Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah dan Komposisinya Proses pengolahan fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahap yang
cukup panjang. Mula-mula, para ahli melakukan eksplorasi, yaitu kegiatan yang
bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
mendapatkan perkiraan cadangan minyak bumi. Pada umumnya, mereka membuat
peta topografi dengan pemotretan dari udara. Setelah daerah-daerah yang akan
diselidiki ditetapkan, para ahli bumi (geologi) mencari contoh-contoh batu atau
lapisan batu yang muncul dari permukaan karang atau tebing-tebing untuk
diperiksa di laboratorium.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penyelidikan
geofisika. Caranya dengan membuat gempa kecil atau getaran-getaran di bawah
tanah (kegiatan seismik). Gelombang-gelombang getaran dari ledakan ini turun ke
bawah dan memantul kembali ke permukaan bumi. Dengan cara ini, lokasi yang
mengandung minyak bumi dapat diperkirakan secara ilmiah. Pada daerah lapisan
bawah tanah yang tak berpori tersebut dikenal dengan nama antiklinal atau
cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan yang paling
bawah berupa air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang di atas minyak bumi
tersebut terdapat rongga yang berisi gas alam. Jika cekungan mengandung minyak
bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan dilakukan dengan jalan pengeboran.
Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan mengandung minyak bumi,
tahapan selanjutnya adalah melakukan kegiatan eksploitasi. Eksploitasi adalah
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak bumi. Kegiatan
ini terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana
pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
minyak. Pengeboran sumber minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang
harus diproses lagi. Banyak mekanisme reaksi kimia yang dilakukan pada proses
pengolahan minyak bumi, diantara nya proses cracking, reforming, alkilasi,
polimerisasi, isomerisasi, hidrogenasi, dan dehidrogenasi.

Kimia Organik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cracking
Cracking dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai
perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan
ikatan C-C dari suatu senyawa hidrokarbon jadi dapat diartikan bahwa Cracking
merupakan proses dimana molekul-molekul organik kompleks seperti kerogen
atau senyawa hidrokarbon berat terurai menjadi molekul sederhana (misalnya
light hidrokarbon) dengan memecah ikatan karbon-karbon dalam prekursor.

Proses cracking
Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri minyak bumi.
Proses ini digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan kerosin) dari
minyak berat atau crude oil. Penguraian struktur hidrokarbon pada fraksi minyak
tanah menjadi struktur molekul kecil fraksi bensin ataupun pengurain fraksi solar
menjadi bensin (gasolin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang
istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat
anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
Kimia Organik

isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur


molekul hidrokarbon.Proses dapat berlangsung melalui dua mekanisme yaitu
mekanisme radikal yang dilakukan secara termal (dengan temperatur tinggi) atau
secara katalitik.
Perengkahan dibagi menjadi dua jenis yaitu perengkahan termal (Thermal
cracking) dan perengakahan katalitik (Catalytic cracking). Perengakahan termal
pemutusan ikatan C-C dapat berlangsung sebagai akibat kenaikan temperatur yang
tinggi, sedangkan pada perengkahan katalitik, reaksi pemutusan C-C berlangsung
dengan peran serta katalis dalam reaksi.
Contoh Reaksi:
CH3CH2 CH2=CH2 + H
RCH2CH2CH3H- + RCH2CH2C + HCH3
2.1.1

Thermal Cracking
Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi serta tekanan yang

rendah, dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga 730oC dan
tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Partikel ringan yang
memiliki hidrogen dalam jumlah banyak akan terbentuk pada penguraian molekul
berat yang terkondensasi. Mekanisme yang terjadi pada proses ini adalah
pemutusan ikatan C-C homolitikdan memproduksi alkena yang menjadi bahan
dasar untuk memproduksi polimer secara ekonomis.. Reaksi bersifat ireversibel
endotermis. Thermal cracking dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan
rantai dengan ukuran molekul yang lebih rendah yang umumnya masuk dalam
golongan paranin dan olefin Panas yang digunakan dalam proses ini
menggunakan steam cracking yaitu uap yang memiliki suhu yang tinggi.
2.1.1.1

Aplikasi Termal Cracking


Produksi light products seperti liquified petroleum gas (LPG) dan bensin

dari penyulingan fraksi berat minyak bumi gas oil dan residu. FCC menghasilkan
bensin dan LPG dengan rendemen yang tinggi. Hydrocracking adalah sumber
utama bahan bakar jet, diesel, nafta, dan LPG. Thermal Cracking saat ini
digunakan untuk upgrade fraksi berat ("upgrading", "visbreaking"), menghasilkan

Kimia Organik

light fraction atau distilat dan digunakan sebagai burner fuel dan petroleum coke.
Steam Cracking atau pirolisis (750-900 C atau lebih) menghasilkan etilen dan
bahan baku lain untuk industri petrokimia.Pada suhu yang lebih rendah "delayed
Coke" sekitar 500 C menghasilkan kristalin petroleum coke yang digunakan
dalam produksi elektroda untuk industri baja dan alumunium.
2.1.1.2

Sejarah Pengaplikasian Termal Cracking


Metode thermal cracking yang pertama, the Shukhov cracking process,

ditemukan oleh insinyur Rusia Vladimir Shukhov, 1891.William Merriam Burton


mengembangkan proses thermal cracking pada 1912 yang beroperasi pada 700 750 F (370 - 400 C) dan tekanan absolute 90 psi (620 kPa) dikenal sebagai
Burton process. 1921, C.P. Dubbs, pegawai Universal Oil Products Company,
mengembangkan advanced thermal cracking process yang beroperasi pada 750860 F (400-460 C) dan dikenal sebagai Dubbs process. The Dubbs process
digunakan secara luas di refineries hingga awal 1940 an ketika catalytic cracking
ditemukan.Modern high-pressure thermal cracking beroperasi pada tekanan
absolut sekitar 7,000 kPa. Reaksi yang terjadi disebut homolytic fission dan
menghasilkan alkena,Sejumlah besar reaksi kimia terjadi selama steam cracking.
2.1.1.3

