Anda di halaman 1dari 26

Macam Pembangkit Listrik

Diposkan oleh faisal pada Selasa, Maret 02, 2010


Dalam kehidupan sehari2, kita tentu sudah tak asing lagi dengan yg namanya listrik. yup,
memang benar listrik pada masa kini sudah menjadi bagian keseharian kita. Namun apakah kita
tahu bagaimana proses "pembuatan" listrik?? secara umum, pembangkit listrik ada 6 macam,
yaitu: PLTA (yg paling familiar di telinga), PLTU (juga ga asing), PLTG (lumayan terkenal),
PLTGU (kurang familiar), PLTP (panas bumi), dan PLTD (diesel). berikut secara rinci
pembangkit listrik tersebut bekerja:
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
Air Air adalah sumber daya alam yang merupakan energi primer potensial untuk Pusat Listrik
Tenaga Air (PLTA), dengan jumlah cukup besar di Indonesia. Potensi tenaga air tersebut tersebar
di seluruh Indonesia. Dengan pemanfaatan air sebagai energi primer, terjadi penghematan
penggunaan bahan bakar minyak. Selain itu, PLTA juga memiliki keuntungan bagi
pengembangan pariwisata, perikanan dan pertanian.Pada dasarnya, energi listrik yang dihasilkan
dari air, sangat tergantung pada volume aliran dan tingginya air yang dijatuhkan. Sumber air
potensial didapat dari hasil pembelokkan arah arus air sungai di daerah pegunungan tinggi oleh
sebuah bendungan/waduk yang memotong arah aliran sungai dan mengubah arah arus menuju
PLTA. Dari cara membendung air, PLTA terbagi atas 2 jenis, yaitu: PLTA Run-O

ff River (Memotong Aliran Sungai) dan PLTA


Kolam Tando.Ilustrasi siklus perubahan wujud energi pada PLTA:Kedua PLTA tersebut memiliki
kesamaan, yaitu membendung aliran air sungai dan mengubah arahnya ke PLTA. Bedanya, pada
PLTA Kolam Tando sebelum aliran air sampai ke PLTA, debit air ditampung dalam suatu kolam
yang biasa disebut kolam tando. Sedangkan pada PLTA Run-Off River tidak. Kolam Tando ini
berguna menjadi sumber cadangan air, ketika debit air sungai menurun akibat musim kemarau
yang panjang.Memang dari segi biaya pembangunan, PLTA Run-Off River akan menelan biaya
yang lebih rendah daripada PLTA Kolam Tando karena PLTA Kolam Tando memerlukan waduk
yang besar dan daerah genangan yang luas. Tetapi jika terdapat sungai yang mengalir
keluar dari sebuah danau, danau ini dapat dipergunakan sebagai kolam tando alami, seperti pada
PLTA Asahan di Danau Toba, Sumatra Utara.Air yang terbendung dalam waduk akan dialirkan
melalui saluran/terowongan tertutup/pipa pesat sampai ke turbin, dengan melalui katup
pengaman di Intake dan katup pengatur turbin sebelum turbin. Pada saluran pipa pesat terdapat
tabung peredam (surge tank), yang berfungsi sebagai pengaman tekanan yang tiba-tiba naik, saat
katup pengatur ditutup.Air mengenai sudu-sudu turbin yang merubah energi potensial air
menjadi energi gerak/mekanik yang memutar roda turbin, yang pada gilirannya generator akan
merubah energi gerak/mekanik tersebut menjadi energi listrik. Katup pengatur turbin akan
mengatur banyaknya air yang akan dialirkan ke sudu-sudu turbin sesuai kebutuhan energi listrik
yang akan dibangkitkan pada putaran turbin yang tertentu. Putaran turbin yang terlalu cepat
dapat menimbulkan kerusakan pada turbin dan generator, dimana hal ini dapat terjadi pada saat
beban listrik tiba-tiba lepas/ hilang. Untuk mengatasi putaran yang berlebihan maka katup
pengatur turbin harus segera ditutup. Katup pengatur turbin yang tiba-tiba menutup akan
mengakibatkan terjadinya goncangan tekanan arus balik air ke pipa pesat, dimana goncangan ini
diredam dalam tabung peredam.
PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
Uap Uap yang terjadi dari hasil pemanasan boiler/ketel uap pada Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU) digunakan untuk memutar turbin yang kemudian oleh generator diubah menjadi energi
listrik. Energi primer yang digunakan oleh PLTU adalah bahan bakar yang dapat berwujud padat,
cair maupun gas. Batubara adalah wujud padat bahan bakar dan minyak merupakan wujud
cairnya. Terkadang dalam satu PLTU dapat digunakan beberapa macam bahan bakar.PLTU
menggunakan siklus uap dan air dalam pembangkitannya. Mula-mula air dipompakan ke dalam
pipa air yang mengelilingi ruang bakar ketel. Lalu bahan bakar dan udara yang sudah tercampur

disemprotkan ke dalam ruang bakar dan dinyalakan, sehingga terjadi pembakaran yang
mengubah bahan bakar menjadi energi panas/ kalor. Udara untuk pembakaran yang dihasilkan
kipas tekan/force draf fan akan dipanasi dahulu oleh pemanas udara/heater. Setelah itu, energi
panas akan dialirkan ke dalam air di pipa melalui proses radiasi, konduksi dan konveksi,
sehingga air berubah menjadi uap bertekanan tinggi. Drum ketel akan berisi air di bagian bawah
dan uap di bagian atasnya. Gas sisa setelah dialirkan ke air masih memiliki cukup banyak energi
panas, tidak dibuang begitu saja melalui cerobong, tetapi akan digunakan kembali untuk
memanasi Pemanas Lanjut ( Super Heater), Pemanas Ulang (Reheater), Economizer dan
Pemanas Udara.Dari drum ketel, uap akan dialirkan menuju turbin uap. Pada PLTU besar (di atas
150 MW), turbin yang digunakan ada 3 jenis yaitu turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah.
Sebelum ke turbin uap tekanan tinggi, uap dari ketel akan dialirkan menuju Pemanas Lanjut,
hingga uap akan mengalami kenaikan suhu dan menjadi

