Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa pentingnya tujuan penelitian yang menjadi
gagasan utama dilakukannya suatu penelitian. Dalam penelitian kuantitatif,
peneliti menggunakan teori secara deduktif dan meletakkannya di awal proposal
penelitian. Karena tujuannya adalah untuk menguji atau menverifikasi suatu teori
ketimbang mengembangkannya maka peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan
teori, mengumpulkan data untuk mengkaji teori tersebut, menyatakan konfirmasi
atau diskonfirmasi atas teori tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti sering kali menguji berbagai teori
untuk menjawab rumusan masalahnya, yang sebelumnya telah dibahas seperti apa
rumusan masalah yang ada di penelitian kuantitatif. Selain menfokuskan pada
penggunaan teori, penelitian kuantitatif juga akan menyajikan variabel-variabel
apa saja yang akan digunakan serta cara menggunakannya. Variabel-variabel yang
digunakan biasanya membantu merancang rumusan masalah dan hipotesis
penelitian. Variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebsgsi
jembatan antarvariabel. Dalam beberapa hal, penelitri juga dapat mendefenisikan
variabel-variabel kunci yang digunakan dalam penelitian.
Dengan demikian, pada makalah ini akan dijelaskan tentang variabelvariabel apa saja yang digunakan dalam penelitian kuantitatif serta hipotesisnya,
asumsi yang digunakan dan teori apa saja yang mendukung variabel, hipotesis dan
asumsi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada makalah ini adalah
1. Apa itu variabel, teori, asumsi, dan hipotesis?
2. Apa jenis-jenis variabel, teori, asumsi, dan hipotesis ada di dalam
penelitian kuantitatif?
3. Variabel, teori, asumsi, dan hipotesis yang bagaimana dilakukan oleh
penelitian kuantitatif?
C. Tujuan Penulisan
1

1. Mengetahui definisi variabel, teori, asumsi, dan hipotesis


2. Mengetahui jenis-jenis variabel, teori, asumsi, serta hipotesis dalam
penelitian kuantitatif.
3. Mengetahui penggunaan variabel, teori, asumsi, dan hipotesis dalm
penelitian kuantitatif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Variabel Penelitian
1. Pengertian variabel penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis variabel
dapat didefenisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai
variasi antara yang satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek
yang lain (hatch dan farhady, 1981).
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat
yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan,
pendidikan, status sosial, dan lain-lain. Kidder (1981) menyatakan bahwa variabel
adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya. Menurut Sutandyo Wignjosoebroto (1983:31), variabel adalah suatu
konsep yang dapat mewujud ke dalam dua atau lebih dari dua kesatuan variasi
(hitungan atau ukuran).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dirumuskan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Macam-macam variabel penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:159) variabel dapat dibedakan atas
variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Contoh variabel kuantitatif miasalnya
luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Lebih jauh variabel
kuantitatif diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu variabel diskrit dan
variabel kontinum.
a. Variabel diskrit
Disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat
dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan. Misalnya wanita-pria,
hadir-tidak hadir, atas-bawah. Angka-angka digunakan dalam variabel
diskrit ini untuk menghitung yaitu banyaknya yang hadir, banyaknya
pria, dan sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai ferekuensi
b. Variabel kontinum
Variable kontinum di pisahkan menjadi tiga variabel kecil yaitu variabel
ordinal, variabel interval, dan variabel rasio.
3

Variabel ordinal merupakan variabel yang menunjukkan tingkatan-

tingkatan misalnya panjang, kurang panjang, pendek,


Variabel interval merupakan variabel yang mempunyai jarak jika
dibandingkan dengan variabel yang lain, sedang jarak itu sendiri dapat
diketahui dengan pasti. Misalnya suhu udara di luar 31 , suhu

tubuh kita 37 maka selisih suhu adalah 6 .


Variabel rasio yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam
hubungan antar sesamanya merupakan sekian kali. Contoh berat pak
Karto 70 kg sedangkan berat anaknya 35 kg. Maka berat pak Karto

dua kali berat anaknya.


