Anda di halaman 1dari 15

BAB I

RUMUSAN MASALAH

Resesi yang berkepanjangan menimpa seluruh dunia, termasuk Indonesia.


Indonesia saat ini dalam situasi yang tidak menentu, baik dari segi ekonomi maupun
politik. Keadaan seperti ini menimbulkan keresahan yang sangat pada segenap lapisan
masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah atau rakyat miskin. Keperluan hidup
mesti dicukupi dari hari ke hari, sementara kemampuan masyarakat miskin untuk
memenuhinya sangat terbatas atau tidak mampu. Hal ini membuat suasana kehidupan
keras dan kejam, bahkan cenderung ke arah perlombaan yang tidak sehat. Keadaan ini
sangat efektif membuat orang stres sehingga mudah terkena penyakit, baik fisik maupun
mental. Dimana dokter pun sudah angkat tangan dalam pengobatannya terutama dari
golongan menengah kebawah, telah mendorong mereka untuk untuk mencari alternative
pengobatan lain yang relative lebih murah dan nota bene juga ampuh dalam
mnyembuhkan berbagai penyakit terminal.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pengobatan alternative telah
memberi anugrah baru bagi sisakit, sehingga pengobatan alternative memang benar-benar
menjadi alternative kususnya bagi masyarakat menengah kebawah. Akan tetapi, semakin
menjamurnya tren pengobatan alternative sebagai sebuah fenomena yang positif berubah
menjadi kontra produktif. Manakala masyarakat pada umumnya tidak beitu mengetahui
kaidah pengobatan itu sendiri sehingga mereka terseret pada bidah dan perbuatan syirik.
Untuk itulah hendaknya masyarakat memahami batasan-batasan dari pengobatan
alternative yang diperbolehkan dalam syariat islam, sehingga mereka tidak mudah
terbawa oleh janji-janji para normal (Dukun) maupun ahli-ahli pengobatan alternative
lainnya, yang nantinya akan menyeret pada bidah dan kemusrikan.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
ISLAM DAN PENGOBATAN ALTERNATIVE
Rasulullah saw diutus Allah untuk membawa rahmat bagi semesta alam dengan
menanamkan jiwa harapan dan optimisme bagi setiap insan dalam kondisi apapun.
Semangat inilah yang menyelimuti pesan dan petunjuk beliau tentang pengobatan
sebagaimana dirangkum oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Zadul Maad (Juz IV)
yang dikenal dengan At-Thibb An-Nabawi (Pengobatan Nabi). Diantaranya sebda
beliau: Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat telah mengenai penyakit maka akan
sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla (HR. Muslim) Sesungguhnya Allah tidaklah
menurunkan penyakit kecuali telah menurunkan untuknya obat yang diketahui oleh orang
yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya.
(HR.Ahmad).
Dalam al-quran juga disebutkan :
Dan kami turunkan dalam alquran ayat-ayat yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-quran tidak menambahkan bagi orang-orang
yang zalim selain kerugian . (Qs: Al-isra : 82).
Ketika umat Islam salah paham tentang takdir dengan kepasrahan fatalis tanpa
usaha sehingga mereka bertanya kepada Nabi apa perlu berobat bila datang takdir sakit,
beliau menjawab: Ya. Wahai hamba-hamba Allah, berobatlah, karena Allah Azza wa
Jalla tidak menaruh penyakit kecuali menaruh padanya obatnya, kecuali satu penyakit,
yaitu kerentaan. (HR.Ahmad). Demikian pula Abu Khizamah menanyakan kepada Nabi
tentang ruqyah (bacaan doa dan al-Quran) untuk menyembuhkan, obat-obatan untuk
berobat dan pelindung untuk pengamanan apakah semua itu dapat menolak takdir Allah,
maka beliau menjawab bahwa semua ikhtiar itu juga termasuk takdir Allah.
Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim pernah menanyakan kepada
Allah dari mana asalnya penyakit dan obat, dijawab oleh Allah dari-Ku, Nabi Ibrahim
2

