TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Gagal ginjal krnosi adalah proses kerusakan ginjal selama rentang
waktu lebih dari tiga bulan. Gagal ginjal kronis dapat mrnimbulkan
simtoma, yaitu laju filtrasi glomerular berada dibawah 60 ml/men/1.73m2,
atau di atas nilai tersebut yang disertai dengan kelainan sedimen urine.
Selain itu, adanya batu ginjal juga dapat menjadi indikasi gagal ginjal kronis
pada penderitaa kelainan bawaan, seperti hioerokssaluria dan sistinuria.
Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronis atau penyalit renal
tahap akhir merupakan gangguang fungsi renal yang progressif dan
irreversibel (tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit), sehingga menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronis merupakan
perkembangan gagal ginjal progressif dan lambat (biasanya berlangsung
selama beberapa tahun).
Barbara C. Long menjelaskan bahwa kegagalan ginjal kronis terjadi
bila ginjal sudah tidak mampu memepertahannkan lingkungan internal yang
konssisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi yang tidak dimulai.
Pada banyak kasus, transisi dari kondidi sehat ke status kronis (penyalit
yang menetap) sangat lamban, bahkan membutuhkan waktu selama
beberapa tahun.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
penderita penyakit ginjal kronis terjadi penurunan fungsi ginjal secara
perlahan. Dengan demikian, gagal ginjal merupakan stadium terberat dari
ginjal kronis. Oleh karena itu, penderita harus menjalani terapi pengganti
ginjal, yaitu cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal yang memerlukan
biaya mahal.
Biasanya, penderita gagal ginjal kronis akan keholangan fungsi
ginjalnya secara bertahap. Menurut Prof. Dr. Dr. Endang Susalit, Sp.PDKGH dari Divivi Ginjal Hipertensi, FKUI, penyakit ginjal disebut kronis
jika kerusakannya sudah terjasi selama lebih dari tiga bulan. Selain itu, hasil
pemeriksaan juga menunjukkan adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal.
lansia
dimana
iskemia
renal
kronis
akibat
penyakit
Proteinuria
Proteinuria dimaksudkan dalam gagal ginjal kronis karena proteinuria
rasio protein dengan kreatinin didalam urine secara acak tunggal atau rasio
albumin dengan kreatinin. Saat ini, skrining proteinuria berbasis populasi
tidak lagi direkomendasikan . ACE inhibitor maupun angiotensin-reseptor
blocker efektif untuk menurunkan ekskresi protein. Terapi nonfarmakologi
tidak begitu efektif. Tingkat proteinuria yang memerlukan ACE inhibitor
atau angiotensin-reseptor blocker
hipertensi dan diabetes. Untuk pasien tanpa hipertensi atau diabetes, belum
ada bukti yang memadai untuk mengukur tingkat proteinuria yang
memerlukan terapi ACE inhibitor atau angiotensin-reseptor blocker. Namun,
sebuah percobaan skala besar menemukan manfaat pengobatan dengan ACE
inhibitor dibandingkan terapi antihipertensi biasa pada pasien yang memiliki
1 gram atau lebih proteinuria per hari (rasio protein dengan kreatinin sekitar
100mg/mmol).
(Syamsudin. 2011. Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal.
Jakarta: Salemba Medika)
1.3 Patofisiologi
Patofisiologi gagal ginjal kronis melibatkan mekanisme pemicu yang
bersifat khas untuk etiologi dasar serta serangkaian mekanisme progresif
yang merupakan konsekuensi lazim setelah penurunan massa renal dalam
jangka panjang, apapun etiologinya. Penurunan massa renal menyebabkan
hipertrofi nefron yang masih bertahan secara struktural dan fungsional.
