BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Politeknik Negeri Bandung merup akan salah satu perguruan tinggi
advokasi di Indonesia. Politeknik Negeri Bandung memiliki dua bidang
pokok yang dimana tiap bidang dibagi lagi menjadi beberapa jurusan dan
program studi, yaitu bidang rekayasa dan no rekayasa. Pada bidang rekayasa
terdapat beberapa jurusan salah satunya adalah jurusan Teknik Sipil dan
program studi Perawatan dan Perbaikan Gedung.
Politeknik Negeri Bandung mewajibkan tiap mahasiswanya melakukan
Praktek Kerja Lapangan yang memiliki tujuan untuk menerapkan segala
ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan untuk kemudian diterapkan
langsung di lapangan. Untuk Jurusan Teknik Sipil sendiri PKL (Praktek
Kerja Lapangan) dilaksanakan pada proyek konstruksi yang sedang
berlangsung.
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada proyek pembangunan
konstruksi Hotel Mercure, dan yang ditinjau adalah metode pelaksanaan
pekerjaan struktur atas kolom, balok dan plat lantai.
Proses pembangunan Hotel Mercure ini semata-mata dilakukan untuk
melebarkan sayap bisnis dari Mercure sendiri, yang notabene Mercure sudah
tersebar di banyak negara salah satunya di Indonesia.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa Program
Studi D-IV Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung adalah :
Tujuan Umum
a) Memberikan pengalaman secara langsung pelaksanaan konstruksi
termasuk segala aspeknya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di
lapangan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1
BAB I PENDAHULUAN
metode
pelaksanaan
dan
proses
konstruksi
yang
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metoda
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.
BAB II
Bab ini menguraikan tentang latar belakang proyek, tujuan proyek, data umum
proyek, struktur organisasi proyek
BAB III
PERMASALAHAN
PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1 Kondisi Proyek
Pembangunan Hotel Mercure Lengkong Bandung dibagi menjadi 2
daerah pembangunan yaitu zona 1 dan 2, dimana zona 1 (bagian depan)
terdiri dari 12 lantai sementara zona 2 (zona belakang) terdiri dari 3 lantai
ditambah penutup atap berupa struktur kuda-kuda dari baja. Saat pertama
hari PKL dimulai, zona 1 sedang mengerjakan pekerjaan bekisting untuk
balok dan plat lantai 10. Selain itu proses fabrikasi tulangan untuk kolom di
lantai 10 pun sedang dilaksanakan di lantai dasar (Ground Floor).
1. Nama Proyek
: Hotel Mercure Bandung
2. Lokasi Proyek
: Jl. Lengkong Besar No 08 Bandung
3. Batas-batas Wilayah :
Batas Utara
: RM Cibiuk
Batas Selatan
: Rumah Warga
Batas Barat
: Rumah Warga
Batas Timur
: Jalan Protokol
Berikut gambar denah lokasi proyek yang juga dilampirkan pada lampiran 1
Data Umum Proyek.
Lokasi Proyek
4.
5.
