Proposal KBK Farset Ray
Proposal KBK Farset Ray
PENDAHULUAN
Manusia membutuhkan protein untuk keberlangsungan hidupnya. Protein bersumber
baik dari hewan (hewani) dan tumbuhan (nabati). Namun, secara umum protein yang
bersumber dari hewan lebih tinggi daripada nabati. Salah satu sumber protein hewani
yang tinggi ialah cacing tanah.
Cacing tanah sangat dikenal masyarakat, terutama masyarakat dipedesaan yang
hampir setiap hari menemukannya dikebun, tegalan atau sawah. Cacing tanah hidup
ditempat atau tanah yang terlindung dari sinar matahari, lembap, gembur, dan
mengandung banyak serasah. (Palungkun, R. 1999). Pengobatan tradisional Tiongkok
menggunakan cacing tanah dalam mengobati berbagai jenis penyakit dan infeksi.
Beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa Barat dan Lampung, telah memanfaatkan
cacing tanah sebagai obat tradisional. Salah satu jenis cacing tanah yang sering
digunakan adalah Lumbricus rubellus yang menggandung protein cukup tinggi, yaitu
64-76% berat kering dan 20 jenis asam amino. (Palungkun, 2008) Protein cacing
tanah dipelajari secara luas karena memiliki efek terapi, termasuk anti-inflamasi, antioksidatif, anti-tumor, aktivitas anti-bakteri dan fibrinolitik. (Parwanto, 2015). Namun,
meskipun kandungan protein pada cacing tanah cukup tinggi, kebanyakan orang tidak
menyukai mengkonsumsi protein dari cacing tanah, karena cacing tanah memiliki
bentuk dan rasa yang kurang menarik, sehingga perlu dilakukan permbuatan sediaan
yang dapat memperbaiki rasa dan tekstur dari cacing tanah, salah satunya adalah
dengan membuat sediaan permen jelly.
Permen jelly adalah salah satu jenis kembang gula yang disukai karena memiliki sifat
yang khas. Kekhasan tersebut terletak pada rasa, bentuk, kekenyalan dan elastisitas
produk (Hambali et al., 2004). Permen jeli termasuk dalam golongan gummy candies
(Potter, 1986). Permen jeli secara umum mempunyai tekstur yang empuk dan mudah
dipotong namun juga cukup kaku untuk mempertahankan bentuknya, tidak lengket,
tidak berlendir, tidak pecah, mempunyai karakteristik permen yang baik yaitu halus
dan lembut (Charley, 1982).
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti akan berusaha memberikan solusi
dengan melakukan pembuatan sediaan permen jelly dengan kandungan cacing tanah,
untuk meningkatkan pemanfaatan cacing tanah sebagai sumber protein hewani dan
untuk meningkatkan penerimaan masyarakat.
Rumusan masalah dari penelitian ini meliputi : (1) Bagaimana pengaruh pembuatan
permen jelly cacing tanah sebagai sumber protein?; (2) Bagaimana formula yang
sesuai dalam pembuatan permen jelly cacing tanah?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini, yaitu dapat mengetahui pengaruh pembuatan
permen jelly terhadap kandungan protein cacing tanah, dan dapat mengetahui formula
yang sesuai pada pembuatan permen jelly cacing tanah.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan cacing tanah sebagai
sumber protein hewani, dan dapat meningkatkan nilai penerimaan masyarakat dengan
menggunakan bentuk sediaan berupa permen jelly.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah pengembangan cacing tanah sebagai sumber protein
hewani dalam sediaan permen jelly. Hal yang pertama dilakukan adalah determinasi
cacing tanah.
Hal yang pertama dilakukan adalah pembuatan tepung cacing tanah. Ada 2 metode
yang dilakukan, yaitu cara kering dan cara perebusan. Selanjutnya dibandingkan dari
kedua metode tersebut yang dapat menghasilkan kadar protein yang lebih tinggi
untuk dilanjutkan ke tahap pembuatan permen jelly.
Selanjutnya dilakukan orientasi formula dengan menggunakan persentase basis dan
penggunaan perisa yang berbeda untuk membuat permen jelly cacing tanah dengan
kekenyalan dan rasa yang sesuai. Tahap terakhir yaitu menguji kandungan protein
dari produk permen jelly cacing tanah, uji organoleptik, uji hedonik (kesukaan) dan
uji stabilitas.
Cara kering
Cara perebusan
Pendinginan
(4oC) selama 12
Penambahan asam
format 3mL/100 g
cacing
Penghalusan
Penghalusan
Tepung
pasta
Penghalusan
Tepung
Uji kadar protein
LANDASAN
PEMILIHAN
Parwanto.,
dll. 2015; Wijana,
S., dll, 2015) METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Anitha, J., et al. 2013. In-Vitro Antibacterial Activity and Evaluation of Flavonoid
and Phenol in Earthworm Powder (Eudrilus Eugeniae). India. ISSN 2278
4357
Charley, 1982. Food Science. John Willey and Sans. New York
Damayanti, E., dll. 2009. Pemanfaatan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
sebagai Agensia Anti-Pullorum dalam Imbuhan Pakan Ayan Broiler.
Yogyakarta. JITV 14(2): 83-89
Hambali, E, Suryani, A. dan Widianingsih, N., 2004, Membuat Aneka Olahan
Mangga, Penebar Swadaya, Jakarta
Istiqomah, L., dll. 2009. Amin Acid Profile of Earthworm and Earthworm Meal
(Lumbricus rubellus) for Animal Feedstuff. Yogyakarta. Division of Feed and
Animal Nutrition Research Unit for Development of Chemical Engineering
Processes Indonesia Institute of Sciences (LIPI)
Istiqomah, L., dll. 2014. Daya Hambat Granul Ekstrak Cacing Tanah(Lumbricus
rubellus) Terhadap Bakteri Patogenik In Vitro. Surakarta. JSV 32(1)
Palungkun, R. 1999. Sukses Berternak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus).Penebar
Swadaya, Jakarta.
Palungkun, R., 2008, Sukses Beternak Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Penebar
Swadaya. Jakarta.
Parwanto, E, dll. 2015. Fractination and Characterization of Protein inLumbricus
rubellus Powders. Padang. ISSN- 0975 1556
Potter, N.N., 1986, Food science. The AVI Publishing Co, Inc. Westport, Connecticut
Roy, S., et al. 2012.A Practical Approach on SDS PAGE for Separation of Protein.
India. ISSN 2319-7064