Hipertrofi pengimbang ini dimediasi oleh molekul-molekul vasoaktif,
sitokin, dan faktor-faktor pertumbuhan. Hipertrofi ini awalnya terjadi karena
hiperfiltrasi adaptif, dan kemudian dimediasi oleh peningkatan tekanan dan
aliran kapiler glomerulus. Pada akhirnya, adaptasi jangka pendek ini
terbukti maladaptif karena memicu terjadinya sklerosis populasi nefron
yang masih tersisa. Jalur akhir yang biasa digunakan untuk atrisi fungsi
residual nefron bisa bertahan meskipun proses penyakit dasar sudah tidak
aktif lagi. Peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin di dalam ginjal
dapat mempengaruhi hiperfiltrasi adaptif awal dan hipertrofi maladaptif
berikutnya, serta sklerosis. Aktivasi aksis renin-angiotensin jangka panjang
ini dimediasi melalui faktor-faktor pertumbuhan hilir seperti faktor
Menangani Longistik
Selama proses transplantasi, institusi rumah sakit mempunyai bebean
yang kompleks dan mungkin saja bisa terjadi kesalahan. Kerenanya, pasien
dituntut untuk berperan aktif seakan sebagai Direkturk Longistik bagi
dirinya sendiri. Untuk itu, perlu menangani longistik dari seluruh proses in
yang meliputi:
a. Mengkoordinasikan pengobatan
b. Bersama dengan anggota keluarga, susunlah perencanaan apa saja yang
perlu dilakukan selama proses transplantasi.
c. Susunlah pembagian tugas, siapa bertugas melakukan apa.
Selama proses tranplantasi, harus tahu:
a. Kapan saatnya menjalani tes darah
b. Kapan berkonsultasi dengan dokter spesialis
c. Jika mulai menerima obat atau perawatan baru
Pada fase pemulihan dalam pemakaian imunosupresan, dalam kondisi
imunokompromais, dimana sistem imunnya tidak mampu bekerja baik
sehingga mudah terserang infeksi. Produksi sumsum tulangnya berubah
hingga banyak terjadi perubahan sel (baik jumlah maupun kualitasnya).
Salah satunya adalah sel darah putih atau leukosit (sel yang melawan
infeksi), contohnya:
a. Sel leukosit diproduksi lebih lambat dari normal
b. Sel-sel yang malfungsi tersebut tidak dapat melawan infeksi, sehingga
orang dengan pemakai imunosupresant mudah diserang penyakit yang
mengancam-jiwa (life-threatening), seperti pneumonia (radang paru) dan
sepsis (infeksi yang sangat berat)
Itulah sebabnya, mengapa sangat perlu untuk memonitor darah
lengkap yang bersangkutan supaya berada pada rentang yang optimal. Salah
satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengurangi dosisi obat.
Waktu pemulihan setelah dilakukan transplantasi sekitar dua minggu (untuk
transplantasi syngeneic) dan empat minggu (untuk transplantasi ginjal
allogenik). Selama pemulihan sebaiknya pasien harus tinggal di ruangan
dengan sistem higienis khusus dan memperoleh antibiotik untuk mencegah
infeksi sesuai indikasi.
Pada fae kunjungan ke rumah sakit untuk melakukan kontrol,
misalnya suasana diruang tunggu yang penuh dengan orang sakit bisa
membuat suasana kurang nyaman. Jika di antara para pasien diruang tunggu
itu ada yang mengidap penyakit menular, harus hati-hati. Sebab, sistem
imun di tubuh masih lemah.
Tim yang diperlukan untuk dapat membantu mengurus teransplantasi
bisa terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
mempuyai tugas:
a. Penghubung pasien dengan dokter dan yang lain
b. Memberi jadwal tahapan yang berkaitan dengan transplantasi
c. Menerangkan prosedur terkait transplantasi
Kelompok pendukung
Saat dinyatakan gagal ginjal tahap akhir, mungkin akan muncul
beberapa masalah. Bisa jadi banyak orang mulai menjauhi kehidupan,
dengan beberapa kemungkinan alasan:
a. Mungkin takut atau tidak tahu, bagaimana bersikap saat didekat anda
b. Jika penyakit adalah gagal ginjal, mungkin bisa membuat takut banyak
orang hanya karena mendengarnya
c. Komplikasi medis
Sebelum dan sesudah dilakukan transplantasi perlu ,mendapat
perhatian, karena kemungkinan bertahannya hidup akan tergantung pada:
a. Skill (keterampilan) tim medis transplantasi
b. Perilaku pasien
c. Kecocokan organ
Jika tim operasi dan dokter yang memimpin tim sangat baik dalam
pengobatan, posisi anda bisa disebut sudah mencapai base pertama.
