123, Analisis Word 2003
123, Analisis Word 2003
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan,
ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau
kekurangan (Tarwoto, Wartonah, 2006). Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal.
Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka
pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan
melalui pemberian cairan per oral atau intravena. Pemberian cairan melalui infus,
tidakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan
melalui intravena. Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. (A. Aziz Alimul Hidayat,
2004). Terdapat beberapa komplikasi dari pemasangan infus dan salah satunya
yaitu flebitis. Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi
kimia maupun mekanik. Flebitis adalah iritasi vena oleh alat intravena, obatobatan, dan atau infeksi. (Weinstein, Sharon M, 2005). Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap flebitis meliputi komplikasi cairan atau obat yang
diinfuskan (terutama pH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula dimasukkan,
pemasangan jalur intra vena yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme
pada saat penusukan. Tanda dan gejala flebitis adalah nyeri yang terlokalisasi,
pembengkakan, kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena, pada saat
1
diraba terasa hangat dan panas tubuh cukup tinggi. Insiden flebitis meningkat
sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena, (Darmawan iyan, 2008,
diakses dari : www.otsuka.co.id).
Jumlah kejadian flebitis menurut Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi
Darah Pasien Rawat Inap, Indonesia Tahun 2006 berjumlah 744 orang (17,11%),
(Depkes, RI, 2006). Dari pengumpulan data tanggal 1 februari 2012 di Zal A
RSUD Dr. H. Slamet Martodirjo Kabupaten Pamekasan. Pada bulan januari
terdapat 185 pasien yang terpasang infus, dari 20 pasien perhari rata-rata 5 pasien
mengalami flebitis. Dari data tersebut dan pengalaman praktek di rumah sakit
menunjukan bahwa masih minimnya pemantauan terapi intravena yang dapat
menyebabkan terjadinya flebitis di Zal A.
Secara sederhana flebitis berarti peradangan vena. Flebitis berat hampir
selalu diikuti bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Banyak faktor
telah dianggap terlibat dalam patogenesis flebitis, antara lain: faktor-faktor kimia
seperti obat atau cairan yang iritan, faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran
kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Faktor pasien yang dapat
mempengaruhi angka flebitis mencakup, usia, jenis kelamin dan kondisi dasar
(yakni. diabetes melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput
perhatian adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi
dengan penggunaan filter (Darmawan,2008). Obat yang dimasukkan melalui infus
juga mempengaruhi kejadian flebitis. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel
obat tidak larut sempurna dalam pencampuran juga merupakan faktor kontribusi
terhadap flebitis. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang
hebat, antara lain Antibiotik, KaliumKlorida, Vancomycin, Amphotrecin B,
perlu
dilakukan
penelitian
tentang
Analisis
Faktor-Faktor
yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Terapi Intravena (infus)
2.1.1 Pengertian
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan
bantuan infus set, bertujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan (A. Aziz Alimul
Hidayat, 2006). Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang
memerlukan masukan cairan melalui intravena. Pemberian cairan infus dapat
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang
berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat langsung berhubungan
dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukan
ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di anaranya vena lengan (vena
sefalika, basilika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau vena
yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus anak-anak). Selain
pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, prebedah dan pascabedah,
sebelum tranfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2004).
Menurut
terapi
intravena adalah
b. Kerugian
1) Tidak bisa dilakukan drug Recall dan mengubah aksi obat tersebut
sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
11) Betadine.
12) Sarung tangan.
b. Prosedur kerja
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan ke dalam botol infus
(cairan).
4) Isi cairan ke dalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar.
5) Pengalas.
6) Lakukan pembendungan dengan tourniquet.
7) Gunakan sarung tangan.
8) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk.
9) Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas.
10) Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui
jarum infus / abocath).
11) Tarik jarum infus dang hubungkan dengan selang infus.
12) Buka tetesan.
10
13) Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril.
14) Beri tanggal dan jam pelaksnaan infus pada plester.
2.1.5 Standar Operasional Prosedur Pemasangan Terapi Intravena (Infus)
Menurut Perry dan Potter (2005), pemasangan infus yang benar dapat
mengurangi flebitis. Prosedur pemasangan terapi intravena yaitu :
a. Tentukan lokasi pemasangan, sesuaikan dengan keperluan rencana
pengobatan, punggung tangan kanan / kiri, kaki kanan / kiri, 1 hari / 2
hari.
b. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
c. Lencangkan kulit dengan memegang tangan / kaki dengan tangan kiri,
siapkan intravena kateter di tangan kanan.
d. Tusukkan jarum sedistal mungkin dari pembuluh vena dengan lubang
jarum menghadap keatas, sudut tusukan 30-40 derajat arah jarum
sejajar arah vena, lalu dorong.
e. Bila jarum masuk ke dalam pembuluh vena, darah akan tampak masuk
kedalam bagian reservoir jarum
f. Pisahkan bagian jarum dari bagian kanul dengan memutar bagian
jarum sedikit. Lanjutkan mendorong kanul kedalam vena secara
perlahan sambil diputar sampai seluruh kanul masuk.
g. Cabut bagian jarum seluruhnya perhatikan apakah darah keluar dari
kanul, tahan bagiann kanul dengan ibu jari kiri.
11
IV
(Gardner,
2006).
