LP Post Partum
LP Post Partum
A.
KONSEP PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Periode postpartum atau periode postnatal merupakan periode awal pertama kali setelah ibu
melahirkan dan berlangsung sampi 6 minggu pasca persalinan. Periode postnatal ini merupakan
periode kritis ibu maupun bayi. Angka kejadian meninggal dunia paling banyak adalah saat ibu
dalam masa postpartum.Hal ini dapat terjadi karena setelah ibu melahirkan, terjadi perubahan pada
tubuh ibu termasuk level hormon, dan ukuran uterus ibu yang kembali ke ukuran semula.
Selanjutkan akan keluar lochea yang merupakan vaginal discharge yang mengandung darah, mukus
dan jaringan uterin (WHO,2014).
Post Partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil. Periode ini juga disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan (Wong, Perry, & Hockenberry, 2002).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
Post Partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa postpartum adalah masa
pemulihan organ-organ reproduksi setelah persalinan kembali ke keadaan normal yang biasanya
berlangsung selama 6-8 minggu.
2.
2.
3.
4.
3.
4.
2.
3.
Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.
Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.
5.
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan
jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal
yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan
otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot
uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
-
Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Normal pada Uterus Post Partum Menurut Manuaba (2007)
Involusi
Pada
TFU
akhir Sepusat
Berat
Uterus
1000 gr
Diameter
Bekas Melekat
Plasenta
12,5
persalinan
Pada
Keadaan Cervix
Lembut/lunak
Dapat dilalui 2 jari
akhir Pertengahan
500 gr
7,5 cm
2 cm
300 gr
5 cm
1 cm
Pada
minggu ke2
Sebesar hamil 50 gr
2,5 cm
Menyempit
2 minggu
Sesudah
minggu ke- Normal
30 gr
6
8 minggu
-
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Adapun jenis-jenis lochea adalah sebagai berikut:
Nama
Rubra
Waktu
Hari ke 1-3
dan
Pengeluaran Abnormal
Lebih banyak bekuan darah,
pengeluaran
serosanguinis sedikit
Berisi leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
Berbau busuk
Berisi
Pengeluaran Normal
darah, jaringan desidua
tropoblast,
Serosa
Alba
Hari ke 4-9
Hari ke 10
serum
dan
sedikit
berbau,
bakteri,
berwarna
kuning
terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah
merah. Pada 2-3 hari post partum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih
(Bahiyatun, 2009). Pada periode immediate, mekanisme pembekuan darah diaktifkan sampai
dengan beberapa saat post partum, sehingga meningkatkan kejadian tromboemboli.
g.
Sistem Urinarius
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi meningkat.
Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga mneurun. Ginjal akan kembali
normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan persalinan.
1) Komponen urin
BUN meningkat akibat autolisis pada proses involusi. Proteinuria +1 normal karen
apemcahan sel otot uterus selama 1 dan 2 hari postpartum. Ketonuria terjadi pada ibu dengan
persalinan lama yang disertai dehidrasi
2) Diuresis Post partum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu hamil membuang kelebihan cairan yang tertibun
dijaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisma untuk mengurangi cairan yang teretensi
tersebut adalah diaforesis luas terutama pada malam hari selama 2-3 hari pertama setelah
melahirkan. Diuresis post partum yang disebabkan oleh penurunan kadar estrigen, hilangnya
peningkatan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah kehamilan
merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui
keringat dan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa
post partum (Pitriani, 2014).
3) Uretra dan Bladder
Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat menyebabkan penurunan
sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang ada di bladder. Ditambah dengan
adanya laserasi di perineum dan episiotomi menyebabkan keinginan untuk berkemih mejadi
menurun. Hal ini mneyebabkan timbulnya distensi bladder yang dapat menhambat turunnya
uterus dan memudahkan timbulnya infeksi. Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali
tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk
menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi
HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise anterior
bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan
ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium
yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1
0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
i.
Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada postpartum meliputi:
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Sesudah partus dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal, namun tidak melebihi 8 derajat
celcius. Sesudah 2 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal.
Bila setelah hari pertama suhu >38 C selama 2 hari berturut-berturut dalam 10 hari pertama
post partum maka curigai adanya infeksi post partum. Peningkatan payudara pun dapat
menjadi penyebab meningkatnya suhu tubuh (milkfever). Pasca melahirkan, denyut nadi
dapat menjadi bradikardia maupun lebih cepat. Cenyut nadi yang melebihi 100 kali per
menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum (Pitriani, 2014)
2) Pernafasan
Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernapasan lambat atau normal. Hal ini dikarenan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suuhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran napas. Bila pernapasan
lebih cepat saat post partum kemungkinan ada tanda-tanda syok (Pitriani, 2014).
3) Tekanan darah
TD sedikit berubah biasanya terjadi hipotensi yang diindikasikan dengan perasaan
pusing/pening setelah berdiri, berkembang dalam 24 jam pertama sebagai suatu akibat
gangguan daerah persyarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan.
Penurunan sistolik 20 mmHg saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk
(hipotensi ortostatik) yang merupakan kompensasi dari kardiovaskuler terhadap penurunan
tekanan vaskuler pada vesikuler.
Peningkatan sistolik 30 mmHG/diastolik 15 mmHG,sakit kepala dan perubahan penglihatan
dapat mengindikasikan adanya preeklamsi post partum.
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin dalam Bahiyatun (2009) terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
- Periode in terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu pada umumnya pasif dan tergantung,
-
berlangsung normal.
b. Periode Taking Hold
- Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi
-
c. Periode Letting Go
-
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih dan sendiri. Ada beberapa
faktor yang berperan menyebabkan kondisi ini, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang signifikan.
Empati dan dukungan keluarga serta staf kesehatan sangat diperlukan. Jika gejala tetap ada
lebih dari 2 minggu diperlukan bantuan profesional (Bahiyatun, 2009).
6. ADAPTASI KELUARGA
1. Proses Adaptasi Menjadi Orang Tua
Menurut Steele dan Pollack (1968) proses menjadi orang tua mencakup :
a. Cognitif motorik Skill
Berkaitan dengan perawatan bayi seperti menyusi, menggendong, memakaikna baju, dll.
Kemampuan tersebut tidak timbul secara otomatis, dipengaruhi oleh budaya dan
pengalaman individu, sehingga beberapa orang ua perlu belajar bagaimana pelaksanaan
tugas perawatan bayi.
b. Cognitif-Afektif Skill
Merupakan komponen psikologik baik ayah dan ibu sebagai orang tua yang berpengaruh
terhadap lingkungan bayi.
2. Penerimaan Peran Menjadi Orang Tua
a. Adaptasi Ayah
- Menjadi anggota keluarga baru yang terlupakan (bila anak pertama)
- Merupakan bagian/anggota terbesar dari keluarga (sebelum bayi lahir)
- Aktivitas menjadi tidak terkendali, tidur terganggu, makan tidak terjadwal
- Mengalami gangguan hubungan intim
b. Adaptasi Ibu
- Kemampuan mengatur peran baru tergantung pada kesehatan fisik, sikap yang
diperhatikan, pola kehidupan dan pekerjaan
- Kehamilan dan persalinan normal akan mempersiapkan ibu menjalani peran baru,
mengatur rumah, merawat bayinya, tidak akan menyusahkannya
- Kehamilan dan penyulit dalam persalinan akan menyebabkan ibu tidak siap untuk
merawat anak, sehingga perlu dukungan/bantuan anggota keluarga
c. Adaptasi anak/sibling
- Kedatangan adik baru dapat mengganggu anak toddler
- Anak toddler menjaga jarak/merasa diacuhkan oleh orang tuanya
- Anak merasa tidak berguna/cemburu terhadap adik baru
10
b.
c.
d.
Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e.
Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi
abses)
f.
g.
Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 C, nadi
< 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4.
11
TINDAKAN
1.Kebersihan diri
2.Istirahat
3.Latihan
4. Gizi
kali.