Pemilik (Owner)
: PT. Metro East
Konsultan Perencana :
Arsitek
: PT. Sony Susanto
Struktur
: PT. Mitratalenta Konsultindo
MEP
: PT. Gradian
6. Konsultan Pengawas : PT. Metro East
7. Kontraktor
:
Struktur
: PT. Metro East
Basic Arsitektur
: PT. Metro East
8. Subkontraktor
:
Tabel 2.1 Daftar Subkontraktor
No
Jenis Pekerjaan
A. Struktur
1
Tanah
2
Bore Pile
3
Cut and Fill
4
Struktur Atas
B. Mechanical dan Electrical
1
Plumbing
2
Electrical
3
Fire Fighting
4
Septictank System
5
Elektronik
5
Lift
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jenis kontrak
Biaya proyek
Jenis Pembayaran
Tanggal Kontrak
Waktu Pelaksanaan
Waktu Pemeliharaan
Subkontraktor
PT. Tekno
PT. Tekno
PT. Tekno
PT. Asa Mandiri
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. Otis
: Swakelola
: Rp. 163.570.000.000 ( include PPn 10% )
: Stage Payment ( Termin )
: 4 Mei 2015 17 Mei 2017
: 13 Mei 2015 20 Mei 2017
: 1095 Hari
: 2.990,45 m2
:
: 2.557,21 m2
: 2.557,21 m2
: 2.253,92 m2
: 2.253,92 m2
Lantai 3
: 2.248,91 m2
Lantai 4
: 976,53 m2
Lantai 5
: 976,53 m2
Lantai 6
: 946,17 m2
Lantai 7
: 946,17 m2
Lantai 8
: 946,17 m2
Lantai 9
: 946,17 m2
Lantai 10
: 946,17 m2
Lantai Dak
: 1.065,05 m2
Lantai Atap
: 669,89 m2
c. Jumlah lantai
: 12 lantai
d. Elevasi Banguan
:
Potongan 1-1 ditunjukan gambar 2.3
Lt. Basement
: - 4,0 m
Lantai 1
: + 6,0 m
Lantai 2
: + 9,5 m
Lantai 2A
: + 13,5 m
Lantai 3
: + 16,9 m
Lantai 4
: + 20,3 m
Lantai 5
: + 23,7 m
Lantai 6
: + 27,1 m
Lantai 7
: + 30,5 m
Lantai 8
: + 33,9 m
Lantai 9
: + 37,3 m
Lantai 10
: + 40,7 m
Lantai Dak
: + 42,0 m
Lantai Atap
: + 43,15 m
Berikut potongan 1-1 yang juga dilampirkan pada lampiran 2 Shop Drawing.
- 7,5 m
- 4,0 m
+ 6,0 m
+ 9,5 m
+ 13,5 m
+ 14,7 m
Berikut potongan 2-2 yang juga dilampirkan pada lampiran 2 Shop Drawing.
Berikut denah Lt.3 yang juga dilampirlan pada lampiran 2 Shop Drawing.
: Parkiran
: Retail
: Meeting Room
: Corridor
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: MEP Room
: Swimming Pool
Potongan 2-2
o Ground Water Tank
o Lt Basement
o Lantai 1
o Lantai 2
o Lantai 2 Mezzainine
o Lantai 3
f. Struktur Bangunan
: GWT
: Parkiran
: Lounge and Bar
: Ballroom
: Catwalk
: Catwalk
: Beton bertulang
Kedalama
No
1
Jenis
Jumlah
Ukuran
Kedalama
Pondasi
Titik
Pondasi
n Tiang
Bore
12 Titik
Pile P1
2
Bore
Bore
Keras (m)
(m)
50
45
50
45
50
45
cm
65 Titik
Pile P1a
3
180
n Tanah
150
cm
47 Titik
Pile p1b
100
cm
h. Struktur Utama
a. Dimensi balok :
200 x 400 mm
500 x 500 mm
600 x 600 mm
350 x 900 mm
400 x 1000 mm
500 x 1000 mm
500 x 1200 mm
b. Dimensi kolom :
200 x 500 mm
250 x 500 mm
300 x 500 mm
300 x 600 mm
300 x 700 mm
c. Tebal pelat
d. Besi Tulangan
e. Kawat Pengikat
f. Sistem pengecoran
g. Dinding
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
11
: K-500
: K-500
: K-500
: K-350
: K-350
: K-350
: BJTD-40 : fy = 400 MPa
B. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan perusahaan maupun badan usaha yang
ditunjuk owner dan bertugas merencanakan struktur konstruksi sipil maupun
konstruksi gedung sesuai isi kontrak.
c.
d.
C. Sub Kontrator
Subkontraktor merupakan perusahaan maupun badan yang bertugas
mengerjakan pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh kontraktor utama
pada suatu proyek, yang dimana sub kontraktor sendiri ditunjuk oleh
kontraktor utama.
2.4.2 Prosedur Hubungan Kerja
Dalam suatu proyek prosedur hubungan kerja yang jelas antar
tiap pihak yang berhubungan dengan proyek baik langsung maupun
tidak merupakan suatu hal yang vital dan sangat penting untuk
diketahui karena alur koordinasi yang baik menentukan kualitas
proyek yang tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Alur hubungan
kerja (garis koordinasi dan kontrak) didalam proyek akan dijelaskan
pada gambar
KONSULTAN
PERENCANA
c
Perencana Arsitektur :
PT. Sony Susanto
Perencana Struktur
2.8.
