Anda di halaman 1dari 3

PENGOBATAN UNTUK GANGGUAN PADA GINJAL

Gagal Ginjal
Ginjal berfungsi mengekskresi sejumlah hasil metabolisme, seperti urea, asam urut dan
kreatinin. Ginjal juga mengendalikan ekskresi elektrolit dan air sehingga mengatur
lingkungan internal tubuh. Jika gagal ginjal, produk pecahan makanan akan tertimbun dalam
darah, dan keseimbangan elektrolit dan air tidak dapat dipertahankan lagi. Bergantung pada
derajat kerusakan ginjal dan masih ada fungsi ginjal, penimbunan produk metabolisme itu
dapat dicegah dengan memilih makanan yang sesuai, yaitu mengurangi protein, air dan
garam. Namun, jika fungsi ginjal tinggal sedikit, atau hilang sama sekali, pengendalian
makanan saja tidak mungkin lagi. Agar dapat tetap hidup, ginjal rusak itu harus diganti
dengan yang berfungsi (artinya harus ditransplantasi) atau fungsi itu harus dilakukan oleh alat
artifisial atau mekanik, yaitu dialisis.
PEMBERIAN OBAT PADA GAGAL GINJAL
Jika pasien gagal ginjal harus minum obat untuk penyakit yang dideritanya, dosisnya perlu
dipertimbangkan. Ini terutama penting untuk obat dengan batas aman (safety margin) yang
sempit seperti digoksin dan gentamisin. Perlu modifikasi dosis sesuai perubahan dalam fungsi
ginjal dan dialisis. Dialisis dapat menurunkan konsentrasi terapeutik obat karena sebagian
terbuang dalam dialisat
Obat yang perlu disesuaikan dosisnya jika diberi kepada pasien gagal ginjal termasuk
amfoterisin B (fungizone), kontrimoksazol (bactrim, septrin), digoksin (lanoxin), 5fluorositosin (ancotil), gentamisin, antasid yang mengandung magnesium, metotreksat,
metronidazol (flagyl), fenobarbiton, garam kalium, prokainamid (pronestyl) dan tobramisin
(nebcin).
TERAPI YANG BERKAITAN DENGAN TRANSPLANTASI GINJAL
Masalah utama yang berkaitan dengan transplantasi ginjal adalah reaksi penolakan dan efek
samping terapi imonosupresi (mudah terkena infeksi). Penghancuran tandur oleh sistem imun
resipien, yaitu penolakan adalah masalah utama dalam mengalami gagal organ melalui
transplantasi. Agar transplantasi dapat diterima atau ditoleransi, perlu dilakukan
penghambatan respon imun resipien.
Agens imunosupresif
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah kelas penting sebagai agen imunosupresif. Agen tersebut dipakai pada
hampir semua resipien transplan dan merupakan andalan terapi imunosupresif. Obat

golongan ini yang paling sering dipakai adalah prednisolon atau prednison. Kedua obat ini
penting dalam pengobatan krisi penolakan selain sebagai terapi pemeliharaan.
Reaksi merugikan dari terapi ini adalah infeksi, tampilan cushimoid (moon face dan punuk
kerbau) ulkus peptikum, retensi natrium dan cairan, hipertensi, psikosis, hiperglikemia,
osteoporosis, dan katarak. Meskipun dosis sudah diturunkan, komplikasi utama tetap infeksi.
Azatioprin
Azatriopin adalah obat imonosupresif utama yang dipakai agar cangkokan dapat diterima
jangka panjang. Karena tidak memiliki kerja anti inflamasi dan limfolitik seperti preknison,
obat tersebut tidak efektif untuk megobati krisis penolakan akut.
Reaksi merugikan dari terapi ini adalah leukopenia, trombositopenia,dan gangguan hati. Jika
gangguan hati terjadi biasanya terapi diganti dengan obat sitotoksis lain, seperti siklofosfamid
atau klorambusil. Karena alopurinol mempunyai efek menghambat metabolisme azatriopin,
biasanya dibutuhkan seperempat dosis azatriopin jika keduanya diberikan secara bersamaan.
Siklosporin
Sebenarnya siklosporin adalah obat anti jamur. Sifat imunosupresinya untuk transplantasi
ginjal sangat berguna. Keuntungan lainnya bahwa agen tersebut tidak menghambat
hematokoiesis dan tidak mempengaruhi fungsi sel fagositik. Jadi, pasien tidak begitu rentan
terhadap infeksi.
Reaksi merugikan agens tersebut yang ironis adalah bahwa efek yang tidak diinginkan
ternyata adalah Nefrotoksisitas. Efek samping lain adalah hirsutisme, hipertrofigusi, tremor,
hepatotoksik, dan gannguan gastro intestinal. Tren saat ini adalah memakai siklos korin dosis
rendah, kortikosteroid, dan azatioprin (terapi triple). Interaksi obat ditemukan dengan
aminoglikosit, ko-trimoksazol, amfoterisin b, ketokonazol, fenitoin, rifampisin, dan isoniazik.
Jadi, sedapat mungkin hindari penggunaan obat-obat tersebut bersama siklosporin.
Dialisis
Prinsip dialisis relatif sederahana. Jika darah pasien ditampung pada satu sisi sebuah
membran semipermeabel dan sebuah larutan dengan komposisi tertentu disisi lain,substansi
yang dapat melalui membran itu dapat berpindah dari cairan dengan konsentrasi lebih tinggi
kelarutan dengan konsentrasi lebih rendah. Jadi jika kadar gula untuk substansi terntentu
misalnya ireum dan asam urat lebih tinggi dari yang dilarutan dialisis, substansi tersebut akan
berpindah kedalam larutan dialisis. Begitu pula jika kalium dartah rendah dan konsentrasi
kalium dalam larurtan dialisis lebih tinggi kalium akan masuk kedalam darah.

Dialisis dapat pula dipakai untuk mengeluarkan air dari darah yang kelebihan air dengan
menambah glukosa kedalam larutan dialisis. Tidak hanya produk limba yang dikeluarkan dari
darah melalui dialisis juga unsur-unsur esensial bagi tubuh dapat ikut keluar seperti vitamin
larut air. Dialisis ada yang disebut hemodialisis (memakai alat ginjal buatan untuk
menyaring) atau dialisis peritoneal (memakai peritoneum sebagai membran semi pemeabel).

Anda mungkin juga menyukai