Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang seperti sekarang ini, manusia

telah mempraktekkan ilmu kimia. Meskipun, pada dasarnya masih terbatas pada
caracara pengolahan benda (materi) yang diawali dari kegiatan coba-coba dan
dilakukan dalam rangka mempertahankan hidup. Sebagai contoh, sekitar 3500 tahun
sebelum masehi, bangsa Mesir Kuno telah mengetahui cara mengawetkan mayat,
cara membuat anggur, cara membuat keramik, cara mengolah tembaga, serta cara
meramu obat-obatan dan zat

pewarna. Akan tetapi, pada saat itu belum ada

penjelasan logis yang berkaitan dengan hakekat materi dan cara-cara yang mereka
lakukan. Namun, seiring dengan berkembangnya waktu, peradaban umat manusia
dan didukung oleh pemikiran-pemikiran para ahli filsafat, akhirnya kajian tentang
hakekat materi dan fenomena-fenomena alam pada umumnya mengalami
perkembangan yang pesat (Sunardi, 2006).
Dalam kaitannya dengan perubahan materi, maka secara lebih luas ilmu kimia
mencakup kajian tentang struktur materi, komposisi materi dan sifat-sifat materi.
Ketiga kajian tersebut akhirnya menghasilkan pengetahuan-pengetahuan dasar, salah
satunya adalah unsur dan sifat-sifatnya yang bermanfaat untuk menjelaskan hakikat
perubahan materi dan energi yang terlibat dalam perubahan materi tersebut.
Unsur-unsur kimia adalah salah satu pengetahuan dasar yang penting untuk dikuasai
oleh setiap orang yang akan mempelajari kimia. Berdasarkan uraian tersebut, maka
untuk mempelajari lebih dalam ilmu kimia, dilakukan percobaan sifat-sifat unsur ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan sifat-sifat unsur ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari beberapa sifat unsur golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA), seperti
kereaktifan unsur,kelarutan terhadap garam sulfat dan hidroksida.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan reaktifitas unsur golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA).
2. Menentukan kelarutan garam sulfat unsur golongan alkali tanah ( IA) dan alkali
tanah (IA).
3. Menentukan kelarutan garam hidroksida unsur golongan alkali tanah ( IA) dan
alkali tanah (IA) .
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini adalah menentukan reaktifitas unsur golongan
alkali (IA) dan alkali tanah (IIA), yakni logam Mg, Ca dan Na. Hasil dari reaktifitas
unsur-unsur tersebut akan diamati dan dibandingkan untuk menentukan perubahan
warnanya. Selanjutnya, ditentukan pula kelarutan garam sulfat dan garam hidroksida
untuk dibandingkan dan ditentukan perubuahan warna dan pengendapan yang
dihasilkan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Unsur-Unsur Golongan IA
Unsur-unsur golongan IA dalam sistem periodik panjang terletak pada lajur
paling kiri, yaitu pada grup 1. Unsur-unsur golongan IA terdiri dari tujuh unsur, yaitu
hidrogen (H), natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium
(Fr). Unsur-unsur golongan IA merupakan unsur logam alkali, kecuali unsur
hidrogen yang merupakan unsur nonlogam (Sunardi 2006).
Unsur-unsur logam alkali merupakan unsur-unsur yang paling elektroposititf
dibandingkan dengan unsur-unsur lain yang seperiode, artinya unsur-unsur logam

alkali mudah melepaskan 1 elektron valensinya untuk mencapai konfigurasi elektron