Mekanisme Reaksi
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses termal cracking:
1. Reaksi Primer
Reaksi primer yaitu reaksi dekomposisi dari molekul besar ke molekul yang
lebih kecil.
2. Reaksi Sekunder
Reaksi dimana produk-produk yang aktif

berpolimerysasi membentuk

material besar. Pada saat yang bersamaan hasil polimerisasi akan mengalami
dekomposisi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
Contoh reaksi yang terjadi antara lain:
a. Reaksi inisiasi: satu molekul pecah menjadi dua radikal bebas.
Sejumlah

kecil

fraksi

umpan

yang

mengalami

reaksi

ini,

Di steam cracking, inisiasi biasanya meliputi pemecahan ikatan kimia


antara dua atom karbon.
CH3CH3 2 CH3

Kimia Organik

b. Hydrogen abstraction : radikal bebas mengambil atom hydrogen dari


molekul yang lain, molekul keduan menjadi radikal bebas.
CH3 + CH3CH3 CH4 + CH3CH2
c. Radical decomposition, radikal bebas pecah menjadi dua bagian molekul,
satu adalah alkene, yang lain adalah radikal bebas. Proses ini yang
menghasilkan produk alkena pada steam cracking.
CH3CH2 CH2=CH2 + H
d. Radical addition, kebalikan dari radical decomposition, radikal bereaksi
dengan alkena membentuk satu radikal bebas yang besar. Proses ini
termasuk di dalamnya pembentukan aromatic products yang dihasilkan
ketika heavier feedstocks digunakan.
CH3CH2 + CH2=CH2 CH3CH2CH2CH2
e. Reaksi Terminasi : terjadi ketika dua radikal bebas saling bereaksi
menghasilkan produk yang bukan radikal bebas.
Dua bentuk utama terminasi yaitu:
1) recombinasi, dua radikal bebas berkombinasi membentuk satu
molecule yang besar
CH3 + CH3CH2 CH3CH2CH3
2) disproporsionasi, satu radikal bebas mentransfer atom hydrogen ke
yang lainnya menghasilkan alkena dan alkana.
Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur
temperature 800C dan tekanan 700 kpa. Pada kondisi reaksi yang sama akan
terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission), dehidrogenasi, isomerisasi dan
polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang disebutkan pertama tersebut adalah
reaksi yang utama. Sebagai contoh reaksi:
R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R
Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan
menghasilkan molekul lebih ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan
dihasilkan melalui dehidrogenasi reversibel dari parafin:
R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2
Reaksi-reaksi tersebut bersifat endotermis.
Olefin yang terbentuk dari kedua reaksi tersebut di atas dapat mengalami reaksi
lebih lanjut:

Kimia Organik

Isomerisasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH3-CH=CH-CH3


Dehidrogenasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH2=CH2-CH=CH2
Polimerisasi : 2 CH3-CH3-CH=CH2 CH3-C-CH2-C=CH2
Isomerisasi dan dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis

sedangkan

polmerisasi merupakan reaksi eksotermis.


Beberapa hal yang dapat terjadi pada reaksi ini:
1. Pada perengkahan termal, naften dengan cincin aromatik tunggal lebih stabil
dibandingkan parafin dan olefin, meskipun pada temperatur tinggi akan
dihasilkan pembukaan cincin.
2. Dehidrogenasi dapat terjadi membentuk cincin aromatik tak jenuh atau
senyawa aromatik.
3. Polimerisasi menghasilkan olefin atau senyawa dengan berat molekul sangat
tinggi.
4. Perengkahan lanjutan menghasilkan etena dan propena.
2.1.2

Catalytic Cracking
Proses cracking menggunakan katalis sebagai media yang dapat

mempercepat laju reaksi, agar dapat mengurangi kebutuhan energi yang cukup
besar serta menghasilkan produk dengan selektifitas yang tinggi.Proses
penguraian molekul besar menjadi molekul kecil dilakukan dengan suhu tinggi.
Awalnya katalis yang memiliki sifat asam akan menambahkan proton ke dalam
molekul olevin ataupun menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan
terbentuknya ion karbonium.
Katalis perengkahan dalam industri minyak bumi umumnya merupakan
katalis heterogen atau padatan dengan luas permukaan dan keasaman yang tinggi
serta stabilitas termal yang cukup besar,luas permukaan katalis yang digunakan
dalam proses ini berkisar antara 300m2/gram hingga 700 m2/gram. Jenis katalis
yang sering digunakan adalah g-alumina, Aluminium oksida (Al2O3), Silika
alumina, zeolit dan clay.
Pada produksi gasolin, dilaporkan penggunaan katalis pada perengkahan
minyak bumi menghasilkan angka oktan yang tinggi. Mekanisme dasarnya adalah
pada pembentukan muatan elektrik suatu molekul yang disebabkan oleh keasaman

Kimia Organik

padatan katalis.Dilakukan menggunakan katalis dengan luas permukaan spesifik


yang tinggi (300 higga 700 m2/g), memiliki sifat asam dan stabil pada temperatur
tinggi.
2.1.2.1

Mekanisme Reaksi
Hydrocarbon yang berada dalam feed karena adanya catalysator yang

bersifat asam akan memberikan Hion dan ini penting sekali pada pemecahan
hydrocarbon yang mengikuti pemecahan ion carbonium.
Ion Carbonium timbul karena energi yang hanya dihasilkan oleh proton
H+yang ditimbulkan oleh katalisator.
Thermal C=C C + C
Catalytic C=C C + C+
Mekanisme ion carbonium setara isomerisasi
C+- C-C-C-R C-C+-C-C-R
C-C+-C-C-R C-C=C + C+-R
Beberapa contoh reaksi catalytic cracking:
1. Catalytic Cracking terjadi melalui pembentukan karbokation dari mokekul
yang berlanjut pada penyerangan molekul yang lain:
Pembentukan karbokation baru dan pemutusan ikatan C-C dari molekul
didasarkan pada kestabilan hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul
karbokation yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang
parafin atau naften menghasilkan karbokation baru.
RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3
Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam beberapa
mekanisme, salah satunya pemutusan rantai.
2.

Aromatik tersubstitusi alkil dapat menghasilkan karbokation dan senyawa

aromatik.
3.
Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl
4.

shift) dari karbokation dapat terjadi membentuk produk isomer.