kering.
Setelah keluar dari turbin tekanan tinggi, uap akan masuk ke dalam Pemanas Ulang yang akan
menaikkan suhu uap sekali lagi dengan proses yang sama seperti di Pemanas Lanjut. Selanjutnya
uap baru akan dialirkan ke dalam turbin tekanan menengah dan langsung dialirkan kembali ke
turbin tekanan rendah. Energi gerak yang dihasilkan turbin tekanan tinggi, menengah dan rendah
inilah yang akan diubah wujudnya dalam generator menjadi energi listrik.Dari turbin tekanan
rendah uap dialirkan ke kondensor untuk diembunkan menjadi air kembali. Pada kondensor
diperlukan air pendingin dalam jumlah besar. Inilah yang menyebabkan banyak PLTU dibangun
di daerah pantai atau sungai. Jika jumlah air pendingin tidak mencukupi, maka dapat digunakan
cooling tower yang mempunyai siklus tertutup. Air dari kondensor dipompa ke tangki
air/deareator untuk mendapat tambahan air akibat kebocoran dan juga diolah agar memenuhi
mutu air ketel berkandungan NaCl, Cl,O2 dan derajat keasaman (pH). Setelah itu, air akan
melalui Economizer untuk kembali dipanaskan dari energi gas sisa dan dipompakan kembali ke
dalam ketel.
PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)Gas Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada
pusat listrik tenaga gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan
mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa
berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat

efisiensi pembakaran dan prosesnya.Prinsip kerja PLTG adalah sebagai berikut, mulamula udara
dimasukkan dalam kompresor dengan melalui air filter/penyaring udara agar partikel debu tidak
ikut masuk dalam kompresor tersebut. Pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke

ruang bakar
untuk dibakar bersama bahan
bakar. Di sini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar dengan udara
atau tidak. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara untuk dibakar.
Tapi jika menggunakan BBM, harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner baru
dicampur udara dan dibakar. Pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas
bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin,
hingga enthalpy gas diubah oleh turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang
sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari lubang pada turbin. Untuk
mencegah korosi turbin akibat gas bersuhu tinggi ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak
boleh mengandung logam Potasium, Vanadium dan Sodium yang melampaui 1 part per mill
(ppm).
PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap)
Gas dan Uap Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) merupakan kombinasi antara PLTG
dan PLTU. Gas buang PLTG bersuhu tinggi akan dimanfaatkan kembali sebagai pemanas uap di

ketel penghasil uap bertekanan tinggi. Ketel


uap PLTU yang memanfaatkan gas buang PLTG dikenal dengan sebutan Heat Recovery Steam
Generator (HRSG). Umumnya 1 blok PLTGU terdiri dari 3 unit PLTG, 3 unit HRSG dan 1 unit
PLTU. Daya listrik yang dihasilkan unit PLTU sebesar 50% dari daya unit PLTG, karena daya
turbin uap unit PLTU tergantung dari banyaknya gas buang unit PLTG. Dalam pengoperasian

PLTGU, daya PLTG yang diatur dan daya PLTU akan mengikuti saja. PLTGU merupakan
pembangkit yang paling efisien dalam penggunaan bahan bakarnya.Secara umum HRSG tersebut
adalah pengganti boiler pada PLTU, yang bekerja untuk menghasilkan uap. Setelah uap dalam
ketel cukup banyak, uap tersebut akan dialirkan ke turbin uap dan memutar generator untuk
menghasilkan daya listrik. Dan efisiensi PLTGU lebih baik dari pusat listrik termal lainnya
mengingat listrik yang dihasilkan merupakan penjumlahan yang dihasilkan PLTG ditambah
PLTU tanpa bahan bakar.
PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi)
Panas Bumi Panas bumi merupakan sumber tenaga listrik untuk pembangkit Pusat Listrik Tenaga
Panas (PLTP). Sesungguhnya, prinsip kerja PLTP sama saja dengan PLTU. Hanya saja uap yang
digunakan adalah uap panas bumi yang berasal langsung dari perut bumi. Karena itu, PLTP
biasanya dibangun di daerah pegunungan dekat gunung berapi. Biaya operasional PLTP juga
lebih murah daripada PLTU, karena tidak perlu membeli bahan bakar, namun memerlukan biaya
investasi yang besar terutama untuk biaya eksplorasi dan pengeboran perut bumi.Ilustrasi siklus
perubahan energi pada PLTP :Uap panas bumi didapatkan dari suatu kantong uap di perut bumi.
Tepatnya di atas lapisan batuan yang keras di atas magma dan

mendapat air dari lapisan humus di bawah


hutan penahan air hujan. Pengeboran dilakukan di atas permukaan bumi menuju kantong uap
tersebut, hingga uap dalam kantong akan menyembur keluar. Semburan uap dialirkan ke turbin
uap penggerak generator. Setelah menggerakkan turbin, uap akan diembunkan dalam kondensor
menjadi air dan disuntikkan kembali ke dalam perut bumi menuju kantong uap. Jumlah
kandungan uap dalam kantong uap ini terbatas, karenanya daya PLTP yang sudah maupun yang
akan dibangun harus disesuaikan dengan perkiraan jumlah kandungan tersebut. Melihat siklus
dari PLTP ini maka PLTP termasuk pada pusat pembangkit yang menggunakan energi
terbarukan.
PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)Diesel Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
berbahan bakar BBM (solar), biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam
jumlah beban kecil, terutama untuk daerah baru yang terpencil atau untuk listrik pedesaan. Di
dalam perkembangannya PLTD dapat juga menggunakan bahan bakar gas (BBG).Mesin diesel
ini menggunakan ruang bakar dimana ledakan pada ruang bakar tersebut menggerak torak/piston

yang kemudian pada poros engkol


dirubah
menjadi energi putar. Energi putar ini digunakan untuk memutar generator yang merubahnya
menjadi energi listrik. Untuk meningkatkan efisiensi udara yang dicampur dengan bahan bakar
dinaikkan tekanan dan temperaturnya dahulu pada turbo charger. turbo charger ini digerakkan
oleh gas buang hasil pembakaran dari ruang bakar. Mesin diesel terdiri dari 2 macam mesin,
yaitu mesin diesel 2 langkah dan 4 langkah. Perbedaannya terletak pada langkah penghasil
tenaga dalam putaran toraknya. Pada mesin 2 langkah, tenaga akan dihasilkan pada tiap 2
langkah atau 1 kali putaran. Sedang pada mesin 4 langkah, tenaga akan dihasilkan pada tiap 4
langkah atau 2 putaran. Seharusnya mesin 2 langkah dapat menghasilkan daya 2 kali lebih besar
dari mesin 4 langkah, namun karena proses pembilasan ruang bakar silindernya tidak
sesempurna mesin 4 langkah, tenaga yang dihasilkan hanya sampai 1,8 kalinya saja. Ilustrasi
siklus perubahan energi pada PLTD :Selain kedua jenis mesin di atas, mesin diesel yang
digunakan di PLTD ada yang berputaran tinggi (high speed) dengan bentuk yang lebih kompak
atau berputaran rendah (low speed) dengan bentuk yang lebih besar.
Sistem Tenaga Listrik

Secara blok diagram sistem tenaga listrik dapat digambarkan seperti bagan berikut
ini.

1. Prinsip Kerja
dalam sistem tenaga listrik dimulai dari bagian pembangkitan kemudian
disalurkan melalui sistem jaringan transmisi kepada gardu induk dan dari gardu

induk ini disalurkan serta dibagi-bagi kepada pelanggan melalui saluran


distribusi. Ada pula pelanggan yang mendapat pelayanan langsung dari saluran
transmisi biasanya pelanggan ini membutuhkan tegangan yang besar dan daya
yang besar pula
Dalam

pembangunan

pembangkit

tenaga

listrik,

secara

umum

ada

beberapa pertimbangan dan tahapan yang harus diperhatikan, yaitu :


1. Studi analisa mengenai dampak lingkungan (amdal). Di sini dianalisa dan
diperhitungkan mengenai berbagai dampak yang mungkin akan timbul pada saat
pembangunannya

dan

pada

saat

pembangkit

tenaga

listrik

tersebut

dioperasikan.
2. Memperhitungkan dan memprekdisikan tersedianya sumber daya penggerak (air,
panas bumi dan bahan bakar), sehingga benar-benar feasible untuk penggunaan
dalam jangka waktu yang lama dan bisa mendukung kontinyuitas operasional
pembangkit tersebut.
3. Tersedianya lahan beserta prasarana dan sarananya, baik untuk pembangkit
tenaga listrik itu sendiri maupun untuk penyalurannya, karena hal ini merupakan
satu kesatuan untuk melayani beban.
4. Pertimbangan dari segi pemakaian pembangkit tenaga listrik tersebut, apakah
untuk melayani dan menanggung beban puncak, beban yang besar, beban yang
kecil atau sedang, beban yang bersifat fluktuatif atau hanya untuk stand by saja.
5. Biaya pembangunannya harus ekonomis dan diupayakan memakan waktu
sesingkat

mungkin.

Selain

itu

juga

harus

dipertimbangkan

dari

segi

operasionalnya tidak boleh terlalu mahal.


6. Pertimbangan dari segi kemudahan dalam pengoperasian, keandalan yang tinggi,
mudah dalam pemeliharaan dan umur operasional (life time) pembangkit tenaga
listrik tersebut harus panjang.
7. Harus dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya beban, karena hal ini akan
berkaitan dengan kemungkinan perluasan pembangkit dan penambahan beban
terpasang pada pembangkit.
8. Berbagai pertimbangan sosial, teknis dan lain sebagainya yang mungkin akan
menghambat dalam pelaksanaan pembanguna serta pada pembangkit tenaga
listrik tersebut beroperasi. Dari berbagai pertimbangan tersebut, ada satu hal
yang dijadikan pedoman dan filosofi dalam membangun pembangkit tenaga

listrik yaitu pembangunan paling murah dan investasi paling sedikit (least cost
generation and least invesment).
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa prinsip dasar pembangkitan
tenaga listrik terdapat pada pengubahan energi mekanik ke dalam energi listrik.
Gambar 2 berikut ini memperlihatan bagan sistem pembangkitan, yang terdiri
dari berbagai jenis pembangkitan.

Masing-masing jenis pembangkit tenaga listrik mempunyai prinsip kerja


yang berbeda-beda, sesuai dengan penggerak mulanya (prime mover). Satu hal
yang sama dari beberapa jenis pembangkit tenaga listrik tersebut yaitu
semuanya samasama berfungsi merubah energi mekanik menjadi energi listrik,
dengan cara mengubah potensi energi mekanik dari air, uap, gas, panas bumi,
nuklir, kombinasi gas dan uap, menggerakkan atau memutar turbin yang
porosnya dikopel dengan generator selanjutnya dengan sistem pengaturannya
generator tersebut akan menghasilkan daya listrik. Khusus untuk pembangkit
listrik tenaga diesel (PLTD), prinsip kerjanya berbeda dengan pembangkit listrik
lainnya. Sebenarnya energi penggerak PLTD ini adalah bahan bakar minyak
karena bahan bakar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari mesin diesel
tersebut, maka disebut juga pembangkit tenaga diesel. Diesel ini merupakan satu
unit lengkap yang langsung menggerakkan generator dan menghasilkan energi
lsitrik.

Secara umum pembangkit tenaga listrik dikelompokkan menjadi dua


bagian besar yaitu : pembangkit listrik thermis dan pembangkit listrik non
thermis.
Pembangkit listrik thermis mengubah energi panas menjadi energi listrik,
panas disini bisa dihasilkan oleh panas bumi, minyak, uap dan yang lainnya. Hal
ini dikatakan bahwa pembangkit thermis yang dihasilkan dari panas bumi
mempunyai penggerak mula panas bumi biasanya disebut pembangkit panas
bumi. Sedangkan pembangkit non thermis penggerak mulanya bukan dari panas,
seperti pada pembangkit thermis penggerak mula inilah yang menentukan
nama/jenis pembangkit tenaga listrik tersebut misalnya apabila penggerak
mulanya berupa air maka air inilah yang menentukan jenis pembangkit tenaga
non thermis tersebut biasanya disederhanakan sebutannya menjadi pembangkit
tenaga air (PLTA), dan lain sebagainya.
Dari dua bagian besar ini dapat dikelompokkan menjdi beberapa jenis yaitu :
A. Pembangkit Listrik Thermis :
1). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
2). Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
3). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
4). Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG).
5). Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
6). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
B. Pembangkit Listrik Non Thermis :
1). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
2). Pembangkit Listrik Tenaga Angin.(PLTAngin)
3). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Selain beberapa jenis yang disebutkan di atas, masih terdapat jenis
pembangkit tenaga listrik yang lain, misalnya pembangkit listrik yang digerakkan
oleh tenaga surya, energi gelombang laut dan energi angin, saat ini masih
dikembangkan secara terbatas di Indonesia. Sedangkan dari delapan jenis yang
disebutkan di atas, tujuh jenis telah terpasang di Indonesia. Satu jenis
pembangkit tenaga listrik, yaitu PLTN, sampai saat ini masih dalam tahap
perencanaan pembangunan dan direncanakan akan dibangun di lereng Gunung
Muria Jawa Tengah. Namun sampai saat ini banyak ditemui hambatan non teknis
di lapangan, yaitu banyak dari masyarakat di sekitar lokasi tersebut menyatakan
keberatan. Mereka mengkawatirkan timbulnya radiasi pada saat pembangkit
tenaga listrik tersebut beroperasi, misalnya dengan timbulnya kebocoran pada
instalasi nuklirnya seperti yang terjadi di Uni Soviet.