gas mulia yang stabil dan membentuk ion positifnya, contohnya Na (Z = 11)
melepaskan satu elektron dan membentuk ion Na+ (Z = 10) yang konfigurasi
elektronnya menyerupai atom unsur gas mulia Ne (Sunardi, 2006).
Unsur-unsur logam alkali merupakan unsur yang sangat reaktif dan mudah
bereaksi dengan unsur-unsur lain. Selain itu, unsur-unsur logam alkali bersifat
sebagai reduktor yang kuat dan dalam satu golongan semakin ke bawah semakin
bersifat reduktornya (Sunardi, 2006).
Unsur natrium dan unsur kalium merupakan unsur-unsur logam alkali yang
paling banyak terdapat di alam dibandingkan dengan unsur logam alkali lainnya,
sedangkan unsur logam alkali yang paling sedikit di alam adalah unsur fransium
yang bersifat radiokatif (Sunardi, 2006).
Litium (Li) merupakan unsur logam alkali yang berwarna putih perak
(mengkilat) dan merupakan unsur yang sangat reaktif sehingga di alam tidak terdapat
secara bebas, tetapi dalam bentuk senyawa seperti spodomene [LiAl(SiO3)2] dan
senyawa pollucit [H2Cs4Al4(SiO3)9]. Litium dapat diperoleh dari proses elektrolisis
dari campuran leburan litium dan kalium klorida. Sedangkan, natrium merupakan
unsur logam alkali yang berwarna putih perak, sangat reaktif, dan merupakan logam
yang lunak. Natrium dapat bereaksi hebat dengan air yang membentuk natrium
hidroksida dan gas hidrogen. Unsur natrium di alam ditemukan dalam bentuk garamgaram mineral seperti natrium klorida (NaCl) nantrium karbonat (Na 2CO3), dan
natrium sulfat (Na2SO4). Untuk memperoleh natrium dapat dilakukan dengan
elektrolisis lelehan NaCl (Sunardi, 2006).
2.2

Unsur-Unsur Golongan IIA


Unsur-unsur golongan IIA dalam sistem periodik panjang terletak pada lajur

kedua dari kiri, yaitu pada grup 2. Unsur-unsur golongan IIA terdiri dari enam unsur,
yaitu berilium (Be), magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba),

dan radium (Ra). Semua unsur golongan IIA merupakan unsur logam alkali tanah.
Unsur-unsur logam alkali tanah merupakan unsur logam yang reaktif, hal ini karena
unsur-unsur logam alkali tanah mudah melepaskan 2 elektron valensinya untuk
mencapai konfigurasi elektron yang lebih stabil. Berdasarkan hal tersebut, maka
unsur-unsur logam alkali di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi
berikatan dengan unsur-unsur lain (Sunardi, 2006).
Magnesium (Mg) merupakan unsur logam alkali tanah yang berwarna putih
perak, kurang reaktif dan mudah dibentuk atau ditempa ketika dipanaskan.
Magnesium tidak bereaksi dengan oksigen dan air pada suhu kamar, tetapi dapat
bereaksi dengan asam. Pada suhu 800 oC magnesium bereaksi dengan oksigen dan
memancarkan cahaya putih terang. Di alam magnesium banyak terdapat pada
lapisan-lapisan batuan dalam bentuk mineral seperti carnallite, dolomite dan
magnesite yang membetuk batuan silikat. Selain itu, dalam bentuk garam seperti
magnesium klorida. Sedangkan, dalam laboratorium magnesium dapat diperoleh
melalui elektrolisis lelehan magnesium klorida (Sunardi, 2006).
Kalsium (Ca) merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah diterpa
dan dibentuk serta berwarna putih perak. Kalsium bereaksi dengan air dan
membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. Di alam kalsium ditemukan dalam
bentuk senyawa-senyawa seperti kalsium karbonat (CaCO3) dalam kalsit, pualam dan
batu kapur, kalsium sulfat (CaSO4) dalam batu pualam putih atau gypsum, kalsium
fluorida (CaF2) dalam fluorit, serta kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dalam batuan fosfat
dan silikat (Sunardi, 2006).
Mineral kalsium sulfat (yaitu, gypsum) yang umum digunakan dalam pabrik
pengolahan minyak dan industri gas. Kristalisasi kalsium sulfat dihidrat (gypsum)
sangat penting dalam dunia industri, dimana bermanfaat untuk proses pengendapan.