menanyakan, Lalu bagaimana dengan seorang dokter/tabib? maka Allah menjawab: Ia


hanyalah seorang perantara yang dikirimkan melalui tangannya suatu obat Oleh karena
itu siapapun yang memberi obat, itu bukan masalah. Bisa saja dokter, tabib, sinshe
ataupun ahli pengobatan tradisional dan lainnya. Yang penting, misinya pengobatan dan
tercapainya kesembuhan. Kita bisa pilih sendiri mana yang berkenan di hati kita, sebab
obat mereka masing-masing biasanya berbeda, asalkan tidak mengandung bahan-bahan
yang najis, haram ataupun membahayakan serta cara-cara yang haram. Rasulullah
berpesan: Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit sekaligus obat, dan telah
menciptakan obat bagi setiap penyakit, maka berobatlah dan jangan berobat dengan yang
haram. (HR. Abu Dawud).
Dengan demikian islam sebenarnya memperbolehkan umatnya untuk senantiasa
berusaha dalam penyembuhan penyakitnya. Selain itu islam juga sebagai motifator bagi
perkembangan dan penelitian pengobatan dalam rangka menguak takdir allah yang
tersembunyi dibalik obat-obatan tesebut. Apalagi dewasa ini masyarakat tidak hanya
mengandalkan dari perkembangan teknologi dari keokteran yang nota bene biayanya
yang mahal akan tetapi masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena
semakin banyaknya penyakit yang sulit disembuhkan oleh dokter-dokter dan para ahli
sekalipun, serata tidak terjangkau masyarakat dalam masalah biaya telah mendorong
sebagian orang untuk mengembangkan suatu pengobatan tersendiri secara Natural atau
Supranatural, yang dirasa lebih efektif dari pada pengobatan secara medis yang sudah ada
sebelumnya. System pengobatan inilah yang dewasa ini menjadi trend dimayarkat dengan
sebutan pengobatan Alternative.
Dalam menyingkapi trend pengobatan Alternative tersebut tentunya masyarakat
kususnya umat islam senantiasa tetap dalam batasan-batasan yang sesuai dengan syariat
islam. Sebagaimana telah disampaikan oleh Ibnu Hajar dalam Fathal Bany , secara
umum Pengobatan dalam islam dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Pengobatan hati (diistilah oleh Qardawi dengan pengobatan Ilahi /
Supranatural).
2. Pengobatan medis yang dilakukan melalui upaya materi.

A. PENGOBATAN HATI.
Pengobatan hati / ilahi bersifat Manquul (tergantung info dari al-quran atau
rosul). Bentuk-bentuk pengobatan ini berupa bacaan-bacaan dzikir atau doa
yang pernah dilakukan oleh Rosululah untuk dipraktekan kepada sahabat
dengan sepengetahuan beliau. Manfaat pengobatan yang pertama ini,
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Al Qayyim, biasa jadi berfungsi preventife.
Dalam pengobatan ruhani atau supranatural ini tentunya terdapat syaratsyarat yang harus dipenuhi sebagaimana yang disampaikan Imam Suyuti
Tidak ada unsur syirik.
Hendaknya dengan ayat-ayat allah (al-quran), nama-nama allah dan
sifat-sifat-Nya.
Denagan bahasa arab atau yang diketahui maknanya.
Dengan berkeyakinan bahwa sebenarnya bukan dengan doa itu yang
menyebuhkan, melainkan allah-lah penyembuh segala penyakit.
Dari uraian diatas islam sudah sangat tegas melarang pengobatanpengobatan alternative supranatural oleh paranormal atau yang lainnya yang
proses pengobatannya menggunakan mantara-mantra atau jampi-jampi dengan
syarat-syarat tertentu seperti : menyembelih ayam putih atau hitam, sesajen,
tabur bunga, dan lain-lain. Karena hal tersebut telah membawa manusia dalam
perbuatan syirik yang sangat dikutuk allah. Sesungguhnya allah tidak
mempunyai

dosa

mempersekutukan

(sesuatu)

