Anda di halaman 1dari 88

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Politeknik Negeri Bandung merup akan salah satu perguruan tinggi
advokasi di Indonesia. Politeknik Negeri Bandung memiliki dua bidang
pokok yang dimana tiap bidang dibagi lagi menjadi beberapa jurusan dan
program studi, yaitu bidang rekayasa dan no rekayasa. Pada bidang rekayasa
terdapat beberapa jurusan salah satunya adalah jurusan Teknik Sipil dan
program studi Perawatan dan Perbaikan Gedung.
Politeknik Negeri Bandung mewajibkan tiap mahasiswanya melakukan
Praktek Kerja Lapangan yang memiliki tujuan untuk menerapkan segala
ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan untuk kemudian diterapkan
langsung di lapangan. Untuk Jurusan Teknik Sipil sendiri PKL (Praktek
Kerja Lapangan) dilaksanakan pada proyek konstruksi yang sedang
berlangsung.
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada proyek pembangunan
konstruksi Hotel Mercure, dan yang ditinjau adalah metode pelaksanaan
pekerjaan struktur atas kolom, balok dan plat lantai.
Proses pembangunan Hotel Mercure ini semata-mata dilakukan untuk
melebarkan sayap bisnis dari Mercure sendiri, yang notabene Mercure sudah
tersebar di banyak negara salah satunya di Indonesia.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan bagi mahasiswa Program
Studi D-IV Teknik Perawatan dan Perbaikan Gedung adalah :
Tujuan Umum
a) Memberikan pengalaman secara langsung pelaksanaan konstruksi
termasuk segala aspeknya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan di
lapangan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1

BAB I PENDAHULUAN

b) Mengasah kemampuan mahasiswa untuk menerapkan, menganalisis dan


membandingkan pengetahuan yang didapat di bangku perkuliahan
dengan kondisi di lapangan secara langsung, kemudian disusun dalam
laporan dan dipaparkan dalam sidang.
c) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk terlibat secara langsung
dengan pelaku proses konstruksi (kontraktor, konsultan, pemilik) dan
mengaplikasikan ilmu Teknik Sipil secara langsung di lapangan.
d) Melatih kemampuan mahasiswa dalam bidang softskill secara optimal di
lingkungan kampus dan lokasi proyek.
Tujuan Khusus
a) Mahasiswa dapat terlibat secara langsung pada pelaksanaan konstruksi
Hotel Mercure dalam pelaksanaan konstruksi struktur atas kolom, balok
dan plat.
b) Mempelajari

metode

pelaksanaan

dan

proses

konstruksi

yang

dilaksanakan pada pembangunan struktur atas kolom, balok dan plat di


Hotel Mercure.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan laporan ini adalah semua hal yang
berhubungan dengan metoda pelaksanaan pekerjaan struktur atas kolom, plat
lantai, pedestal dan balok lantai 10 zona 1 (zona depan) pada proyek
pembangunan Hotel Mercure.
a)
b)
c)
d)

Latar belakang didirikannya bangunan.


Data umum proyek.
Shop drawing, spektek dan dimensi.
Metoda pelaksanaan struktur atas pada kolom, balok dan plat lantai.

1.4 Metoda Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data selama praktek kerja lapangan dilaksanakan
dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2

BAB I PENDAHULUAN

a) Mengikuti arahan dari dosen pembimbing.


b) Memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur atas di lapangan secara
langsung.
c) Wawancara kepada pembimbing lapangan mengenai hal hal yang perlu
diketahui.
d) Membaca buku dan artikel di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan ini dibuat dalam lima bab, berikut ini merupakan ringkasan isi
dari laporan tersebut :
BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metoda
pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan.
BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

Bab ini menguraikan tentang latar belakang proyek, tujuan proyek, data umum
proyek, struktur organisasi proyek
BAB III

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Bab ini menguraikan tentang perencanaan pelaksanaan proyek yang akan


berlangsung
BAB IV

PERMASALAHAN

Bab ini menguraikan tentang permasalahan yang terjadi di proyek baik


permasalahan teknis maupun permasalahan non teknis
BAB V

PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran mengenai pekerjaan yang
dilaksanakan.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1 Kondisi Proyek
Pembangunan Hotel Mercure Lengkong Bandung dibagi menjadi 2
daerah pembangunan yaitu zona 1 dan 2, dimana zona 1 (bagian depan)
terdiri dari 12 lantai sementara zona 2 (zona belakang) terdiri dari 3 lantai
ditambah penutup atap berupa struktur kuda-kuda dari baja. Saat pertama
hari PKL dimulai, zona 1 sedang mengerjakan pekerjaan bekisting untuk
balok dan plat lantai 10. Selain itu proses fabrikasi tulangan untuk kolom di
lantai 10 pun sedang dilaksanakan di lantai dasar (Ground Floor).