Ibu menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
Minum sedikitnya 3 liter / hari
Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada
5.Perawatan
Payudara
12
2.Menyusui
3.Tidur
4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas
kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
5.Imunisasi
mengeluarkan cairan.
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin
Polio oral dan Hepatitis B.
Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah
perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi.
Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi
pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c.Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Tindakan ini paling
14
sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan antiseptik) ke atas
vulva perineum (hindari penyemprotan langsung) setelah berkemih atau defekasi,
sebelum mandi, dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada
keluhan rasa nyeri (Bahiyatun, 2009). Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah
BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
d.
Eliminasi
Observasi adanya distensi abdomen dengan mempalpasi dan mengauskultasi abdomen,
terutama pada post-seksio sesaria. Berkemih harus terjadi 4-8 jam pertama dan minimal
sebanyak 200cc. Anjurkan ibu untuk minum banyak cairan dan ambulasi. Rangsanan
untuk berkemih dapat diberikan dengan rendam duduk untuk mengurangi edema dan
relaksasi sfingter, lalu kompres hangat/dingin. Bila perlu, pasang kateter sewaktu-waktu
(Bahiyatun, 2009)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau
bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak
keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya
ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera
setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
g. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
h. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB
untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode
15
KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada
umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
i. Istirahat
Ibu nifas membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih banyak namun cukup karena
sedang dalam proses penyembuhan terutama organ-organ reproduksinya dan untuk
kebutuhan menyusui bayinya. Istirahat dapat dilakukan dengan tidur siang atau tidur
malam. Jika ibu mengalami kesulitan tidur di malam hari dan ia tampak gelisah perlu
diwaspadai. Jjika ibu kurang istirahat akan mengakibatkan berkurangnya jumlah
produksi ASI, memperlambat proses involusio uteri, memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi, dan menimbulkan rasa ketidakmampuan merawat bayi
(Bahiyatun, 2009).
j. Seksualitas Masa Nifas
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur perineum dan penurunan hormon steroid
setelah persalinan. Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah,
adaptasi peran baru, keletihan (kurang tidur dan istirahat). Penggunaan kontrasepsi
(ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur
yang tidak dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi kurang lebih 9 minggu pada ibu tidak
menyusui dan kurang lebih dari 30-36 minggu atau 4-18 bulan pada bayi yang menyusui
(Bahiyatun, 2009).
k. Latihan dan Senam Nifas
Pada ibu post-seksio sesaria, ambulasi dini dimulai 24-36 jam setelah melahirkan. Tujuan
latihan pasca melahirkan adalah:
- Menguatkan otot-otot perut sehingga menghasilkan bentuk tubuh yang baik
- Mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki inkontinensia
stres
- Membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh
B.
ASUHAN KEPERAWATAN MASA NIFAS
1.DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak
seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
16
Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC :
agen
Rasional
Pain Management
Lakukan
Mengetahui
tingkat
fisik
Pain control,
pengkajian
(peregangan
Comfort level
dilakukan
termasuk
perineum; luka
Setelah
episiotomi;
askep selama x 24
involusi uteri;
jam,
frekuensi,
hemoroid;
nyeri berkurang
diharapkan
Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri,
mampu
nonverbal
ketidaknyamanan
Gunakan
komunikasi
nonfarmakologi
terapeutik
untuk
mengurangi
mengetahui
nyeri,
mencari
pengalaman
pengalaman nyeri
teknik
untuk
nyeri
pasien
Melaporkan bahwa
nyeri
ditunjukkan
menggunakan tehnik
bantuan)
dilakukan
(PQRST)
Kriteria Hasil :
akan
pembengkakan
payudara).
lokasi, yang
berkurang
Ajarkan
teknik
dengan
farmakologi
dalam
menggunakan
membantu
manajemen nyeri
tingkat nyeri
Mampu mengenali
nyeri
(skala,
Menyatakan
nyaman
nyeri
rasa
untuk Menentukan
meningkatkan
setelah
mengurangi
Motivasi
dapat
intensitas, frekuensi
Nafas
intervensi
nyeri berkurang
bergizi.
rentang normal
Latih
mobilisasi
TD : 120-140 /80
90 mmHg
kiri
RR : 16 24 x/mnt
: 36,5o C
jika
kondisi
kontraksi penyimpangan
uterus,
37,5 o C
proses kemajuan
involusi uteri.
dan
berdasarkan
involusi uteri.