Dengan meningkatnya suhu, kelarutan semua bentuk kalsium sulfat menurun,


sehingga menyebabkan pembentukan kerak sulfat panas (Yehia dkk., 2013).
Kalsium merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif keberadaannya di
alam melimpah, mudah ditempa dan dibentuk serta satu golongan dengan barium dan
stonsium. Dari kesamaan golongan tersebut diharapkan magnet dengan bahan
kalsium dapat disintesis (Darminto dan Harianto, 2013).
Material kalsium ferit merupakan material jenis keramik yang terbuat dari
campuran Ca oksida dan Fe oksida. Ada beberapa bentuk fase dari kalsium
ferit ini seperti CaFeO3, CaFe2O4, Ca2Fe2O5, CaFe4O7, CaFe9O17,

dan

Ca4Fe14O25 (Hesham, 2003).


Kalsium ferit diaplikasikan pada optical memory devices, manetoplumbite
structure, biomaterial dan industri baja. Kalsium ferit CaFe4O7 dikembangkan untuk
mencapai suatu material mineral besi. Namun, untuk mendapatkan CaFe 4O7 dalam
bentuk mineral besi terdapat kendala. CaFe4O7 cenderung mudah membentuk
material keramik. Penelitian mengenai kalsium ferit telah lama dilakukan. Salah
satunya Ca2F2O5.Ca2F2O5 disebut sebagai material tipe-p termoelektrik yang

baru-

baru ini diteliti oleh ESmily dari USA .Ca2F2O5 memiliki struktur tetrahedral Ca2F2O5
ini disintesis dengan mencampur CaCO3 dan Fe2O3 yang disinter pada suhu 1573 K
(Darminto dan Harianto, 2013).
2.3

Sifat Periodik Unsur


Tabel periodik secara terus menerus bertambah unsurnya setelah tabel periodik

diusulkan Mendeleev. Sementara, muncul berbagai masalah. Salah satu masalah


penting adalah bagaimana menangani gas mulia, unsur transisi dan unsur tanah
jarang. Semua masalah ini dengan baik diselesaikan dan membuat tabel periodik
lebih

bernilai.

Tabel

periodik,

kitab

suci

kimia,

harus

dirujuk

secara

rutin. Golongan baru gas mulia dengan mudah disisipkan di antara unsur positif

yang sangat reaktif, logam alkali (golongan 1) dan unsur negatif yang sangat reaktif,
halogen (golongan 7) (Takeuchi, 2006).
Bila unsur-unsur disusun sesuai dengan massa atomnya, sifat unsur atau
senyawa menunjukkan keperiodikan, dan pengamatan ini berujung pada penemuan
hukum periodik. Konfigurasi elektron unsur menentukan tidak hanya sifat kimia
unsur tetapi juga sifat fisiknya. Keperiodikan jelas ditunjukkan sebab energi ionisasi
atom secara langsung ditentukan oleh konfigurasi elektron. Energi ionisasi
didefinisikan sebagai kalor reaksi yang dibutuhkan untuk mengeluarkan elektron dari
atom netral, misalnya, untuk natrium (Takeuchi, 2006).
Na(g) Na+(g) + eEnergi ionisasi pertama adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan
elektron pertama, menunjukkan keperodikan yang sangat jelas sebagaimana terlihat
persamaan reaksi di atas. Untuk periode manapun, energi ionisasi meningkat dengan
meningkatnya nomor atom dan mencapai maksium pada gas mulia. Dalam golongan
yang sama energi ionisasi menurun dengan naiknya nomor atom. Kecenderungan
seperti ini dapat dijelaskan dengan jumlah elektron valensi, muatan inti, dan jumlah
elektron dalam. Energi ionisasi kedua dan ketiga didefinisikan sebagai energi yang
diperlukan untuk memindahkan elektron kedua dan ketiga (Takeuchi, 2006).
Menurut (Takeuchi, 2006), afinitas elektron didefinisikan sebagai kalor reaksi
saat elektron ditambahkan kepada atom netral gas, yakni dalam reaksi.
F(g) + e- F(g)
Nilai positif mengindikasikan reaksi eksotermis, negatif menunjukkan reaksi
endotermis. Karena tidak terlalu banyak atom yang dapat ditambah elektro pada
fase gas, data yang ada terbatas jumlahnya dibandingkan jumlah data untuk energi
ionisasi.