Pusat Listrik Tenaga Gas membutuhkan udara yang baik, bersih dan dalam
jumlah yang tak terhingga. Proses pembangkitan listrik tenaga gas adalah
sebagai berikut: Udara bertekanan 1 atmosfer pertama-tama disaring oleh
saringan udara (air filter) kemudian melalui Inlet Compressor (1) udara hasil
saringan masuk ke dalam Compressor (2) untuk dimampatkan. Udara hasil
pemampatan akan bercampur dengan bahan bakar yang dipompa ke ruang
bakar/combustion chamber (3). Proses ini disebut proses pengabutan karena
membentuk kabut campuran udara dan bahan bakar yang digunakan dalam
proses pembakaran di dalam ruang bakar. Hasilnya adalah panas (energi panas)
yang digunakan untuk memutar rotor/poros pada Turbin Gas (4). Sisa gas dari
proses pembakaran dengan suhu 460 oC dibuang ke udara melalui exhaust (5),
sementara itu rotor/poros pada turbin gas (4) melalui suatu sistem kopling akan
memutar rotor/poros elektro-magnet pada generator (6) yang menyebabkan

medan magnet berotasi di dalam kumparan kawat. Dan sesuai dengan prinsip
pembangkitan tenaga listrik, pada kumparan kawat akan timbul energi listrik.
Rotor/poros generator (6) akan berputar dengan kecepatan 3000 putaran/menit
yang berarti perubahan tegangan akan menjadi 50 kali setiap detik, sehingga
akan menghasilkan listrik dengan frekwensi 50 Hz. Untuk pendinginan ruang
bakar (3) dan Turbin Gas (4), digunakan aliran udara dari Compressor.
2. Proses Produksi PLTA

Beberapa kelebihan PLTA disbanding jenis pambangkit lainnya antara lain :


a) Waktu pengoperasiannya dari start awal relative lebih cepat (10 menit) serta
mampu block start.
b) Sistem pengoperasiannya mudah mengikuti perubahan beban dan frekuensi
pada system penyaluran dengan Seting Speed Drop Free Governor.
c) Biaya operasi relative lebih murah karena menggunakan air
d) Merupakan jenis pembangkit yang ramah lingkungan, tanpa melalui proses
pembakaran sehingga tidak menghasilkan limbah bekas pembakaran.
e) PLTA yang mengunakan waduk dapat difungsikan multi guna (misal sebagai
tempat wisata , pengairan dan perikanan)

PLTU)

Bila PLTG dapat beroperasi normal dengan memakai BBM, PLTU dapat
beroperasi dengan memanfaatkan sisa gas panas dari PLTG yang disalurkan
melalui Pipa/Saluran Gas Panas (5). Selanjutnya gas panas dibuang ke 21
cerobong/stack (13) guna pemanasan air/uap di HRSG/Boiler (6), sehingga
uapnya dapat dipakai untuk memutar Turbin Uap (4a). Setelah Turbin Uap
beroperasi,

porosnya

akan

memutar

Generator

Turbin

Uap

(4b)

untuk

menghasilkan tenaga listrik. Sebelum dialirkan ke Trafo Utama Turbin Uap (15),
tenaga listrik tersebut harus melalui PMT/Breaker Turbin Uap (14) dulu untuk
sinkronisasi dengan tegangan yang ada di Transmisi/Switch Yard (16).

Pembangkit Listrik 101


Kumpulan Artikel - 113 - Energi Lain-lain

Listrik di Indonesia, menurut yang dilansir dari Koran Kompas beberapa waktu yang lalu sedang
krisis. Beberapa pembangkit yang seharusnya menyuplai listrik ke pulau Jawa dan Bali
mengalami kerusakan atau setidaknya mengalami penurunan daya listrik. Hal ini tentu saja
membuat gusar beberapa orang, terutama yang nantinya mungkin akan mengalami pemadaman.
Tapi sebenarnya seberapa tahu kita terhadap masalah ini? Atau lebih umumnya, apakah anda
mengetahui bagaimana sebenarnya listrik diproduksi dan didistribusikan?
Untuk menjawab pertanyaan itulah, kenapa akhirnya saya mencoba membuat artikel umum
mengenai pengetahuan perlistrikan kita, dan ingin mengajak pembaca untuk lebih melihat
kedalam mengenai produksi listrik, khususnya di Jawa dan Bali.
Listrik tidak bisa disimpan secara efektif
Dalam skala besar, saat ini tidak ada teknologi yang cukup efisien digunakan untuk menyimpan
energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit, untuk detailnya saya tidak mengetahui secara

pasti, tapi kalau saya boleh berpendapat, mungkin dari sisi biaya mengubah arus AC ke arus DC
untuk kemudian disimpan didalam baterai masih mahal, belum lagi dilihat dari sisi efisiensi loss
dan lain sebagainya, -ini hanya asumsi saya saja-.
Karakteristik inilah yang membuat industri pembangkitan jauh berbeda secara prinsip dengan
industri lain, katakanlah industri customers good.
Industri customers good beroperasi untuk mengisi stok, sangat jarang saya temui industri
customers good yang langsung mendistribusikan barangnya langsung setelah keluar dari lini
produksi terakhirnya, adanya faktor menyimpanan ini membuat gangguan pada produksi barang
cenderung tidak berpengaruh, karena kekurangan ini bisa diambil dari stok barang yang ada di
gudang.
Tidak demikian dengan industri pembangkit. Industri pembangkit karena tidak bisa menyimpan
hasil produksinya, yaitu listrik (dalam bentuk arus AC), cenderung untuk berproduksi sesuai
dengan demandnya, yaitu kebutuhan listrik nasional, atau dalam konteks ini, kebutuhan listrik
Jawa Bali. Berproduksi melebihi apa yang diminta, maka sisanya akan terbuang percuma,
berproduksi dibawah permintaan, maka akan dicomplaint oleh pelanggan, belum lagi biasanya
suatu powerplant yang trip(mati) biasanya akan menarik powerplant-powerplant sekitarnya.
Juga tidak mustahil kalau kemudian di demo masyarakat dan lain-lain.
Pembangkitan listrik
Secara umum, listrik dihasilkan oleh sebuah pembangkit, atau lebih mudah disebut generator.
Prinsip pembangkitan listrik dari sebuah generator, mirip-mirip dengan pelajaran fisika tentang
GGL, gaya gerak listrik, kecuali Generator akan menghasilkan listrik tiga fase.
Analogi mudahnya adalah dinamo di sepeda anda (kalau ada) yang bisa membuat lambu sepeda
anda menyala bila dinamo tadi dihubungkan dengan roda, biasanya roda depan.
Bila kita upscale kedalam skala industri, maka anggap saja generator tadi dihubungkan dengan
tenaga penggeraknya sehingga dapat berputar dan menghasilkan listrik.
Jenis pembangkit listrik
Sebelum kita beranjak lebih jauh, maka sebelumnya saya mau mengajak anda untuk mengenal
jenis-jenis pembangkit yang ada di Dunia saat ini.
Bila kita melakukan klasifikasi dari sisi bahan bakar, maka pembangkit akan dibagi menjadi
beberapa jenis yang anda pasti sudah familiar:

Batubara

Nuklir

Gas

Panas Bumi

Biogas

Matahari, dan lainnya.