Dapat terjadi siklisasi pada hidrokarbon rantai panjang.

Kimia Organik

2.1.2.2

Katalis
Katalisator dalam proses cracking mempunyai peranan penting,oleh

karena itu disamping pengembangan teknologi proses, juga dikembangkan mutu


katalisator. Jenia katalis adalah silica alumina dan bentuk katalis kristalin. Katalis
dapat dibentuk butir atau bubuk, katalis berbentuk butir dipakai fixed bed dan
moving bed, sedangkan katalis bentuk bubuk dipakai pada fluidized bed.
2.1.3.2
1.
2.
3.
4.

Produk
Produk dari catalytic cracking antara lain:
C1 dan C2 untuk fuel gas
C3 poly propylene
C4 LPG
Catalytic naphta.

2.2 Reforming
2.2.1 Pengertian Reforming
Reforming adalah proses untuk memperlakukan sraight-run gasoline atau
naphtha yang mempunyai angka oktan rendah sehingga menjadi gasoline yang
mempunyai angka oktan tinggi dengan maksud untuk memperbaiki kwalitas
pembakarannya (ignation performance). Didalam memperbaiki kwalitas gasoline
tidak hanya dari segi angka oktan saja, tetapi juga menaikkan daya penguapannya
(volatility), karena melalui proses ini normal paraffin dikonversikan menjadi
isoparaffin, aromatik dan olefin, disamping itu juga naphthene dikonversi
menjadiaromatik.

Kimia Organik

Proses Reforming
2.2.2

Reaksi-reaksi Dalam Proses Reforming


Berbagai reaksi akan terjadidengan berbagai cara dalam proses reforming
seperti:
1. Isomerisasi
Yaitu mengkonversikannormal-paraffin menjadi iso-paraffin.
2. Siklisasi
Yaitu pembentukan senyawa siklis (cincin) dari senyawa alifatik.
Proses reforming juga dapat dilakukan dengan menggunakan katalis dan
pemanasan, yaitu:
1. Thermal Reforming
Yaitu proses reforming yang dilakukan menggunakan proses pemanasan.
2. Catalytic Reforming
Yaitu proses reforming yangprosesnya secara kimia dengan bantuan katalis,
katalis yang dipakai mengandung bimetallic yang terdiri dari octanate dalam
Al2O3 carrier.
Contoh reaksi reforming:

Kimia Organik

CH3-CH2-CH2-CH3 CH3-CH-CH3

CH3
C6H14 C6H12 + H2
Heksana Sikloheksana
C6H12 C6H6 + 3H2

Di dalam proses pengolahan minyak, upaya untuk meningkatkan jumlah


gasoline dilakukan dengan perengkahan (cracking), sedangkan untuk peningkatan
mutu pembakaran bahan bakar (angka oktan) gasoline adalah merupakan sasaran
utama dari proses reforming.
Paraffin dengan rantai panjang akan direngkah menjadi paraffin dengan
rantai lebih pendek dan olefin yang titik didihnya lebih rendah dari pada
sebelumnya. Bahkan bisa juga reaksi yang terjadi tidak hanya perengkahan saja
tetapi juga dibarengi dengan reaksi dehidrogenasi sehingga hasil reaksinya berupa
molekul-molekul olefin pendek yanglebih reaktif untuk berpolimerisasi.
Sebagai contoh heptane (C7H16) dipanaskan pada suhu 211tekanan yang
cukup tinggi akan dikonversi menjadi amylene (C5H10) yang mempunyai angka
oktan 92, ethylene (C2H4) dengan angka oktan 81 dan hidrogen (H2) yang banyak
digunakan di dalam proses treating.
2.3 Alkilasi
2.3.1
Pengertian Umum Alkilasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi
secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CRR panah R-CH2-CHRR
Pada proses yang umum dilakukan di pengilangan minyak, isobutana di
alkilasi menggunakan alkena yang memiliki MR rendah (biasanya campuran dari
propilena dan butilena) danmenggunakan katalis yang bersifat asam kuat, antara
asam sulfat (H2SO4) atau asam fluorida (HF).
Pada pengilangan minyak proses tersebut biasa disebut unit alkilasi asam
sulfat (SAAU) atau unitalkilasi fluorida (HFAU). Katalis tersebut memprotonasi

Kimia Organik

10

alkena (campuran propilena dan butilena)untuk memproduksi karbokation yang


reaktif, yaitu isobutana teralkilasi. Reaksi tersebut terjadi padatemperatur
menengah (0 dan 300C) pada reaksi 2 fasa. Sangatlah penting untuk menjaga
kadar isobutan terhadap alkena tetap tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah reaksi samping yang menghasilkan produk dengan nilai oktan rendah.
Kedua fasa tersebut dipisahkan secara spontan,sehingga fasa asam tersebut
tercampur secara cepat dengan fasa hidrokarbon untuk menghasilkan luas
permukaan kontak yang cukup.Produk yang dihasilkan disebut zat turunan alkil
dan terkandung dalam campuran yangmengandung oktana yang tinggi, ikatan
cabang dari hidrokarbon jenis parafin ( kebanyakanisopentana dan isooktana). Zat
turunan alkil adalah perpaduan didalam bensin pada umumnya karena zat ini
memiliki sifat anti-knocking dan terbakar secara bersih. Zat turunan alkil juga
merupakan komponen utama didalam avgas (bahan bakar pesawat).
Bilangan oktan dari zat turunan alkil bergantung dari alkana turunan yang
digunakan dan pada kondisi operasi tertentu. Sebagai contoh,isooktana yang
diperoleh dari pencampuran butilena dengan isobutena akan memiliki bilangan
oktansebesar 100.Pada umumnya minyak mentah hanya memiliki kandungan 10
sampai 40 persen unsur hidrokarbon, oleh karena itu pengilangan menggunakan
proses FCC untuk mengkonversi hidrokarbon dengan MR yang tinggi menjadi
hidrokarbon yang lebih rendah MR-nya danmenjadi zat yang mudah menguap,
yang setelah itu dikonversi lagi menjadi cairan kembali. Proses alkilasi mengubah
alkena dan molekul iso-parafin dengan MR rendah menjadi iso-parafin dengan
MR yang lebih besar dan memiliki nilai oktan yang tinggi pula.Penggabungan
antara perengkahan, polimerisasi, dan alkilasi akan memberikan hasil pada
perolehan bensin hingga 70 persen dari minyak mentah awal. Proses yang lebih
lanjut, seperti sklikisasi dari parafin dan dehidrogenasi dari naftena membentuk
hidrokarbon aromatik di dalam pembaruan secara katalitik (catalytic reformer),
juga telah dikembangkan untuk meningkatkan nilai oktan dari bensin.
Pengilangan yang moderen dapat memproduksi banyak jenis bahan bakar dengan
spesifik performa dengan satu jenis umpan mentah.Pada seluruh rentang proses
pengilangan, alkilasi sangatlah penting karena dapat meningkatkan perolehan