Selanjutnya, bila anda mempunyai sikap teguh untuk berpartisipasi aktif
dalam transplantasi dengan harapan berhasil dapat dikatakan posisi anda
sudah mencapai base kedua. Dikatakan mencapai base ketiga, jika donornya
cocok dengan tubuh anda, meski ini bisa merupakan hal yang sulit untuk
dicapai. Harus dipahami bahwa lebih dari 70% orang yang membutuhkan
transplantasi tidak dapat menemukan donor yang cocok dengan tubuhnya.
(konsentrasi
osmolar
plasma)
yang
mencerminkan
dan
endokrin
lain
berkaitan
dengan
abnormalitas
muskuloskeletal.
8. Disfungsi hematologi dan imunologi
Anemia merupakan manifestasi klinis yang sering ditemukan karena
gagal ginjal menyebabkan gangguan produksi eritropoietin yang
diperberat oleh abnormalitas trombosit. Anemia mengakibatkan
kemunduran keadaan umum pasien dam menjadi penyebab primer
hipertrofi ventrikel kiri pada gagal ginjal. Sel darah putih juga
mengalami perubahan karena retensi ureum, yang menyebabkan
imunodefisiensi sehingga pasien lebih rentan terhadap infeksi.
Meskipun jumlah trombosit normal, fungsinya menjadi abnormal
karena uremia, sehingga timbul kecenderungan perdarahan.
9. Gangguan Gastrointestinal
9
Anoreksia,
mual,
dan
muntah
menyertai
gagal
ginjal
dan
10
11
14. Catat awitan, tipe, durasi, dan efek umum kejang pada pasien; segera
beritahu dokter
15. Berikan diazepam intravena (valium) atau fenitoin (dilantin) untuk
mengontrol kejang.
16. Atasi anemia dengan rekombinan eritopoietin manusia (epogen) :
pantau hematokrit pasien dengan sering. Sesuaikan pemberian heparin
sesuai keperluan untuk mencegah pembekuan aliran dialisis selama
tindakan.
17. Pantau kadar besi serum dan transferin untuk mengkaji status keadaan
besi (besi penting untuk memberikan respons yang adekuat terhadap
eritropoetin).
18. Pantau tekanan darah dan kadar kalium serum
19. Rujuk pasien pada pusat dialisis dan transplantasi di awal perjalanan
penyakit ginjal progresif
20. Lakukan dialisis saat pasien tidak dapat mempertahankan gaya hidup
yang diperlukan dengan pengobatan konservatif.
(Hackley, D. C. (1996). Handbook for Brunner and Suddath's Textbook of
Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.)
1.7 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1.
Aktivitas / Istirahat
Gejala :
Sirkulasi
Gejala :
Tanda : Hipertensi; nadi kuat, edema jaringan dan pitting; disritmia jantung;
fiction sub perikardial (respon terhadap akumulasi sisa); pucat; kulit
coklat kehijauan, kuning; kecenderungan perdarahan.
3.
Integritas Ego
Gejala :
Faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tidak ada
kekuatan.
12
Eliminasi
Gejala :
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat), oliguri, atau
anuria.
5.