Bila kita melakukan klasifikasi berdasarkan penggerak utamanya, maka akan terbagi menjadi
beberapa jenis, yaitu:

Turbin uap

Turbin gas

Turbin air

Reciprocating engine, dan mungkin masih ada lagi yang saya tidak tahu.

Berdasarkan pengalaman, hampir semua pembangkit yang saya kunjungi biasanya digerakkan
oleh turbin uap. Yang berbeda hanya pada bahan bakar pembuatan uapnya. Beberapa
menggunakan batubara untuk memanaskan fluidanya, beberapa menggunakan gas, dan yang
sekarang sedang menjadi perdebatan, adalah menggunakan nuklir sebagai bahan bakar
pemanasan uap.
Karena klasifikasi berdasarkan bahan bakarnyanya sudah cukup straightforward, maka
selanjutnya saya akan menjelaskan berdasarkan tenaga penggeraknya saja.
Uap:
PLTU adalah pembangkit yang menggunakan uap untuk memutar turbinnya yang akan
menggerakkan generator dan akhirnya menghasilkan listrik. Uap ini dihasilkan oleh proses
pemanasan yang terjadi di Boiler.
Uap yang dihasilkan oleh boiler tentu saja tidak sama dengan uap yang keluar pada saat kita
memasak air di dapur. Pemanasan di boiler pada pembangkit ini demikian panasnya sehingga
uap yang dihasilkan akan berada pada fase superheated, uap yang penuh energi inilah yang
dihantamkan ke bilah-bilah turbin, sehingga turbin akan berputar dan menghasilkan listrik
melalui generatornya.
Karena rumitnya proses dari mulai memanaskan uap sampai dengan mulai memutar turbin selain
juga karena adanya inersia termodinamika dalam sistemnya, maka PLTU yang di hot start baru
mulai berproduksi setelah kurang lebih 5 jam. Bila proses pembangkitan dimulai dengan cold
start, maka bisa ditebak, kurang lebih butuh 16 jam untuk mulai menghasilkan listrik.

Skematik PLTU secara umum


Gas:
PLTG, secara prinsip hampir sama dengan PLTU, hanya saja uapnya diganti dengan gas. Karena
karakteristik uap dan gas secara umum berbeda, maka akan ada beberapa prinsip dasar yang
berbeda antara turbin uap dan turbin gas, selain itu, gas yang dipakai dalam PLTG bisa dibilang
lebih mudah untuk disiapkan daripada uap, sehingga sebuah PLTG bisa mulai berproduksi dari
keadaan dingin dalam hitungan menit, sebut saja sekitar 10 menit sampai 30 menit, ini jauh
lebih cepat dari apa yang bisa dilakukan oleh sebuah PLTU.
Satu hal yang menarik pada PLTG adalah gas yang keluar dari turbin biasanya masih cukup
panas. Cukup panas sehingga bila di sebelah PLTG ada sebuah PLTU, maka gas hasil proses di
PLTG masih dapat digunakan untuk memanaskan boiler kepunyaan PLTU. Inilah kemudian yang
dikenal dengan sebutan combine cycle, sebuah Pembangkit yang terdiri dari PLTG dan PLTU.
Air:
PLTA, seperti yang telah diketahui melalui pelajaran IPA di sekolah dulu adalah pembangkit
yang paling sederhana, tujuan turbin pada PLTA adalah untuk menangkap energi potensial
yang berasal dari fluida yang jatuh dari ketinggian tertentu.
Turbin pada PLTA ini, melalui penyempurnaan berpuluh-puluh tahun, telah didesain seefisien
mungkin sehingga bisa dikatakan bahwa sebagian besar energi potensial yang berasal dari air
bisa ditangkap dan digunakan untuk menggerakkan generator.
Karena PLTA ini mempunyai komponen dan juga prinsip yang lebih simpel, sebuah PLTA bisa
menaikkan kapasitas pembangkitannya secara cepat dalam hitungan satuan menit kalau bukan
detik.

Itaipu: PLTA terbesar di Dunia


Reciprocating engine:
Reciprocating engine adalah jenis penggerak lain dari sebuah generator. Di Indonesia,
pembangkit jenis ini tersebar lebih banyak di luar Jawa. Biasanya berbahan bakar solar diesel,
walaupun ada yang digerakkan gas juga.
Di Jawa dan Bali hanya tiga jenis penggerak yang umum digunakan, yaitu uap, gas dan air.
Ketiga karakteristik pembangkit yang berbeda inilah yang kemudian menjadi dasar dalam
melakukan strategi pendistribusian listrik ke seantero Jawa dan Bali.
Efisiensi Pembangkit Listrik
Sesuai dengan hukum termodinamika kedua (kalau saya tidak salah) maka akan selalu ada heat
loss ke sistem lingkungan dalam peroses pembangkitan, oleh karena itu efisiensi pembangkit
listrik pasti tidak mungkin 100%. Dan karena batasan teknologi sekarang, efisiensi pembangkit
biasanya berkisar antara 20%-30%. Khusus untuk gas, dimana hasil sampingannya (berupa gas
panas) masih bisa digunakan untuk turbine uap lainnya, maka efisiensi total bisa mencapai 40%60%. Pada beberapa negara yang punya empat musim, hasil sampingan berupa panas tadi
biasanya disalurkan ke rumah-rumah, sebagai pengganti pemanas pada musim dingin. Atau bisa
saja hasil sampingan berupa panas tadi digunakan untuk proses lain, seperti yang terjadi di Timur
tengah, dimana hasil sampingan tadi digunakan dalam proses desalinasi air laut.
Potret penggunaan listrik di Jawa dan Bali
Dalam pendistribusikan load ke seluruh pembangkit di pulau Jawa dan Bali secara umum dalam
menghadapi demand pengguna listrik, maka dibentuk suatu unit bisnis baru oleh PLN yang
diberi nama P3B (Penyaluran dan Pusat Penyalur Beban). P3B inilah yang secara umummengatur kapan suatu pembangkit mulai beroperasi dan kapan tidak. Suatu pembangkit yang
pada saat diminta untuk beroperasi tidak dapat melakukannya biasanya akan mendapatkan
denda, dan seterusnya, dan seterusnya.
Untuk lebih mengenal karasteristik pembebanan listrik di pulau Jawa dan bali maka saya
mengambil gambar ini dari website P3B (diambil jam 14:34)