Kimia Organik

11

bensin dengan bilangan oktan tinggi. Tetapi, tidak semua pengilangan memiliki
pabrik alkilasi.
Pengilangan memeriksa apakah akan ada peningkatan yang siknifikan
apabila pada pengilangan tersebut dipasang unit alkilasi. Hal ini disebabkan
karena unit alkilasi sangatlah kompleks, dengan skala ekonomi. Produk alternatif
dari pengilangan alkilasi dapat berupa LPG, pencampuran dari lajuC-4 secara
langsung kedalam bensin dan bahan baku untuk pabrik zat kimia.Ketersediaan
dari katalis yang cocok juga merupakan faktor penting untuk menentukanapakah
perlu didirikan pabrik alkilasi.
Jika asam sulfat yang digunakan, volume yang signifikansangat
diperlukan. Jalur masuk yang cocok dengan pabrik juga dibutuhkan untuk
memasok asam yangmasih segar dan pembuangan asam yang telah dipakai. Jika
pabrik asam sulfat dibangun untuk mendukung unit alkilasi, konstruksi harus
memiliki dampak yang signifikan terhadap persyaratan- persyaratan dasar untuk
modal dan biaya operasi. Secara alternatif sangatlah mungkin untuk memasang
proses WSA (Wet Sulfuric Acid) untuk meregenasi asam yang telah jenuh. Tidak
ada pengeringan dari gas. Ini berarti tidak akan ada kehilangan asam, tidak ada
material bersifat asamyang terbuang dan tidak ada panas yang hilang pada proses
pemanasan kembali gas.
Kondensasi yangselektif pada kondensor WSA menjamin asam yang
teregenasi akan memiliki adar 98% w/w bahkandengan gas proses yang lembab.
Sangatlah mungkin untuk menggabungkan regenerasi asam yangterpakai dengan
pembuangan asam sulfat dengan menggunakan asam sulfat sebagai bahan
bakar.Katalis kedua yang biasa digunakan dalam proses alkilasi ini adalah asam
fluorida. Lajukonsumsi HF pada pabrik alkilasi jauh lebih rendah dibandingkan
bila menggunakan asam sulfat.
Pabrik yang menggunakan HFdapat memproses campuran bahan baku
dengan rentang yang lebar dandicampur dengan propilena dan butilena. Pabrik
dengan HF juga memproduksi zat turunan alkildengan nilai oktan yang lebih baik
daripada pabrik dengan asam sulfat. Tetapi, karena sifat yang berbahaya dari

Kimia Organik

12

material, HF digunakan pada lokasi tertentu dan transportasinya harus


dilakukansecara ketat.
2.3.2

Reaksi-reaksi Alkilasi
Beberapa jenis-jenis reaksi yang ada pada prosesalkilasi, yaitu:
1. Alkilasi Termal
Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti oleh
propilena, butena, dan isobutilena dengan bantuan panas. Kondisi operasi
proses ini tinggi, suhu sekitar 950oF dan tekanan sekitar 3000-5000 psia.
Umpan olefin yang diperkaya seperti tersebut diatas dapat diproduksi dari
proses dekomposisi hidrokarbon yang beroperasi pada suhu 1200-1425 oF dan
tekanan

atm.

Kondisi

sedemikian

sangat

memungkinkan

untuk

pembentukan etilena. Etilena diserap didalam isobutana untuk dimasukkan


kedalam dapur melalui zona perendaman. Sedikit ter atau material yang
mempunyai titik didih diatas gasoline dapat dihasilkan karena konsentrasi
etilennya rendah dalam zona reaksi. Diperlukan waktu 2-7 detik unutk
mencapai suhu 950oF, tergantung pada jumlah hidrokarbon yang diolah dan
jumlah isobutilena yang didaur ulang.
Campuran etana dan propane direngkah pada suhu sekitar 1400 oF dan
tekanan 6-8 psig utnuk pembentukan propilena yang optimum. Gas-gas yang
terbentuk dibebaskan dari material yang lebih besar dari C 2 melalui scrubber,
lalu diikuti dengan kompresi dan pendinginan. Etilena kemudian diserap oleh
cairan isobutana pada suhu -30oF, sedangkan gas hydrogen dan metana
dipisahkan dari system. Campuran etilena dan isobutana pada dapur alkilasi
melalui preheater pada suhu 950oF. Nisbah isobutana daan etilena pada 9/1
atau lebih pada zona reaksi. Yield yangdikirim kemenara depropanizer berupa
cairan pada bagian bawah yang menghabiskan 7% (berat etana, propane dan
isobutanayang mengandung kira-kira 30-40% neoheksana. Neoheksana
dikarakterisasi sebagai bahan campuran avgas dengan sifat-sifat yang
sempurna dan sangat mudah menerima TEL. Senyawa ini mempunyai RVO
9,5 psi ; titik didih 121oF dan angka oktan 95.
2. Alkilasi Katalis

