PENDAHULUAN
Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah dan Komposisinya Proses pengolahan fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahap yang
cukup panjang. Mula-mula, para ahli melakukan eksplorasi, yaitu kegiatan yang
bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan
mendapatkan perkiraan cadangan minyak bumi. Pada umumnya, mereka membuat
peta topografi dengan pemotretan dari udara. Setelah daerah-daerah yang akan
diselidiki ditetapkan, para ahli bumi (geologi) mencari contoh-contoh batu atau
lapisan batu yang muncul dari permukaan karang atau tebing-tebing untuk
diperiksa di laboratorium.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penyelidikan
geofisika. Caranya dengan membuat gempa kecil atau getaran-getaran di bawah
tanah (kegiatan seismik). Gelombang-gelombang getaran dari ledakan ini turun ke
bawah dan memantul kembali ke permukaan bumi. Dengan cara ini, lokasi yang
mengandung minyak bumi dapat diperkirakan secara ilmiah. Pada daerah lapisan
bawah tanah yang tak berpori tersebut dikenal dengan nama antiklinal atau
cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan yang paling
bawah berupa air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang di atas minyak bumi
tersebut terdapat rongga yang berisi gas alam. Jika cekungan mengandung minyak
bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan dilakukan dengan jalan pengeboran.
Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan mengandung minyak bumi,
tahapan selanjutnya adalah melakukan kegiatan eksploitasi. Eksploitasi adalah
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan minyak bumi. Kegiatan
ini terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana
pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan pemurnian
minyak. Pengeboran sumber minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang
harus diproses lagi. Banyak mekanisme reaksi kimia yang dilakukan pada proses
pengolahan minyak bumi, diantara nya proses cracking, reforming, alkilasi,
polimerisasi, isomerisasi, hidrogenasi, dan dehidrogenasi.
Kimia Organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cracking
Cracking dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai
perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan
ikatan C-C dari suatu senyawa hidrokarbon jadi dapat diartikan bahwa Cracking
merupakan proses dimana molekul-molekul organik kompleks seperti kerogen
atau senyawa hidrokarbon berat terurai menjadi molekul sederhana (misalnya
light hidrokarbon) dengan memecah ikatan karbon-karbon dalam prekursor.
Proses cracking
Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri minyak bumi.
Proses ini digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan kerosin) dari
minyak berat atau crude oil. Penguraian struktur hidrokarbon pada fraksi minyak
tanah menjadi struktur molekul kecil fraksi bensin ataupun pengurain fraksi solar
menjadi bensin (gasolin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock
(ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan
pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang
istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat
anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran
Kimia Organik
Thermal Cracking
Proses penguraian ini menggunakan suhu yang tinggi serta tekanan yang
rendah, dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga 730oC dan
tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Partikel ringan yang
memiliki hidrogen dalam jumlah banyak akan terbentuk pada penguraian molekul
berat yang terkondensasi. Mekanisme yang terjadi pada proses ini adalah
pemutusan ikatan C-C homolitikdan memproduksi alkena yang menjadi bahan
dasar untuk memproduksi polimer secara ekonomis.. Reaksi bersifat ireversibel
endotermis. Thermal cracking dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan
rantai dengan ukuran molekul yang lebih rendah yang umumnya masuk dalam
golongan paranin dan olefin Panas yang digunakan dalam proses ini
menggunakan steam cracking yaitu uap yang memiliki suhu yang tinggi.
2.1.1.1
dari penyulingan fraksi berat minyak bumi gas oil dan residu. FCC menghasilkan
bensin dan LPG dengan rendemen yang tinggi. Hydrocracking adalah sumber
utama bahan bakar jet, diesel, nafta, dan LPG. Thermal Cracking saat ini
digunakan untuk upgrade fraksi berat ("upgrading", "visbreaking"), menghasilkan
Kimia Organik
light fraction atau distilat dan digunakan sebagai burner fuel dan petroleum coke.