Bisa dilihat bahwa grafik pembebanan di pulau Jawa dan Bali cukup banyak berfluktuasi dengan
puncak beban di sekitar pukul 19:00
Dengan melihat grafik diatas dan waktu startup turbine yang berbeda-beda untuk setiap jenisnya,
maka untuk pulau Jawa dan Bali, mau tidak mau pendistribusian beban harus melalui tiga jenis
pembangkit, dengan pembangkit jenis uap menjadi pembangkit baseline, pembangkit jenis gas
menjadi pengisi lubang di Baseline dan membantu menyangga beban puncak, dan pembangkit
jenis Air menjadi penyangga beban puncak saja.
Melihat kurva diatas pula, maka kebijakan mengenai pembangunan pembangkit baru juga harus
merefleksikan kurva demand sesuai dengan proyeksi kebutuhan listrik dimasa depan.
Beberapa skenario lain menyangga kebutuhan listrik Jawa-Bali

Menurut saya, membangun PLTU baru sebanyak 100 buah dengan grafik kurva load yang sangat
fluktuatif juga bukan pilihan bagus, mengingat akan banyak sekali energi yang akan terbuang
percuma, terlebih bila semuanya misalnya berupa PLTU. Disinilah desain besar perlistrikan
nasional menjadi hal yang diperlukan dalam menentukan arah kebijakan kedepannya.

Membangun terlalu banyak reaktif powerplant juga tidak akan begitu menguntungkan dari segi
bisnis maka walaupun mungkin efisien. Hal ini dikarenakan break event point suatu powerplant
sedikit banyak tergantung dari running hoursnya, sehingga PLTG yang hanya hidup dari jam
16:00 sampai 21:00 mungkin akan mencapai BEP let say..100 tahun lagi mungkin :D
Dengan memperhitungkan berbagai hal, maka nantinya akan terlihat berapa powerplant yang
harus menjadi base load powerplant dan berapa yang menjadi powerplant mendukung peak,
disinilah kemudian peran P3B menjadi krusial
Pembangkit Listrik Tenaga Air
1. PLTA Angkup. Bearada di Aceh
2. PLTA Cibadak. Berada di Jawa barat
3. PLTA Cirata. Berada di Jawa Barat
4. PLTA Jatiluhur. Berada di Jawa Barat
5. PLTA Garung. Berada di Jawa Tengah.
6. PLTA Selorejo. Berada di Jawa Tengah
7. PLTA Tuntang. Berada di Jawa Tengah
8. PLTA W onogiri. Berada di Jawa Tengah
10. PLTA Lodaya. Berada di Jawa Timur
11. PLTA Karangkates. Berada di Jawa Timur.
12. PLTA Paiton. Bearada di Jawa Timur
13. PLTA Wingi Raya. Berada di Jawa Timur
14. PLTA Maninjau. Berada di Sumatera Barat
15. PLTA Sadang. Berada di Sulawesi Selatan
PEMBANGKIT lISTRIK TENAGA UAP
1. PLTU Bukit Asam. Berada Sumatera selatan
2. PLTU Paiton. Berada di Jawa Timur
3. PLTU Muara Karang. Berada di Jakarta
4. PLTU Belawan. Berada di Sumatera Utara
5. PLTU Semarang. Berada di Jawa Tengah
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS

1. PLTG Alurcanang. Berada di Jawa Barat


2. PLTG Dieng. Berada di Jawa Tengah
3. PLTG Kamojang. Berada di Jawa Barat
4. PLTG Balikpapan. Berada di Kalimantan Tengah.

Daftar pembangkit listrik di Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Daftar ini belumlah lengkap. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.

Halaman ini berisi daftar pembangkit listrik di Indonesia.

