PENDAHULUAN
pribadi,
bentuk
pelayanannya
bersifat
humanistik,
dalam melaksanakan
praktek
keperawatan,
baik
yang
pusat
bagi
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
maupun
akibat
penyakit
yang
menyebabkan
akibat
hilangnya/
terganggunya
fungsi
benda di depannya.
Memiliki sisa penglihatan (lowvision): seseorang yang dapat
melihat samar-samar benda yang ada di depannya dan tidak
dapat melihat jari-jari tangan yang digerakkan dalam jarak 1
meter.
d. Cacat Mental (Cacat Mental Retardasi)
Seseorang yang perkembangan mentalnya (IQ) tidak sejalan
dengan pertumbuhan usianya biologis.
2. Cacat Mental terdiri dari:
a. Cacat Mental Retardasi
Seseorang yang perkembangan mentalnya (IQ) tidak sejalan
dengan pertumbuhan usianya biologis. Seseorang yang pernah
mengalami gangguan jiwa.
2) Hak
sebgai
panduduk
dan
berpoliutik
sesuai
kemauan
dan
kemampuannya.
3) Hak atas tindakan yang telah ditetapkan agar mereka dapat percaya diri.
4) Hak memperoleh tindakan atau pengobatan medis, psikologi0s
fungsional (penggunaan alat Bantu) seperti protesa, rehabilitasi, social,
pendidikan, dan sebagainya, yang memungkinkan dikembangkannya
kemampuan dan atau keterampilan secara maksimal agar dapat
mempercepat proses integrasi dan reintegrasi social.
5) Hak memperoleh kesejahteraan social dan ekonomi pada tingkat
kehidupan
yang
layak
(sesuai
dengan
kemampuannya
untuk
mendapatkan pekerjaan).
6) Hak mendapatkan kebuhtuhan spesifik dan harus dipertimbangkan dalam
semua tingkat perencanaan baik social atau ekonomi.
7) Hak untuk tinggal bersama keluarga atau orang tua angkat dan
berpartisipasi dalam kegiatan social, kreatif, atau rekreasi.
8) Hak mendapatkan perlindungan terhadap hal-hal yang menyangkut
diskriminasi atau tindakan kejam dari pihak lain.
9) Mereka harus mampu menggunakan kesempatan dan memanfaatkan
bantuan hokum apabila bantuan tersebut diperlukan untuk pribadi atau
mempertahankan hak-hak yang dimilikinya.
10) Organisasi orang cacat dapat berkonsultasi kepada instansi atau lembaga
terkait mengenai hal-hal yang menyangkut hak-hak mereka.
11) Orang-orang dengan kecacatan, keluarga, dan masyarakat harus
diberikan informasi tentang hak-hak mereka.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Awalnya setamat kuliah Gufron Sakaril menatap
percaya diri. Maklum saat itu ia lulus dengan nilai yang tertinggi di kelasnya.
Saya pikir, dia berfikir akan mudah mendapat pekerjaan dengan nilai yang
cukup bagus. Tapi faktanya tidak, Gufron adalah seorang penyandang cacat.
Kedua lengannya tak tumbuh seperti lazimnya lengan orang lain. Selebihnya
tidak ada perbedaan yang mencolok. Tapi jangan Tanya nasib Gufron dalam hal
pekerjaan. Sudah berapa lamaran dia buat pada perusahaan swasta, tetapi selalu
gagal setelah ia interview. Ironisnya, kegagalan tidak hanya diperoleh dari
perusahaan swasta, tapi juga instansi pemerintah. Gufron bercerita tentang
berapa kali ia gagal mengikuti tes Penerimaan Negeri Sipil lantaran tersandung
syarat sehat secara jasmani dan rohani. Akhirnya ia merasakan sekali persepsi
di masyarakat yang menyatakan bahwa penyandang cacat tak mampu bekerja.
3.2 Pembahasan
Dalam hak individu dengan cacat fisik, sebenarnya jika dikaitkan
dengan kasus diatas, perlakuan yang tidak sesuai dengan hak yang
diterima oleh Gufron adalah hak memperoleh kesejahteraan social dan
ekonomi pada tingkat kehidupan yang layak sesuai dengna
kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan, karena pada kasus
tersebut Gufron tidak mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya. Padahal Gufron telah memiliki bekal dan modal yang
layak untuk mendapat pekerjaan dan memperoleh kesejahteraan social
dan ekonominya. Seperti yang kita ketahui, setiap tenaga kerja
memiliki
kesempatan
yang
sama
tanpa
diskriminasi
untuk
memperoleh pekerjaan.
Disamping itu, Gufron harus mengetahui hak-hak yang harus
dimilikinya, agar dia bisa menuntut atas haknya tersebut seperti
mendapatkan perlindungan terhadap hal-hal yang menyangkut
diskriminasi.
Meskipun Gufron memiliki kekurangan, dia juga harus menunjukkan
kelebihan yang ia miliki dari orang-orang yang memiliki fisik
sempurna untuk meyakinkan perusahaan dan instansi pemerintahan
yang dilamar olehnya, mereka yakin bahwa Gufron layak untuk
pekerjaan
dan
penghidupan
yang
layak
tanpa
membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik sesuai
dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan,
termasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat.
BAB IV
KESIMPULAN
Pengertian Kecacatan adalah adanya dsifungsi atau berkurangnya
suatu fungsi yang secara objektif dapat diukur/dilihat, karena adanya
kehilangan/kelainan dari bagian tubuh/organ seseorang. Misalnya, tidak
adanya tangan, kelumpuhan pada bagian tertentu dari tubuh. Kecacatan ini
bisa selalu pada seseorang, yang dapat menghasilkan perilaku-perilaku yang
berbeda pada individu yang berebeda, misalnya kerusakan otak dapat
menjadikan individu tersebut cacat mental, hiperkatif, buta, dan lain-lain
(Mangunsong, 1998).
UU No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat, Pasal 1 menyebutkan
bahwa definisi penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya, yang terdiri
dari : penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, serta penyandang
cacat fisik dan mental (ganda).
10
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pebijulianto.co.vu/2009/05/hak-hak-individu-dengan-cacatfisik-dan.html
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-kecacatan-definisifaktor.html
http://novian-r-p-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37837-Penyandang
%20Cacat-Definisi%20Penyandang%20Cacat.html
http://www.academia.edu/4845176/HAKHAK_KELOMPOK_KHUSUS_D
ALAM_KEPERAWATAN_
11