dengan-Nya,

dan

Dia

mengampuni dosa-dosa selain syirik itu bagi siapa yang mempersekutukan


(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya
(Qs. An-Nisa : 96).
Secara umum profesi "dukun" sebenarnya telah memiliki konotasi buruk
sejak zaman jahiliyah, sehingga tatkala orang-orang musrik jahiliyah ingin
menjauhkan manusia dari Nabi, mereka sebarkan isu dan mereka memberikan

gelar "kahin" (dukun) atau "sihir" (tukang sihir) agar orang-orang manjauh dari
Nabi. Begitu pula tatkala datangnya cahaya Islam, tukang sihir dan dukun
menempati track record yang buruk dalam pandangan Islam.
Di jaman modern ini dukun lebih dikenal dengan istilah ngetrennya
"Paranormal", dan keberadaan mereka mendapat tempat terhormat dalam
masyarakat baik yang berprofesi sebagai tukang ramal, tukang sulap, pemimpin
adat sampai pada dukun yang melakukan pengobatan alternatif yang
menggunakan jin sebagai prewangan (khadam/partner).
Para Dukun Mendapat Informasi dari Jin
"Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari Hisyam bin Yusuf
dari Ma'mar dari Az-Zuhri dari Urwah bin Zubeir dari Aisyah r.a. berkata,
"Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun," beliau
bersabda, "Tidak ada apa-apanya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah,
mereka kadang-kadang bisa menceritakan sesuatu yang benar kepada kami.
Maka Rasulullah SAW bersabda, "Kalimat tersebut berasal dari kebenaran yang
dicuri oleh jin, kemudian dibisikkan ke telinga para walinya (dukun). Maka para
dukun tersebut mencampurkan kalimat yang benar tersebut dengan seratus
kedustaan. "(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Hadits tersebut sejara jelas membuka kedok dan rahasia "keampuhan"
dukun yang banyak mengecoh orang-orang yang menyandarkan harapan,
keselamatan dan kebahagiaan hidupnya kepada selain Allah. Dalam hadits ini
terungkap pula teka-teki di balik kemampuan dukun yang terkadang dapat
menebak peristiwa yang akan terjadi.
Rasulullah bersabda: Bukanlah dari golongan kami, seorang yang
menggunakan petunjuk setan atau burung dan sebagainya, atau praktek sihir
untuk menerka nasib, jodoh, penyakit dan obatnya. Maka barangsiapa
mendatangi seorang dukun yang melakukan praktek-praktek demikian lalu ia
percaya akan keterangannya, orang ini adalah orang yang telah mendustakan,
dan tidak percaya dengan apa-apa yang diwahyukan kepada Muhammad saw.

Ibnu Abbas mengomentari tentang orang-orang yang menggunakan ilmu


huruf (rajah) dan ilmu nujum untuk mengetahui ilmu ghaib bahwa mereka itu
tidak akan menemui nasib yang baik kelak di sisi Allah. Hal itu biasanya para
orang pintar yang mentahbiskan dirinya (secara lisan maupun perbuatan)
mampu menyembuhkan segala penyakit menganggap seakan dirinya suci dan
kuasa meskipun diembel-emebeli dengan izin Allah. Janganlah kamu melagaklagakkan dirimu orang suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang lebih
bertaqwa. (QS. An-Najm:32).
Banyak hadits yang melarang kaum muslimin melakukan pengobatan
dengan tamaim (tamimah), yaitu suatu jimat, isim, atau benda apapun yang
digantungkan pada seseorang untuk mengusir jin, penyakit mata, gangguan
ghaib, sawan dan lain-lain. Nabi saw bersabda: Sesungguhnya jampi-jampi,
jimat dan tiwalah (guna-guna, susuk atau pelet) adalah syirik. (HR.Ahmad,
Abu Daud, Baihaqi dan Hakim).
Memang, masih ada beberapa ulama yang memperbolehkan penggunaan
jimat bila berasal dari ayat-ayat Al-Quran meskpun sebagian besar ulama tetap
melarangnya dan pendapat mayoritas ulama yang mengharamkan penggunaan
segala bentuk jimat termasuk dari jimat dari ayat al-Quran adalah yang lebih
kuat alasannya berdasarkan dalil-dalil diantaranya bahwa:
Hadits-hadits yang melarang tamaim (jimat-jimat) itu bersifat umum,
tidak membedakan antara berbagai jenis tamaim. Ketika menolak
seseorang yang memakainya, Nabi saw tidak menanyakan padanya
apakah jimatnya itu dari ayat Al-Quran atau tidak.
Pelarangan mutlak itu lebih logis sebagai upaya antisipasi (saddan
lidzdzariah) kemungkinan makin meluasnya penggunaan jimat yang
dapat menjerumuskan kepada syirik. Sebab orang yang menggantungkan
Al-Quran menjadi jimat suatu saat akan menggantungkan benda lain
sebagai jimat pula. Sehingga orang lain tidak tahu apakah jimat yang
dipakainya dari Al-Quran atau bukan.