Nama

Lokasi

PLTA Angkup

Nanggroe Aceh Darussalam

PLTA Peusangan

Kecamatan Laut Tawar ,


Kabupaten Aceh Tengah,
Nanggroe Aceh Darussalam

Kapasitas

Jenis dan
jumlah
pembangkit
? PLTA

2 x 22.1 MW;2 x PLTA total 4


21,2 MW
unit 86,6 MW

PLTA Sigura-gura Sumatera Utara

4 x 71,50 MW

PLTA total 4
unit 286 MW

PLTA Tangga

Sumatera Utara

4 x 79,25 MW

PLTA total 4
unit 317 MW

PLTA Lau Renun

Sumatera Utara

2 x 41 MW

PLTA total 2
unit 82 MW

PLTA
Sipansihaporas

Sumatera Utara

2 x 25 MW

PLTA total 2
unit 50 MW

PLTA Asahan I

Sumatera Utara

2 x 90 MW

PLTA total 2
unit 180 MW

PLTA Agam

Sumatera Barat

3 x 3,5 MW

PLTA total 3
unit 10,5 MW

PLTA Maninjau

Sumatera Barat

4 x 17 MW

PLTA total 4
unit 68 MW

PLTA Singkarak

Kecamatan Lubuk Alung,


Kabupaten Padang Pariaman,
Sumatera Barat

4 x 43,75 MW

PLTA total 4
unit 175 MW

PLTA Tes

Bengkulu

4 x 4 MW

PLTA total 4
unit 16 MW

PLTA Musi

Bengkulu

3 x 70 MW

PLTA total 3
unit 210 MW

PLTA Koto Panjang Riau

3 x 38 MW

PLTA total 3
unit 114 MW

PLTA Besai

Lampung

2 x 46,4 MW

PLTA total 2
unit 90 MW

PLTA Batutegi

Lampung

2 x 14 MW

PLTA total 2
unit 28 MW

PLTA Ubrug

Jawa Barat

2 x 10,80 MW;1 PLTA total 3


x 6,30 MW
unit 17,1 MW

PLTA Bengkok

Jawa Barat

3 x 3,15 MW;1 x PLTA total 4


0,70 MW
unit 3,85 MW

PLTA Cibadak

Jawa Barat

PLTA Cikalong

Jawa Barat

3 x 6,40 MW

PLTA total 3
unit 19,2 MW

PLTA Saguling

Jawa Barat

4 x 175 MW

PLTA total 4
unit 700 MW

PLTA Cirata

Jawa Barat

8 x 126 MW

PLTA total 8
unit 1.008 MW

PLTA Jatiluhur

Jawa Barat

7 x 25 MW

PLTA total 7
unit 175 MW

PLTA Lamajan

Jawa Barat

3 x 6,40 MW

PLTA total 3
unit 19,2 MW

PLTA Parakan
Kondang

Jawa Barat

4 x 2,48 MW

PLTA total 4
unit 9,92 MW

PLTA Jelok

Jawa Tengah

4 x 5,12 MW

PLTA total 4
unit 20,48 MW

PLTA Timo

Jawa Tengah

4 x 3 MW

PLTA total 4

? PLTA

unit 12 MW
PLTA Ketenger

Jawa Tengah

2 x 3,52 MW

PLTA total 2
unit 7 MW

PLTA Gajah
Mungkur

Jawa Tengah

1 x 12,4 MW

PLTA total 1
unit 12,4 MW

PLTA Garung

Kecamatan Garung, Kabupaten


2 x 13,2 MW
Wonosobo, Jawa Tengah

PLTA total 2
unit 26,4 MW

PLTA
Wadaslintang

Kecamatan Wadaslintang,
Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah

2 x 8,2 MW

PLTA total 2
unit 16,4 MW

PLTA Mrica

Jawa Tengah

3 x 61,5 MW

PLTA total 3
unit 184,5 MW

PLTA Kedung
Ombo

Jawa Tengah

1 x 23 MW

PLTA total 1
unit 23 MW

PLTA Sidorejo

Jawa Tengah

1 x 1,4 MW

PLTA total 1
unit 1,4 MW

PLTA Klambu

Jawa Tengah

1 x 1,1 MW

PLTA total 1
unit 1,1 MW

PLTU Semarang

Jawa Tengah

1469 MW

PLTA,PLTGU
1469 MW

PLTA Mendalan

Jawa Timur

3 x 5,8 MW

PLTA total 3
unit 23 MW

PLTA Siman

Jawa Timur

3 x 3,6 MW

PLTA total 3
unit 10,8 MW

PLTA Giringan

Jawa Timur

2 x 1,35 MW;1 x PLTA total 3


0,5 MW
unit 3 MW

PLTA Selorejo

Jawa Timur

1 x 4,48 MW

PLTA total 1
unit 4,48 MW

PLTA Karangkates Jawa Timur

3 x 35 MW

PLTA total 3
unit 105 MW

PLTA Wlingi

Jawa Timur

2 x 27 MW

PLTA total 2
unit 54 MW

PLTA Lodoyo

Jawa Timur

1 x 4,5 MW

PLTA total 1

unit 4,5 MW
PLTA Sengguruh

Jawa Timur

2 x 14,5 MW

PLTA total 2
unit 29 MW

PLTA Tulung
Agung

Jawa Timur

2 x 23 MW

PLTA total 2
unit 46 MW

PLTA Tulis

Jawa Timur

2 x 7 MW

PLTA total 2
unit 14 MW

PLTA Riam Kanan

Kecamatan Aranio, Kabupaten


Banjar, Kalimantan Selatan

3 x 10 MW

PLTA total 3
unit 30 MW

Kecamatan Tondano Utara ,


PLTA Tonsea Lama Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara

1 x 4.44 MW;1 x
PLTA total 3
4,5 MW;1 x 5,44
unit 14,38 MW
MW

PLTA Tanggari I

Kecamatan Tondano Utara ,


Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara

1 x 17,2 MW

PLTA total 1
unit 17,2 MW

PLTA Tanggari II

Kecamatan Tondano Utara ,


Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara

1 x 19 MW

PLTA total 1
unit 19 MW

PLTA Larona

Sulawesi Selatan

3 x 55 MW

PLTA total 3
unit 165 MW

PLTA Balambano

Sulawesi Selatan

2 x 65 MW

PLTA total 2
unit 130 MW

PLTA Karebbe

Sulawesi Selatan

2 x 70 MW

PLTA total 2
unit 140 MW

PLTA Bakaru

Sulawesi Selatan

2 x 63 MW

PLTA total 2
unit 126 MW

PLTA SulewanaPoso I

Kecamatan Pamona Utara ,


Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah

4 x 40 MW

PLTA total 4
unit 160 MW

PLTA SulewanaPoso II

Kecamatan Pamona Utara ,


Kabupaten Poso, Sulawesi
Tengah

3 x 65 MW

PLTA total 3
unit 195 MW

PLTA SulewanaPoso III

Kecamatan Pamona Utara ,


Kabupaten Poso, Sulawesi

5 x 80 MW

PLTA total 5
unit 400 MW

Tengah
PLTG Cikarang

? PLTG

PLTG Plengan

? PLTG

PLTG Sunyaragi

? PLTG

PLTP Geo Dipa


Unit Dieng

Dieng, Kabupaten Wonosobo,


Jawa Tengah

1 x 60 MW

PLTP Gunung
Salak

PLTP total 1
unit 60 MW
? PLTP

PLTP Kamojang

Garut, Jawa Barat

375 MW

PLTP

PLTP Wayang
Windu

Pangalengan, Bandung, Jawa


Barat

? PLTP

PLTU Tarahan

Kecamatan Katibung, Lampung


2 x 100 MW
Selatan, Lampung

Unit III dan IV

Desa Asam-asam, Kecamatan


PLTU Asam-Asam Jorong, Kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan

2 x 65 MW

Unit I dan II

PLTU PT Krakatau
Cilegon, Banten
Daya Listrik

400 MW

5 PLTU

PLTU Priok

Jakarta Utara, DKI Jakarta

1384 MW

PLTU, PLTGU

PLTU Paiton