Makanan / Cairan
Neurosensori
Gejala :
Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Pernapasan
Gejala :
13
Keamanan
Gejala :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TENTANG
DAN
PENGOBATAN
Keterbatasan kognitif
Kurang terpajan atau
DIHARAPKAN
KEBUTUHAN
mengingat,
interpretasi informasi
Pertanyaan atau permintaan
HASIL
KONDISI,
salah
informasi,
instruksi
atau
14
magnesium (contoh produk gandum, polong- dan akumulasi magnesium dapat mengganggu
polongan)
fungsi neurologis dan mental
Diskusikan masalah nutrisi lain, contoh Metabolik yang terakumulasi dalam darah
pengaturan
masukan
protein
sesuai menurunkan
hampir
keseluruhan
dari
menurunkan
resiko
demineralisasi
karena
akumulasi
dalam
tulang
(obat
dan
makanan
)dan
dalam
pembatasan
hiperkalsemiadapat
diet,
contoh
diakibatkan
oleh
diperkaya
kalsium
mengandung kalsium
Kaji ulang untuk mencegah pendarahan, Menurunkan resiko
dan
obat
sehubungan
yang
dengan
contoh penggunaan sikat gigi halus, pencukur perubahan faktor pembekuan atau penurunan
elektrik,
hindari
konstipasi,
observasi
diri
sebelum mengukur TD, menggunakan lengan hipertensi, perlu untuk observasi ketat terhadap
atau posisi yang sama
15
eksternal ekstrim, contoh bantalan panas atau ekstermitas bawah, mengganggu sensai perifer
salju
dan potensial resiko cedera jaringan
Buat program latihan rutin dalam kemampuan Membantu dalam mempertahanakan tonus otot
individu,
menyelingi
periode
dengan aktivitas
kelemahan
Efek fisiologis uremia atau terapi anti hipertensi
dapat , mengganggu hasrat atau penampilan
seksual
urine
atau
Sakit
kepala,
penglihatan
kabur,
organ
edema Dugaan terjadinya atau kontrol hipertensi buruk
dan
atau
perubahan
pada
mata
yanag
16
17
atau
hemodialisis
untuk
mengobati
mofetil
yang serius. Dibutuhkan cuci darah untuk menarik air agar tidak terjadi
edema paru. Biasanya pemberian obat ini diawali 60 menit sebelumnya
dengan injeksi Hidrokortison, antihistamin, dan parasetamol per oral
100mg. perlu dipastikan pemberian obat, bahwa tidak untuk kasus yang
diduga ada penyakit paru serta jamur mulut. Pemberian obat ini
diencerkan dulu dan diberikan secara infus selama enam jam. Yang perlu
diawasi adalah kadar darah lengkap tiap hari.
Efek negative preparat ATG
Efek negative preparat ATG antara lain, terjadinya reaksi alergi
fatal dan pelepasan sitokin (namun lebih ringan dibandingkan OKT3, serta
umumnya terbatas pada dosis pertama). Bisa terjadi penurunan sel darah
putih dan trombosit. Selain itu, ada peningkatan keganasan kelenjar getah
bening. Efek sampingnya berupa serum sickness (tandanya demam, ruam
vaskulitis, arthralgia serta myalgia).
Kemanjuran
Timoglobulin efektiv untuk mencegah penolakan akut. Namun
untuk perbaikan survival pasien atau graft dalam jangka panjang, masih
belum jelas. Pada kasus penolakan, kemampuan timoglobulin dalam
menurunkan episode penolakan akut sebesar 90%. Meski demikian, injeksi
steroid bolus masih umum sebagai terapi pilihan pertama (pemberiannya
lebih mudah serta efek sampingnya lebih sedikit) hanya saja timoglobulin
menjadi alternative, ketika reaksi penolakan sangat resisten terhadap
steroid.
Farmakologi
Sandimmun, preparat awal dari siklosprin, saat ini sudah jarang
digunakan, karena berupa larutan berminyak yang tidak nyaman dan daya
serap di usus sangat bervariasi, bergantung empedu. Yang lebih baru
adalah Neoral, suatu bentuk mikroemulsi, yang paling banyak digunakan
saat ini. Penyerapan akan meningkat bila diberikan bersama makanan],
serta menurun bersamaan denganj terjadinya gangguan ginjal. Setelah 2-4
jam dari saat minum, obat ini akan terikat dengan sel darah merah,
sehingga sebagian kecil saja yang bebas dalam darah. Proses
metabolismenya tergantung enzim di hati serta dinding usus. Siklosprin,
20
Kalsineurin
dan
Sirolimus
juga
bersaing
agar
21
darah
dilakukan
beberapa
kali
secara
rutin,
formula
Yang
Meningkatan
Nefrotoksisitas
Inhibitor
Kalsineurin.