Terdapat hubungan yang jelas antara bilangan oksidasi (atau tingkat oksidasi)
atom dan posisinya dalam tabel periodik. Bilangan oksidasi atom dalam senyawa
kovalen didefinisikan sebagai muatan imajiner atom yang akan dimiliki bila elektron
yang digunakan bersama dibagi sama rata antara atom yang berikatan atau
diserahkan semua ke atom yang lebih kuat daya tariknya (Takeuchi, 2006).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1

Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah logam Na, Mg dan Ca,

MgCl2, CaCl2, SrCl2, BaCl2 dengan konsentrasi 0,5 M, 1 mL H2SO4 NaOH 0,5 M,
tissue roll, indikator phenolptalein (PP), akuades, dan kertas label.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi rak tabung,
pipet tetes, cawan petri, gelas kimia, bunsen, pinset, dan penjepit tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Reaktifitas Unsur
Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang berisi air 2 mL. Tabung reaksi (1) diisi
dengan logam Mg dan tabung (2) diisi dengan logam Ca. Diamati dan diperhatikan
reaksi yang terjadi, jika tidak terjadi reaksi, dipanaskan tabung hingga terjadi reaksi,
terjadi reaksi ditandai dengan adanya gelembung-gelembung gas. Diteteskan
indikator PP masing-masing tabung dan dicatat perubahan warnanya.
Diapungkan secarik kertas saring di atas kertas saring dengan permukaan air
dalam cawan petri dan diambil sepotong logam natrium dan diletakkan di atas kertas

tersebut. Dibiarkan hingga terjadi ledakan-ledakan kecil. Kemudian, diteteskan


indikator PP dan dicatat perubahan warnanya.
3.3.2 Kelarutan Garam Sulfat
Disiapkan 4 tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan MgCl2, tabung
reaksi (2) dengan CaCl2, tabung reaksi (3) dengan SrCl2, dan tabung reaksi (4)
dengan BaCl2, masing-masing 1 mL dengan konsentrasi 0,5 M. Masing-masing
tabung dari reaksi tersebut ditambahkan 1 mL H 2SO4 0,5 M. Diperhatikan endapan
yang terbentuk pada setiap tabung.
3.3.3 Kelarutan Garam Hidroksida
Disiapkan 4 tabung reaksi. Tabung reaksi (1) diisi dengan MgCl2, tabung
reaksi (2) dengan CaCl2, tabung reaksi (3) dengan SrCl2, dan tabung reaksi (4)
dengan BaCl2, masing-masing 1 mL dengan konsentrasi 0,5 M. Masing-masing
tabung dari reaksi tersebut ditambahkan 1 mL NaOH 0,5 M. Diperhatikan endapan
yang terbentuk pada setiap tabung.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.