PEMILIK PROYEK
KONSULTAN PENGAWAS
KONTRAKTOR
PT. Metro East
SUB KONTRAKTOR
direvisi, dan jika hasilnya telah sesuai, maka desain tersebut sudah bisa
diimplementasikan.
c. Owner dengan Subkon
Pihak owner yaitu PT. Metro East melimpahkan pekerjaan yang tidak
dapat dikerjakan kepada pihak sub kontraktor.
2.4.3
a. Project Coordinator
Project Coordinator atau Koordinator Proyek bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan dan memastikan bahwa
tujuan keseluruhan proyek dapat dicapai dengan tepat waktu, tepat mutu dan
tepat biaya. Berikut Job desk seorang koordinator proyek :
-
b. General Affair
General affair (GA) atau divisi umum adalah unit pendukung yang
bertujuan memberikan pelayanan pelayanan kepada unit kerja lain, tugas
GA sendiri sangat kompleks karenanya biasa disebut Job Matrix yang
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
16
ketersediaan
kebutuhan
stationary.
c. Project Manager
Project Manager (PM) adalah orang yang ditunjuk untuk menggerakkan
organisasi proyek dan memimpinnya dalam mencapai sasaran proyek. Dalam
sebuah proyek seorang PM dituntut memiliki kesempurnaan kompetensi
karena tanggung jawabnya yang besar terhadap kesuksesan proyek. Berikut
job desk seorang Project Manager :
-
keberadaan
proyek
dan
karyawan
dalam
barang
melalui
struktur dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
struktur dilapangan.
g. Supervisor Arsitektur
Berikut tugas dari Supervisor Arsitektur :
-
arsitektur dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
arsitektur dilapangan.
h. Supervisor MEP
Berikut tugas dari Supervisor MEP :
-
MEP dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
arsitektur dilapangan.
i.
Mekanik
Berikut tugas dari Supervisor MEP :
-
melakukan
identifikasi
spektek
mesin
dan
terkait K3 konstruksi.
Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi.
Mengelola program K3.
Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan
ketentuan K3.
Melakukan sosialisasi,
penerapan
dan
pengawasan
konstruksi.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
19
dilapangan.
Menjelaskan gambar shop drawing kepada pelaksana
Pada gambar 2.8 ditunjukan struktur organisasi PT. Metro East yang juga
dilampirkan pada lampiran 1 Data Umum Proyek.
BAB III
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Latar Belakang Perencanaan Pelaksanaan Proyek
Gagasan atau kebutuhan dari owner merupakan awal mula dari sebuah
pembangunan
gedung.
Kemudian
gagasan
tersebut
dilanjutkan
ke
Dalam sebuah
direncanakan.
Rencana Anggaran Biaya
3.2.1 Perencanaan Struktur
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
21
: 7 Buah
: 3,4 m
(a)
(b)
Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton
:1m
: 22 mm
: 30 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 500 mm
: 1200 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 30
= 924 m
-
Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (500 25))+(2 x (1200 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 950 + 2300 + 300 + 200
= 3750 mm = 3,75 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3,75 x (24 + 12)
= 7 x 3,75 x 36
= 945 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 945 m x 0,617 kg/m
= 583,065 kg
Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((500 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (450 + 120 + 200)
= 2310 mm = 2,31 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1200 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 1150 + 120 + 200
= 1470 mm = 1,47 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,31 + 1,47) x 23
= 7 x 3,78 x 23
= 608,58 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 608,58 m x 0,617 kg/m
= 375,494 kg
Jadi kebutuhan tulangan utama untuk kolom K-1 adalah 2.758,14 kg.
Tulangan sengkang 583,065 kg dan untuk tulangan pengikat 375,494 kg.
Jadi jumlah kebutuhan tulangan kolom K-1 untuk lantai 10 adalah
3.716,699 kg.
Kebutuhan Pengecoran satu kolom K-1 adalah
= m x n x (b + c)
= 0,5 x 1,2 x (3,4 + 1)
= 2,64 m3
Total Kebutuhan pengecoran kolom K-1 Lt 10
= 2,64 x a
= 2,64 x 7
= 18,48 m3
Jadi kebutuhan Ready Mix untuk pengecoran kolom K 1 adalah 18,48
m3. Berikut adalah gambar detail kolom K 1 yang ditunjukan gambar
3.1.