Mengurangi
Anjurkan
untuk
pasien ketegangan
pada
luka
membasahi perineum.
sebelum
Melatih
berkemih.
cara
payudara
mengurangi bendungan
ASI dan memperlancar
pengeluaran ASI.
Mencegah infeksi dan
secara teratur.
ibu
teknik
merawat
luka
perineum
dan
mengganti
PAD
keluar banyak.
analgesik
Fluid management
Observasi
b/d
Setelah
pengeluaran
askep selama x 24
yang
berlebihan;
mendemostrasikan
perdarahan;
status
diuresis;
membaik.
keringat
berlebihan.
dilakukan
nyeri
pada
nosiseptor.
Tanda- Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
jam.
kemajuan
atau
penyimpangan
dari
Warna
urine.
intake
dehidrasi,
yang akurat
resolusi
dan
output
oedema,
urine
atas
di
30 Berikan cairan
ml/jam,
kulit Dorong
kenyal/turgor
kulit
baik.
masukan
klien
oral
Monitor
status
status
membran
mukosa,
nadi
adekuat, Temuan-temuan
tekanan
ortostatik
),
darah
menandakan
jika
hipovolemia
ini
dan
19
diperlukan
perlunya
Monitor masukan
makanan
peningkatan
cairan.
cairan Mencegah
pasien
harian
beresiko
Beritahu
dokter
terjadinya
oedem paru.
cairan
dokter
manifestasi
kelebihan
cairan
terjadi.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep Kaji haluaran urine, Mengidentifikasi
eleminasi BAK selama x 24 jam, Pola
keluhan
serta
penyimpangan
(disuria)
keteraturan
pola
trauma
perineum
teratur.
berkemih.
saluran kemih.
pasien Ambulasi
dini
BAK
lancar,
disuria
melakukan ambulasi
memberikan
tidak
ada,
bladder
dini.
rangsangan
kosong,
dalam
keluhan
untuk
pengosongan bladder.
Anjurkan
untuk
pasien Membasahi
membasahi
dengan
air
dapat
hangat
ketegangan
berkemih.
sebelum
adanya
bladder
hangat
mengurangi
luka
akibat
pada
20
bladder.
Anjurkan
untuk
pasien Menerapkan
berkemih
secara teratur.
pola
melatih
pengosongan
bladder
secara teratur.
Anjurkan
pasien Minum
banyak
mempercepat
filtrasi
Kolaborasi
untuk Kateterisasi
melakukan
memabnatu
kateterisasi
pasien
bila
kesulitan
pengeluaran
urine
berkemih.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep Kaji pola
urine.
BAB, Mengidentifikasi
kesulitan
BAB,
warna,
bau,
kurangnya
konsistensi
dan
eleminasi (BAB).
Kriteria
hasil:
pola
penyimpangan
serta
jumlah.
seimbang;
trauma
tidak
persalinan.
ada
dini.
dini
merangsang
kesulitan
pengosongan
rektum
cukup
ada.
2500-3000
terjadinya penyerapan
jam.
ml/24
mencegah
dapat
menyebabkan
feses
21
menjadi keras.
Kaji
bising
usus Bising
setiap 8 jam.
usus
mengidentifikasikan
pencernaan
dalam
kondisi baik.
Pantau berat badan Mengidentifiakis
setiap hari.
adanya penurunan BB
secara dini.
Anjurkan
pasien Meningkatkan
pengosongan
seperti buah-buahan
dalam rektum.
dan
sayur-sayuran
Gangguan
hijau.
