Oleh:
Nama
Kelas
:B
Nim
: 140210103074
I.
II.
Judul
Tujuan
zat
erlarut
ke
hipertonis
zat
terlarut
melalui
merman
Metode Pengamatan
4.1 Alat dan Bahan.
Alat:
1. Mikroskop
2. Kompor listrik
3. Termometer
4. Tabung reaksi
5. Beaker glass
6. Kaca benda
7. Kaca penutup
8. Pipet tetes
9. Stopwatch
10. Silet atau pisau
11. Rak tabung
Bahan:
1. Umbi kunyit
2. Umbi bawang merah (Allium ascalonicum)
3. Daun Jadam (Rhoeo discolor)
4. Aseton
5. Larutan garfish
6. Metanol
7. Akuades
4.2 Langkah Kerja
a. Permeabilitas membran sel
1. Perlakuan fisik (suhu)
Mengupas umbi kunyit lalu memotong dadu berukuran 1 cm x 1 cm
Meletakkan diatas object glass, lapisan bawang merah dan bagian dalam
daun jadam tetesi dengan larutan glukosa, biarkan selama kurang lebih
10-15 menit,mengamati dengan mikroskop
Hasil Pengamatan
Warna larutan
Warna Larutan
Sebelum
Sesudah
Fisik
Pelarut
40C
Kuning +
Kuning +++
50C
Kuning +
Kuning ++++
70C
Kuning +
Kuning ++++
Metanol
Kuning +++
Kuning ++++
Aseton
Kuning +++
Kuning ++++
Akuades
Kuning +
Kuning ++
Oeganik
Kontrol
b. Plasmolisis
Perlakuan
ascalonicum)
discolor)
Keterangan: Sel
mengalami plasmolisis
plasmolisis
Larutan
Glukosa
Aquades
normal
kembali normal
Larutan
Garfis
Keterangan: membrane
normal
dinding sel
VI.
Pembahasan
Hal ini berarti terjadi osmosis setelah dilakukan perlakuan dengan merendam
kunyit ke dalam 5 ml methanol dan 5 ml ke dalam aseton, warna mengalami
perubahan akibat adanya aktivitas membrane sel dari kunyit.
Hasil pengamatan selanjutnya adalah mengenai percobaan
plasmolisis. Pada sel bawang merah setelah di tetesi dengan larutan glukosa
dan dibiarkan selama 10 15 menit, sel di dalam membran mengalami
pengerutan artinya sel mengalami plasmolisis. Plasmolisis merupakan
terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Begitu juga pada daun Jadam
(Rhoeo discolor) membrane di dalam sel mengalami pelepasan. Sedangkan sel
ditetesi dengan larutan garfish dan dibiarkan selama 10 15 menit sel tidak
mengalami plasmolisis, namun dalam hasil pengamatan kelompok kami
terdapat membrane yang sedikit lepas dari dindingnya. Setelah dilakukan
perlakuan dengan menetesi dengan larutan glukosa ataupun garfish selama 10
15 menit, kemudias larutan tersebut diserap menggunakan tisu hingga kering
dan di tetesi kembali oleh akuades. Hasil pengamatan setelah ditetesi oleh
akuades yang bersifat isotonis adalah, bahwa sel kembali keadaan semula
yaitu sel lebih rapat dan tidak ada sel yang mengkerut atau mengalami
penyusutan volume baik pada umbi bawang merah yang telah dietesi oleh
larutan garfish ataupun glukosa dan daun jadam yang telah ditetesi oleh
larutan garfish dan glukosa, setelah diserap larutan tersebut dan diganti dengan
akuades maka sel yang teramati lebih rapat dan tidak terjadi pengeruan pada
sel tumbuhan tersebut.
Pada percobaan permeabilitas membrane sel dengan pengaruh suhu
sesuai dengan teori. Semakin tinggi suatu suhu dalam perendaman, maka
semakin cepat penyerapan dalam larutan ke dalam sel. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengamatan bahwa sifat fisik dari kunyit yang diberi suhu 70C
maka warna dari kunyit semakin pekat atau sangat kuning, sedangkan dibawah
suhu tersebut pengaruh terhadap perlakuan fisik yaitu berwarna kuning
sedang. Warna kuning nampak dari air karena konsentrasi warna pada kunyit
lebih tinggi daripada air, sehingga terjadi difusi zat warna tersebut dari sel
kunyit ke dalam air melalui membran sel. Untuk perlakuan kimia pada
permeabilitas membran sel dengan menggunakan pelarut organik dengan
aseton dan methanol tidak sesuai dengan teori hal ini karena hasil sebelum dan
sesudah perendaman hasilnya sama yaitu kuning sangat. Seharusnya warna
sesudah perendaman yang dilakukan 30 menit berbeda, bila direndam di
metanol seharusnya warnanya lebih keruh, karena ikatan yang terdapat pada
metanol mempunyai daya tarik elektron lebih besar daripada H. Akibatnya,
pada metanol (CH4O) terjadi polarisasi dan mempunyai kemampuan merusak
membran sel lebih tinggi.