Kolom K.1a
Jenis struktur K.1a ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 500 mm dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
22 mm yang berjumlah 28 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan dan pengecoran Kolom K-1a
lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-1a
: 9 Buah
(a)
Tinggi Kolom
Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton
: 3,4 m
:1m
: 22 mm
: 28 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 500 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 28
= 862,4 m
-
Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (500 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 950 + 1950 + 300 + 200
= 3400 mm = 3,4 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3,4 x (24 + 12)
= 7 x 3,4 x 36
= 856,8 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 856,8 m x 0,617 kg/m
= 528,646 kg
Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((500 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (450 + 120 + 200)
= 2310 mm = 2,31 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1000 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 950 + 120 + 200
= 1270 mm = 1,27 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,31 + 1,27) x 23
= 7 x 3,58 x 23
= 576,38 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 576,38 m x 0,617 kg/m
= 355,626 kg
Kolom K.3
Jenis struktur K.3 ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 300 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
19 mm yang berjumlah 20 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan dan pengecoran untuk Kolom
K-3 lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-3
: 8 Buah
(a)
Tinggi Kolom
Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton
: 3,4 m
:1m
: 19 mm
: 20 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
:: 200 mm
: 300 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 20
= 616 m
-
Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (300 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 550 + 1950 + 300 + 200
= 3000 mm = 3 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3 x (24 + 12)
= 7 x 3 x 36
= 756 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 756 m x 0,617 kg/m
= 466,452 kg
Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((300 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (250 + 120 + 200)
= 1710 mm = 1,71 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x 1,71 x 23
= 7 x 1,71 x 23
= 275,31 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 275,31 m x 0,617 kg/m
= 169,866 kg
= m x n x (b + c)
= 0,3 x 1 x (3,4 + 1)
= 1,32 m3
Total Kebutuhan pengecoran kolom K-3 Lt 10
= 1,32x a
= 1,32 x 8
= 10,56 m3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
30
Kolom K.3a
Jenis struktur K.3a ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 400 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
19 mm yang berjumlah 28 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan Kolom K-3a lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-3a
- Tinggi Kolom
- Overlap Kolon
- Diameter Tul Utama
- Jumlah Tul Utama/Kolom
- Diameter Tul Sengkang
- Jarak Sengkang Tumpuan
- Jarak Sengkang Lapangan
- Diameter Tulangan Pengikat
: 9 Buah
: 3,4 m
:1m
: 19 mm
: 28 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton
: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 400 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)
2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 28
= 862,4 m
-
Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (400 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 750 + 1950 + 300 + 200
= 3200 mm = 3,2 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
:
= a x 3,2 x (24 + 12)
= 7 x 3,2 x 36
= 806,4 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((400 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (350 + 120 + 200)
= 2010 mm = 2,01 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1000 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 950 + 120 + 200
= 1270 mm = 1,27 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,01+1,27) x 23
= 7 x 3,28 x 23
= 528,08 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 528,08 m x 0,617 kg/m
= 325,825 kg
Balok B.3a
Jenis struktur B.3a ini berdimensi lebar 300 mm dan tinggi
500 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter 19
mm yang berjumlah 6 buah diatas dan 3 buah dibawah pada
tumpuan, 3 buah diatas dan 6 buah dibawah pada lapangan,
dimana memiliki tulangan sengkang berdiameter 10 mm yang
memiliki jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan
200 mm. Berikut hasil perhitungan kebutuhan tulangan dan
pengecoran balok B3a menggunakan excel yang dilampirkan
pada Lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Tulangan (kg) :
- Panjang Balok 6,6 m
Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 52,278 kg
Tulangan Bawah 52,278 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
37
Balok B.5
Jenis struktur B.5 ini berdimensi lebar 250 mm dan tinggi
500 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter 19
mm yang berjumlah 4 buah diatas dan 3 buah dibawah pada
tumpuan, 3 buah diatas dan 4 buah dibawah pada lapangan,
dimana memiliki tulangan sengkang berdiameter 10 mm yang
memiliki jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan
200 mm. Berikut hasil perhitungan kebutuhan tulangan dan
pengecoran balok B5 menggunakan excel yang dilampirkan
pada Lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Tulangan (kg) :
- Panjang Balok 2 m
Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 21,565 kg
Tulangan Bawah 21,565 kg
D10
Tulangan Sengkang 20,085 kg
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
40
Panjang Balok 3 m
Jumlah balok 5 buah
D19
Tulangan Atas 28,24 kg
Tulangan Bawah 28,24 kg
D10
Tulangan Sengkang 30,13 kg
L : Lebar
= 0,25 m
T : Tinggi
= 0,5 m
Volume kebutuhan pengecoran
=PxLxT
= 175,4 x 0,3 x 0,5 = 16,49 m3
Jadi jumlah volume kebutuhan pengecoran untuk profil balok
B3a adalah 16,49 m3
Berikut adalah gambar detail dari profil balok B5 yang
ditunjukan gambar 3.7.
