun. Tidak diberikan per oral
- Asam hyaluronidase: disuntikkan di sendi, biasanya untuk OA lutut. Zat ini
adalah komponen dari sendi, terlibat dalam lubrikasi dan nutrisi sendi.
rheumatoid arthritis.
Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita daripada
laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini diasumsikan karena
pengaruh dari hormon namun data ini masih 9 dalam penelitian. Wanita
10
d.Manifestasi Klinik
Tanda-tanda kardinal pada penyakit AR adalah nyeri, pembengkakan, kekakuan
pagi (biasanya lebih dari satu jam), hangat, kemerahan, dan keterbatasan fungsi.
Tanda-tanda tambahan pula adalah malaise, kelelahan, nodul rheumatoid, dan
nyeri pada waktu malam. Apabila penyakit AR ini berlanjutan, tanda-tanda
sinovitis kronis menjadi lebih dominan. Sinovitis kronis dengan proliferasi
sinovial atenden dan efusi sendi dapat membawa kepada instabilitas sendi. Pada
masa yang sama, pannus destruktif memusnahkan kartilago dan tulang subkondral
yang menyebabkan terjadinya deformitas sendi. (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
e. Penatalaksanaan
Pengobatan penderita rheumatoid arthritis bertujuan untuk (Rizasyah, 1997):
- Menghilangkan gejala peradangan/inflamasi yang aktif baik lokal maupun
-
sistemik.
Mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.
Mencegah terjadinya deformitas atau kelainan bentuk sendi dan menjaga
Terapi non-farmakologis
Terapi non-farmakologi untuk rheumatoid arthritis meliputi latihan, istirahat,
pengurangan berat badan dan pembedahan (Shiel, 2011):
Olahraga
Istirahat
Pengurangan berat badan
Pembedahan; Meliputi Artoplasti (penggantian total sendi), perbaikan tendon,
sinovektomi (penghapusan lapisan sendi), artrodesis (fusi sendi).
11
Terapi farmakologis
Ada dua kelas obat yang digunakan untuk mengobati RA, yaitu obat fast acting
(lini pertama) dan obat slow acting (lini kedua). Obat obat fast acting digunakan
untuk mengurangi nyeri dan peradangan, seperti aspirin dan kortikosteroid
sedangkan obat-obat slow acting adalah obat antirematik yang dapat
memodifikasi penyakit (DMARD), seperti garam emas, metotreksat dan
hidroksiklorokuin yang digunakan untuk remisi penyakit dan mencegah
kerusakan sendi progresif, tetapi tidak memberikan efek anti-inflamasi (Shiel,
2011).
Algoritma terapi AR (Schuna, 2008):
tambahkan
prednison
dosis
rendah
untuk
jangka
panjang,
12
Agen biologik yang mempunyai efek DMARD juga dapat diberikan pada pasien
yang gagal dengan terapi DMARD. Agen ini dirancang untuk memblokir aksi zat
alami yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh, seperti faktor TNF, atau IL-1.
Zat-zat yang terlibat dalam rheumatoid arthritis adalah reaksi kekebalan tubuh
abnormal sehinggga perlu dihambat untuk memperlambat reaksi autoimun
sehingga dapat meringankan gejala dan memperbaiki kondisi secara keseluruhan.
Agen biologik yang biasa digunakan adalah obat-obat anti-TNF (etanercept,
infliximab, adalimumab), antagonis reseptor IL-1 anakinra, modulator kostimulasi
abatacept dan rituximab yang dapat mendeplesi sel B periferal (Schuna, 2008).
Infliximab dapat diberikan secara kombinasi bersama metotreksat untuk
mencegah perkembangan antibodi yang dapat mereduksi efek obat ataupun
menginduksi reaksi alergi. Kombinasi dua atau lebih DMARDs juga diketahui
lebih efektif jika dibandingkan dengan terapi tunggal (Schuna, 2008).
Kortikosteroid berguna untuk mengontrol gejala sebelum efek terapi DMARD
muncul. Dosis rendah secara terus-menerus dapat diberikan sebagai tambahan
ketika pengobatan dengan DMARD tidak dapat mengontrol penyakit.
Kortikosteroid dapat disuntikkan ke dalam sendi dan jaringan lokal untuk
mengendalikan peradangan lokal. Kortikosteroid sebaiknya tidak diberikan
sebagai monoterapi dan penggunaannya secara kronis sebaiknya dihindari
(Schuna, 2008). NSAID juga dapat diberikan untuk mengurangi pembengkakan
dan nyeri pada RA. NSAID tidak memperlambat terjadinya kerusakan sendi,
sehingga tidak dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk mengobati RA.
Seperti kortikosteroid, NSAID digunakan sebagai terapi penunjang DMARD
(Schuna, 2008).
2.1.3 Arthritis Gout (Pirai)
Gout adalah penyakit yang berhasil dari kelebihan asam urat dalam tubuh.
Kelebihan asam urat ini mengarah pada pembentukan kristal kecil asam urat yang
terakumulasi di jaringan tubuh, terutama sendi. Ketika kristal membentuk pada
sendi, gout menyebabkan serangan berulang dari peradangan sendi (artritis).
Biasanya endapan kristal asam urat terjadi dalam cairan sendi (cairan sinovial)
dan lapisan sendi (lapisan sinovial). Gout dianggap sebagai penyakit kronis dan
13
progresif. Gout kronis juga bisa menyebabkan endapan gumpalan keras asam urat
dalam jaringan, khususnya di dan sekitar sendi dan dapat menyebabkan kerusakan
sendi, penurunan fungsi ginjal, dan batu ginjal (nefrolisiasis). Arthritis gout lebih
sering menyerang laki-laki. Biasanya sebagai akibat dari kerusakan sistem kimia
tubuh. Kondisi ini paling sering menyerang sendi kecil, terutama ibu jari kaki.