Tujuan
perawatan
infus
yaitu
insersi. Menurut Perry dan Potter (2005), prosedur perawatan infus yaitu :
12
13
14
phenytoin,
e. Tromboflebitis
Tromboflebitis
menggambarkan
adanya
bekuan
ditambah
15
16
17
ketepatan
aliran
dan
regulasi
infus
dengan
tepat.
bola
yang
menyumbat
atrioventikular
secara
mendadak
dan
18
19
Tabel 2.1 : Visual Infusion Phlebitis score, Sumber : Dougherty, dkk (2010)
Skor Visual Flebitis
VIP
Score
Visual Infusion
Phlebitis score
1.Terjadi flebitis
Mungkin tanda
dini flebitis :
Observasi kanula
2. Tidak terjadi
Keterangan:
(skala 1-5)
flebitis (skala 0)
2.2.3 Faktor-faktor
2
Stadium dini
flebitis :
Ganti tempat
kanula
Penyebab Flebitis
Menurut
Darmawan (2008),
Stadium moderat
flebitis :
1. Ganti Kanula
2. Pikirkan terapi
penyebab
flebitis
adalah
flebitis
Stadium lanjut
atau awal
tromboflebitis :
1. Ganti Kanula
2. Pikirkan terapi
Stadium lanjut
tromboflebitis :
1. Lakukan
2. Ganti kanula
dan bakterial.
kimia,
flebitismekanis
a.
Flebitis
Kimia
20
Diazepam,
Midazolam
dan
banyak
obat
21
dibanding
politetrafluoroetilen
(teflon)
karena
22
yang
dimasukkan
pada
daerah
lekukan
sering
dapat
disebabkan
oleh
Oleh
karenaitu
perlu
usaha
pencegahan
dan
23
24
25
dari
suatu
larutan
infus
tidak
pernah
26
27
28
Skala Flebitis:
a. Flebitis Kimia
1) Jenis cairan infus
2) Jenis obat yang dimasukan
melalui infus
Faktorfaktor
Penyebab
Flebitis
b. Flebitis mekanis
1) Lokasi pemasangan infus
2) Ukuran kanula
c. Flebitis bakterial
1) Teknik pencucian tangan yang
buruk
2) Teknik aseptik tidak baik
3) Teknik pemasangan kanula
yang buruk
4) Lama pemasangan kanula
5) Perawatan infus
6) Faktor pasien
Keterangan :
= Yang diteliti
Terjadinya
Flebitis
29
2.4 Hipotesis
H0 : - Tidak ada pengaruh jenis obat yang dimasukkan melalui infus
terhadap kejadian flebitis di Zal A Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Slamet Martodirjo Kabupaten Pamekasan.
-
30
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Notoatmodjo, 2005). Pada bab ini akan diuraikan tentang metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian meliputi desain penelitian, kerangka
kerja, desain pengambilan sampel, identifikasi variabel, definisi operasional,
pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian serta keterbatasan.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian, yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa nenpengaruhi
akurasi atau hasil (Nursalam, 2003).
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah Analitik
Case Control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor
resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Dengan kata lain,
efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor
resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu ( Notoatmodjo,
2005). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mencari faktor-faktor yang
31
Pengumpulan Data
Menggunakan observasi
Pengolahan Data dan Analisa Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Mc Nemar Test
dengan SPSS 16 Windows
Penyajian Hasil Penelitian
Tabel, diagram dan gambar
Penarikan kesimpulan dan desiminasi
32
n=
N
2
1=N (d )
atau
2
n=
N . z . p.q
d . ( N 1 ) + z 2 . p . q
2
Keterangan :
n
= perkiraan jumlah sampel
N
= perkiraan besar populasi
Z
= nilai standar normal untuk = 0,05 (1,96)
p
= perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% (0,5)
q
= 1-p (0,5)
d
= tingkat kesalahan, yang dipilih (d=0,05)
33
34
35
Tabel 3.1
No
Variabel
Definisi
Operasional
Indikator
Alat
Ukur
Skala
Skor
36
1.
Independen
a. Jenis obat
yang
dimasukk
an
melalui
infus
Adalah sediaan1.Diberikan
streil berupa
golongan
larutan, emulsi
antibiotik
atau suspensi 2.Diberikan
atau serbuk
golongan
yang harus
non
dilarutkan atau
antibiotik
disuspensikan
terlebih dahulu
sebelum
digunakan,
yang
disuntikkan
dengan cara
injeksi bolus.
b.Lokasi
1. Vena
pemasan Tempat
metacarpal 2.
gan infus pemasangan
Vena
terapi intravena sevalika
berdasarkan
anatomi. yaitu
ekstermitas atas
1.1-3 hari
(vena
metacarpal, 2.> 3hari
3.> 1 minggu
vena
c. Lama
sevalika).
pemasan
gan
Adalah jangka
kanula
waktu
pemasangan
infus mulai
dari awal
pemasangan
sampai terjadi
flebitis
biasanya72-96
jam
dianjurkan
mengganti
kateter.
Lembar
observasi
Lembar
observasi
Lembar
observasi
Nominal
1. Jika
jawaban
ya
Diberi
kode = 1
2. Jika
tidak.
Diberi
kode = 2
37
2.
Dependen
Kejadian
Flebitis
1.Terjadi
flebitis.
diberi
kode =1
2. Tidak
terjadi
flebitis.
diberi
kode =2
38
demam
39
langsung
untuk
mengobservasi
pada
responden
serta
data
untuk
mencari
adakah
faktor-faktor
yang
40
41
42
43
3.8 Keterbatasan
Keterbatasan adalah hambatan dalam penelitian. Dalam hal ini hambatan
yang kami hadapi yaitu :
3.8.1
44
3.8.3
membuat
penelitian
ini
kurang
sempurna
yang
mungkin