Setelah dilakukan askep Kaji
toleransi Parameter
pemenuhan
selama x 24 jam,
terhadap
ADL
b/d ADL
feses
pasien
menunjukkan
respon
aktifitas
fisiologis
pasien
dan
kebutuhan
immobilisasi;
beraktifitas
pasien
menggunakan
kelemahan.
terpenuhi
secara
parameter
adekuat.
penagruh
Kriteria hasil:
kerja jnatung.
Menunjukkan
peningkatan
dalam
beraktifitas.
-
berikut:
Kelemahan
dan
catat
peningaktan
kelelahan
berat,
kelemahan,
kelelahan berkurang.
berkeringat,
Kebutuhan
atau pinsan.
ADL
pusing
Menurunkan
kelebihan
istirahat,
miokard/komsumsi
batasi
nyeri/respon
normal.
hemodinamik,
kerja
oksigen , menurunkan
resiko komplikasi.
22
berikan
aktifitas
berat.
fisiologis
Kaji
kesiapan
untuk
untuk meningkatkan
tingkat
aktifitas
individu.
contoh:
menunjukkan
aktifitas
penurunan
kelemahan/kelelahan
, TD stabil/frek nadi,
peningaktan
perhatian
pada
dan Komsumsi
aktifitas
perawatan diri.
oksigen
miokardia
Dorong
selama
memajukan
meningkatkan
aktifitas/toleransi
oksigen
perawatan diri.
Kemajuan
yang
untuk
membantu
ada.
aktifitas
bertahap
Anjurkan keluarga
jumlah
mencegah
peningkatan
tiba-tiba
pemenuhan
kebutuhan
ADL
pasien.
energi
menurunkan
Jelaskan
pola
peningkatan
membantu
keseimbangan
bertahap
dari
aktifitas,
contoh:
dan
suplai
kebutuhan
oksigen.
posisi
memberikan
tidak
pusing
jantung, meningaktkan
tidak
ada
dan
nyeri,
kontrol
regangan
dan
23
mencegah
berlebihan.
aktifitas
dst.
Resiko infeksi Setelah dilakukan askep Pantau: vital sign, Mengidentifikasi
b/d
jalan lahir.
penyimpangan
dan
kemajuan
sesuai
Kriteria
tanda
intervensi
yang
dilakukan.
hasil:
Kaji
pengeluaran Mengidentifikasi
kelainan
jumlah.
pengeluaran
perineum
luka
berdekatan
luka
Anjurkan
membasuh
pasien Mencegah
vulva
infeksi
secara dini.
cara
yang
atau
setiap
kali
pengeluaran
lochea banyak.
Pertahankan teknik Mencegah
septik aseptik dalam
kontaminasi
merawat
terhadap infeksi.
pasien
silang
24
(merawat
luka
perineum,
merawat
payudara,
merawat
Resiko
bayi).
Setelah dilakukan askep Beri kesempatan ibu Meningkatkan
gangguan
selama x 24 jam,
untuk
proses
Gangguan
parenting
proses
melakuakn
pengetahuan
merawat
tentang
cara mandiri
merawat bayi.
secara
(memandikan,
perawatan bayi.
mandiri.
kurangnya
bayi
dalam
suami Keterlibatan
perawatan
bayi.
bapak/suami
dalam
menyusui).
membantu
meningkatkan
keterikatan batin ibu
dengan bayi.
Latih
ibu
perawatan payudara
secara
teratur
mempertahankan
teratur.
akan
sehingga
dan
produksi ASI.
diet
TKTP.
Lakukan
gabung
rawat Meningkatkan
sesegera
terdapat komplikasi
pada ibu atau bayi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak, Irene M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,
Philadelphia, Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon
et.al,2001,Nursing
Diagnoses
Definition
and
Clasification
2001-
2002,Philadelphia,USA.
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Mc Closky & Bulechek. 2005. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (ASKEB III).
Yogyakarta: Deepublish
Wong, D.L., Perry, S.E., Hockenberry, M.J. 2002. Maternal Child Nursing Care. Second Edition.
USA : Mosby.Inc