Sumber : Dokumen Pribadi


Gambar 2.1 Kondisi Proyek Pertama PKL

2.2 Tujuan Proyek


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Tujuan dibangunnya Hotel Mercure adalah untuk menyediakan jasa


tempat tinggal sementara bagi para turis, baik domestik maupun asing untuk
kepentingan wisata, bisnis, kantor dan sebagainya. Juga menambah
lapangan pekerjaan dan menanam investasi bagi para investor.
2.3 Data Proyek
2.3.1 Data Umum Proyek

1. Nama Proyek
: Hotel Mercure Bandung
2. Lokasi Proyek
: Jl. Lengkong Besar No 08 Bandung
3. Batas-batas Wilayah :
Batas Utara
: RM Cibiuk
Batas Selatan
: Rumah Warga
Batas Barat
: Rumah Warga
Batas Timur
: Jalan Protokol

Berikut gambar denah lokasi proyek yang juga dilampirkan pada lampiran 1
Data Umum Proyek.
Lokasi Proyek

Sumber : Google Maps


Gambar 2.2 Denah Lokasi Proyek

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

4.
5.

Pemilik (Owner)
: PT. Metro East
Konsultan Perencana :
Arsitek
: PT. Sony Susanto
Struktur
: PT. Mitratalenta Konsultindo
MEP
: PT. Gradian
6. Konsultan Pengawas : PT. Metro East
7. Kontraktor
:
Struktur
: PT. Metro East
Basic Arsitektur
: PT. Metro East
8. Subkontraktor
:
Tabel 2.1 Daftar Subkontraktor

No
Jenis Pekerjaan
A. Struktur
1
Tanah
2
Bore Pile
3
Cut and Fill
4
Struktur Atas
B. Mechanical dan Electrical
1
Plumbing
2
Electrical
3
Fire Fighting
4
Septictank System
5
Elektronik
5
Lift
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Jenis kontrak
Biaya proyek
Jenis Pembayaran
Tanggal Kontrak
Waktu Pelaksanaan
Waktu Pemeliharaan

Subkontraktor
PT. Tekno
PT. Tekno
PT. Tekno
PT. Asa Mandiri
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. BRS
PT. Otis

: Swakelola
: Rp. 163.570.000.000 ( include PPn 10% )
: Stage Payment ( Termin )
: 4 Mei 2015 17 Mei 2017
: 13 Mei 2015 20 Mei 2017
: 1095 Hari

2.3.2 Data Teknis


1.
Dimensi Bangunan
a. Luas Tanah
b. Luas Bangunan
Lt. Basement
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 2A

: 2.990,45 m2
:
: 2.557,21 m2
: 2.557,21 m2
: 2.253,92 m2
: 2.253,92 m2

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Lantai 3
: 2.248,91 m2
Lantai 4
: 976,53 m2
Lantai 5
: 976,53 m2
Lantai 6
: 946,17 m2
Lantai 7
: 946,17 m2
Lantai 8
: 946,17 m2
Lantai 9
: 946,17 m2
Lantai 10
: 946,17 m2
Lantai Dak
: 1.065,05 m2
Lantai Atap
: 669,89 m2
c. Jumlah lantai
: 12 lantai
d. Elevasi Banguan
:
Potongan 1-1 ditunjukan gambar 2.3
Lt. Basement
: - 4,0 m
Lantai 1
: + 6,0 m
Lantai 2
: + 9,5 m
Lantai 2A
: + 13,5 m
Lantai 3
: + 16,9 m
Lantai 4
: + 20,3 m
Lantai 5
: + 23,7 m
Lantai 6
: + 27,1 m
Lantai 7
: + 30,5 m
Lantai 8
: + 33,9 m
Lantai 9
: + 37,3 m
Lantai 10
: + 40,7 m
Lantai Dak
: + 42,0 m
Lantai Atap
: + 43,15 m
Berikut potongan 1-1 yang juga dilampirkan pada lampiran 2 Shop Drawing.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
7

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 2.3 Potongan 1-1

Potongan 2-2 ditunjukan gambar 2.4


Ground Water Tank
:
Lt Basement
:
Lantai 1
:
Lantai 2
:
Lantai 2 Mezzainine
:
Lantai 3
:

- 7,5 m
- 4,0 m
+ 6,0 m
+ 9,5 m
+ 13,5 m
+ 14,7 m

Berikut potongan 2-2 yang juga dilampirkan pada lampiran 2 Shop Drawing.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
8

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 2.4 Potongan 2-2

Berikut denah Lt.3 yang juga dilampirlan pada lampiran 2 Shop Drawing.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
9

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 2.5 Denah Lt. 3

e. Fungsi lantai bangunan


Potongan 1-1
o Lt. Basement
o Lantai 1
o Lantai 2
o Lantai 2A
o Lantai 3
o Lantai 4
o Lantai 5
o Lantai 6
o Lantai 7
o Lantai 8
o Lantai 9
o Lantai 10
o Lantai Dak
o Lantai Atap

: Parkiran
: Retail
: Meeting Room
: Corridor
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: Guest Room
: MEP Room
: Swimming Pool

Potongan 2-2
o Ground Water Tank
o Lt Basement
o Lantai 1
o Lantai 2
o Lantai 2 Mezzainine
o Lantai 3
f. Struktur Bangunan

: GWT
: Parkiran
: Lounge and Bar
: Ballroom
: Catwalk
: Catwalk
: Beton bertulang

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
10

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

g. Struktur Bawah (Pondasi)


Tabel 2.2 Daftar Pondasi

Kedalama
No
1

Jenis

Jumlah

Ukuran

Kedalama

Pondasi

Titik

Pondasi

n Tiang

Bore

12 Titik

Pile P1
2

Bore

Bore

Keras (m)

(m)
50

45

50

45

50

45

cm
65 Titik

Pile P1a
3

180

n Tanah

150
cm

47 Titik

Pile p1b

100
cm

h. Struktur Utama
a. Dimensi balok :
200 x 400 mm
500 x 500 mm
600 x 600 mm
350 x 900 mm
400 x 1000 mm
500 x 1000 mm
500 x 1200 mm
b. Dimensi kolom :
200 x 500 mm
250 x 500 mm
300 x 500 mm
300 x 600 mm
300 x 700 mm
c. Tebal pelat
d. Besi Tulangan
e. Kawat Pengikat
f. Sistem pengecoran

: 130 mm, 150 mm dan 180 mm


: D10, D16, D19, D22
: 1 mm ( Baja Lunak )
: Ready Mix Concrete dari Adhimix

g. Dinding
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
11

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Pasangan Bata Ringan


Precast
Shear Wall
i. Mutu Material
a. Beton
Bore Pile
Pile Cap
Tie Beam
Kolom
Balok
Pelat Lantai
b. Tulangan
Ulir (D)

: K-500
: K-500
: K-500
: K-350
: K-350
: K-350
: BJTD-40 : fy = 400 MPa

2.4 Struktur Organisasi dan Hubungan Kerja Proyek


Dalam sebuah proyek terdapat struktur organisasi proyek yang dimana
melingkupi hubungan kerja proyek. Di bawah ini terdapat penjelasan tugastugas dan hubungan kerja dari struktur organisasi proyek Hotel Mercure.
2.4.1 Struktur Organisasi proyek
Pada gambar 2.6 ditunjukan struktur organisasi proyek pada
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
12

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 2.6 Organisasi Proyek Hotel Mercure Bandung

A. Owner (Pemilik Proyek)


Pemilik proyek adalah seseorang atau instansi baik swasta maupun
pemerintah yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya
kepada pihak lain yang mampu mengerjakan proyek tersebut sesuai isi
kontrak.
Dalam hal ini owner yaitu PT. Metro East berperan juga sebagai
pengawas sekaligus pelaksana konstruksi seperti yang dijelaskan diatas
bahwa proyek pembangunan Hotel Mercure bersifat swakelola.

B. Konsultan Perencana
Konsultan perencana merupakan perusahaan maupun badan usaha yang
ditunjuk owner dan bertugas merencanakan struktur konstruksi sipil maupun
konstruksi gedung sesuai isi kontrak.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
13

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Fungsi dari Konsultan Perencana adalah merencanakan metode


pelaksanaan konstruksi serta menentukan alat dan bahan yang digunakan,
merencanakan gambar kerja, membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya)
sesuai gagasan dari owner yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan
dan standar yang berlaku di Indonesia. Selain itu Konsultan Perencana juga
bertanggung jawab atas adanya perubahan rencana dari rencana semula
akibat adanya kendala-kendala fisik di lokasi proyek. Secara garis besar
tugas Konsultan Perencana antara lain :
a.
b.

Membuat rencana pelaksanaan.