Kimia Organik

13

Katalis asam sulfat dan asam fluorida kuat digunakan pada proses alkilasi
umpan olefin dan isoparafin. Kekuatan asam kedua katalis tersebut harus
dijaga di atas 88% berat agar supaya tidak terbentuk reaksi polimerisasi.
Asam sulfat mengandung SO3 bebas atau berkonsentrasi di atas 99,3% berat
dapat menimbulkan reaksi samping polimerisasi. Kekuatan optimal asam
fluorida adalah sekitar 8293% berat dengan kadar air 1% volume. Untuk
menjaga kekuatan asam sulfat >88% berat, maka sebagian katalis yang telah
dipakai diganti dengan katalis baru asam sulfat 99,3 % berat. Pemakaian
katalis asam fluorida adalah sekitar 1830 lb per barel produk alkilat.
Kelarutan isobutana di dalam fase asam hanya sekitar 0,1% berat di dalam
katalis asam sulfat, dan 3% berat di dalam katalis asam fluorida. Terlarutnya
sebagian kecil polimer bersama olefin di dalam katalis asam akan dapat
menaikkan kelarutan isobutana di dalam katalis asam tersebut. Olefin lebih
mudah larut daripada isobutana di dalam fase asam. Rasio antara katalis asam
dan umpan hidrokarbon dapat mengontrol derajat kontak antara katalis dan
hidrokarbon.
Rasio rendah akan menghasilkan produk alkilat berangka oktana rendah
dengan titik didih akhir tinggi, sedang kelebihan katalis asam di dalam
reaktor akan terjadi pada rasio tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, pada suatu
kondisi proses alkilasi tertentu dapat diperoleh rasio optimal antara katalis
asam dan hidrokarbon umpan.

2.4 Polimerisasi
2.4.1
Pengertian Polimerisasi
Penggabungan dua atau lebih molekul-molekul kecil untuk membentuk
kelompokmolekul kompleks disebut polimerisasi.Istilah ini berasal dari kata poly
yang berartibanyak dan meric (meros) yang berarti bagian. Dengan demikian
polimeric berartisuatu bagian yang berulang-ulang.Didalam proses ini sebagai
ganti

daripenambahan

molekul-molekul

yangberbeda

atau

sama

(suatu

molekulsederhana ditambahkan ke suatu molekulyang lain). Hidrokarbon seperti

Kimia Organik

14

alkene(olefin)

yang

mengalami

reaksi

penggabungan

dirinya

sendiri

dinyatakansebagai reaksi polimerisasi.


Oleh karena itu polimer didefinisikan sebagai makromolekul yang
dibangun oleh pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana yang setara
dengan monomer, yaitu bahan pembuat polimer. Akibatnya, molekul-molekul
polimer umumnya mempunyai massa molekul yang sangat besar. Hal inilah yang
menyebabkan polimer memperlihatkan sifat sangat berbeda dari molekul-molekul
biasa meskipun susunan molekulnya sama. Pada umumnya polimer dikenal
sebagai materi yang bersifat non-konduktif atau isolator. Kemajuan dalam riset
polimer telah menemukan berbagai polimer yang bersifat konduktif maupun
semikonduktif.
Bahan komposit diartikan sebagai gabungan dari 2 material atau lebih
yang berbeda sifatnya dan akan membentuk sifat fisis yang baru. Komposit
polimer-karbon terbentuk dari gabungan polimer dengan karbon yang membentuk
sebuah material yang mempunyai sifat yang baru yaitu mempunyai resistansi
tertentu dan nilai resistansinya berubah apabila terkena gas. Polimer mempunyai
banyak variasi sifat, dan itulah mengapa polimer mempunyai banyak sekali
kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Di era modern, hampir setiap bagian
hidup manusia melibatkan polimer. Termasuk jenis polimer antara lain plastik,
elastomer, serat, cat dan bahan pelapis. Penggunaan polimer dalam perkakas
rumah tangga, alat transportasi, alat komunikasi dan alat elektronika sangat besar
cakupannya.
Pada dasarnya polimerisasi sama dengan alkilasi, hanya berbeda pada
bagian-bagian dari charging stock need be unsaturated. Sebagai hasilnya adalah
produk alkilat yang tidak mengandung olefin dan memiliki bilangan oktan yang
tinggi. Metode ini didasarkan pada reaktifitas dari karbon tersier dari isobutan
dengan olefin, seperti propilen, butilen dan amilen.
2.4.2
Jenis-jenis Polimer
1. Poly Ethylene (PE)
Polietilena (disingkat PE) adalah termo plastik atau merupakan polimer
plastik yang sifatnya ulet (liat), massa jenis rendah, lentur, sukar rusak apa
bila lama dalam keadaan terbuka di udara maupun apabila terkena tanah

Kimia Organik

15

lumpur, tetapi tidak tahan panas. Kegunaan polietena adalah untuk


memproduksi lembaran untuk kantong plastik, pembungkus halaman, ember,
dsb.
2. Poly Propylene (PP)
Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik
yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi,
diantaranya digunakan ntuk dipakai ada packingmakanan kering atau snack.
3. Poly Vinly Chlorine (PVC)
Plastik ini juga tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik.Ada
dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik bentuk
kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak,
pipa PVC (paralon), meja, lemari. Adapun plastik bentuk fleksibel, jenis ini
digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik.
4. Teflon (PTFE)
Teflon tersusun dari monomer-monomer tetrafluorotena.Teflon bersifat sangat
ulet, kenyal, tahan terhadap zat kimia, tak mudah terbakar, isolator listrik
yang baik, dan mampu melumasi diri serta tidak menempel. Panci untuk
memasak/menggoreng

menggunakan

pelapis

teflon,

sehingga

tidak

memerlukan minyak yang banyak, tidak mudah gosong, serta mudah


mencucinya.
5. Polistirena
Polistirena tersusun atas monomer stirena. Polistirena digunakan untuk
membuat gelas minuman ringan, isolasi, dan untuk kemasan makanan.
6. Oriented Polystyrene (OPP)
Sangat Bening, Kurang Tahan Panas.
7. High Density Polyethylene (HDPE)
Bahan Plastik Yang Berwarna Putih susu Atau Putih Bersih.
8. Karet Bahan
Adalah Karet Yang Berupa Karet Gelang Bersifat Transparant,Kuat dan
Elastis.
9. Low Density Polyethylene (LDPE)
Bahan Plastik Yang digunakan Untuk Pelapis Kaleng.
10. Polyethylene Terephthalate (PET)
Adalah Polimer Jernih Dan kuat Dengan Sifat-sifat Penahan Gas Dan
Kelembaban.
11. Lunchbox Polystyrene
Bahan Plastik Yang Digunakan Untuk Packing Makanan Ringan, Nasi, Dll.