Plat Lantai
Plat lantai memiliki tebal 13 cm dengan selimut beton 2,5
cm. Tulangan yang digunakan berupa tulangan wiremash yang
dipasang pada bagian atas dan bagian bawah beton. Pada
bagian tengah beton terdapat tulangan tulangan kursi yang
berfungsi tulangan wiremash atas dan tulangan wiremash
bawah memiliki jarak 8 cm. Untuk denah balok dilampirkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
44
Gambar Konstruksi
Gambar konstruksi merupakan gambar yang telah
Pekerjaan Persiapan
Berikut tahapan tahapan pelaksanaan pekerjaan persiapan di
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung yang diterangkan
jawabkan.
Temporary
Bench
Mark
dibuat
area
lokasi
proyek
dilakukan
oleh
petugas
agar pekerja tidak jatuh maupun tertimpa benda benda yang jatuh
dari atas.
d. Penyediaan Air Kerja
Air kerja disediakan dengan membuat sumur pompa di lokasi
proyek berupa deep well.
e. Penyediaan Listrik Kerja
Untuk penyediaan listrik diperoleh dari sambungan sementara PLN
setempat guna memperlancar proses pembangunan Hotel Mercure.
Selain itu daya listrik selain digunakan untuk penerangan site, sumber
tenaga untuk alat seperti compressor, concrete vibrator, hammer jack,
coring drill, bor / drill,dan alat lain.
Penyediaan listrik kerja ini juga digunakan untuk berbagai
kebutuhan listrik untuk direksi keet baik untuk keperluan administrasi
maupun untuk keperluan teknis juga security seperti lampu
penerangan pada direksi keet, computer, mesin foto copy, printer,
kamera pengawas, charger dan kebutuhan lainnya sebagai penunjang
kelancaran proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini.
Gambar 3.8 menunjukan sumber listrik bagi proyek dari PLN.
g. Pemasangan Tanda K3
Pemasangan tanda Keselamatan dan kesehatan kerja guna
mengingatkan dan mengidentifikasi pada para pekerja maupun
pelaksana pembangunan di area proyek terhadap kondisi, resiko yang
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar 3.10 dan 3.11 menunjukan tanda K3 pada proyek.
3.3.2
1. Pekerjaan Persiapan
Persiapan peralatan dan bahan sangat penting dilakukan, karena
cepat lambatnya pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan
dan bahan. Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek
pembangunan Hotel Mercure Bandung ini adalah :
2. Persiapan Peralatan
1. Tower Crane
Tower crane adalah salah satu alat yang umum dan sering
dijumpai dalam pembangunan high rise building. Towe crane
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
52
3. Concrete Bucket
Concrete bucket merupakan alat yang digunakan untuk
mengangkut ready mix concrete dari truck mixer ke lokasi
pengecoran yang diangkut menggunakan tower crane dan
memiliki daya tampung sebesar 1 m3. Bagian bawah concrete
bucket biasa dipasang pipa tremie yang berfungsi agar beton
yang dituangkan dari concrete bucket tidak langsung jatuh ke
area yang di cor. Untuk pengoperasiannya concrete bucket
membutuhkan seorang operator yang bertugas membuka dan
menutup juga mengunci tuas, sehingga ready mix concrete
yang ada pada concrete bucket dapat diangkut ke lokasi
pengecoran tanpa tertumpah.