Membuat gambar-gambar detail / penjelasan, lengkap

c.

dengan perhitungan konstruksinya.


Membuat peraturan dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(RKS).

d.

Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB).

C. Sub Kontrator
Subkontraktor merupakan perusahaan maupun badan yang bertugas
mengerjakan pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh kontraktor utama
pada suatu proyek, yang dimana sub kontraktor sendiri ditunjuk oleh
kontraktor utama.
2.4.2 Prosedur Hubungan Kerja
Dalam suatu proyek prosedur hubungan kerja yang jelas antar
tiap pihak yang berhubungan dengan proyek baik langsung maupun
tidak merupakan suatu hal yang vital dan sangat penting untuk
diketahui karena alur koordinasi yang baik menentukan kualitas
proyek yang tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Alur hubungan
kerja (garis koordinasi dan kontrak) didalam proyek akan dijelaskan
pada gambar
KONSULTAN
PERENCANA
c

Perencana Arsitektur :
PT. Sony Susanto
Perencana Struktur

2.8.

PEMILIK PROYEK

KONSULTAN PENGAWAS

PT. Metro East

PT. Metro East

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


PT. Mitratalenta
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
14
Konsultindo
Perencana MEP
Kontraktual
PT. Gradian
Fungsional

KONTRAKTOR
PT. Metro East
SUB KONTRAKTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Gambar 2.8 Alur Hubungan Kerja

Hubungan kontraktual dari hubungan koordinasi tiap 2 pihak pada


proyek Hotel Mercure dijelaskan sebagai berikut:
a. Owner, Kontraktor dan Pengawas
Selain menjadi owner PT. Metro East memiliki fungsi lain yaitu sebagai
kontraktor sekaligus pengawas, sebagaimana dijelaskan diatas bahwa
proyek pembangunan Hotel Mercure ini merupakan proyek yang bersifat
swakelola
b. Owner dengan Konsultan Perencana
Hubungan antara PT. Sony Susanto sebagai konsultan arsitektur, PT.
Mitratalenta Konsultindo sebagai konsultan struktur, PT. Gradian sebagai
konsultan ME adalah hubungan kontrak. Owner memberikan Term of
Reference (TOR) kepada konsultan perencana untuk membangun Hotel
Mercure Bandung.
Setelah menerima TOR, konsultan perencana kemudian membuat desain
bangunan sesuai dengan TOR dan spesifikasi yang diberikan oleh owner.
Apabila desain telah selesai, konsultan perencana melakukan asistensi
kepada owner. Jika hasilnya belum sesuai maka desain tersebut harus

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
15

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

direvisi, dan jika hasilnya telah sesuai, maka desain tersebut sudah bisa
diimplementasikan.
c. Owner dengan Subkon
Pihak owner yaitu PT. Metro East melimpahkan pekerjaan yang tidak
dapat dikerjakan kepada pihak sub kontraktor.
2.4.3

Struktur Organisasi Owner


Owner dalam proyek ini selain berperan sebagai pemilik
juga berperan sebagai kontraktor sekaligus pengawas. Jumlah
karyawan owner yang ditetapkan pada proyek Hotel Mercure
Bandung sebanyak 15 orang. Gambar 2.8 merupakan struktur
organisasi dari proyek Hotel Mercure Bandung.
Dibawah ini akan dijelaskan job desk dan fungsi dari
masing masing staff yang terdapat pada struktur organisasi
PT. Metro East :

a. Project Coordinator
Project Coordinator atau Koordinator Proyek bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan dan memastikan bahwa
tujuan keseluruhan proyek dapat dicapai dengan tepat waktu, tepat mutu dan
tepat biaya. Berikut Job desk seorang koordinator proyek :
-

Bertanggung jawab dan mengintegrasikan manajemen

proyek di setiap harinya.


Bertanggung jawab terhadap setiap dana / biaya yang

digunakan dalam pelaksanaan proyek.


Bekerjasama dengan semua pihak dan personil yang terlibat
dalam proyek tersebut.

b. General Affair
General affair (GA) atau divisi umum adalah unit pendukung yang
bertujuan memberikan pelayanan pelayanan kepada unit kerja lain, tugas
GA sendiri sangat kompleks karenanya biasa disebut Job Matrix yang
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
16

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

mana kadangkala dalam satu waktu dituntut menyelesaikan beberapa


permasalahan. Berikut job desk dari general affair :
-

Bertanggung jawab terhadap pemenuhan perijinan yang

diperlukan proyek seperti Amdal.


Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya hubungan baik

dengan lingkungan sekitar perusahaan.


Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya fasilitas proyek.
Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas

proyek dan asset perusahaan.


Bertanggung jawab terhadap

ketersediaan

kebutuhan

stationary.
c. Project Manager
Project Manager (PM) adalah orang yang ditunjuk untuk menggerakkan
organisasi proyek dan memimpinnya dalam mencapai sasaran proyek. Dalam
sebuah proyek seorang PM dituntut memiliki kesempurnaan kompetensi
karena tanggung jawabnya yang besar terhadap kesuksesan proyek. Berikut
job desk seorang Project Manager :
-

Membangun komunikasi internal dan eksternal.


Menetapkan kebutuhan sumber daya.
Menentukan alternative solusi untuk mencapai target proyek.
Menyetujui rencana dan metoda kerja.
Menunjuk supplier dan subkontraktor.
Efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya.
Membuat rencana kerja dan anggaran konstruksi.
Mengendalikan seluruh kegiatan konstruksi.
Malakukan koordinasi dengan semua pihak terkait.
Tercapainya sasaran proyek yang tepat waktu, tepat mutu,
tepat biaya dan K3 juga lingkungan yang terjaga.

d. Administrasi dan Keuangan


Berikut tugas administrasi dan keuangan proyek bangunan :
-

Memelihara bukti bukti kerja sub bagian administrasi

proyek serta data data proyek.


Membuat laporan keuangan atau laporan kas bank proyek,
laporan penggudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar
hutang dan lain lain.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
17

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Membuat dan melakukan verifikasi bukti bukti pekerjaan

yang akan dibayar oleh owner.


Membuat laporan akuntansi proyek dan menyelesaikan

perpajakan serta retribusi.


Membuat laporan ke pemda setempat, lurah atau kepolisian
mengenai

keberadaan

proyek

dan

karyawan

dalam

pelaksanaan pekerjaan pembangunan.


e. Purchasing Officer
Berikut tugas dan job desk dari Purchasing Officer :
-

Membuat laporan pembelian dan pengeluaran barang

(inventory, material dan lain lain).


Melakukan pengelolaan pengadaan

perencanaan secara sistematis dan terkontrol.


Melakukan seleksi terhadap supplier yang akan bekerjasama

barang

melalui

yang mempertimbangkan spesifikasi bahan atau alat yang


diperlukan proyek.
f. Supervisor Sipil
Berikut tugas dari Supervisor Sipil :
-

Memahami gambar pelaksanaan pekerjaan struktur.


Mengawasi pelaksanaan pekerjaan struktur.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pekerjaan

struktur dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
struktur dilapangan.

g. Supervisor Arsitektur
Berikut tugas dari Supervisor Arsitektur :
-

Memahami gambar pelaksanaan pekerjaan arsitektur.


Mengawasi pelaksanaan pekerjaan arsitektur.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pekerjaan

arsitektur dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
arsitektur dilapangan.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
18

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

h. Supervisor MEP
Berikut tugas dari Supervisor MEP :
-

Memahami gambar pelaksanaan pekerjaan MEP.


Mengawasi pelaksanaan pekerjaan MEP.
Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pekerjaan

MEP dilapangan.
Bertanggung jawab hasil kerja pelaksanaan pekerjaan
arsitektur dilapangan.

i.

Mekanik
Berikut tugas dari Supervisor MEP :
-

Mengidentifikasi komponen utama mesin yang antara lain


adalah

melakukan

identifikasi

spektek

mesin

dan

mengidentifikasi struktur dan fungsi system mekanis, bahan


bakar, pelumasan, pendingin dan system tata udara masuk
-

dan gas buang mesin.


Melaksanakan pemeliharaan mesin.
Melaksanakan perbaikan ringan (minor repair) mesin.
Melaksanakan perbaikan berat (major repair) mesin.
Menganalisa dan mengatasi gangguan (trouble shooting)
mesin.

j. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Berikut tugas K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) :
-

Menerapkan ketentuan perundang undangan tentang dan

terkait K3 konstruksi.
Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan

konstruksi.
Mengelola program K3.
Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan

ketentuan K3.
Melakukan sosialisasi,

pelaksanaan program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3.


Mengelola laporan penerapan dan pedoman teknis K3

penerapan

dan

pengawasan

konstruksi.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
19

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Mengelola metoda kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3.


Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta keadaan darurat.

k. Drafter (Juru Gambar)


Berikut tugas drafter :
-

Membuat gambar pelaksanaan (shop drawing).