Kimia Organik

16

.
2.4.3
Klasifikasi polimer
1. Berdasarkan asal polimer:
Polimer alam: polimer yang tersedia secara alami di alam. Contoh: karet
alam (dari monomer-monomer 2-metil-1,3-butadiena/isoprena), selulosa
(dari monomer-monomer glukosa), protein (dari monomer-monomer asam

amino), dan amilum.


Polimer sintetik: polimer buatan hasil sintetis indukstri/pabrikan. Contoh:
nilon (dari asam adipat dengan heksametilena), PVC (dari vinil klorida),

polietilena, poliester (dari diasil klorida dengan alkanadiol).


2. Berdasarkan strukturnya
Polimer linear terdiri dari rantai panjang atom-atom skeletal yang dapat
mengikat gugus substituen.Polimer ini biasanya dapat larut dalam
beberapa

pelarut,

dan

dalam

keadaan

padat

pada

temperatur

normal.Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang fleksibel


(lentur) atau termoplastik seperti gelas).
Contoh: Polietilena, poli(vinil klorida) atau PVC, poli(metil metakrilat)
(juga dikenal sebagai PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex),
poliakrilonitril (orlon atau creslan) dan nylon 66.

Polimer bercabang dapat divisualisasi sebagai polimer linear dengan

percabangan pada struktur dasar yang sama sebagai rantai utama.


Polimer jaringan tiga dimensi adalah polimer dengan ikatan kimianya
terdapat antara rantai, seperti digambarkan pada gambar berikut. Bahan ini
biasanya diswell (digembungkan) oleh pelarut tetapi tidak sampai larut.
Ketaklarutan ini dapat digunakan sebagai kriteria dari struktur jaringan.
Makin besar persen sambung-silang (cross-links) makin kecil jumlah
penggembungannya (swelling). Jika derajat sambung-silang cukup tinggi,
polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi, padat yang tak dapat

digembungkan, misalnya intan (diamond).


3. Berdasarkan kegunaannya
Polimer komersial (commodity polymers) ini dihasilkan di negara
berkembang, harganya murah dan banyak dipakai dalam kehidupan sehari

Kimia Organik

17

hari. Contoh : Polietilen (PE), polipropilen (PP), polistirena (PS),

polivinilklorida (PVC), melaminformaldehid


Polimer teknik (engineering polymers) ini sebagian dihasilkan di negara
berkembang dan sebagian lagi di negara maju.Polimer ini cukup mahal
dan canggih dengan sifat mekanik yang unggul dan daya tahan yang lebih
baik. Polimer ini banyak dipakai dalam bidang transportasi (mobil, truk,
kapal udara), bahan bangunan (pipa ledeng), barang-barang listrik dan
elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan barangbarang konsumsi
Contoh : Nylon, polikarbonat, polisulfon, poliester

Polimer fungsional (functional polymers) ini dihasilkan dan dikembangkan


di negara maju dan dibuat untuk tujuan khusus dengan produksinya dalam
skala kecil. Contoh : kevlar, nomex, textura, polimer penghantar arus dan
foton, polimer peka cahaya, membran, biopolymer.

2.4.4

Reaksi Pembentukan Polimer


Proses pembentukan polimer disebut juga
Berdasarkan jenis reaksinya terdapat dua

macam

reaksi polimerisasi.
polimerisasi, yaitu

polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.


1. Polimerisasi adisi, yaitu bergabungnya monomer-monomer yang berikatan
rangkap. Ikatan rangkap akan menjadi jenuh tatkala monomer-monomer itu
berikatan satu sama lain. Pada polimerisasi adisi, tidak ada molekul yang
hilang.
Contoh:
a. VCM PVC
CH2=CH-Cl

CH2-CH-CH2-CH-CH2-CH-CH2-CH

Cl
Cl
Cl
Cl
vinil klorida (monomer)
Polivinilklorida (PVC, suatu plastik)
b. Isoprena Poliisoprena
CH2=C-CH=CH2

CH3
isoprena (monomer)
CH2C=CHCH2CH2C=CHCH2CH2C=CHCH2
Kimia Organik

18


CH3

CH3
Poliisoprena (karet alam)

CH3

2. Polimerisasi kondensasi, yaitu bergabungnya monomer-monomer yang


mempunyai gugus fungsional. Pada polimerisasi kondensasi, ada molekul
yang hilang, misalnya pelepasan air.
Contoh:
a. Nilon
HO-CO-(CH2)4-C-OH + H-N-(CH2)6-N-H

H
H
Asam adipat
Heksana diamin
CO(CH2)4CON(CH2)6NCO(CH2)4CON (CH2)6N
(Nilon)
b. Protein
HNCHCOOH + HNCHCOOH

H R
H R
(asam amino)
N-CH-CO-N-CH-CO-N-CH-CO-N-CH-CO

H R
HR
H R
HR
(protein)
2.5 Isomerisasi
2.5.1
Pengertian Isomerisasi
Isomer adalah molekul yang memiliki formula molekul yang sama tetapi
memiliki pengaturan yang berbeda pada bentuk 3D. Tidak termasuk pengaturan
berbeda yang diakibatkan rotasi molekul secara keseluruhan ataupun rotasi pada
ikatan tertentu (ikatan tunggal). Jika anda memiliki sebuah model molekul
didepan mata anda, anda harus mempretelinya dan menyusung ulang kembali
untuk menghasilkan isomer dari molekul tersebut. Jika anda hanya memutarmutar ikatan tunggal, yang anda hasilkan bukanlah isomer, molekul tersebut sama
sekali tidak berubah. Isomer adalah senyawa-senyawa kimia yang mempunyai