Steam Cracking atau pirolisis (750-900 C atau lebih) menghasilkan etilen dan
bahan baku lain untuk industri petrokimia.Pada suhu yang lebih rendah "delayed
Coke" sekitar 500 C menghasilkan kristalin petroleum coke yang digunakan
dalam produksi elektroda untuk industri baja dan alumunium.
2.1.1.2
Mekanisme Reaksi
Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses termal cracking:
1. Reaksi Primer
Reaksi primer yaitu reaksi dekomposisi dari molekul besar ke molekul yang
lebih kecil.
2. Reaksi Sekunder
Reaksi dimana produk-produk yang aktif
berpolimerysasi membentuk
material besar. Pada saat yang bersamaan hasil polimerisasi akan mengalami
dekomposisi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil.
Contoh reaksi yang terjadi antara lain:
a. Reaksi inisiasi: satu molekul pecah menjadi dua radikal bebas.
Sejumlah
kecil
fraksi
umpan
yang
mengalami
reaksi
ini,
Kimia Organik
Kimia Organik
sedangkan
Catalytic Cracking
Proses cracking menggunakan katalis sebagai media yang dapat
mempercepat laju reaksi, agar dapat mengurangi kebutuhan energi yang cukup
besar serta menghasilkan produk dengan selektifitas yang tinggi.Proses
penguraian molekul besar menjadi molekul kecil dilakukan dengan suhu tinggi.
Awalnya katalis yang memiliki sifat asam akan menambahkan proton ke dalam
molekul olevin ataupun menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan
terbentuknya ion karbonium.
Katalis perengkahan dalam industri minyak bumi umumnya merupakan
katalis heterogen atau padatan dengan luas permukaan dan keasaman yang tinggi
serta stabilitas termal yang cukup besar,luas permukaan katalis yang digunakan
dalam proses ini berkisar antara 300m2/gram hingga 700 m2/gram. Jenis katalis
yang sering digunakan adalah g-alumina, Aluminium oksida (Al2O3), Silika
alumina, zeolit dan clay.
Pada produksi gasolin, dilaporkan penggunaan katalis pada perengkahan
minyak bumi menghasilkan angka oktan yang tinggi. Mekanisme dasarnya adalah
pada pembentukan muatan elektrik suatu molekul yang disebabkan oleh keasaman
Kimia Organik
Mekanisme Reaksi
Hydrocarbon yang berada dalam feed karena adanya catalysator yang
bersifat asam akan memberikan Hion dan ini penting sekali pada pemecahan
hydrocarbon yang mengikuti pemecahan ion carbonium.
Ion Carbonium timbul karena energi yang hanya dihasilkan oleh proton
H+yang ditimbulkan oleh katalisator.
Thermal C=C C + C
Catalytic C=C C + C+
Mekanisme ion carbonium setara isomerisasi
C+- C-C-C-R C-C+-C-C-R
C-C+-C-C-R C-C=C + C+-R
Beberapa contoh reaksi catalytic cracking:
1. Catalytic Cracking terjadi melalui pembentukan karbokation dari mokekul
yang berlanjut pada penyerangan molekul yang lain:
Pembentukan karbokation baru dan pemutusan ikatan C-C dari molekul
didasarkan pada kestabilan hiperkonjugasi yang mungkin dalam molekul
karbokation yang terbentuk bersifat sangat reaktif dan dapat menyerang
parafin atau naften menghasilkan karbokation baru.
RCH2-CH=CH2 + (CH3)3CH -----> (CH3)3C + RCH2-CH2-CH3
Senyawa aromatik tersubtitusi alkil dapat bereaksi dalam beberapa
mekanisme, salah satunya pemutusan rantai.
2.
aromatik.
3.
Perpindahan hidrogen (hidrogen shift) dan perpindahan metil (methyl
4.
Kimia Organik
2.1.2.2
Katalis
Katalisator dalam proses cracking mempunyai peranan penting,oleh
Produk
Produk dari catalytic cracking antara lain:
C1 dan C2 untuk fuel gas
C3 poly propylene
C4 LPG
Catalytic naphta.