Menyesuaikan gambar perencana dengan kondisi nyata

dilapangan.
Menjelaskan gambar shop drawing kepada pelaksana

lapangan atau surveyor.


Membuat gambar akhir pekerjaan (as built drawing).

Pada gambar 2.8 ditunjukan struktur organisasi PT. Metro East yang juga
dilampirkan pada lampiran 1 Data Umum Proyek.

Sumber : Data Proyek


Gambar 2.8 Struktur Organisasi PT. Metro East

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
20

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

BAB III
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Latar Belakang Perencanaan Pelaksanaan Proyek
Gagasan atau kebutuhan dari owner merupakan awal mula dari sebuah
pembangunan

gedung.

Kemudian

gagasan

tersebut

dilanjutkan

ke

perencanaan yang dibuat oleh perencana. Perencanaan yang telah dibuat


diwujudkan oleh pelaksana pekerjaan di lapangan.

Dalam sebuah

perencanaan bangunan ada persyaratan teknis yang sesuai dengan kaidah


peraturan kualitas dan spesifikasi yang berlaku. Perencanaan yang teliti dan
baik akan menentukan pekerjaan pelaksanaan bangunan saat dilapangan,
karena apabila terjadi kesalahan saat perencanaan dapat menyebabkan
kegagalan struktur pada gedung.
Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat vital yang dimana
membutuhkan pengawasan serta manajemen pekerjaan yang baik sehingga
tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu. Sehingga diperlukan persiapan yang
meliputi teknis pekerjaan, rencana kerja serta tenaga pelaksana khususnya
tenaga ahli professional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta
dapat mengambil keputusan akan permasalahan mengenai masalah yang
terjadi di lapangan.
3.2 Perencanaan Proyek
Perencanaan Hotel Mercure dibuat berdasar gagasan atau ide dari owner
yang dimana mengacu pada syarat-syarat yang berlaku di Indonesia. Hasil dari
perencanaan yang dilakukan konsultan berupa :
Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan

lingkungan, serta site lay out.


RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) yang meliputi persyaratan
umum, administrative dan teknis bangunan gedung yang

direncanakan.
Rencana Anggaran Biaya
3.2.1 Perencanaan Struktur
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
21

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Struktur (Kolom, Balok, Plat, Pondasi) merupakan elemen


gedung yang berfungsi sebagai pendukung elemen nonstruktur
yang meliputi arsitektur, MEP, interior sehingga membentuk satu
kesatuan berupa bangunan yang berfungsi sesuai gagasan atau
ide owner. Fungsi utama struktur adalah menyalurkan beban
yang bekerja pada bagian atas bangunan ke bagian bawah
bangunan sampai menuju pondasi kemudian menyebarkannya ke
tanah. Perencanaan struktur harus mengacu pada syarat-syarat
perencanaan yang berlaku seperti SNI dan ASTM.
1. Perencanaan Struktur Kolom
Kolom adalah batang tekan vertical dari rangka struktur
yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu
elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Berikut detail
perencaaan kolom yang ditinjau pada proyek gedung Hotel
Mercure. Denah kolom lantai 10 dilampirkan pada lampiran 2
Shop Drawing.
Kolom K.1
Jenis struktur K.1 ini berdimensi panjang 1200 mm dan
lebar 500 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
22 mm yang berjumlah 30 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 yang memiliki jarak
pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan dan pengecoran untuk
Kolom K-1 lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-1
- Tinggi Kolom

: 7 Buah
: 3,4 m

(a)
(b)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
22

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton

:1m
: 22 mm
: 30 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 500 mm
: 1200 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm

(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)

2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 30
= 924 m
-

Konversi Tul Utama ke Kg


= P Total x kg/m

= 924 m x 2,985 kg/m


= 2.758,14 kg
-

Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (500 25))+(2 x (1200 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 950 + 2300 + 300 + 200
= 3750 mm = 3,75 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
23

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3,75 x (24 + 12)
= 7 x 3,75 x 36
= 945 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 945 m x 0,617 kg/m
= 583,065 kg

Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((500 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (450 + 120 + 200)
= 2310 mm = 2,31 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1200 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 1150 + 120 + 200
= 1470 mm = 1,47 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,31 + 1,47) x 23
= 7 x 3,78 x 23
= 608,58 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 608,58 m x 0,617 kg/m
= 375,494 kg

Jadi kebutuhan tulangan utama untuk kolom K-1 adalah 2.758,14 kg.
Tulangan sengkang 583,065 kg dan untuk tulangan pengikat 375,494 kg.
Jadi jumlah kebutuhan tulangan kolom K-1 untuk lantai 10 adalah
3.716,699 kg.
Kebutuhan Pengecoran satu kolom K-1 adalah

