PEMBAHASAN Sifat Koligatif

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Neng Cintyanasari (1140740048)


KIMIA V B
Percobaan yang telah dilakukan mengenai sifat koligatif larutan
yaitu fenomena tekanan osmosik dan penurunan titik beku suatu larutan.
Karena sifat koligatif merupakan sifat suatu larutan yang tidak tergantung
jenis larutan melainkan bergantung pada konsentrasi zat terlarutnya,
maka pada tekanan osmosik dan penurunan titik beku tidak bergantung
pada jenis zat yang dianalisis. Tekanan osmosik merupakan tekanan yang
diperlukan untuk menjaga kesetimbangan antara suatu larutan dengan
pelarut murninya sedangkan Osmosis adalah perpindahan molekul air melalui selaput
semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke larutan yang berkonsentrasi tinggi.
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan NaCl dengan berbagai
konsentrasi yaitu 1,5 % b/b ; 3 % b/b ; 4,5 % b/b ; 6 % b/b ; 7,5 % b/b ; dan 9 % b/b ; serta
larutan isotonik. Pada percobaan ini juga dilakukan pengukuran massa jenis masing-masing
larutan. Pada penentuan massa jenis larutan dilakukan dengan penimbangan piknometer
kosong yang bertujuan untuk mengetahui massa pikno yang kemudian dapat menentukan
massa larutannya. Kemudian dilakukan penimbangan piknometer yang berisi aquades yang
bertujuan untuk mengetahui volume piknometer tersebut. Dari hasil penimbangan yang
dilakukan maka massa jenis masing masing larutan dapat diketahui. Adapun massa jenis
larutan NaCl 1,5 % b/b ; 3 % b/b ; 4,5 % b/b ; 6 % b/b ; 7,5 % b/b ; dan 9 % b/b secara
berturut-turut adalah 1,0083 g/ml , 1,0211 g/ml, 1,0401 g/ml, 1,0405 g/ml, 1,0543 g/ml, dan
1,0652 g/ml. Terlihat dari hasil massa jenis yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi larutan maka akan semakin besar pula massa jenis larutan tersebut.
Percobaan selanjutnya yaitu mengenai fenomena tekanan osmosis menggunakan
larutan NaCl berbagai konsentrasi dan larutan isotonik. Pertama larutan NaCl dengan
konsentrasi 1,5 % b/b ; 3 % b/b ; 4,5 % b/b ; 6 % b/b ; 7,5 % b/b ; dan 9 % b/b serta larutan
isotonik dimasukkan kedalam spuit yang jarum spuitnya tidak terlalu tajam, hal ini karena
jarum memiliki ujung yang tidak rata oleh karena itu jarum harus dipotong sedikit pada
bagian ujungnya agar rata dan tidak terlalu tajam. Setiap larutan masing-masing dimasukkan
sebanyak 2 ml. Kemudian jarum spuit ditusukkan pada kentang yang telah bersih setinggi 1/3
bagian jarum suntik. Kemudian semua jarum spuit yang telah terisi kentang direndam dalam