22
awal post
23
penolakan akut alam perioe awal post transplantasi (dimana level inhibitor
kalsineurin berada pada tingkat yang paling tinggi). Obat-obatan darah
tinggi (misal jenis pengeblok saluran kalsium, juga obat impotensi seperti
sildenafil), dapat menurunkan penyempitan kapiler.
Nefrotoksisitas kronis inhibitor kalsineurin. Penggunaan inhibitor
kalsineurin dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ginjal
yang bersifat irreversible. Sebagian besar pasien transplantasi ginjal yang
menggunakan inhibitor kalsineurin lebih ari 10 tahun, mengalami
toksisitas inhibitor kalsineurin berupa kerusakan pembuluh darah, dan
pengecilan ginjal. Takrolimus mungkin tidak lebih toksis. Siklosporin
dihubungkan dengan peningkatan tumbuhnya jaringan parut-kelois.
Terdapat kecenerungan penggantian obat-obat inhibitor kalsineurin setlah
tahun pertama transplantasi.
Sirolimus
Sirolimus merupakan antibiotik f]g]olongan mikrolida yang secara
struktural berhubungan dengan takrolimus. Zat ini ]merupakan produk dari
organisme tanah Streptomyces higroscopicus, yang pertama
kali
24
Monitoring terapeutik
Kadar sirolimus terendah (24 jam setelah pemberian dosis atau
C0 ) berhubung dengan AUC (area di bawah kurva waktu-konsentrasi)
sirolimus. Tingkatan target:
1. 0 hingga 6 bulan setelah transplantasi, 8 sampai 12 ng/ml.
2. Lebih dari 6 bulan setelah transplantasi,6 sampai 10 ng/ml.
3. Karena waktu paruhnya yang panjang, berikanlah waktu 72 jam atau
0
lebih antarperubahan dosis serta pengukuran C
sirolimus.
jaringan
penurunan
pembentukan
darah
baru).
linfokel,
sarian mulut (tipe ulserasi) yang nyeri. Efek lainnya adlah ruam pada kulit,
khususnya jerawat dan alergi, gangguan lemak (trigliserida meningkat),
penurunan trombosit, bengkak kaki, nyeri sendi, dan teratogenik.
25
post-transplantai,
sehingga
membutuhkan
evaluasi
setelah
transplantasi).
Diantaranya
alasan
itu
adalah
26
27
lengkap
seperti
yang
disebutkan
diatas
(azathioprine
Kadang pankreatitis.
Asam Mikofenolat
Mikofenolat mofetil (MMF atau cellcept) pertama kali dikenal
tahun 1995. Obat ini dimetabolisir dengan cepat menjadi bahan aktifnya,
asam mikofenolat (MPA). mPA juga tersedia dalam bentuk garam
sodiumnya (myfortic). Kedua produk tersebut sebanding kemanjurannya.
Mekanisme kerja
Asam mikofenolat merupakan suatu inhibitor non kompetitif dari
enzim inosin monofosfat dehydrogenase (IMPDH). IMPDH merupakan
enzim pembatas dalam sintesis dari nukleotida. Sebagai konsekuensinya,
inhibisi IMPDH akan mendeplesi guanine selular serta mengeblok sintetis
DNA. Inhibisi poliferasi limfosit oleh asam mikofenolat (berkebalikan
dengan azathioprine yang bersifat non selektif). Asam mikofenolat
menurunkan pembelahan limfosit B dan T, menekan produksi antiboti,
serta membatasi aktifitas monosit untuk menekan inflamasi.