2.2 Reforming
2.2.1 Pengertian Reforming
Reforming adalah proses untuk memperlakukan sraight-run gasoline atau
naphtha yang mempunyai angka oktan rendah sehingga menjadi gasoline yang
mempunyai angka oktan tinggi dengan maksud untuk memperbaiki kwalitas
pembakarannya (ignation performance). Didalam memperbaiki kwalitas gasoline
tidak hanya dari segi angka oktan saja, tetapi juga menaikkan daya penguapannya
(volatility), karena melalui proses ini normal paraffin dikonversikan menjadi
isoparaffin, aromatik dan olefin, disamping itu juga naphthene dikonversi
menjadiaromatik.
Kimia Organik
Proses Reforming
2.2.2
Kimia Organik
CH3-CH2-CH2-CH3 CH3-CH-CH3
CH3
C6H14 C6H12 + H2
Heksana Sikloheksana
C6H12 C6H6 + 3H2
Kimia Organik
10
Kimia Organik
11
bensin dengan bilangan oktan tinggi. Tetapi, tidak semua pengilangan memiliki
pabrik alkilasi.
Pengilangan memeriksa apakah akan ada peningkatan yang siknifikan
apabila pada pengilangan tersebut dipasang unit alkilasi. Hal ini disebabkan
karena unit alkilasi sangatlah kompleks, dengan skala ekonomi. Produk alternatif
dari pengilangan alkilasi dapat berupa LPG, pencampuran dari lajuC-4 secara
langsung kedalam bensin dan bahan baku untuk pabrik zat kimia.Ketersediaan
dari katalis yang cocok juga merupakan faktor penting untuk menentukanapakah
perlu didirikan pabrik alkilasi.
Jika asam sulfat yang digunakan, volume yang signifikansangat
diperlukan. Jalur masuk yang cocok dengan pabrik juga dibutuhkan untuk
memasok asam yangmasih segar dan pembuangan asam yang telah dipakai. Jika
pabrik asam sulfat dibangun untuk mendukung unit alkilasi, konstruksi harus
memiliki dampak yang signifikan terhadap persyaratan- persyaratan dasar untuk
modal dan biaya operasi. Secara alternatif sangatlah mungkin untuk memasang
proses WSA (Wet Sulfuric Acid) untuk meregenasi asam yang telah jenuh. Tidak
ada pengeringan dari gas. Ini berarti tidak akan ada kehilangan asam, tidak ada
material bersifat asamyang terbuang dan tidak ada panas yang hilang pada proses
pemanasan kembali gas.
Kondensasi yangselektif pada kondensor WSA menjamin asam yang
teregenasi akan memiliki adar 98% w/w bahkandengan gas proses yang lembab.
Sangatlah mungkin untuk menggabungkan regenerasi asam yangterpakai dengan
pembuangan asam sulfat dengan menggunakan asam sulfat sebagai bahan
bakar.Katalis kedua yang biasa digunakan dalam proses alkilasi ini adalah asam
fluorida. Lajukonsumsi HF pada pabrik alkilasi jauh lebih rendah dibandingkan
bila menggunakan asam sulfat.
Pabrik yang menggunakan HFdapat memproses campuran bahan baku
dengan rentang yang lebar dandicampur dengan propilena dan butilena. Pabrik
dengan HF juga memproduksi zat turunan alkildengan nilai oktan yang lebih baik
daripada pabrik dengan asam sulfat. Tetapi, karena sifat yang berbahaya dari
Kimia Organik
12
Reaksi-reaksi Alkilasi
Beberapa jenis-jenis reaksi yang ada pada prosesalkilasi, yaitu:
1. Alkilasi Termal
Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti oleh
propilena, butena, dan isobutilena dengan bantuan panas. Kondisi operasi
proses ini tinggi, suhu sekitar 950oF dan tekanan sekitar 3000-5000 psia.
Umpan olefin yang diperkaya seperti tersebut diatas dapat diproduksi dari
proses dekomposisi hidrokarbon yang beroperasi pada suhu 1200-1425 oF dan
tekanan
atm.