tabung reaksi yang telah berisi aquades. Setelah itu didiamkan selama 24 jam, hal ini
dilakukan untuk melihat perubahan volume atau tinggi larutan yang ada pada spuit. Terjadi
perubahan volume larutan dalam spuit dimana volume spuit semakin bertambah. Adapun
volume akhir spuit dari konsentrasi terkecil ke terbesar yaitu 2,3 ml, 3,1 ml, 3,2 ml, 4,1 ml,
3,0 ml, dan 2,6 ml, sedangkan untuk larutan isotonik yaitu 3,5 ml. Perubahan volume yang
terjadi ini dikarenakan proses tekanan osmotik yang terjadi, dimana larutan yang memiliki
konsentrasi rendah akan berpindah pada larutan konsentrasi tinggi melalui membran
semipermiable. Kentang pada percobaan ini berfungsi sebagai membran semipermiable
karena kentang hanya dapat ditembus oleh air sedangkan zat terlarut NaCl akan tertahan dan
tidak dapat melewati membran. Adapun tekanan osmotik yang didapat untuk larutan NaCl
dari yang terkecil ke yang terendah yaitu 12,3 atm, 25,092 atm, 37,392 atm, 50,43 atm, 3, 074
atm dan 75,27 atm. Dari data yang didapat terlihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan
maka akan semakin besar juga tekanan osmotiknya, dan ini sesuai dengan teori bahwa
tekanan osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi. Larutan yang memiliki tekanan
osmotik lebih rendah daripada yang lain disebut sebagai hipotonis , sedangkan larutan yang
mempunyai tekanan lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonis. Dengan begitu
larutan NaCl 1,5 % b/b merupakan larutan hipotonis sedangkan larutan NaCl 9% b/b
merupakan larutan hipertonis. Pada larutan isotonik memiliki tekana yang sebanding dengan
larutan NaCl 9% b/b yaitu 75,27 atm. Namun dalam teori menyebutkan bahwa larutan
isotonik merupakan larutan yang memiliki tekanan osmotik sama. Adapun faktor yang
mempengaruhi tekanan osmotik yaitu , konsentrasi larutan NaCl dan ketebalan membran.
Percobaan selanjutnya yaitu penurunan titik beku pada larutan NaCl dan larutan
isotonik. Konsentrasi NaCl yang digunakan masih sama dengan konsentrasi pada percobaan
sebelumnya. Pertama larutan NaCl dan larutan isotonik dibekukan dalam freezer. Larutan
isotonik akan lebih mudah membeku dibandingkan dengan larutan NaCl, hal ini karena
larutan NaCl merupakan campuran dari aquades dan padatan NaCl dimana aquades
membutuhkan suhu 0oC utnuk bisa membeku. Jika konsentrasi NaCl besar dimana campuran
NaCl yang ditambahkan akan banyak yang menyebabkan banyak pula partikel NaCl nya,
maka suhu yang dibutuhkan untuk membekukan larutan akan semakin rendah, dan akan
semakin lama waktu yang dibutuhkan. Titik beku aquades adalah 0 oC, dengan adanya zat
terlarut dalam air maka akan menurunkan titik bekunya yaitu kurang dari 0 oC. Partikelpartikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut
terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih

rendah. Adapun penurunan titik beku dari larutan NaCl konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi yaitu -4oC, -13oC, -15,6oC, -9oC, -24,3oC, dan -23oC. Sedangkan penurunan titik beku
teoritis yaitu 0,96oC, 1,92oC, 2,88oC, 3,89oC, 4,87oC, dan 5,79oC. Ada perbedaan dari hasil
percobaan dan teoritis, hal ini dikarenakan beberapa faktor salah satunya yaitu penggunaan
thermometr dimana thermometer yang digunakan bukan thermometer yang dapat
menjangkau suhu dibawah 0oC.

KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

Tekanan osmotik yang didapat untuk larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi 1,5 %
b/b ; 3 % b/b ; 4,5 % b/b ; 6 % b/b ; 7,5 % b/b ; dan 9 % b/b secara berturut-turut yaitu
: 12,3 atm, 25,092 atm, 37,392 atm, 50,43 atm, 3, 074 atm dan 75,27 atm. Sedangkan

untuk larutan isotonik yaitu sebanding dengan NaCl dengan konsentrasi 9 % b/b.
Penurunan titik beku percobaan yang didapat untuk larutan NaCl 1,5 % b/b ; 3 % b/b ;
4,5 % b/b ; 6 % b/b ; 7,5 % b/b ; dan 9 % b/b secara berturut-turut yaitu : 4oC, -13oC,
-15,6oC, -9oC, -24,3oC, dan -23oC. Sedangkan larutan isotonik akan sebanding dengan

larutan NaCl 9% b/b.


Penurunan titik beku teoritis yang didapat untuk larutan NaCl yaitu : 0,96oC, 1,92oC,

2,88oC, 3,89oC, 4,87oC, dan 5,79oC.


Volume spuit pada larutan NaCl mengalami perubahan volume. Adapun perubahan
volumenya dari konsentrasi kecil yaitu : 0,3 ml, 1,1 ml, 1,2 ml, 2,1 ml, 1ml, dan 0,6

ml.
Perubahan volume (V) terhadap titik beku yaitu berbanding lurus.
Massa jenis larutan NaCl yang didapat dari konsentrasi terendah ke tertinggi yaitu :

1,0083 g/ml , 1,0211 g/ml, 1,0401 g/ml, 1,0405 g/ml, 1,0543 g/ml, dan 1,0652 g/ml.
Hubungan antara massa jenis dengan konsentrasi larutan yaitu bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan maka akan semakin besar pula massa jenis larutan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai