Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Operasi Teknik Kimia II


HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE (HETP)

Disusun oleh :
Nama

: Amanda Wilis W

NIM

: 011400365

Prodi

: Teknokimia Nuklir

Semester

: IV

Kelompok

: A-3

Rekan Kerja

: Alfiyatur R
Hezekiel K P

Asisten

: Sugili Putra, S.T, M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2016

HEIGHT EQUIVALENT OF THEORITICAL PLATE


(HETP)
I.

TUJUAN
Menentukan nilai Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan
isian dalam suatu kolom yang memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan
komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis.

II.

DASAR TEORI
1.1

Distilasi
Distilasi adalah suatu operasi untuk memisahkan larutan yang relatif volatil menjadi

komponen-komponen penyusunnya atas dasar perbedaan titik didih yang signifikan dengan
jalan menambahkan panas ke dalam campuran yang akan dipisahkan. Pada operasi distilasi
fase cair berada dalam kesetimbangan pada titik didihnya, sedangkan fase uap berada pada
titik embunnya. Perpindahan massa dari fasa cair terjadi dengan penguapan dan dari fasa uap
terjadi dengan pengembunan yang berlangsung secara simultan. Masing-masing komponen
campuran umpan terdapat di dalam kedua fase itu, hanya berbeda jumlah relatifnya. Pada
larutan ideal volatilitas dapat dikaitkan langsung dengan tekanan uap murni masing-masing.
Distilasi banyak digunakan untuk memisahkan campuran cairan agar menjadi
campuran yang lebih murni. Keuntungan pemisahan secara distilasi adalah tidak
diperlukannya komponen tambahan, sehingga tidak diperlukan proses lebih lanjut untuk
menghitung senyawa yang ditambahkan tersebut. Alat yang diperlukan untuk operasi distilasi
dapat berupa kolom berplat dengan sieve tray atau bubble cap tray, atau dapat pula
menggunakan kolom dengan bahan isian (packing).
Secara umum ada dua macam menara distilasi, yaitu menara dengan bahan isian (packed
tower) dan menara plate (plate tower).Berdasarkan konstruksi, menara distilasi digolongkan:
1. Menggunakan plate dengan bubble cup atau perforated.Bila umpan dari komponenkomponon yang berbeda jauh titik didihnya yang menguapterlebih dahulu adalah yang
titik didihnya rendah. Sedangkan umpan dengan beda titik didih yang dekat maka hasil
atas masih tercampur (belum murni). Untuk mendapatkanalkohol murni, hasil atas

sebagian distilasi kembali berulang-ulang sampai didapatkanalkohol murni. Untuk


mengurangi distilasi yang berulang maka dipakai plate. Disiniterjadi kontak antara cairan
keatas dengan aliran kebawah. Makin banyak zat yangdidistilasi melewati plate maka
hasilnya makin murni.
2. Menggunakan packing dengan menara bahan isian seperti yang dipakai dalam
percobaanHETP.Menara bahan isian terdiri atas sebuah silinder vertikal yang didalamnya
terdapat bahan isian tertentu. Bahan isian merupakan media untuk memperluas bidang
kontak antara fase uap dan cair sehingga transfer massa dan panas berjalan baik. Cairan
mengalir melewati permukaan bahan isian dalam bentuk lapisan film tipis sehingga luas
bidangkontak antara fase uap dan cair makin besar. Cairan masuk dari bagian
atasmenara,sedangkan gas masuk dari bagian bawah menara. (Brown,1950).
Jenis bahan isian antara lain :
1. Bahan isian yang tersusun secara teratur (regular packing),diantaranya double spiral ring,
wood grid.
2. Bahan isian yang tersusun secara acak (random packing), diantaranya rashing ring, ring
packing.
3. Pseudo plate column, kontak fase terjadi pada plate seperti misalnya hitted trays, triple
trays. ( Treybal, R.E., 1986)
Sifat-sifat bahan yang harus dimiliki bahan isian adalah :
1. Perbandingan luas permukaan bidang basah (bidang kontak) bahan isian per
satuanvolume bahan isian cukup besar.
2. Susunan bahan isian dalam kolom

cukup

memberikan

rongga

kosong,

sehinggamemudahkan aliran fluida, sedangkan penurunan tekanan aliran tidak terlalu


besar.
3. Permukaan bahan isian mudah menjadi basah.
4. Tahan terhadap suhu dan perubahannya, dan tidak mudah berkarat.
5. Cukup kuat, tidak mudah pecah.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom plat

adalah

jumlah plat yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang dikehendaki, diameter
kolom, kalor yang diperlukan dalam pendidihan, kalor yang dibuang pada kondensor, jarak
antar plat yang dipilih, dan konstruksi plat.
Gambar di bawah menunjukkan diagram neraca bahan untuk contoh umum fasilitas
distilasi kontinyu. Neraca massa untuk sistem tersebut adalah :

Refluks
Lo.Xo

Neraca bahan totalF = D + B


Neraca komponen F XF = D XD + B XB
Dengan mengeliminasi B dari kedua persamaan di atas, diperoleh :
D
F

XF XB
XD XB

Dan eliminasi D menghasilkan :


B
F

XD X B

Gambar 1. Fasilitas destilasi secara kontinyu


1.2

Pengertian HETP
Bahan isian padat dan inert yang memiliki luas permukaan per satuan volume

kolom dapat digunakan sebagai pengganti bubble cap plate. Berapa tinggi bahan isian
dalam kolom yang bisa memberikan suatu komposisi produk pemisahan campuran tertentu
harus dievaluasi.
Suatu kolom dengan bahan isian dibagi-bagi dalam unit-unit atau satuan-satuan
tinggi bahan isian, dimana setiap satuan tinggi bahan isian mampu menghasilkan uap dan

Pendingin

cairan keluar dari satuan ini dalam keadaan setimbang. Menurut definisi, pada satu plat
Kolom Distilasi

ideal, uap dan cairan yang meninggalkan plat idealHasil


juga
pada keadaan kesetimbangan fase
atas
D.XD
atau kesetimbangan termodinamik. Berarti satu satuan
unit kolom tersebut ekivalen dengan

satu plat ideal. Umpan


Inilah konsep HETP. Karena itu dapat dinyatakan bahwa :
F.XF

Tinggi bahan isian (Z) = jumlah plat ideal


atau teoritis (N) x HETP
Pemanas
Tentu saja pernyataan ini berlaku untuk sesuatu operasi pemisahan tertentu, seperti
kolom isian pada operasi penyulingan, absorpsi, dan ekstraksi.
Penggunaan pernyataan HETP

Hasil bawah
B.XB karena
diperlukan,

dapat menggantikan proses

bertingkat berlawanan arah, meskipun dari segi teoritis dipandang kurang fundamental.
HETP harus dievaluasi secara eksperimen, karena HETP berubah oleh tipe, jenis, ukuran
bahan isian, sangat dipengaruhi pula oleh kecepatan aliran kedua fluida (uap, cairan)
maupun kisaran konsentrasi. Karena itu diperlukan banyak data eksperimen.
1.3

Evaluasi Jumlah Plat Teoritis (N)


Tinggi bahan isian (Z) ditentukan oleh nilai N atau jumlah plat teoritis dan nilai

HETP. Jumlah plat teoritis N dapat dievaluasi menurut metode McGabe-Thiele (campuran
biner) atau persamaan Fenske-Underwood.
1.3.1

Metode McGabe-Thiele

Persyaratan :
1. Dalam diagram entalpi-komposisi, garis uap jenuh dan cairan jenuh keduanya berupa
garis lurus dan sejajar
2. Kecepatan aliran molal tetap
3. Panas laten penguapan mendekati tetap
4. Campuran biner, ideal
Untuk evaluasi jumlah plat teoritis (N) diperlukan data kesetimbangan
termodinamik atau y versus x, pada suhu tekanan operasi tertentu. Biasanya mol fraksi i
dalam umpan, produk atas dan bawah dan kondisi termal umpan diketahui. Kita masih
perlu melukiskan garis-garis operasi berikut :
1. Garis operasi atas

n1 R

X
D
D
Xn
1
R 1
D
D

Garis operasi atas ini akan memotong sumbu y pada :


X
R

D
1

q
1q

2.

XF
1q

Garis q

q adalah panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi uap, dibagi panas
laten penguapannya. Dari nilai q yang didapat, bisa dihitung lereng garis q yaitu -q/
(1-q) sehingga garis q dapat dilukis dengan lereng ini melalui titik umpan (Z F) di
diagonal. Beberapa harga q untuk berbagai kondisi umpan dapat diketahui sebagai
berikut :
q > 1, umpan dingin
q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh)
0 < q < 1, umpan sebagian berwujud uap
q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh)
q < 0, umpan uap panas lanjut

3.

BX B
Lm
Ym1
Xm
Lm B
Lm B

Garis Opersasi Bawah

Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di sekitar
reboiler. Supaya mudah, kita cari saja titik potong antara garis operasi atas dan garis
q, misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P dengan titik XB. Jika ketiga garis
tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis dapat dievaluasi.

XD
q

Zf

XD
RD 1

XB

Gambar 2. Evaluasi N secara grafik


1.3.2

Metode Fenske-Underwood

Persyaratan :
1. Refluks total
2. Nilai sifat penguapan relatif tetap
3. Kecepatan aliran molal dan penguapan tetap.