Pada gambar 3.15 ditunjukan concrete bucket yang
diangkat menggunakan tower crane.
4. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang digunakan untuk
memadatkan ready mix concrete dengan menghilangkan udara
yang terjebak dalam beton segar yang dapat mengakibatkan
keropos pada beton dengan cara penggetaran dan penusukan
pada beton segar. Selain untuk menghasilkan beton yang kuat
dan tidak keropos concrete vibrator juga dapat menghaluskan
permukaan beton. Pada proyek pembangunan Hotel Mercure
ini setelah menggunakan concrete vibrator perataan beton
segar juga menggunakan ruskam sebagai alat bantu tambahan.
Penggunaan concrete vibrator sesuai dengan SNI 03 3976
1995 tentang Tata Cara Pengadukan Beton harus dilakukan
secara tegak lurus dengan jarak titik pemakaian vibrator
concrete yang seragam. Durasi pemakaian concrete vibrator
harus dilakukan selama 4 detik, dan tidak boleh dilakukan
lebih lama karena jika penggunaan concrete vibrator lebih dari
4 detik akan mengakibatkan bleeding.
5. Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu alat bantu yang terbuat dari
pipa pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
mampu menahan beban di atasnya baik manusia, material
maupun beton yang belum mampu menahan bebannya sendiri.
Dalam proyek pembangunan Hotel
Mercure Bandung
6. Bekisting
Bekisting merupakan acuan suatu konstruksi yang di
dalamnya atau di atasnya dapat distel baja tulangan dan
sebagai cetakan sekaligus wadah dari adukan beton segar yang
dicorkan baik bentuk dan dimensinya sesuai rencana. Dalam
proyek
pembangunan
Hotel
Mercure
ini
bekisting
7. Compressor
Dalam pembangunan
compressor
digunakan
Hotel
untuk
Mercure
Bandung
membersihkan
ini
lokasi
8. Bar Bender
Bar bender
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
Persiapan Bahan
Dalam proses pembangunan suatu bangunan gedung ada
banyak sekali bahan material yang harus dipersiapkan, namun
dalam hal ini hanya beberapa bahan yang akan dijelaskan secara
umum, berdasarkan fungsi nya terhadap kualitas struktur beton
bertulang yaitu ready mix concrete, baja tulangan dan multiplek.
1. Ready Mix Concrete
Ready mix concrete yang digunakan dalam proyek
pembangunan Hotel Mercure Bandung ini menggunakan jasa
PT. Adhimix Precast Indonesia. Yang dimana untuk mutu
bedon yang digunakan memiliki mutu K 350. Untuk nilai
slump atau kelecakan beton sendri berbeda antara kolom
dengan balok dan plat, nilai slump untuk kolom yang
menggunakan
bantuan
tower
crane
dengan
kemudian
pekerjaan
dilanjutkan
dengan
rencana.
Pasang besi hollow arah memanjang yang ditumpukan pada U
beton.
Sementara untuk penulangan plat lantai, tulangan wiremash
dihamparkan yang sebelumnya telah dipasang beton deking,
kemudian tulangan tulangan kursi dipasang sebagai pemisah
antara tulangan wiremash atas dan bawah. Kemudian
sesuai rencana.
Pemasangan skur
harus
kuat,
agar
saat
pengecoran
detik.
Bucket yang telah kosong kembali diangkat dan diisi lagi
dengan beton segar, waktu mobilisasi kosong bucket
menggunakan tower crane membutuhkan waktu 1 menit 10
menggunakan ruskam.
Setelah diratakan, supervisor sipil akan mengecek elevasi dan
kedataran dari plat yang telah dicor dengan menggunakan
waterpass.
Gambar 3.27 menunjukan bucket yang sedang diangkat
- Palu
b. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah proses pengecoran minimal 2 minggu, bekisting balok
-
melepaskannya.
Setelah pembongkaran selesai, pasang support di titik titik
terentu untuk menyangga balok dan plat lantai
2 orang pekerja.
Pekerja merakit tulangan lentur D22 dan D19 juga tulangan
geser D10 sesuai dengan tipe kolom yang akan dibuat sesuai
perencanaan.