Farmakologi
Mikofenolat mofetil atau asam mikofenolat tidak bersifat
nefrotoksik. Asam mikofenolat dinetralisir menjadi zat yang tidak aktif
oleh enzim di hepar. Zat tidak aktif dari asam mikofenolat yang
dikeluarkan ke saluran cerna, diproses balik menjadi asam mikofenolat
oleh flora normal usus serta diserap kembali yang mengarah pada
28
29
Mikofenolat
Mofetil
atau
Asam
Nikofenolat
dalam
Kenyataan
Dosis maksimal ditentukan melalui tolerabilitas gastrointestinal
serta penurunan hitung sel darah putih. Efek samping gastrointestinal:
1. Terjadi diare pada 30% pasien
2. Mual, rasa kembung atau dyspepsia kepada sekitar 20% pasien.
Terjadinya efek samping saluran pencernaan. Tolerabilitas saluran
pencernaan juga dapat ditingkatkan melalui pemberian dosis lebih
kecil secara lebih sering (mikofenolat mofetil 1000 mg dua kali
sehari dijadikan 500 mg empat kali sehari).
Efek samping lainnya adalah penekanan sum-sum tulang
(berupa penurunan hemoglobin, penurunan sel darah putih serta
penurunan trombosit). Asam mikofenolat bersifat teratogenik sehingga
pasien hamil dan menyusui perlu menghindari mikofenolat mogetil
atau asam mikofenolat.
Kortikosteroid
Bentuk yang paling banyak digunakan prednisone dan
methylpredprednisolone sama seperti azathioprine, kortikosteroid
digunakan bagi pasien berusia diatas 40 tahun. Hingga sekarang
kortikosteroid dianggap sebagai obat yang tidak pernah tergantikan.
Mekanisme kerjanya meliputi:
1. Predisolone diserap konsentrasi tertinggi dalam adrah tercapi pada
satu hingga dua jam dan bertahan selama 24 jam.
2. Di inti sel limfosit T, prednisolone berikatan dengan pasangannya,
sehingga sel tersebut kehilangan daya reaktifnya, menurun
jumlahnya di lokasi ginjal cangkok.
3. Steroid dosis tinggi (500 mg metilprenisolon intravena) digunakan
untuk mengobati penolakan akut, sehingga sel limfosit T hancur.
4. Kortikosteroid membuat jaringan ginjal cangkok memungkinkan
lebih diterima.
Farmakologi
30
31
penolakan
akut
dengan
pemberian
takrolimus.
kalsine
urin
sebagai
immunosupresi
primer
banyak
pemakaian
inhibitor
kalsineurin
dari
terapi
penolakan
Mikofenolatmofetil/asammikofenolat.
akut
dengan
Mikofenolatmofetil
sebagai
penggunaan
Mikofenolatmofetil/asammikofenolat
zathioprine. Soal
33
Yang sering dikeluhkan oleh pasien adalah efek negative dari terapi
steroid dalam jangk apanjang. Upaya untuk mengurangi penggunaan
steroid secara perlahan dari pasien yang telah stabil, kurang membawa
hasil yang menggembirakan. Penggunaan induksi antibody serta
Mikofenolatmofetil/asam
mikofenolat
bertujuan
untuk
menghindari
kombinasi
mikofenolatmofetil
serta
induksi
antibody.
34
DAFTAR PUSTAKA
Chang, E, Daly, J, & Elliot, Doug. 2010. Patofiiologi Aplikasi pada Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Hackley, D. C. (1996). Handbook for Brunner and Suddath's Textbook of
Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Muhammad, Asadi. 2012. Serba Serbi Gagal Ginjal. Yogyakarta: DIVA Press.
Santoso, Djoko. 2011. Siapkan Diri Anda untuk Cangkok Ginjal. Surabaya: Jaring
Pena.
Syamsudin. 2011. Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal. Jakarta: Salemba
Medika.
Tambayong, Jan. 2014. Farmakologi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Williams, L & Walkins. 2013. Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sangat Mudah.
Jakarta: EGC.
35