Perbuatan seperti sama dengan merendahkan dan menghinakan AlQuran secara materi maupun maknawi, karena orang yang memakainya
akan membawanya ke tempat-tempat najis, tempat buang hajat, dalam
kondisi jenabat, atau digunakan oleh wanita haidh disamping
merendahkan fungsi al-Quran untuk dibaca, diamalakan dan diajarkan
guna memberi petunjuk manusia dan bukan dieksploitasi fisik dan materi
tulisannya untuk kepentingan duniawi dan jasmani.
Karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa semua jimat itu terlarang
sangat tepat. Bahkan Nabi saw telah menyumpah orang-orang yang memakai
jimat dalam doanya: Barang siapa yang menggantungkan jimat, mudahmudahan Allah tidak menyempurnakan urusannya; dan barang siapa yang
menggantungkan benda keramat (sebagai penangkal), mudah-mudahan Allah
tidak memberi perlindungan kepadanya.
Pengobatan yang sering dilakukan para normal dengan dengan ramalan,
bacaan, mantera, dan komat-kamit lainnya sambil kadangkala memegang
bagian tertentu pasien ataupun juga kadang dilakukan dari jarak jauh, maka
jampi-jampi dan bacaan-bacaan semacam ini terlarang hukumnya terutama yang
tidak dimengerti artinya. Hal itu berbeda dengan pengobatan ala sunnah yang
dilakukan dengan bacaan yang dapat dimengerti artinya dan berasal dari alQuran ataupun hadits Nabi (matsur dari Nabi) apa yang lebih sering dikenal
sebagai metode ruqyah maka hal itu justru hukumnya sunnah dan terpuji tanpa
meninggalakan pengobatan klinis dan medis, seperti doa atau bacaan yang
beliau ajarkan: Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini,
sembuhkanlah, (karena) Engkaulah Maha Penyembuh. Tidak ada penawar
kecuali penawar-Mu, penawar yang tidak meninggalkan penyakit. (HR.
Ahmad dan Bukhari).

Pelajaran yang dapat dipetik dari petunjuk rasulullah SAW tersebut diatas
adalah:
Terkadang dukun mendapat kabar yang benar dari jin. Akan tetapi
kedustaan yang dibawa sebenarnya jauh lebih besar dan lebih sering. Imam
Bukhari meriwayatkan pula dalam bab lain, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah SAW bersabda: "Apabila Allah memutuskan perkara di langit, para
malaikat memukul-mukulkan sayapnya dalam keadaan tunduk mendengarkan
firman Allah laksana gemerincingnya rantai besi yang terjatuh pada batu yang
licin. Maka rasa takut telah hilang dari hati malaikat, mereka bertanya: Apa
yang telah ditetapkan oleh Rabbmu? Malaikat menjawab kepada yang lain,
"Allah berfirman tentang kebenaran, sedangkan Dia Maha Tinggi lagi Maha
Besar. Maka di saat ada setan-setan pencuri dengan membentuk formasi
demikian (yakni bertumpuk satu sama lain), Sufyan memperagakan dengan
menyusun telapak tangannya dan membentangkan jari-jarinya.
Kemudian setan pencuri dengar itu berhasil mencuri dengar kalimat
yang benar, lalu ia sampaikan kepada setan di bawahnya, setan yang
dibawahnya tersebut mengabarkan lagi kepada yang dibawahnya lagi sampai
akhirnya yang paling bawah menyampaikan hingga sampai ke lidah tukang sihir
atau dukun. Bisa jadi sebelum setan sempat menyampaikan berita yang benar
tersebut keburu disambar oleh bintang api. Tetapi boleh jadi pula setan berhasil
menyampaikan hasil curiannya sebelum disambar api. Kemudian setan
menambahi kalimat yang benar tersebut dengan seratus kedustaan. Lalu
dikatakan oleh orang-orang: "Bukankah ia (dukun) telah mengatakan kita hari
begini dan begini, demikian dan demikian? Maka dukun pun dipercaya karena
kalimat yang benar yang dicuri dari langit." (HR. Bukhari).
Kebanyakan manusia cenderung lebih mudah tergoda untuk
menerima kebatilan. Jika sekali saja dukun terbukti benar, maka jiwa akan
terpengaruh untuk selalu menganggap setiap apa yang dikatakan dukun adalah
benar, sementara mereka melupakan kedustaan-kedustaan yang telah mereka
perbuat

Taruhlah seorang dukun meramal sebanyak seratus kali, lalu jin yang
bekerja

untuknya

berhasil

mencuri

dengar

sekali

saja,

hingga

dia

memberitahukan sesuatu yang benar. Maka hal ini mengandung ketakjuban


banyak orang higga dikiranya setiap kali dia ngomong mesti benar. Padahal
yang benar hanya satu persen, sekian persennya "kebetulan" benar dan sekian
persen lagi salah.
Contoh yang sangat mudah, mendekati tanggal 9-9-1999 yang lalu
para dukun, tukang ramal atau paranormal mensosialisasikan besar-besaran,
diantaranya lewat tabloid posmo, bahwa hari itu adalah hari kiamat. Ada pula
yang meramalkan Soeharto meninggal ditembak pada tahun 2000 dan
sebagainya yang ternyata jauh dari kenyataan. Namun alangkah anehnya, orangorang belum merasa jera dan kapok dikibuli oleh para penipu itu.
Tepatnya ramalan dukun bukanlah indikasi benarnya perbuatan
tersebut secara syar'iDari pintu inilah banyak orang-orang jahil tergelincir, jika
apa yang mereka usahakan yakni dengan mendatangi dukun jika kebetulan
terwujud, mereka menyangka bahwa hal itu merupakan indikasi keridlaan Allah
karen tercapainya cita-citanya. Hal ini pula yang menggeincirkan banyak orang
yang berdo'a dengan cara-cara bid'ah dan syirik seperti berdo'a kepada Allah
melalui perantara penghuni kuburan nenek moyangnya atau orang shaleh.
Ketika kebetulan tercapai, mereka menyangka bahwa apa yang mereka tempuh
berarti benar dan diridlaai Allah, padahal bisa jadi hal itu adalah istidraj, Allah
SWT berfirman, yang artinya:
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami
berikan kepada mereka itu berarti Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sesungguhnya mereka
tidak sadar."
(Q. S. Al-Mukmin: 55-56)
Kesimpulannya, bahwa tepatnya ramalan dukun, tercapainya tujuan
melalui perantaraan dukun ataupun terkabulnya do'a bukanlah merupakan
indikasi keridlaan Allah dan lurus di atas syare'at.