= m x n x (b + c)
= 0,5 x 1,2 x (3,4 + 1)
= 2,64 m3
Total Kebutuhan pengecoran kolom K-1 Lt 10

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
24

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

= 2,64 x a
= 2,64 x 7
= 18,48 m3
Jadi kebutuhan Ready Mix untuk pengecoran kolom K 1 adalah 18,48
m3. Berikut adalah gambar detail kolom K 1 yang ditunjukan gambar
3.1.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.1 Detail Kolom K.1

Kolom K.1a
Jenis struktur K.1a ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 500 mm dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
22 mm yang berjumlah 28 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan dan pengecoran Kolom K-1a
lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-1a

: 9 Buah

(a)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
25

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Tinggi Kolom
Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton

: 3,4 m
:1m
: 22 mm
: 28 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 500 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm

(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)

2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 28
= 862,4 m
-

Konversi Tul Utama ke Kg


= P Total x kg/m

= 862,4 m x 2,985 kg/m


= 2.574,264 kg

Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (500 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 950 + 1950 + 300 + 200
= 3400 mm = 3,4 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
26

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3,4 x (24 + 12)
= 7 x 3,4 x 36
= 856,8 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 856,8 m x 0,617 kg/m
= 528,646 kg

Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((500 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (450 + 120 + 200)
= 2310 mm = 2,31 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1000 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 950 + 120 + 200
= 1270 mm = 1,27 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,31 + 1,27) x 23
= 7 x 3,58 x 23
= 576,38 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 576,38 m x 0,617 kg/m
= 355,626 kg

Jadi kebutuhan tulangan utama untuk kolom K-1a adalah 2.574,264


kg. Tulangan sengkang 528,646 kg dan untuk tulangan pengikat 355,626
kg. Jadi jumlah kebutuhan tulangan kolom K-1a untuk lantai 10 adalah
3.458,536 kg.
Kebutuhan Pengecoran satu kolom K-1a adalah :
= m x n x (b + c)
= 0,5 x 1 x (3,4 + 1)
= 2,2 m3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
27

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Total Kebutuhan pengecoran kolom K-1a Lt 10 :


= 2,2 x a
= 2,2 x 9
= 19,8 m3
Jadi kebutuhan Ready Mix untuk pengecoran kolom K 1a adalah 19,8
m3. Berikut adalah gambar detail kolom K 1a yang ditunjukan gambar
3.2.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.2 Detail Kolom K.1a

Kolom K.3
Jenis struktur K.3 ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 300 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
19 mm yang berjumlah 20 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan dan pengecoran untuk Kolom
K-3 lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-3

: 8 Buah

(a)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
28

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Tinggi Kolom
Overlap Kolon
Diameter Tul Utama
Jumlah Tul Utama/Kolom
Diameter Tul Sengkang
Jarak Sengkang Tumpuan
Jarak Sengkang Lapangan
Diameter Tulangan Pengikat
Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton

: 3,4 m
:1m
: 19 mm
: 20 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm
: 3 Buah
:: 200 mm
: 300 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm

(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)

2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 20
= 616 m
-

Konversi Tul Utama ke Kg


= P Total x kg/m

= 616 m x 2,223 kg/m


= 1.369,368 kg

Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (300 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 550 + 1950 + 300 + 200
= 3000 mm = 3 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
29

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
= a x 3 x (24 + 12)
= 7 x 3 x 36
= 756 m
Konversi Tulangan m ke kg
= 756 m x 0,617 kg/m
= 466,452 kg

Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((300 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (250 + 120 + 200)
= 1710 mm = 1,71 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x 1,71 x 23
= 7 x 1,71 x 23
= 275,31 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 275,31 m x 0,617 kg/m
= 169,866 kg

Jadi kebutuhan tulangan utama untuk kolom K-3 adalah 1.369,368


kg. Tulangan sengkang 466,452 kg dan untuk tulangan pengikat 169,866
kg. Jadi jumlah kebutuhan tulangan kolom K-3 untuk lantai 10 adalah
2.005,686 kg.
Kebutuhan Pengecoran satu kolom K-3 adalah

= m x n x (b + c)
= 0,3 x 1 x (3,4 + 1)
= 1,32 m3
Total Kebutuhan pengecoran kolom K-3 Lt 10

= 1,32x a
= 1,32 x 8
= 10,56 m3
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
30