Swasta I

Kecamatan Paiton, Kabupaten


Probolinggo, Jawa Timur

1230 MW

2 PLTU

PLTU Paiton
Swasta II

Kecamatan Paiton, Kabupaten


Probolinggo, Jawa Timur

1300 MW

2 PLTU

PLTU Suralaya

Kecamatan Pulo Merak, Kota


Cilegon, Banten

4 x 400 MW;3 x PLTU total 7


600 MW
unit 3.400 MW

Unit
Pembangkitan
Brantas

Kecamatan Sumberpucung,
Kabupaten Malang, Jawa Timur

281 MW

12 PLTA

Unit
Pembangkitan
Cirata

Kecamatan Plered, Kabupaten


Purwakarta, Jawa Barat

1.008 MW

8 PLTA

Kabupaten Gresik, Jawa Timur

2.280 MW

5 PLTG, 1 PLTU

Unit
Pembangkitan

Gresik

dan 3 PLTGU

Unit
Pembangkitan
Muara Karang

Pluit, Jakarta Utara

1.200 MW

5 PLTU dan 1
PLTGU

Unit
Pembangkitan
Muara Tawar

Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

920 MW

2 PLTG dan 3
PLTGU

Unit
Pembangkitan
Paiton

Kecamatan Paiton, Kabupaten


Probolinggo, Jawa Timur

800 MW

2 PLTU

PLTU Lati

Kabupaten Berau, Kalimantan


Timur

2 x 7 MW

1 PLTU

Unit
Pembangkitan
Talang Duku

Kabupaten Sekayung, Musi


banyuasin, Sumatera Selatan

35 MW

[sunting] Program PLTU 10.000 MW

Untuk mempercepat ketersediaan listrik PLN membuat program untuk membuat 35 PLTU
dengan total tenaga 10.000 MW. Ketiga puluh lima PLTU tersebut tersebar di jawa dan luar
jawa. Untuk Jawa dibangun 10 buah PLTU, rinciannya sebagai berikut :[1]
N Pembang
o
kit

PLTU 1
Banten

Tempat

Kapasit
as

Keterangan

Suralaya

PLTU Batubara seharga US $ 428,794,037 yg


1 x 625 menghemat BBM /tahun Rp.4,3 Triliun &
MW
menyerap tenaga kerja masa konstruksi 2.500
orang[2]

PLTU 2
Banten

Labuhan

PLTU Batubara seharga US $ 492,940,279 yg


2 x 300 menghemat BBM /tahun Rp.4,15 Triliun &
MW
menyerap tenaga kerja masa konstruksi 1.700
orang

PLTU 3
Banten

Lontar

3 x 315
MW

PLTU 1
3 x 330
Indramayu
Jawa Barat
MW

5 PLTU 2
Pelabuhan 3 x 350 Terletak di desa Citarik, kecamatan Palabuhan
Jawa Barat Ratu
MW
ratu, Proyek ini dikerjakan oleh konsorsium

Shanghai Electric Corp Ltd dan Maxima


Infrastruktur. Nilai kontraknya US$ 566,984 juta
dan Rp 2,205 triliun [1]
PLTU 1
6 Jawa
Tengah

PLTU Batubara seharga US $ 558.005.559 yg


2 x 315 menghemat BBM /tahun Rp.4,15 Triliun &
Rembang
MW
menyerap tenaga kerja masa konstruksi 1.700
orang

PLTU 2
7 Jawa
Tengah

Cilacap

1 x 600
MW

PLTU 1
Pacitan
Jawa Timur

PLTU Batubara seharga USD.379.469.024,- (incl.


2 x 315 VAT) + Rp. 1.353.549.019.000,- (incl. VAT) proyek
MW
ini dikerjakan oleh konsorsium Dongfang Electric
Corp Ltd dan PT Dalle Energy

PLTU 2
Paiton
Jawa Timur

PLTU Batubara seharga US $ 466.257.004 yg


1 x 660 menghemat BBM /tahun Rp.4,4 Triliun &
MW
menyerap tenaga kerja masa konstruksi 1.700
orang

Tj. Awar
PLTU 3
10
Awar
Jawa Timur
Tuban

2 x 350
Selengkapnya Lihat di [3]
MW

PLTU
11 Tanjung Jati Jepara
B

Selengkapnya lihat di
2 x 661
MW
[4]

Untuk diluar pulau jawa dan bali dibangun 25 PLTU, rinciannya sebagai berikut :
No

Pembangkit

Kapasitas

PLTU NAD

2 x 100 MW

PLTU 2 Sumatra Utara

2 x 200 MW

PLTU Sumatra Barat

2 x 100 MW

PLTU 3 Bangka Belitung

2 x 25 MW

PLTU 4 Bangka Belitung

2 x 15 MW

PLTU 1 Riau

2 x 10 MW

Keterangan

PLTU 2 Riau

2 x 7 MW

PLTU Kepulauan Riau

2 x 7 MW

PLTU Lampung

2 x 100 MW

10 PLTU 1 Kalimantan Barat

2 x 50 MW

11 PLTU 2 Kalimantan Barat

2 x 25 MW

12 PLTU 1 Kalimantan Tengah

2 x 60 MW

PLTU Pulang Pisau

13 PLTU Kalimantan Selatan

2 x 65 MW

PLTU Asam-asam unit III dan IV

14 PLTU 2 Sulawesi Utara

2 x 25 MW

15 PLTU Sulawesi Tenggara

2 x 10 MW

16 PLTU Sulawesi Selatan

2 x 50 MW

17 PLTU Gorontalo

2 x 25 MW

18 PLTU Maluku

2 x 15 MW

19 PLTU Maluku Utara

2 x 7 MW

20 PLTU 1 NTB

2 x 15 MW

21 PLTU 2 NTB

2 x 25 MW

22 PLTU 1 NTT

2 x 7 MW

23 PLTU 2 NTT

2 x 15 MW

24 PLTU 1 Papua

2 x 7 MW

25 PLTU 2 Papua

2 x 10 MW

[sunting]

Anda mungkin juga menyukai

  • Kebijakan Kelompok 4
    Kebijakan Kelompok 4
    Dokumen12 halaman
    Kebijakan Kelompok 4
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan1tekniktegangantinggi Kelompok
    Pertemuan1tekniktegangantinggi Kelompok
    Dokumen24 halaman
    Pertemuan1tekniktegangantinggi Kelompok
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • TTT PDF
    TTT PDF
    Dokumen15 halaman
    TTT PDF
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • EYD
    EYD
    Dokumen2 halaman
    EYD
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • Permiabilitas Dan Saturasi
    Permiabilitas Dan Saturasi
    Dokumen5 halaman
    Permiabilitas Dan Saturasi
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • 11 Tegangan-Imbas
    11 Tegangan-Imbas
    Dokumen58 halaman
    11 Tegangan-Imbas
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • Font
    Font
    Dokumen3 halaman
    Font
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • Macam Pembangkit Listrik
    Macam Pembangkit Listrik
    Dokumen26 halaman
    Macam Pembangkit Listrik
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • PDF
    PDF
    Dokumen1 halaman
    PDF
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat
  • Makalah PLTD
    Makalah PLTD
    Dokumen2 halaman
    Makalah PLTD
    Andre Roberto Sianipar
    Belum ada peringkat