Syaikhul Islam mengisahkan di dalam kitabnya "Iqtadha'us Shirathil


Mustaqim" suatu kisah yang amat berharga untuk kita ambil pelajarannya.
Suatu ketika orang-orang kafir dari golongan Nasrani berhasil mengepung kota
kaum muslimin namun mereka kehabisan persediaan air minum. Lalu mereka
melobi kepada kaum muslimin agar mau memberikan air kepada mereka
dengan jaminan mereka akan meninggalkan kota kaum muslimin. Maka
musyawarahlah para pemimpin kaum muslimin. Mereka berkata:
" Biarlah mereka kehausan dan lemah kekuatan mereka lalu kita
serang mereka."
Kemudian

orang-orang

Nashrani

berdo'a

kepada

Allah

agar

menurunkan hujan atas mereka dan tiba-tiba hujan pun turun. Maka menjadi
bingunglah orang-orang awam dari kaum muslimin melihat fenomena tersebut
yang mana do'a orang kafir dikabulkan oleh Allah. Maka berkatlah amir kepada
seorang yang alim, 'Berilah pengertian kepada manusia.' Lalu disiapkanlah
mimbar untuk beliau lalu beliau berkhutbah:
"Ya Allah, sesungguhnya kami mengetahui bahwa orang-orang
kafir tersebut adalah termasuk yang rizkinya menjadi tanggunganMu sebagaimana Engkau firmankan dalam kitab-Mu: "Dan tiada
suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rizkinya..."(Q. S. Hud: 6)
Mereka berdo'a kepada-Mu dalam keadaan terjepit, sedangkan Engkau
mengabulkan do'a orang-orang yang dalam keadaan terjepit jika mereka
memohon kepada-Mu, karena itulah Engkau menurunkan hujan bagi mereka
karena semata-mata Engkaulah yang menanggung rizki mereka dan karena
mereka berdo'a kepada-Mu dalam keadaan terjepit, bukan karena Engkau
mencintai mereka, bukan pula karena Engkau mencintai agama mereka.
Sekarang kami berharap agar Engkau menunjukkan kepada kami tanda-tanda
kekuasaan-Mu sehingga menjadi teguhlah keimanan hamba-hamba-Mu yang
beriman..." Maka sebentar kemudian Allah mengirimkan badai atas orang-orang
kafir dan binasalah mereka.

10

B. PENGOBATAN MEDIS (MATERI).


Bila pengobatan ruhani (maknawi) nuansa mangul mwnjadi prinsip
utamanya, berbeda dengan pengobatan medis yang menjadikan Ilmu dan
Experimen

sebagai

landasannya.

Bahkan

Ibnu

Kholdun

dalam

Muqaddimahnya menyatakan meskipun rosulullah pernah melakukan


pengobatan medis dengan obat-obatan tertentu, seperti madu, habbah sauda
(jinten hitam), bukan hanya itu yang boleh dijadikan obat penawar. Praktek
rosulullah hanyalah exsperimen pribadi yang tidak bersifat mengikat, meski
tidak menutup kemungkinan obat yang pernah dipergunakan rosulullah tersebut
dapat juga dipraktekan dewasa ini. Manusia diberi keleluasaan peran
mengembangkan dunia medis, baik melalui industri kimia atau obat tradisional
dengan memanfaatkan kekayaan alam Tidaklah segala yang diciptakan allah
itu sia-sia, (Qs. 3 : 191).
Disamping itu nabi Muhammad SAW justru menekankan pada pengobatan
dan terapi medis secara natural, kususnya pada penyakit jasmaniah, dengan
sabdanya: Sesungguhnya penawar itu ada 3 perkara : minum, madu,
berbekam, dan menempelkan besi panas pada bagian yang sakit(Hr. Bukori)
Beliau tidak menyebutkan pengobatan dengan jimat atau jampi-jampi, tapi
beliau justru menyebutkan hal-hal yang natural. Pengobatan natural tersebut
bias melalui metode obat dalam melalui mulut, seperti : madu, yang sekarang
dapat berupa injeksi atau sejenisnya. Metode berbekam (mengeluarkan darah)
yang sekarang bisa diwujutkan dengan operasi. Metode yang menempelkan
besi panas pada bagian yang sakit, sekarang bias dengan penyinaran.
Dalam pengobatan medis sendiri terdapat kaidah-kaidah yang mesti
dipertegas :
1. Untuk melakukan pengobatan diperlukan ilmu dan pengalaman. Ilmu
dan pengalaman bias saja didapat tanpa melalui jenjang pendidikan
formal. Bahwa keahlian melakukan.