Creswell (2010:77) memvisualisasikan model-model variabel ke dalam
penyajian kiri-kanan atau penyebab dan pengaruh sebagai berikut:
1. Variabel-variabel bebas (independent variables) merupakan variabelvariabel yang (mungkin) menyebabkan, mempengaruhi atau berefek pada
outcome.
2. Variabel-variabel terikat (dependent variables) merupakan variabelvariabel yang bergantung pada variabel-variabel bebas. Variabel-variabel
ini merupakan outcome atau hasil dari pengaruh variabel-variabel bebas.
3. Variabel intervening atau mediating. Variabel ini berada di antara variabel
bebas dan terikat. Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Misalnya, jika siswa dapat melakukan
test metode penelitian dengan baik (variabel terikat), hal ini mungkin
disebabkan (a) persiapan mereka dalam penelitian (variabel bebas) dan /
atau (b) usaha mereka dalam menyusun gagasan penelitian ke dalam
kerangka kerja (variabel intervening) yang juga turut mempengaruhi
peforma mereka dalam test tersebut.
4. Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri
oleh peneliti dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya
dengan variabel lain untuk mengetahui dampak keduanya (seperti, umur
X sikap = kualitas hidup). Variabel-variabel ini biasanya terdapat dalam
penelitian eksperimen.
5. Variabel control dan variabel confounding. Variabel control memainkan
peran penting dalam penelitian kuantitatif. Variabel ini merupakan
variabel bebas jenis khusus karena variabel ini secara potensial juga
mermpengaruhi variabel terikat. Jenis variabel confounding sebenarnya
4

tidak diukur atau diobservasi dalam penelitian. Variabel ini memang ada,
tetapi pengaruhnya tidak dapat dilacak secara langsung.
3. Variabel sebagai objek penelitian
Apabila seseorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu
menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya
adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan
variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan
eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu,
sedangkan kelompok kontrol adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu.
Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan
ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambahtidaknya berat badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel
kontinum (ratio).
4. Memahami variabel yang bermakna
Menurut Arikunto (2010:166) dalam variabel penelitian ada dua hal yang
diperhatikan, yaitu:
1. Sifat variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dibedakan menjadi dua,
yaitu variabel statis dan variabel dinamis.
Variabel statis adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya,
misalnya jenis kelamin, status sosial ekonomi, tempat tinggal, dan

lain-lain.
Variabel dinamis

merupakan

variabel

yang

dapat

diubah

keberadaannya berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan.


Contoh : kedisiplinan, motivasi kepedulian, pengaturan, dan
sebagainya.
2. Status variabel
Dalam membicarakan status variabel ini, kita perlu melihat satu
variabel dalam hubungannnya dengan variabel lain. Semua variabel
mempunyai status penting, namun jika dibandingkan antara dua status di

bawah ini, kita dapat menentukan mana yang lebih bermakna dalam
penelitian.
Kebiasaan hidup sehari-hari ---------------- motivasi berprestasi
Motivasi berprestasi-------------------------- etos kerja
Etos kerja-------------------------------------- keberhasilan kerja.
Kemanfaatan penelitian selalu harus dilihat dari variabel pertama. Apa yang
dapat dilakukan oleh peneliti, atau apa saja yang dapat disarankan oleh peneliti
terhadap orang lain agar tampak bahwa kegiatan penelitian yang kita lakukan
mempunyai manfaat yang cukup besar.
5. Jenis hubungan antar variabel
Margono (2010) menjelaskan beberapa jenis hubungan antar variabel
sebagai berikut:
a. Hubungan simetris. Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan
simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi
oleh variabel lainya.
b. Hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana
suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya.
c. Hubungan tidak simetris. Satu variabel atau lebih mempengaruhi variabel
lainnya.
B. Teori
1. Definisi teori
Dalam penelitian kuantitatif, ada beberapa preseden historis untuk
memandang teori sebagai prediksi atau penjelasan saintifik. Misalnya, definisi
Kerlinger (1979) tentang teori masih berlaku hingga saat ini. Dia berpendapat
bahwa teori merupakan seperangkat konstruk (variabel-variabel), definisi-definisi,
dan proposisi-proposisi yang saling berhubungan yang mencerminkan pandangan
sistematik atas suatu fenomena dengan cara merinci hubungan antarvariabel yang
ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah.
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau
variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau
hipotesis yang merinci hubungan antar variabel. Suatu teori dalam penelitian bisa

saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori biasanya


membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.
Labovit dan Hagedorn (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan
tentang theoretical rationale yang dimaknai sebagai usaha mengetahui bagaimana
dan mengapa variabel-variabel dan pernyataan-pernyataan relasional saling
berhubungan satu sama lain.
Pembahasan teori biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka atau bagian
khusus, seperti landasan teori, logika teoritis, atau perspektif teoritis. Metafora
pelangi mungkin dapat membantu kita memvisualisasikan bagaimana teori
beroperasi. Dalam hal ini, pelangi menjembatani variabel bebas dan variabel
terikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersama variabel-variabel
tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana dan
mengapa seseorang harus berharap pada variabel bebas unutk menjelaskan atau
memprediksi variabel terikat. Teori-teori ini berkembang ketika peneliti tengan
menguji suatu prediksi secara terus-menerus.
2. Tingkatan dan fokus teori
Teori juga memiliki jangkauan atau tingkatan yang berbeda-beda. Neuman
dalam Creswell (2010) membagi teori dalam tiga level, yaitu : level mikro, level
meso, dan level makro.
a. Level mikro
Teori level mikro memberikan penjelasan yang hanya terbatas pada
waktu, ruang, dan jumlah tertentu.
b. Level meso
Teori level meso menghubungkan teori level mikro dan teori level
makro. Teori ini pada umumnya meliputi teori tentang organisasi,
pergerakan sosial, atau komunitas.
c. Level makro
Teori level makro menjelaskan seperti institusi sosial, sistem budaya,
dan masyarakat luas.
Selanjutnya fokus teori dibedakan menjadi tiga, yaitu teori subtantif, teori
formal, dan midle range theory
a. Teori subtantif dikembangkan untuk area khusus dari urusan sosial,
kelompok gank, pemogokan, perceraian atau hubungan ras.

b. Teori formal dikembangkan untuk area konseptual yang luas dalam


teori umur seperti penyimpan gen, sosialisasi atau kekuasaan.
c. Teori kisaran tengah lebih sedikit abstrak tentang perumusan empiris
atau hipotesis khusus. Teori kisaran tengah bisa formal atau ril. Teori
kisaran tengah pada prinsipnya digunakan dalam sosialisasi untuk
panduan penyelidikan empiris.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan di uji melalui
pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus berlaku
untuk obyek yang akan diteliti.
3. Kegunaan teori dalam penelitian
Cooper dan Schindler (2003) dalam Sugiyono 2011:87, menyatakan bahwa
kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Teori menyempitkan bebagai fakta yang perlu kita pelajari
2. Teori menyarankan penelitian yang pendekatannya mungkin untuk bidang
umum
3. Teori menyarankan suatu sistem untuk menentukan penelitian dalam data
pada urutan golongannya dengan cara yang paling berarti
4. Teori meringkaskan bahwa paham tentang objek dari pelajaran dan
keseragaman yang terletak di luar pengamatan langsung
5. Teori dapat digunakan untuk meramalkan kenyataan lebih lanjut terhadap
apa yang menjadi dasarnya.
6. Deskripsi teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian meruapakan uraian sistematis tentang
teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa
jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/ dideskripsikan, akan tergantung
pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel
yang diteliti.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabelvariabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan
prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah.
Menurut Sugiyono (2013:90) langkah-langkah untuk dapat melakukan
pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:

1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.


2. Cari sumber-sumber bacaan, journal ilmiah, dan lainnya yang relevan
dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan
pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan
diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber dalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
7. Kerangka berfikir
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut selanjutnya
dirumuskan dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berfikir asosiatif/
hubungan maupun komparatif/ perbandingan.
8. Bentuk-bentuk teori
Dalam proposal penelitian, peneliti menegaskan teorinya dalam beberapa
bentuk, seperti hipotesis, pernyataan logika jika-maka, atau bentuk visual.
Pertama, peeliti menegaskan teori dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang saling
berhubungan. Contoh, Hopkins (1964) dalam Creswell (2010) menegaskan
teorinya tentang proses-proses pengaruh dalam 15 hipotesis. Sebagian hipotesis
ini dapat dilihat sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Semakin tinggi pangkat seseorang, semakin kuat sentralitasnya.


Semakin kuat sentralitas seseorang, semakin besar observabilitasnya.
Semakin tinggi pangkat seseorang, semakin besar observabilitasnya.
Semakin kuat sentralitas seseorang, semakin besar konformitasnya.
Semakin tinggi pangkat seseorang, semakin besar konformitasnya.
Semakin besar observabilitas seseorang, semakin besar konformitasnya.