Arthritis gout hampir selalu dapat dikendalikan oleh obat dan pengelolaan diet.
Istilah gout menggambarkan suatu spektrum penyakit termasuk hiperurisemia,
serangan akut pada sendi beberapa kali yang berkaitan dengan adanya
monosodium urat dalam leukosit yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi
sinovial, endapan kristal monosodium urat dalam jarigan (tofi), penyakit ginjal
interstisial, nefrolitiasis asam urat. Kondisi hiperurisemia dapat hanya berupa
peningkatan kadar asam urat dalam serum yang abnormal, tetapi asimtomatik.
Untuk menentukan risiko untuk gout, hiperurisemia didefinisikan sebagai kondisi
konsentrasi urat yang supersaturasi . Dengan definisi ini konsentrasi urat lebih
besar dari 7,0mg/dL adalah abnormal dan dikaitkan dengan peningkatan risiko
untuk gout (Hawkins, 2005).
a. Epidemiologi
Menurut studi, konsentrasi asam urat (risiko gout), berkorelasi dengan umur,
kadar kreatinin dalam serum, kadar nitrogen urea dalam darah, gender laki-laki,
tekanan darah, berat badan, dan konsumsi alkohol Ada korelasi langsung antara
kadar asam urat dalam serum dengan insidensi dan prevalensi gout. Pada tahun
1999, menurut penelitian, prevalensi gout dan hiperurisemia di USA adalah 41 per
1000, dan di UK prevalensi gout adalah 14 per 1000. Prevalensi secara
keseluruhan dari dignosa gout adalah 1,4% atau 14 per 1000, pada tahun 1999.
Ratio laki-laki : perempuan adalah 3,6 : 1 Gout terjadi makin sering pada laki-laki
dibanding perempuan, pada usia lebih tua, pada kadar asam urat lebih tinggi dan
ada kaitannya dengan hipertensi(Hawkins, 2005; Bandolier, 2002).
Studi di Inggris meneliti insidensi gout pada laki-laki dan perempuan penderita
hipertensi selama 8 tahun. Insidensi pada perempuan hipertensi dan kontrol
rendah, tetapi pada laki-laki risiko terkena gout adalah empat kalinya bila tanpa
terapi diuretik, dan enamkali apabila dalam terapi diuretick (Hawkins, 2005;
Bandolier, 2002).
14
b. Etiologi
Penyakit gout sering berhubungan dengan kelainan yang diwarisi dalam
kemampuan tubuh untuk memproses asam urat. Asam urat merupakan produk
rincian purin yang merupakan bagian dari makanan yang kita makan. Kelainan
dalam menangani asam urat dapat menyebabkan serangan artritis yang
menyakitkan (serangan gout), batu ginjal, dan penyumbatan pada penyaringan
tubulus ginjal dengan kristal asam urat, menyebabkan gagal ginjal.
c. Faktor Resiko
Berikut adalah faktor resiko Arthritis Gout (Sidauruk, 2012):
karena
alkohol
memperparah
keadaan.
Diuretik
sering
digunakan
untuk
15
Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan
perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin
d. Manifestasi Klinik
Gout adalah penyakit yang didiagnosis oleh simtom bukan oleh hasil pemeriksaan
labororium. Kenyataan hiperurisemia yang asimtomatis yang ditemukan secara
kebetulan, biasanya jarang membutuhkan terapi. Hiperurisemia adalah faktor
risiko gout, tetapi beberapa pasien dengan serum asam urat normal dapat
mendapat serangan gout. Sebaliknya banyak orang hiperurisemia yang tidak
mendapat serangan gout. Gout adalah diagnosis klinis, sedangkan hiperurisemia
adalah kondisi biokimia . Membedakan pasien GA dengan penderita gout like
syndrom termasuk membedakan dengan septic Arthritis, rheumatoid Arthritis,
osteoArthritis, errosive osteoArthritis, psoriasis, calcium pyrophosphate dehydrate
crystal (CPPD) deposition penyakit (pseudogout), xanthomatosis, amyliodosis16.
Diagnosis definitive, dikonfirmasikan dengan analisa cairan sendi. Cairan sinovial
pasien GA mengandung kristal monosodium urat (MSU) yang negatif birefringent
(refraktif ganda) yang juga ditelan oleh neutrofil (dilihat dengan mikroskop sinar
terpolarisasi). Untuk banyak orang, gout awalnya menyerang sendi dari ibu jari
16
kaki. Kadang selama penyakit berjalan, gout akan menyerang ibu jari kaki
sebanyak 75% pasien. Bagian lain yang dapat terserang diantaranya adalah
pergelangan kaki, tumit, pergelangan tangan, jari, siku(Ditjen Binfar dan Akes,
2006).
e. Penatalaksaan
Tujuan dari terapi:
- Menghentikan serangan akut
- Mencegah serangan kembali dari GA
- Mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat kronis
di jaringan
Terapi non Farmakologis
Berikut ini contoh-contoh tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan
kadar asam urat (Ditjen Binfar Alkes, 2006):
- Penurunan berat badan (bagi yang obesitas)
- Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan
-
17
dalam
pemakaiannya,
kontraindikasi
untuk
wanita
hamil,
dan
18
19
20
Gout kronis yang berkaitan dengan kerusakan ginjal atau batu ginjal urat
Tambahan terapi sitotoksik untuk hematological malignancy (Urikostatik
(xantin oksidase inhibitor) misalnya allopurinol, urikosurik misalnya
benzbromaron, sulfinperazon, probenesid, dan urikolitik misalnya urat
oksidase).
21