11

2. Manusia bebas mempergunakan obat apa saja, baik kimia maupun


tradisional, asalkan obat tersebut bukan termasuk barang Nazis dan
bukan yang diharamkan oleh syariat. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahwa rosulullah SAW melarang berobat dengan obat yang khablits
(jijik, nazis). (HR Muslim). Abu daud menulis hadist yang diriwayatkan
oleh Abu Darda bahwa rosulullah SAW bersapda Sesungguhnya
allah Swt menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan untuk
setiap penyakit obatnya, dan janganlah berobat dengan yang haram.
3.

Meyakini bahwa kesembuhan penyakit bukan ditentukan oleh dokter


atau obat yang

diminum. Keduanya hanya sebagai sarana bagi

kesembuhan. Sedangkan kesembuhan yang sebenarnya berasal dari allah


Swt. Maka seorang tenaga medis selain berihtiar mengobati pasien mesti
dibarengi doa bagi kesembyhan pasien, semisal doa :

Ya allah, jadikanlah dirikun sebagai perantara rahmat-Mu dan


jadikanlah usahaku sebagai salah satu sebab bagi kesembuhan
4. Meski sebagian ulama memungkinkan pengobatn fisik melalui media
ruhani, sebaiknya diupayakan melaui pengobatan meteri atau medis
disamping juga diusahakan melalui usaha ruhani memohon kesembuhan
kepada alllah. Sebab ternyata untuk penyakit fisik rosulullah pernah
bersabda yang diriwatkan oleh Bukhari dan Ibnu Abbas, bahwa
sesungguhnya obat itu lewat 3 hal : minum madu, darah yang di
bekam, serta besi yang dipanggang, ketiganya adalah sarana
pengobatan fisik. Makanya, tidak pernah didapati para sahabat membuka
klinik penyembuhan penyakit fisik dengan al-quran.

12

BAB III
KESIMPULAN.
Dari paparan tentang pengobatan yang syarI, penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesungguhnya

pengobatan-pengobatan

alternative

yang

berkembang

dikalangan

masyarakat baik supranatural maupun natural dihalalkan dalam syariat islam selama tidak
bertentangan dengan hukum syariat islam atau ada unsure syirik atau bidah.
Khusnya pada pengobatan natural manusia diberi keluasan riset dan
beresperimen, dengan syarat obat itu bukan yang termasuk yang diharamkan zatnya, dan
diperbolehkan pengobatan yang secara murni berupa terapi fisik dengan patokan etika
dan ahklak yang syari dalam mengobati.
Dengan demikian jenis pmakaian pengobatan alternative semisal Akupuntur, jamu
tradisional, pijat refleksi diperbolehkan. Sedangkan pada meditasi selama tidak mengarah
pada kekotoran tidak menjadi soal. Dan meditasi yang erbaik adalah mendekatkan diri
pada allah dan disertai pengobatan medis.

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Djalaludin. 2002. Makalah seminar Trend Pengobatan Alternatif . Malang


Dep kes RI. 1989. Al-quran dan Terjemahan . Mahkota : Surabaya.
Ibnu Kholdun. 1995. Muqaddimah. Maktobah AlAshirah : Beirut.
Web site http//.www.Keluarga Muslim.co.id.2002.

14

PENGOBATAN ALTERNATIF DALAM


PERSPEKTIF ISLAM
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah MPK 101
Pendidikan AGAMA ISLAM

Disusun Oleh:
ALVINA PUSPITASARI

(0201100001)

ANANG SATRIANTO

(0201100002)

ELY NUFRIYANTI

(0201100014)

NOFI ZAKIYA RATNAWATI

(0201100023)

DEPARTEMEN KESEHATAN REPULIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PRODI KEPERAWATAN
2003

15

Anda mungkin juga menyukai