Kondisi
sedemikian
sangat
memungkinkan
untuk
Kimia Organik
13
Katalis asam sulfat dan asam fluorida kuat digunakan pada proses alkilasi
umpan olefin dan isoparafin. Kekuatan asam kedua katalis tersebut harus
dijaga di atas 88% berat agar supaya tidak terbentuk reaksi polimerisasi.
Asam sulfat mengandung SO3 bebas atau berkonsentrasi di atas 99,3% berat
dapat menimbulkan reaksi samping polimerisasi. Kekuatan optimal asam
fluorida adalah sekitar 8293% berat dengan kadar air 1% volume. Untuk
menjaga kekuatan asam sulfat >88% berat, maka sebagian katalis yang telah
dipakai diganti dengan katalis baru asam sulfat 99,3 % berat. Pemakaian
katalis asam fluorida adalah sekitar 1830 lb per barel produk alkilat.
Kelarutan isobutana di dalam fase asam hanya sekitar 0,1% berat di dalam
katalis asam sulfat, dan 3% berat di dalam katalis asam fluorida. Terlarutnya
sebagian kecil polimer bersama olefin di dalam katalis asam akan dapat
menaikkan kelarutan isobutana di dalam katalis asam tersebut. Olefin lebih
mudah larut daripada isobutana di dalam fase asam. Rasio antara katalis asam
dan umpan hidrokarbon dapat mengontrol derajat kontak antara katalis dan
hidrokarbon.
Rasio rendah akan menghasilkan produk alkilat berangka oktana rendah
dengan titik didih akhir tinggi, sedang kelebihan katalis asam di dalam
reaktor akan terjadi pada rasio tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, pada suatu
kondisi proses alkilasi tertentu dapat diperoleh rasio optimal antara katalis
asam dan hidrokarbon umpan.
2.4 Polimerisasi
2.4.1
Pengertian Polimerisasi
Penggabungan dua atau lebih molekul-molekul kecil untuk membentuk
kelompokmolekul kompleks disebut polimerisasi.Istilah ini berasal dari kata poly
yang berartibanyak dan meric (meros) yang berarti bagian. Dengan demikian
polimeric berartisuatu bagian yang berulang-ulang.Didalam proses ini sebagai
ganti
daripenambahan
molekul-molekul
yangberbeda
atau
sama
(suatu
Kimia Organik
14
alkene(olefin)
yang
mengalami
reaksi
penggabungan
dirinya
sendiri
Kimia Organik
15
menggunakan
pelapis
teflon,
sehingga
tidak
Kimia Organik
16
.
2.4.3
Klasifikasi polimer
1. Berdasarkan asal polimer:
Polimer alam: polimer yang tersedia secara alami di alam. Contoh: karet
alam (dari monomer-monomer 2-metil-1,3-butadiena/isoprena), selulosa
(dari monomer-monomer glukosa), protein (dari monomer-monomer asam
pelarut,
dan
dalam
keadaan
padat
pada
temperatur
Kimia Organik
17
2.4.4
macam
reaksi polimerisasi.
polimerisasi, yaitu
CH2-CH-CH2-CH-CH2-CH-CH2-CH
Cl
Cl
Cl
Cl
vinil klorida (monomer)
Polivinilklorida (PVC, suatu plastik)
b. Isoprena Poliisoprena
CH2=C-CH=CH2
CH3
isoprena (monomer)
CH2C=CHCH2CH2C=CHCH2CH2C=CHCH2
Kimia Organik
18
CH3
CH3
Poliisoprena (karet alam)
CH3
H
H
Asam adipat
Heksana diamin
CO(CH2)4CON(CH2)6NCO(CH2)4CON (CH2)6N
(Nilon)
b. Protein
HNCHCOOH + HNCHCOOH
H R
H R
(asam amino)
N-CH-CO-N-CH-CO-N-CH-CO-N-CH-CO
H R
HR
H R
HR
(protein)
2.5 Isomerisasi
2.5.1
Pengertian Isomerisasi
Isomer adalah molekul yang memiliki formula molekul yang sama tetapi
memiliki pengaturan yang berbeda pada bentuk 3D. Tidak termasuk pengaturan
berbeda yang diakibatkan rotasi molekul secara keseluruhan ataupun rotasi pada
ikatan tertentu (ikatan tunggal). Jika anda memiliki sebuah model molekul
didepan mata anda, anda harus mempretelinya dan menyusung ulang kembali
untuk menghasilkan isomer dari molekul tersebut. Jika anda hanya memutarmutar ikatan tunggal, yang anda hasilkan bukanlah isomer, molekul tersebut sama
sekali tidak berubah. Isomer adalah senyawa-senyawa kimia yang mempunyai
Kimia Organik
19
rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda, sehingga sifat-sifatnya pun
berbeda.