Kimia Organik

19

rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda, sehingga sifat-sifatnya pun
berbeda.
Isomerisasi terjadi pada reaksi catalitic reforming disamping mekanisme
lainnya rekasi isomerisasi tersendiri telah diselidiki dan dikembangkan secara
komersial pada PD II dengan adanya dimana permintaan AVGAS yang meningkat
yaitu isomerisasi normal butan menjadi iso butan, normal pentan, normal hexan
menjadi iso pentan dan iso hexan. Iso butan yang akan menghasilkan alkylat
maupun iso pentan maupun iso hexan kesemuanya merupakan komponen dari
avgas. Dengan perkembangan industri petrokimia telah diselidiki dalam lab,
kemudian dikembangkan menjadi ortho dan metha xylene menjadi para xylene.
2.5.2

Reaksi Isomerisasi
Reaksi isomerisasi thermis berjalan melalui mekanisme radikal bebas (free

radical mekanisme). Dalam mekanisme ini dengan adanya energi akan terbentuk
radikal bebas (free radical) tiap radikal bebas ini yang bersifat labil (reaktif)
mengikat satu atom hydrogen dari reaktor dan membentuk free radical. Radikal
bebas inilah yang struktur membentuk radikal dengan yang lain.
Dengan demikian terbentuk hasil isomerisasi dari isomer, setelah bereaksi
secara singkat mekanisme sebagai berikut :
R + Rl H

RH + H

Rl

Rll

R H + Rl

RH + R1

Rll

Rll

Rll + R H

Rll H + Rll
R, Rl, Rll = free radical
Rll adalah isomer dari Rll

Reaksi isomerisasi catalyst berlangsung melalui mekanisme pembentukan


carbonium ion yaitu hydro karbon kehilangan 1 electron. Pembentukan karbonium
ion dapat terjadi dalam beberapa cara :
1. Penambahan proton dari asam kepada senyawa olefin.
HX + = C = C =
Acid Olefin
Kimia Organik

[ H C C + ] + XCarbonium ion Anion


20

R+ + AlCl4-

2. R Cl + Al Cl3
Alkyl Halid

Carbon Ion

3. Oksidasi Acid terhadap alkohol.


H X + ROH

R+ + X- + H2O

Acid Alkohol

ion Cabonium

4. Dehydrogenasi dari hydrocarbon dengan asam.


R+ + H2SO3- + H2O

RH + H2SO4

Hyd. Asam Carbonium


2.6 Hidrogenasi
2.6.1
Pengertian Hidrogenasi
Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi
ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari
molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh. Proses
hidrogenasi

merupakan

salah

satu

proses

yang

penting

dan

banyak digunakan dalam pembuatan bermacam-macam senyawa organik. Proses


ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hydrogen ke sebuah molekul. Reaksi
dilakukan pada suhu dan tekanan yang berbeda tergantung pada substrat dan
aktivitas katalis.
2.6.2

Sejarah Hidrogenasi
Hidrogenasi paling awal adalah dari platina katalis penambahan hidrogen

ke oksigen di lampu Dbereiner, perangkat dikomersialisasikan pada tahun 1823.


Kimiawan Perancis Paul Sabatier dianggap sebagai ayah dari proses hidrogenasi.
Pada tahun 1897, ia menemukan bahwa pengenalan jejak nikel sebagai katalis
memfasilitasi penambahan hidrogen ke molekul hidrokarbon gas dalam apa yang
sekarang dikenal sebagai proses Sabatier. Untuk pekerjaan ini Sabatier
memperoleh Nobel Kimia pada tahun 1912 .Wilhelm Normann dianugerahi paten
di Jerman pada tahun 1902 dan di Inggris pada tahun 1903 untuk hidrogenasi
minyak cair, yang merupakan awal dari apa yang sekarang menjadi industri dunia
luas. Yang penting secara komersial proses Haber-Bosch, pertama kali dijelaskan
pada tahun 1905, melibatkan hidrogenasi nitrogen. Dalam proses Fischer-

Kimia Organik

21

Tropsch , dilaporkan pada tahun 1922 karbon monoksida, yang berasal dari
batubara mudah, adalah terhidrogenasi untuk bahan bakar cair.
2.6.3
Macam-macam Hidrogenasi
1. Hidrogenasi transfer
Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hydrogen, namun ada juga
yang menggunakan sumber lain yang memiliki atom hydrogen di dalamnya.
Namun tujuannya sama, yaitu : menambahkan atom hydrogen dalam suatu
senyawa.
2. Hidrogenasi Minyak
Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang
diturunkan minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti
efektif untuk lemak hewani.
3. Hidrogenasi Etena
Etena bereaksi dengan hydrogen pada suhu sekitar 150 C dengan adanya
sebuah katalis nikel (Ni) yang halus. Reaksi ini menghasilkan etana. Reaksi
ini tidak begitu berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh lebih
bermanfaat dibanding etena yang dihasilkan.
2.6.4
Proses Hidrogenasi
1. Substrat
Penambahan H2 ke alk e ne affords alk ne dalam reaksi protypical :
RCH = CH2 + H2

CH2RCH3 (R= alkil, aril)

Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik menjelaskan selektivitas untuk


reaksi dengan exocyclic ikatan ganda tetapi tidak ikatan ganda internal.
Substrat dari hidrogenasi tercantum dalam tabel berikut :
Alkena, R2C = CR2
Alkuna, RCCR