Sedangkan pada percobaan plasmolisis sedikit tidak sesuai dengan
dasar teori, hal ini dikarenakan oleh beberapa factor. Saat sel dalam bawang
merah dan daun Jadam di tetesi dan di biarkan selama 10 15 menit dengan
glukosa membran sel terlepas dari dinding sel, artinya sel pada daun jadam
dan sel bawang merah mengalami plasmolisis. Hal ini sesuai dengan dasar
teori, bahwa suatu sel yang berada pada larutan hipertonis selnya akan
mengalami plasmolisis. Saat daun Jadam dan lapisan bawang merah di tetesi
degan garfis sel pada bawang merah dan daun Jadam tersebut tidak mengalami
plasmolisis namun, dalam pengamatan membrane sedikit terlepas dari
dinding. Hal ini dimungkinkan karena larutan glukosa yang berada pada posisi
kiri dari kaca benda meluber ke preparat dalam sisi lainya. Saat pengamatan,
kaca penutup yang diberikan oleh asisten hanya satu sedangkan pengamatan
dilakukan 2 dalam satu kaca benda, satu sisi menggunakan larutan garfish satu
sisi menggunakan glukosa. Sehingga, saat kaca benda dibawa ke mikroskop
larutan glukosa meluber ke larutan garfish, dan hal inilah yang menyebabkan
pada pengamatan kelompok kami berbeda dengan dasar teori. Karena, saat
suatu sel dimasukan dalam larutan isotonis maka sel akan dalam keadaan
normal, artinya sel tidak akan mengalami plasmolisis. Sel juga ditetesi oleh
akuades setelah dilakukan pengamatan dengan menetesi dan membiarkan sel
tumbuhan (membrane dalam bawang merah (Allium ascalonicum) dan daun
Jadam (Rhoeo discolor) dalam larutan glukosa dan garfis, yaitu lebih rapat,
dan volume sel tidak menyusut. Akuades merupakan isotonis, apabila suatu sel
setelah di rendam dalam larutan hipertonis dan mengalami plasmolisis
kemudian di rendam dalam larutan isotonis maka sel tersebut akan kembali
normal.
Pengaruh suhu dalam permeabilitas membran sel mengakibatkan
percepatan dalam proses osmosis. Kenaikan suhu akan mempengaruhi daya
gaya permeabilitas sel akibat kerusakan sel karena suhu meningkat, sehingga
keaktifan dari plasma sel berkurang. Akibatnya gerakan keluar masuk akan
semakin besar pada membrane sel. Perubahan suhu akan mengakibatkan
keaktifan pigmen betacyanin pada kunyit sehingga daya permeabilitas juga
semakin meningkat. Maka, semakin tinggi suhu yang kita naikan daya
absorbsi atau daya permebilitaspun juga meningkat. Sifat semipermeabel dari
membrane protoplasma berbeda untuk satu sel dengan sel lainya, hal ini
tergantung dari susunan sifat kimia dan fisika dari membrane tersebut.
Semakin rendah suhu yang diberikan maka warna yang terbentuk akan
semakin bening, sebaliknya semakin besar suhu yang diberikan maka semakin
keruh warna yang terbentuk. Perbedaan perbedaan warna tersebut akibat
perbedaan suhu yang diberikan.
Selanjutnya pengaruh perlakuan kimia dengan memberikan jenis
pelarut yang berbeda. Dalam hal ini, yaitu methanol dan aseton. Methanol
merupakan senyawa dari alkohol bersifat polar dan mudah berikatan dengan
membran. Ikatan ini menyebabkan senyawa organik penyusun membran sel
menjadi larut. Senyawa organik memiliki daya kelarutan yang tinggi pada
bahan organic maka bahan yang ada banyak yang terlarut. Hal ini
mempengaruhi permeabilitas dari sel, akibat kenaikan nilai absorbs
menyebabkan sel dan pori pori pada dindingnya makin kecil membrane semi
permeabel. Pada metanol mempunyai daya tarik electron lebih besar daripada
H. sehingga methanol memiliki kemampuan merusak membrane sel lebih
tinggi.
Perbedaan dari larutan glukosa dan garfis, garfis atau garam
fisiologis merupakan larutan isotonis sedangkan glukosa merupakan larutan
hipertonis. Larutan isotonis merupakan konsentrasi larutan dimana zat terlarut
dengan pelarut di dalam sel sama dengan zat terlarut dan pelarut dilingkungan.
Sedangkan larutan hipertonis merupakan konsentrasi larutan dimana zat
terlarut dan pelarut di lingkungan lebih tinggi dibandingkan yang ada pada
dalm sel.
Daftar Pustaka
Reece, Neil, dkk.2008.Biologi.Jakarta: Erlangga
James, dkk.2006.Prinsip Prinsip Sains untuk Keperwatan.Jakarta: Erlangga
Soermardjo,Damin.2006.Pengantar Kimia.Jakarta: Buku Kedokteran
Tamrin, dkk.2013.Pengaruh Suhu Perendaman terhadap Koefisien Difusi dan Sifat
Fisik Kacang Merah (Phaseolus vulgaris).Jurnal Teknik Pertanian
Lampung.Vol.2, No.1:35-42
Warji, dkk.2013.Pengaruh Suhu dan Konsentrasi terhadap Penyerapan Gula pada
Bengkuang (Pachirrhizus erosus).Jurnal Teknik Pertanian Lampung.Vol.2,
No.1:85-94
Widiasa dan Arianti.2013.Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis untuk Pemurnian
Air Skala Rumah Tangga.Jurnal Teknik.Vol.32, No.3:193-198
Lampiran