XD (1 XB )

log
Nmin

XB (1 XD ) 1
log avg

Jika dipakai refluks total, garis


operasi atas dan bawah berimpit dengan garis diagonal, dan jumlah plat teoritis minimal
(Nm). Menurut Fenske-Underwood berikut :

avg adalah volatilitas relatif rata-rata =


o
P
A
AB o
P
B

B D

untuk campuran biner ideal AB dapat ditentukan dengan persamaan

dengan :
o
PA
o
PB

tekanan uap murni zat A pada suhu tertentu

tekanan uap murni zat B pada suhu tertentu

dalam hal ini komponen zat A adalah lebih volatil dari pada komponen zat B.
III.

BAHAN DAN ALAT


III.1

Bahan yang digunakan

1.

Alkohol 96 %

2.

Aquadest

III.2

Alat yang digunakan

1. Rangkaian alat destilasi


2. Piknometer 5 mL

3. Neraca analitik
6
4. Gelas
beker 25 mL; 50 mL
4

5. Gelas ukur 100 mL; 500 mL


6. Pipet tetes
7. Labu ukur 500 mL

8. Bulbpet
9. Corong kaca
2

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pemanas listrik
Labu leher tiga
Thermometer
Kolom isian
Kran refluks
Penampung
destilat

7.

Pendingin tegak

Gambar 3. Rangkaian alat percobaan


IV.

LANGKAH KERJA
1. Larutan umpan air-alkohol dibuat sebanyak 500 mL.
2. Komposisi campuran biner larutan umpan dievaluasi dengan cara mengukur densitasnya.
3. Alat destilasi dirangkai sesuai dengan Gambar 3.
4. Larutan standar air-alkohol dengan variasi konsentrasi alkohol 20 %; 40%; 50%; 60%;
dan 80% dibuat dan diukur densitasnya masing-masing.
5. Kurva standar hubungan antara konsentrasi alkohol dengan densitasnya dibuat.

6. Larutan umpan dengan konsentrasi alkohol 80% sebanyak 450 mL dimasukkan ke dalam
labu leher tiga, kemudian didistilasi dengan refluks total, sampai keadaan steady. Kondisi
ini ditandai oleh suhu atas dan bawah yang konstan.
7. Larutan destilat dan residu diambil masing-masing sebanyak 10 mL
8. Suhu atas dan bawah diamati dan dicatat.
9. Larutan destilat dan residu didinginkan hingga suhu kamar lalu diukur densitasnya.
10. Larutan destilat dan residu yang telah diukur densitasnya dicari besar konsentrasinya
dengan tabel/kurva densitas.
11. Langkah nomor 6 hingga nomor 10 diulangi untuk konsentrasi alkohol yang berbeda.
V.

DATA PENGAMATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

VI.

Massa piknometer kosong


Massa piknometer + aquadest
Massa piknometer + alkohol 80%
Massa piknometer + alkohol 60%
Massa piknometer + alkohol 50%
Massa piknometer + alkohol 40%
Massa piknometer + alkohol 20%

8. T aquadest

= 8,4955 g
= 14,7725 g
=13,8983 g
= 14,1883 g
= 14,3146 g
= 14,4242 g
= 14,6058 g
= 28

9. Tinggi packing

= 20 cm

Konsentrasi
Alkohol
(%)

Tb

(
)

Td

(
)

mb +
Piknometer
(g)

md + piknometer
(g)

80
60
50
40
20

81
82
84
85
90

71
75
75
76
76

13,8012
14,0952
14,2076
14.3613
14,5150

13,5227
13,5498
13,5527
13,5561
14,3848

Alkohol yang digunakan untuk membuat kurva standar adalah alkohol p.a. 96 %.
Untuk larutan sampel :
X d = 92% dan Xw = 15%.
PERHITUNGAN

6.1. Menghitung densitas

1. T aquadest = 28
Massa aquadest = (Massa piknometer + aquadest) (massa piknometer kosong)
= 14,7725 g - 8,4955 g
= 6,2770 g
aquadest pada suhu 28 = 0,9962365 g/mL
massa
volume
m
v

6,2770 gram
v
0,9962365 g / mL

6,3007 mL

Dengan cara yang sama diperoleh sata sebagai berikut:


Tb Td
Densitas
mb +
md +
Konsentra
(
( Piknomete piknomet
bottom
si Alkohol

(g/mL)
r
er
(%)
(g)
(g)
)
)
80
81 71
13,8012
13,5227
0,8421
60
82 75
14,0952
13,5498
0,8887
50
84 75
14,2076
13,5527
0,9066
40
85 76
14,3613
13,5561
0,9310
20
90 76
14,5150
14,3848
0,9554

Densitas
destilat
(g/mL)
0,7979
0,8022
0,8026
0,8032
0,9347

6.2. Menentukan Kadar


Kadar berat alkohol dihitung berdasarkan tabel 2-112 (perrys chemical Handbook)
T = 28 , = 0,8421 g/mL (residu 1)
Pada table 2-112 diperoleh data suhu dan kadar alkohol sebagai berikut:
T= 28 0C, = 0,8421 g/mL (residu 1)

= 0,8440 g/mL, %alkohol=78%

= 0,8416 g/mL, %alkohol=79%

Interpolasi kadar pada suhu 25 0C


78%

0,8440 g/mL

0,8421 g/mL

79%

0,8416 g/mL

0,8440 g / mL 0,8421 g / mL
78% x

78% 79% 0,8440 g / mL 0,8416 g / mL


78% x 0,0019 g / mL

1%
0,0024 g / mL
0,0019 g / mL 0,1872% 0,0024 x
x 77,20%

Interpolasi pada suhu 28 0C adalah :


T=30 0C, % alkohol = 77%
T=25 0C, % alkohol = 78,8%
78,8%

25 0C

28 0C

77%

30 0C

25 0 C 28 0 C
78,8% x

0
0
25 C 30 C 78,8% 77%
3 0 C 78,8% x

1,8%
50 C
5,4% 394% 5 x
x 77,2%

Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda diperoleh hasil sebagi berikut:
Kadar alkohol dalam umpan, destilat, dan residu pada suhu 28 0C

Kadar Larutan
Alkohol
80%
60%
50%
40%
20%
80%
60%
50%
40%
20%
80%
60%
50%
40%
20%

Keterangan

Feed

Destilat

Residu

Densitas (gram/mL)

Kadar (%)

0,8575
0,9035
0,9236
0,9410
0,9698
0,7979
0,8022
0,8026
0,8032
0,9347
0,8421
0,8887
0,9066
0,9310
0,9554

71,38
51,73
42,65
34,14
16,68
94,78
93,24
93,09
92,87
37,32
77,72
58,17
50,36
39,14
26,13

6.3. Menentukan Fraksi Mol


Fraksi Mol Umpan Larutan Alkohol 80%

Xf =

kadar . V pikno . umpan


Mr etanol

kadar .V pikono . umpan


( 1 etanol ) .V pikno . air
+
Mr etanol
Mr air

)(

0,7138 .5 mL . 0,8575 g /mL


46,07 g/mol
Xf =
(10,7138).5 mL . 0,9962365 g /mL
0,7138 .5 mL . 0,8575 g /mL
+
46,07 g/mol
18 g /mol

)(

Xf =0,4562

Xd=

Fraksi mol destilat (Xd)


kadar .V pikno . destilat
Mr etanol

kadar . V pikono . destilat


( 1 etanol ) . V pikno . air
+
Mretanol
Mr air

)(

0,9478 .5 ml . 0,7979 g /ml


46,07
Xd=
(10,9478) .5 ml . 0,9962365 g /ml
0,9478 .5 ml . 0,7979 g /ml
+
46,07
18

)(

Xf =0,8503

Xb=

Fraksi mol residu (Xb)


kadar . V pikno . residu
Mr etanol

kadar .V pikono . residu


(1 etanol ) .V pikno . air
+
Mr etanol
Mr air

)(

0,7772 .5 ml . 0,8421 g /ml


46,07
Xb=
(10,7772) .5 ml .0,9962365 g/ml
0,7772.5 ml . 0,8421 g /ml
+
46,07
18

)(

Xf =0,5353

Dengan cara yang sama diperoleh hasil sebagai berikut sebagi berikut:
Kadar
Fraksi Mol
Densitas
Keterangan
Larutan
Kadar (%)
(gram/mL)
Alkohol
0,4562
80%
0,8575
71,38
Feed

Destilat

Residu

60%

0,9035

51,73

0,2752

50%

0,9236

42,65

0, 2122

40%

0,9410

34,14

0,1606

20%

0,9698

16,68

0, 0708

80%

0,7979

94,78

0, 8503

60%
50%
40%
20%

0,8022
0,8026
0,8032
0,9347

93,24
93,09
92,87
37,32

80%

0,8421

77,72

0,8127
0,8092
0,8040
0,1792
0, 5353

60%
50%
40%

0,8887
0,9066
0,9310

58,17
50,36
39,14

0,3265
0,2651
0,1902

20%

0,9554

26,13

0,1170

6.4. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan proses distilasi untuk menentukan nilai Height
Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang dicapai oleh satu
plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis.

Anda mungkin juga menyukai