Alkana, 2R2 CHCHR


Alkena, cis-RHC = CHR

Aldehida, RCHO

Alcohol utama, RCH2OH

Keton, R2CO

Sekunder alcohol, R2CHOH

Ester, RCO2R

Dua alcohol, RCH2OH, ROH

Imina, RRCNR

Amina, RRCHNHR

Amida. RC (O) NR2

Amina, RCH2NR2

Nitril, RCN

Imina, RHCNH

Kimia Organik

22

Nitro, RNO2

Amina, RNH2

2. Katalis
Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan. Hidgrogenasi non-katlik hanya berjalan dengan kondisi
temperature yang sangat tinggi. Dengan pengecualian langka, tidak ada reaksi
di bawah 480 C (750 K atau 900 F) terjadi antara H2 dan senyawa
organic dalam ketiadaan katalis logam. Katalis logam non-mulia, terutama
yang didasarkan pada nikel (seperti nikel Raney dan nikel Urushibara) juga
telah dikembangkan sebagai alternatif ekonomis, tetapi mereka sering
terlambaat atau memerlukan suhu yang lebih tinggi. Trade off adalah kegiatan
kecepatan reaksi vs biaya katalis dan biaya aparat yang diperlukan untuk
penggunaan tekanan tinggi. Perhatikan bahwa nikel Raney-hydrogenations
katalis membutuhkan tekanan tinggi :
Ada dua keluarga yang dikenal dengan katalis-katalis homogen dan katalis
heterogen.
a. Katalis homogen
Katalis homogen termasuk rhodium senyawa berbasis yang dikenal
sebagai katalis Wilkinson dan iridium berbasis katalis Crabtree.
Contohnya adalah hidrogenasi carvone :
Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik menjelaskan selektivitas
untuk reaksi dengan exocylic ikatan ganda tetapi tidak ikatan ganda
internal.
b. Katalis heterogen
Katalis heterogen untuk hidrogenasi lebih umum ke industri. Seperti
dalam katalis homogeny, aktivitas disesuaikan melalui perubahan di
lingkungan sekitar logam, yaitu lingkup koordinasi. Demikian pula katalis
heterogen dipengaruhi oleh dukungan materi dengan katalis heterogen
terikat. Misalnya : kegiatan layar Kristal katalis heterogen yang berbeda.
Dalam banyak kasus, modifikasi yang sangat empiris melibatkan selektif
racun. Dengan demikian, katalis dipilih dengan cermat dapat digunakan
untuk beberapa kelompok fungsional hydrogenate tanpa mempengaruhi
orang lain. Seperti hidrogenasi selektif alkines ke alkena menggunakan
katalis Lindlar. Ketika katalis palladium ditempatkan pada barium sulfat

Kimia Organik

23

dan kemudian diobati dengan quinoline, katalis yang dihasilkan


mengurangi alkines hanya sejauh alkena. Katalis Lindlar telah diterapkan
untuk konversi phenylacetylene untuk stirena.

Kimia Organik

24

2.7 Dehidrogenasi
Dehidrogenasi adalah reaksi kimiawi yang melepaskan atom hidrogen.
Dehidrogenasi merupakan kebalikan dari hidrogenasi. Terdapat beberapa
kategori dehidrogenasi: Aromatisasi dan Oksidasi.
Reaksi Dehidrogenasi:
o
o
o
o
o

Aromatisasi
Oksidasi
Desaturasi ikatan valensi
Enzim yang mempercepat reaksi dehidrogenasi disebut enzim dehidrogenase.
Otto Warburg adalah orang yang menemukan enzim yang berperan dalam
proses hidrogenasi yang terjadi di dalam sel.
Contoh reaksi dehidrogenasi:
Reaksi etana menjadi etena
CH3CH3
Etana

Kimia Organik

750C

CH2=CH2 + H2
etena

25

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Cracking merupakan proses dimana molekul-molekul organik kompleks

seperti kerogen atau senyawa hidrokarbon berat terurai menjadi molekul


sederhana (misalnya light hidrokarbon) dengan memecah ikatan karbon-karbon
dalam prekursor. Pada proses penguraian thermal cracking menggunakan suhu
yang tinggi serta tekanan yang rendah, dilakukan pada temperatur bervariasi dari
455oC hingga 730oC dan tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000
psig. Partikel ringan yang memiliki hidrogen dalam jumlah banyak akan terbentuk
pada penguraian molekul berat yang terkondensasi. Pada proses catalytic cracking
menggunakan katalis sebagai media yang dapat mempercepat laju reaksi, agar
dapat mengurangi kebutuhan energi yang cukup besar serta menghasilkan produk
dengan selektifitas yang tinggi.
Reforming adalah proses untuk memperlakukan sraight-run gasoline atau
naphtha yang mempunyai angka oktan rendah sehingga menjadi gasoline yang
mempunyai angka oktan tinggi dengan maksud untuk memperbaiki kwalitas
pembakarannya (ignation performance). Didalam memperbaiki kwalitas gasoline
tidak hanya dari segi angka oktan saja, tetapi juga menaikkan daya penguapannya
(volatility), karena melalui proses ini normal paraffin dikonversikan menjadi
isoparaffin, aromatik dan olefin, disamping itu juga naphthene dikonversi
menjadiaromatik.
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi
molekul yang lebih panjang dan bercabang. Pada proses yang umum dilakukan di
pengilangan minyak, isobutana di alkilasi menggunakan alkena yang memiliki
MR rendah (biasanya campuran dari propilena dan butilena) danmenggunakan
katalis yang bersifat asam kuat, antara asam sulfat (H2SO4) atau asam fluorida
(HF).
Penggabungan dua atau lebih molekul-molekul kecil untuk membentuk
kelompokmolekul kompleks disebut polimerisasi.Istilah ini berasal dari kata poly

Kimia Organik

26

yang berartibanyak dan meric (meros) yang berarti bagian. Dengan demikian
polimeric berartisuatu bagian yang berulang-ulang. Didalam proses ini sebagai
ganti

daripenambahan

molekul-molekul

yangberbeda

atau

sama

(suatu

molekulsederhana ditambahkan ke suatu molekulyang lain). Hidrokarbon seperti


alkene(olefin)

yang

mengalami

reaksi

penggabungan

dirinya

sendiri

dinyatakansebagai reaksi polimerisasi.


Isomer adalah molekul yang memiliki formula molekul yang sama tetapi
memiliki pengaturan yang berbeda pada bentuk 3D. Tidak termasuk pengaturan
berbeda yang diakibatkan rotasi molekul secara keseluruhan ataupun rotasi pada
ikatan tertentu (ikatan tunggal). Jika anda memiliki sebuah model molekul
didepan mata anda, anda harus mempretelinya dan menyusung ulang kembali
untuk menghasilkan isomer dari molekul tersebut.
Hidrogenasi merupakan reaksi hidrogen dengan senyawa organik, Reaksi
ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung pada ikatan rangkap dari
molekul yang tidak jenuh sehingga dihasilkan suatu produk yang jenuh.
Dehidrogenasi adalah

reaksi

kimiawi

yang

melepaskan

atom

hidrogen.

Dehidrogenasi merupakan kebalikan dari hidrogenasi.

Kimia Organik

27

Anda mungkin juga menyukai