7. Semakin besar konformitas seseorang, semakin besar observabilitasnya.


Kedua, peneliti menyatakan teori dalam bentuk pernyataan jika-maka
yang menunjukkan mengapa seseorang harus berharap variabel bebas dapat
mempengaruhi variabel terikat. Misalnya, Homans (1950) menjelaskan teori
tentang interaksi:
Jika frekuensi interaksi antara dua atau lebih individu meningkat, tingkat
kesukaan antarkeduanya juga akan meningkat, dan seterusnya Individuindividu yang sentimentil dalam berinteraksi dengan individu-individu lain
akan mengungkapkan perasaan sentimennya dalam aktivitas-aktivitasnya
yang sering kali melampaui aktivitas-aktivitas sistem eksternal, dan
aktivitas-aktivitas ini bisa saja semakin memperkuat perasaan sentimen
tersebut.
Ketiga, peneliti dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini
penting untuk menerjemahkan variabel-variabel ke dalam bentuk visual. Blalock
(1969, 1985, 1991) menampilkan causal modeling dengan membentuk teori-teori
verbal menjadi model-model kausal sehingga pembaca dapat memvisualisasi
hubungan antar variabel.
9. Penempatan teori dalam penelitian kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggunakan teori secara deduktif dan
meletakkannya di awal proposal penelitian. Karena tujuannya adalah untuk
menguji atau memverifikasi suatu teori ketimbang mengembangkannya maka
peneliti seyogiannya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori
tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut
berdasarkan hasil yang diperoleh. Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan
penelitian yang nantinya berfungsi mengorganisasi rumusan masalah dan
hipotesis penelitian serta prosedur pengumpulan data.
Pada hakikatnya, pendekatan deduktif yang bisa diterapkan dalam penelitian
kuantitatif juga turut mempengaruhi peletakan teori di dalamnya. Petunjuk
umunya adalah memperkenalkan teori di awal proposal penelitian: dalam
pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan masalah,
atau dalam bab/subbab khusus. Masing-masing penempatan ini memiliki
kelebihan dan kekurangannya tersendiri.
10

C. Asumsi
1. Pengertian asumsi
Asumsi merupakan kebenaran yang diterima atau suatu pernyataan yang
sudah dianggap benar, karena sudah banyak teruji kebenarannya secara empiris,
sehingga tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Contoh makin padat
kendaraan, makin meningkat kecelakaan lalu lintas. Makin banyak makan, makin
gemuk. Implikasi asumsi yang digunakan memberi konsekuensi pada tindakan.
Asumsi penelitian kuantitatif yang dikemukakan oleh Jujun S. Suriasumantri
(1990) dalam T. Widodo (2009:25) merupakan kebenaran yang diterima atau
pernyataan yang dianggap benar yang relevan dengan bidang ilmu, kesimpulan
sebagaimana adanya, tersurat, dan melandasi telaah ilmiah.

2. Jenis-jenis asumsi
Asumsi penelitian kuantitatif dapat dipahami secara filosofis dari unsurunsur fislsafat positivistis dan hakekat manusia.
a. Asumsi Ontologis
Ontologis menunjuk pada objek ilmu baik objek materiil maupun objek
formil. Objek materiil diartikan lingkup kajian ilmu dan objek formil
pembatasan permasalahan kajian ilmu. Oleh karena itu, objek penelitian
kuantitatif adalah semua realita yang bisa diamati manusia baik langsung
maupun tidak langsung.
b. Asumsi Epistimologis
Epistimologis dimaksudkan metode yang digunakan suatu ilmu dalam
upaya memperoleh pengetahuan yang benar sebagai khasanah ilmu yang
bersangkutan.
c. Asumsi Aksiologis
Aksiologis dimaksudkan dengan nilai atau kemanfaatan ilmu dalam
kehidupan manusia. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap baik, yang
dihargai, yang dicita-citakan tetapi bersifat subjektif.
d. Asumsi Hakekat Manusia
Penelitian kuantitatif menggunakan asumsi hakekat manusia pada
prinsipnya manusia diatur oleh pola universal, sehingga karakteristik dan
subjektivitas individu tidak diperhatikan. Manusia berada diantara
komponen-komponen dalam suatu sistem baik mikro maupun makro,
sehingga manusia tidak lepas dari pengaruh lingkungan.
D. Hipotesis
1. Pengertian hipotesis
11

Setelah peneliti mengadakan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai


sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah
merumuskan hipotesis.
Secara harfiah kata hipotesis berasal dari dua penggalan kata, hypo yang
berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran. Menurut Arikunto
(2002:110), hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.
Menurut Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka
pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Menurut Suryabrata (2011:21), hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji
secara empiris. Dalam rangkaian langkah-langkah penelitian, hipotesis itu
merupakan rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari
penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah
penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya. Jadi hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari
masalah penelitian yang merupakan rangkuman dari telaah pustaka yang
kebenarannya masih harus diuji melalui data yang terkumpul.
2. Krieria hipotesis yang baik.
a. Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel.
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih,
disini

harus

dianalisis

variabel-variabel

yang

dianggap

turut

mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai

12

dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada


variabel yang lain.
b. Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal
ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
c. Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan.
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan
penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang
sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai
dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus
dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
d. Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk
kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna
dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan
hipotesis tersebut.

3. Fungsi hipotesis
Suatu hipotesis dapat dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang dapat
memperoleh jawaban berdasarkan data empiris. Bentuk pertanyaan menunjukkan
keragu-raguan yang selalu ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan sebelum terbukti
benar. Jadi fungsi hipotesis yang utama adalah membuka kemungkinan untuk
menguji kebenaran teori. Maka karena itu segala pernyataan berdasarkan suatu

13

teori dalam bentuk yang dapat diuji validitasnya disebut hipotesis (Nasution,
1996:40). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hipotesis berfungsi untuk:
a. Menguji kebenaran suatu teori
b. Memberi ide untuk mengembangkan suatu teori
c. Memperluas pengetahuan kita mengenai gejala-gejala yang kita pelajari

4. Bentuk-bentuk hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan masalah penelitian.
Bila dilihat dari tingkat eksplansinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian
ada tiga yaitu: rumusan masalah dekriptif, komparatif dan asosiatif. Oleh karena
itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis dekriptif,
komparatif, dan asosiatif (Sugiyono,2013:100)
1. Hipotesis deskriptif. Merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif yang berkenaan dengan variabel mandiri baik satu variabel atau
lebih.
Contoh 1:
Rumusan masalah deskriptif : Berapa daya tahan lampu pijar merk X?
Hipotesis deskriptif :
Daya tahan lampu pijar merk X adalah 600 jam (H0)
Daya tahan lampu pijar merk X tidak sama dengan 600 jam (Ha)
Hipotesis Statistik :
H0 : = 600
Ha : 600
: adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui
sampel

Contoh 2:
Rumusan masalah deskriptif : Seberapa tinggi motivasi belajar mahasiswa
suatu fakultas tertentu?
Hipotesis deskriptif :
H0 : Motivasi belajar mahasiswa suatu fakultas paling sedikit 80% dari
kriteria ideal yang ditetapkan(paling sedikit berarti lebih besar atau
sama dengan )
14

Ha : Motivasi belajar mahasiswa suatu fakultas lebih kecil 80% dari


kriteria ideal yang ditetapkan.
Hipotesis Statistik :
H0 : p 80 %
Ha : p 80 %
2. Hipotesis Komparatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif (perbandingan). Membandingkan dua populasi/sampel
yang berbeda namun dalam variabel yang sama atau membandingkan dua
kejadian yang berbeda waktu namun variabel sama.
Contoh 1:
Rumusan masalah komparatif : Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa
jurusan matematika dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan ilmu
komputer?
Hipotesis komparatif :
H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa jurusan
matematika dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan ilmu
komputer
Ha : Terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa jurusan matematika
dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan ilmu komputer
Hipotesis Statistik :
H0 : 1=2
Ha : 1 2
3. Hipotesis Asosiatif, merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalahyang menanyakan hubungan antara dua atau lebih variabel.
Contoh 1:
Rumusan masalah asosiatif :
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan iklim kerja sekolah?
Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah
Hipotesis Statistik
H0 : =0
Ha : 0
Creswell (2010:198) menjelaskan ada dua bentuk hipotesis, yaitu hipotesis
nol dan hipotesis alternatif.
a. Hipotesis nol
Meupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada satupun hubungan atau
perbedaan

signifikan

antara

kelompok-kelompok

dalam

variabel

penelitian. Pernyataan hipotesis nol dapat berupa: Tidak ada perbedaan


(atau hubungan) antara kelompok-kelompok.
b. Hipotesis alternatif atau hipotesis direksional.
15

Peneliti membuat suatu prediksi atas hasil yang diharapkan. Prediksi ini
biasanya

berasal

dari

literatur-literatur

atau

penelitian-penelitian

sebelumnya yang pernah menyatakan kemungkinan hasil tersebut.


Misalnya peneliti dapat memprediksikan bahwa Nilai kelompok A akan
lebih tinggi ketimbang kelompok B.
5. Kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis
Telah berkali-kali disebutkan bahwa perumusan hipotesis dilakukan secara
hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan
teori yang kuat. Namun rumusan hipotesis tidak selamanya benar.
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan
tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin peneliti merumuskan hipotesis yang isinya
benar, tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut
ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya, mungkin peneliti merumuskan hipotesis
yang salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah
tersebut terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang
sesuatu yang berbahaya.
Untuk memperjelas keterangan, berikut disampaikan matrik macam
kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya
Kesimpulan dan
keputusan
Terima hipotesis
Tolak hipotesis

Keadaan sebenarnya
Hipotesis benar
Hipotesis salah
Tidak membuat
Kekeliruan tipe II
kekeliruan
Tidak membuat
Kekeliruan tipe I
kekeliruan
Sumber : Arikunto(2010:115)

Keterangan:
a. Kekeliruan tipe I adalah kekeliruan nilai menolak hipotesis nol (H o)
yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kekeliruan
dinyatakan dengan .
b. Kekliruan tipe II adalah kekeliruan bila menerima hipotesis nol (Ho)
yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kekeliruan ini dinyatakan
dengan .
c. Keputusan menerima hipotesis nol (Ho) yang benar, berarti tidak
membuat kesalahan.
d. Keputasan menerima hipotesis nol (Ho) yang salah berarti kekeliruan
tipe II.
16

e. Membuat keputusan menolak hipotesis nol (Ho) yang benar berarti


terjadi kekeliruan tipe I
f. Menolak hipotesis nol (Ho) yang salah berarti tidak membuat
kekeliruan.
6. Cara menguji hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahasan
pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan
hipotesis, maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (H0).
7. Macam-macam pengujian hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:216) terdapat tiga macam pengujian hipotesis,
yaitu uji dua pihak, pihak kanan, dan pihak kiri. Jenis uji mana yang dipakai
tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
a. Uji dua pihak
Digunakan apabila Ho berbunyi sama dengan dan hipotesis Ha berbunyi
tidak sama dengan.
b. Uji pihak kiri
Digunakan apabila Ho berbunyi lebih besar atau sama dengan dna Ha
berbunyi lebih kecil, kata lebih kecil atau sama dengan sinonim kata
paling sedikit atau paling kecil.
c. Uji pihak kanan
Digunakan apabila Ho berbunyi lebih kecil atau sama dengan dan H a
berbunyi lebih besar. Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim
kata paling besar.
8. Penelitian tanpa hipotesis
Ada dua pendapat mengenai ada atau tidaknya hipotesis dalam penelitian.
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua
penelitian diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji
berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian
juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika
maupuntujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan,

hipotesis

hanya

dibuat

jika

yang

dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban


untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian
eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak
apa saja, bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
17

Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah


penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan
tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif
tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Contoh : Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para karyawan
kantor A.
Problematika 1:
Seberapa tinggi

motivasi

berprestasi

karyawan

kantor

A?(tidak

dihipotesiskan).
Problematika 2:
Seberapa tinngi etos kerja karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan)
Problematika 3:
Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan
etos kerja karyawan kantor A.

BAB III
PENUTUP
18

KESIMPULAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Teori merupakan
seperangkat konstruk (atau variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi
dengan proposisi atau hipotesis yang merinci hubungan antar variabel. Suatu teori
dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau
alasan. Teori biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang
muncul di dunia.
Asumsi merupakan kebenaran yang diterima atau suatu pernyataan yang
sudah dianggap benar, karena sudah banyak teruji kebenarannya secara empiris,
sehingga tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Setelah peneliti mengadakan
penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan
anggapan dasar, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Jadi
hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara dari masalah penelitian yang
merupakan rangkuman dari telaah pustaka yang kebenarannya masih harus diuji
melalui data yang terkumpul.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik,
Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.

19

Creswell,Jhon W. 2010. Research design, pendekatan kualitatif, kuantitatif dan


mixed, Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Nasution. 1996. Metode research, penelitian ilmiah, Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif
dan R&D, Bandung : ALFABETA CV.
Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi penelitian, Jakarta: PT RAJA GRAFINDO
PERSADA
Widodo.2009. Metode penelitian kuantitatif, Surakarta : LPP UNS dan UPT
Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Pers)

20

Anda mungkin juga menyukai