Setelah perakitan selesai, dipasang beton deking yang
nantinya berfungsi sebagai pembatas atau pengganjal sehingga
antara tulangan dan bekisting tidak menempel secara
langsung, rongga yang dihasilkan beton deking kemudian
akan menjadi selimut beton setelah dilakukan pengecoran.
Beton deking yang digunakan dalam proyek pembangunan
bekisting kolom.
Kondisikan bekisting kolom dalam keadaan tegak lurus
dengan melakukan pengecekan menggunakan unting unting.
detik.
Saat sampai di titik pengecoran kolom, tuas pengunci bucket
dibuka dan beton dicorkan melalui pipa tremie. Waktu tuang
bucket untuk pengecoran kolom dari penuh ke kosong
24 detik.
Kemudian
jika
lokasinya
memungkinkan
pemadatan
(a)
(b)
Sumber : Data Proyek
Gambar 3.36 Proses Pengacoran Kolom (a) Tampak Concrete Bucket yang telah sampai pada
Lokasi Titik Pengecoran (b) Tampak Pekerja Memegangi Pipa Tremie Saat Proses Pengecoran
Berlangsung
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
76
bekisting.
Kendorkan dan lepaskan tie rod.
Lepaskan satu per satu tiap sisi bagian bekisting yang berupa
multiplek, jika terdapat multiplek yang sulit untuk dilepaskan
karena menempel, proses pembongkarab dapat dilakukan
menggunakan linggis.
2. Pemlesteran Kolom
a. Alat yang Digunakan
-
Ruskam
Ember
Sendok Spesi
Scaffolding
Balok Kayu
Besi Hollow
Besi Penjepit
(a)
(b)
Sumber : Data Proyek
Gambar 3.38 Proses Pemlesteran Kolom (a) Tampak Besi Hollow yang Digunakan sebagai Acuan
(b) Pemlesteran Kolom
Semakin tinggi nilai slump maka waktu setting yang diperlukan beton
lebih sedikit disbanding waktu setting beton dengan nilai slump beton
yang lebih kecil. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan Hotel
Mercure Bandung ini tidak dilaksanakan pengujian slump.
c. Pengecekan Tulangan
Pemeriksaan baja tulangan dilakukan secara visual dengan melihat
kondisi tulangan apakah mengalami korosi atau tidak, dan melakukan
pengukuran diameter tulangan dengan menggunakan jangka sorong.
3.4.3 Pengawasan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung
pengawasan
K3
dilaksanakan
guna
mencegah
terjadinya
BAB IV
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
4.1 Penjelasan Umum
Dalam pembangunan setiap proyek gedung pasti terdapat permasalahan
yang tidak dapat dihindari, permasalahan permasalahan tersebut dapat
terjadi karena diakibatkan beberapa factor. Dalam hal ini permasalahan akan
dibagi menjadi dua yaitu permasalahan teknis dan non teknis.
Permasalahan teknis meliputi permasalahan permasalahan yang
mempengaruhi mutu, waktu dan biaya. Dalam hal ini permasalahan teknis
biasa terjadi pada metode pelaksanaan yang digunakan, kondisi material,
kondisi alat, perawatan alat, penyimpanan material, dan lain lain. Pada
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini dapat dikatakan
permasalahan teknis yang terjadi di lapangan cukup banyak, mulai dari
pengawasan mutu beton yaitu tidak adanya uji slump, beton yang sengaja
ditambah air, penyimpanan material yang diletakkan pada tempat terbuka
sehingga tulangan dan wiremash mengalami korosi, pengecoran yang
dilakukan saat hujan, beton deking yang pecah, bekisting yang tidak dilumuri
oli sebelum digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4.1.1
Permasalahan Teknis untuk permasalahan dan solusi.
Permasalahan non teknis pada proyek pembangunan Hotel Mercure
Bandung ini meliputi 2 hal yaitu berkaitan dengan K3 dan tata graha yang
dapat dikatakan kurang baik. Hal ini disebabkan pengawasan, manajemen dan
fasilitas K3 di proyek yang kurang memadai. Sehingga pekerja seakan tidak
sadar akan pentingnya penggunaan APD. Selain itu sampah dan material sisa
tersebut dapat mengakibatkan hazard bagi para pekerja, selain tidak
menggunakan APD pekerja juga terancam menginjak material sisa yang tajam
seperti paku dan kawat. Table 4.1.2 menjelaskan masalah non teknis
dilapangan.