1. Golongan I A lebih reaktif dibandingkan dengan golongan II A karena golongan I


A memiliki jari-jari yang lebih besar, sehingga jarak elektron terluar ke inti
semakin jauh.
2. Pada percobaan kelarutan garam H2SO4 dapat diketahui bahwa kelarutan garam
sulfat dari golongan II A adalah kelarutannya akan bertambah (meningkat) dari
bawah ke atas. Sedangkan, pada percobaan kelarutan garam hidroksida
menggunakan NaOH yaitu dari atas ke bawah.
3. Pada senyawa sulfat logam alkali tanah, dari atas ke bawah, energi hidrasi
semakin menurun. Energi kisinya sebenarnya mengalami penurunan tetapi tidak
terlalu signifikan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Percobaan
Saran untuk percobaan ini adalah agar jenis logam (unsurnya) yang digunakan
lebih divariasikan lagi, sehingga lebih banyak pembanding.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium adalah agar lebih disediakan lagi alat dan bahan
praktikum, dan sarana tempat duduk untuk praktikan juga harus disesuaikan dengan
kondisi meja laboratorium, dimana kursinya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
pendek, serta kursi-kursi yang rusak agar segera diperbaiki atau diganti dengan yang
lebih baik guna kelancaran praktikum.
5.2.1 Saran untuk Asisten
Saran untuk asisten adalah memang sudah seharusnya kakak asisten untuk
senantiasa bersikap ramah, tegas dan bijaksana dalam membimbing para praktikan
(adik-adiknya), baik di dalam maupun di luar laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA
Bansal, R. K., 1980, Organic Reaction Mechanisms, New Delhi: McGraw-Hill
Publishing Company Limited.
Cotton, F. A., Wilkinson, G. dan Gaus, P. L., 1921, Basic Inorganic Chemistry, Third
Edition, Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Erwin, Nur, M. A. dan Panggabean, A. S., 2015, Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis
Ungu (Brassica oleracea L.) sebagai Indikator Asam Basa Alami, Kimia
FMIPA Unmul, 13(1): 15-18.
Kusumah, I. Y. S., 2016, Pemanfaatan Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela untuk
Pembuatan Kertas Indikator Asam-Basa Alternatif, Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Jakarta: Universitas Indonesia.
Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Diterjemahkan oleh Ismunandar, Tokyo:
Iwanami Publishing Company.
Thadaka, K. C., 2014, Acids-Bases Theory, International Journal of Mathematics
and Physical Sciences Research (IJMPSR), 1(1): 18-24.
Yadav R., Srivastav, S. dan Shukla, C., 2016, Acid-Base Basic Concepts,
International Journal of Medicinal Chemistry & Analysis, 6(1): 40-43.

Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Reaktiftas Unsur
Logam Mg
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air 2 mL.
- Dicatat dan diamati reaksi yang terjadi.
- Dipanaskan apabila tidak terjadi reaksi (sampai terbentuk
gelembung gas).
- Diteteskan indikator PP.
- Dicatat dan diamati perubahan warna yang terjadi.
Hasil
Logam Ca
-

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air 2 mL.


Dicatat dan diamati reaksi yang terjadi.
Dipanaskan bila tidak terjadi reaksi (sampai terbentuk
gelembung gas).
Diteteskan indikator PP.
Dicatat dan diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil

Logam Na

Diletakkan diatas kertas saring diatas permukaan aquades.


dalam cawan penguap
Dicatat dan diamati reaksi yang terjadi.
Diteteskan indikator PP.
Dicatat dan diamati perubahan warna yang terjadi.

Hasil
B. Kelarutan Garam Sulfat
MgCl2, CaCl2, SrCl2, BaCl2 (0,5 M)

-Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda


masing-masing 1 mL dan diberi label nama.
-Ditambahkan 1 mL H2SO4 0,5 M pada setiap tabung.
-Dicatat dan diperhatikan reaksi serta endapan yang
terjadi.
Hasil

C. Kelarutan Garam Hidroksida


MgCl2, CaCl2, SrCl2, BaCl2 (0,5 M)
-Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda
masing-masing 1 mL dan diberi label nama.
-Ditambahkan 1 mL H2SO4 0,5 M pada setiap tabung.
-Dicatat dan diperhatikan reaksi serta endapan yang
terjadi.
Hasil

Lampiran 2. Foto Hasil Percobaan

Laporan Hasil Praktikum


Laporan Hasil Praktikum
SIFAT-SIFAT UNSUR
M. NUR ALAMSYAH RAHMAN
H221 16 516

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I


UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM
LABORATORIUM KIMIA DASAR/JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

LEMBAR PENGESAHAN

SIFAT-SIFAT UNSUR

Disusun dan diajukan oleh:

M. NUR ALAMSYAH RAHMAN


H221 16 516

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 28 Oktober 2016


ASISTEN

ANDI AKBAR
NIM. H311 13 309

Anda mungkin juga menyukai