Isomerisasi terjadi pada reaksi catalitic reforming disamping mekanisme
lainnya rekasi isomerisasi tersendiri telah diselidiki dan dikembangkan secara
komersial pada PD II dengan adanya dimana permintaan AVGAS yang meningkat
yaitu isomerisasi normal butan menjadi iso butan, normal pentan, normal hexan
menjadi iso pentan dan iso hexan. Iso butan yang akan menghasilkan alkylat
maupun iso pentan maupun iso hexan kesemuanya merupakan komponen dari
avgas. Dengan perkembangan industri petrokimia telah diselidiki dalam lab,
kemudian dikembangkan menjadi ortho dan metha xylene menjadi para xylene.
2.5.2
Reaksi Isomerisasi
Reaksi isomerisasi thermis berjalan melalui mekanisme radikal bebas (free
radical mekanisme). Dalam mekanisme ini dengan adanya energi akan terbentuk
radikal bebas (free radical) tiap radikal bebas ini yang bersifat labil (reaktif)
mengikat satu atom hydrogen dari reaktor dan membentuk free radical. Radikal
bebas inilah yang struktur membentuk radikal dengan yang lain.
Dengan demikian terbentuk hasil isomerisasi dari isomer, setelah bereaksi
secara singkat mekanisme sebagai berikut :
R + Rl H
RH + H
Rl
Rll
R H + Rl
RH + R1
Rll
Rll
Rll + R H
Rll H + Rll
R, Rl, Rll = free radical
Rll adalah isomer dari Rll
R+ + AlCl4-
2. R Cl + Al Cl3
Alkyl Halid
Carbon Ion
R+ + X- + H2O
Acid Alkohol
ion Cabonium
RH + H2SO4
merupakan
salah
satu
proses
yang
penting
dan
Sejarah Hidrogenasi
Hidrogenasi paling awal adalah dari platina katalis penambahan hidrogen
Kimia Organik
21
Tropsch , dilaporkan pada tahun 1922 karbon monoksida, yang berasal dari
batubara mudah, adalah terhidrogenasi untuk bahan bakar cair.
2.6.3
Macam-macam Hidrogenasi
1. Hidrogenasi transfer
Proses hidrogenasi umumnya memanfaatkan gas hydrogen, namun ada juga
yang menggunakan sumber lain yang memiliki atom hydrogen di dalamnya.
Namun tujuannya sama, yaitu : menambahkan atom hydrogen dalam suatu
senyawa.
2. Hidrogenasi Minyak
Proses hidrogenasi minyak membuat mengerasnya tanaman dan ikan yang
diturunkan minyak, yang memungkinkan mereka untuk menjadi pengganti
efektif untuk lemak hewani.
3. Hidrogenasi Etena
Etena bereaksi dengan hydrogen pada suhu sekitar 150 C dengan adanya
sebuah katalis nikel (Ni) yang halus. Reaksi ini menghasilkan etana. Reaksi
ini tidak begitu berarti, sebab etena merupakan senyawa yang jauh lebih
bermanfaat dibanding etena yang dihasilkan.
2.6.4
Proses Hidrogenasi
1. Substrat
Penambahan H2 ke alk e ne affords alk ne dalam reaksi protypical :
RCH = CH2 + H2
Aldehida, RCHO
Keton, R2CO
Ester, RCO2R
Imina, RRCNR
Amina, RRCHNHR
Amina, RCH2NR2
Nitril, RCN
Imina, RHCNH
Kimia Organik
22
Nitro, RNO2
Amina, RNH2
2. Katalis
Penggunaan katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat
digunakan. Hidgrogenasi non-katlik hanya berjalan dengan kondisi
temperature yang sangat tinggi. Dengan pengecualian langka, tidak ada reaksi
di bawah 480 C (750 K atau 900 F) terjadi antara H2 dan senyawa
organic dalam ketiadaan katalis logam. Katalis logam non-mulia, terutama
yang didasarkan pada nikel (seperti nikel Raney dan nikel Urushibara) juga
telah dikembangkan sebagai alternatif ekonomis, tetapi mereka sering
terlambaat atau memerlukan suhu yang lebih tinggi. Trade off adalah kegiatan
kecepatan reaksi vs biaya katalis dan biaya aparat yang diperlukan untuk
penggunaan tekanan tinggi. Perhatikan bahwa nikel Raney-hydrogenations
katalis membutuhkan tekanan tinggi :
Ada dua keluarga yang dikenal dengan katalis-katalis homogen dan katalis
heterogen.
a. Katalis homogen
Katalis homogen termasuk rhodium senyawa berbasis yang dikenal
sebagai katalis Wilkinson dan iridium berbasis katalis Crabtree.
Contohnya adalah hidrogenasi carvone :
Hidrogenasi sensitive terhadap halangan sterik menjelaskan selektivitas
untuk reaksi dengan exocylic ikatan ganda tetapi tidak ikatan ganda
internal.
b. Katalis heterogen
Katalis heterogen untuk hidrogenasi lebih umum ke industri. Seperti
dalam katalis homogeny, aktivitas disesuaikan melalui perubahan di
lingkungan sekitar logam, yaitu lingkup koordinasi. Demikian pula katalis
heterogen dipengaruhi oleh dukungan materi dengan katalis heterogen
terikat. Misalnya : kegiatan layar Kristal katalis heterogen yang berbeda.
Dalam banyak kasus, modifikasi yang sangat empiris melibatkan selektif
racun. Dengan demikian, katalis dipilih dengan cermat dapat digunakan
untuk beberapa kelompok fungsional hydrogenate tanpa mempengaruhi
orang lain. Seperti hidrogenasi selektif alkines ke alkena menggunakan
katalis Lindlar. Ketika katalis palladium ditempatkan pada barium sulfat
Kimia Organik
23
Kimia Organik
24
2.7 Dehidrogenasi
Dehidrogenasi adalah reaksi kimiawi yang melepaskan atom hidrogen.
Dehidrogenasi merupakan kebalikan dari hidrogenasi. Terdapat beberapa
kategori dehidrogenasi: Aromatisasi dan Oksidasi.
Reaksi Dehidrogenasi:
o
o
o
o
o
Aromatisasi
Oksidasi
Desaturasi ikatan valensi
Enzim yang mempercepat reaksi dehidrogenasi disebut enzim dehidrogenase.
Otto Warburg adalah orang yang menemukan enzim yang berperan dalam
proses hidrogenasi yang terjadi di dalam sel.
Contoh reaksi dehidrogenasi:
Reaksi etana menjadi etena
CH3CH3
Etana
Kimia Organik
750C
CH2=CH2 + H2
etena
25
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Cracking merupakan proses dimana molekul-molekul organik kompleks
Kimia Organik
26
yang berartibanyak dan meric (meros) yang berarti bagian. Dengan demikian
polimeric berartisuatu bagian yang berulang-ulang. Didalam proses ini sebagai
ganti
daripenambahan
molekul-molekul
yangberbeda
atau
sama
(suatu
yang
mengalami
reaksi
penggabungan
dirinya
sendiri
reaksi
kimiawi
yang
melepaskan
atom
hidrogen.
Kimia Organik
27