Solusi
Menyediakan tempat
penyimpanan material yang
tertutup.
Gambar
dan Balok
Bekisting
Uji Slump
beton
4.1.2 Permasalahan Non Teknis
No Pekerjaan
1 Area
Proyek
Berantakan
Permasalahan
Penyimpanan alat dan bahan
di lokasi proyek berantakan,
dan juga terdapat banyak
sampah sehingga
dikhawatirkan akan
menyebabkan kecelakaan.
Solusi
Lokasi proyek harus steril dan
penyimpanan material dan alat
harus rapih.
Gambar
BAB V PENUTUP
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil berdasar pada hasil pengamatan selama PKL
pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung adalah sebagai berikut :
a. Kolom
1. Pelaksanaan dilaksanakan pada saat kondisi hujan, sehingga beton segar
bercampur dengan air hujan. Air hujan menyerap dan terjebak sehingga air
hujan bereaksi dengan baja tulangan yang kemudian akan mengakibatkan
korosi yang nantinya mengakibatkan retakan pada kolom.
2. Mutu baja maupun beton pada struktur sesuai dengan rencana.
3. Masih ada pemasangan sengkang yang jaraknya tidak sesuai rencana.
b. Balok dan Plat Lantai
1. Pada saat pelaksanaan dilaksanakan pada saat kondisi hujan, sehingga
beton segar bercampur dengan air hujan. Air hujan menyerap dan terjebak
sehingga air hujan bereaksi dengan baja tulangan yang kemudian akan
mengakibatkan korosi yang nantinya dapat mengakibatkan retakan pada
balok dan plat lantai.
2. Mutu baja maupun beton pada struktur sesuai dengan rencana.
3. Beton deking pecah sehingga selimut beton menipis, yang akhirnya
tulangan wiremash pada plat akan lebih cepat korosi karena tipisnya
selimut beton.
4. Penusukkan concrete vibrator asal asalan dan tak sesuai SNI 03 3976
1995.
c. Terjadi keterlambatan pada pelaksanaan struktur yang seharusnya
berakhir bulan Agustus namun hingga September pekerjaan belum selesai.
d. Pelaksanaan K3 yang tidak maksimal diakibatkan kurangnya sosialisasi,
fasilitas dan pengawasan dari pengawas K3 sehingga pekerja tidak
menggunakan APD karena kurangnya kesadaran akan pentingnya
keselamatan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
87
BAB V PENUTUP
5.2 Saran
a. Kolom
1. Pelaksanaan pengecoran seharusnya dilaksanakan saat kondisi tidak
hujan.
2. Penyimpanan material terutama baja tulangan harus ditempat tertutup
untuk menghindari terjadinya korosi pada baja tulangan.
3. Pengawasan saat pemasangan harus ditingkatkan, karena masih adanya
pemasangan tulangan yang jaraknya tidak sesuai rencana.
b. Balok dan Plat Lantai
1. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan saat cuaca tidak hujan.
2. Penyimpanan baja tulangan ditempat tertutup untuk menghindari
terjadinya perubahan suhu dan kelembaban yang ekstrim agar baja
tulangan tidak mengalami korosi.
3. Pengawasan harus ditingkatkan agar pekerja tidak menginjak beton
deking agar tidak pecah sehingga ketebalan selimut beton dapat terjaga.
4. Pengawasan perlu ditingkatkan saat pengecoran dilaksanakan agar
penusukkan menggunakan concrete vibrator dapat dilakukan sesuai
standar.
c. Perlu ditingkatkannya pengawasan dan dibuatnya laporan harian,
mingguan maupun bulanan agar progress pelaksanaan dapat dipantau
dengan baik sehingga keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur dapat
dihindari.
d. Pengawasan K3 juga sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD
perlu ditingkatkan agar pekerja sadar akan pentngnya keselamatan.
e. Kebersihan area kerja perlu ditingkatkan karena masih banyaknya
material bekas yang berserakan.
f. Penggunaan pelumas pada bekisting perlu dilakukan agar masa
pemakaian multiplek dapat lebih lama.