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Jadi kebutuhan Ready Mix untuk pengecoran kolom K 3 adalah 10,56


m3. Berikut adalah gambar detail kolom K 3 yang ditunjukan gambar
3.3.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.3 Detail Kolom K.3

Kolom K.3a
Jenis struktur K.3a ini berdimensi panjang 1000 mm dan
lebar 400 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter
19 mm yang berjumlah 28 buah dimana memiliki tulangan
sengkang yang berukuran berdiameter 10 mm yang memiliki
jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan 200 mm.
Perhitungan kebutuhan tulangan Kolom K-3a lantai 10 :
1. Data Diketahui :
- Jumlah Kolom K-3a
- Tinggi Kolom
- Overlap Kolon
- Diameter Tul Utama
- Jumlah Tul Utama/Kolom
- Diameter Tul Sengkang
- Jarak Sengkang Tumpuan
- Jarak Sengkang Lapangan
- Diameter Tulangan Pengikat

: 9 Buah
: 3,4 m
:1m
: 19 mm
: 28 Batang
: 10 mm
: 100 mm
: 200 mm
: 10 mm

(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
31

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Pengikat Horizontal
Pengikat Vertikal
Jarak Pengikat
Lebar Kolom
Panjang Kolom
Bending
Ekstra
Selimut Beton

: 3 Buah
: 1 Buah
: 200 mm
: 400 mm
: 1000 mm
: 6D
: 10D
: 25 mm

(j)
(k)
(l)
(m)
(n)
(o)
(p)
(q)

2. Perhitungan :
Tulangan Utama :
- Panjang Total Tulangan Utama :
= a x (b+c) x e
= 7 x (3,4+1) x 28
= 862,4 m
-

Konversi Tul Utama ke Kg


= P Total x kg/m

= 862,24 m x 2,223 kg/m


= 1.917,115 kg

Tulangan Sengkang
Panjang Sengkang
:
= (2 x (m-q)) + (2 x (n-q)) + (5 x o x i) + (2 x p x i)
= (2 x (400 25))+(2 x (1000 25))+(5x6x10)+(2x10x10)
= 750 + 1950 + 300 + 200
= 3200 mm = 3,2 m
Jumlah Sengkang
:
= (b+c) / 4
= 4,4 / 4
= 1,1 m
Tumpuan
:
= ((1,1 / g) + 1) x 2
= ((1,1 / 0,1) +1) x 2
= 24 Buah
Lapangan
:
= ((1,1 x 2 / h) + 1)
= ((1,1 x 2 / 0,2) +1)
= 12 Buah
Total Kebutuhan Sengkang
:
= a x 3,2 x (24 + 12)
= 7 x 3,2 x 36
= 806,4 m
Konversi Tulangan m ke kg
:

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
32

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

= 806,4 m x 0,617 kg/m


= 497,548 kg
-

Tulangan Pengikat
Panjang Tulangan Pengikat
:
Horizontal
= 3 x ((m-2q) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= 3 x ((400 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 3 x (350 + 120 + 200)
= 2010 mm = 2,01 m
Vertikal
= ( (n-2q)) + (2 x o x i) + (2 x p x i))
= (1000 50) + (2 x 6 x 10) + (2 x 10x 10))
= 950 + 120 + 200
= 1270 mm = 1,27 m
Jumlah Tulangan Pengikat
:
= ((b+c) / 200) +1
= 23 buah
Total Kebutuhan Pengikat
:
= a x (2,01+1,27) x 23
= 7 x 3,28 x 23
= 528,08 m
Konversi Tulangan m ke kg
:
= 528,08 m x 0,617 kg/m
= 325,825 kg

Jadi kebutuhan tulangan utama untuk kolom K-3a adalah 1.917,115


kg. Tulangan sengkang 497,548 kg dan untuk tulangan pengikat 325,825
kg. Jadi jumlah kebutuhan tulangan kolom K-3a untuk lantai 10 adalah
1.959,041 kg.
Kebutuhan Pengecoran satu kolom K-3a adalah :
= m x n x (b + c)
= 0,4 x 1 x (3,4 + 1)
= 1,76 m3
Total Kebutuhan pengecoran kolom K-3a Lt 10 :
= 1,76x a
= 1,76 x 9
= 15,84 m3
Jadi kebutuhan Ready Mix untuk pengecoran kolom K 3a adalah
15,84 m3. Berikut adalah gambar detail kolom K 3a yang ditunjukan
gambar 3.4.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
33

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.4 Detail Kolom K.3a

2. Perencanaan Struktur Balok


Balok adalah elemen lentur yang memikul beban
konstruksi. Dikarenakan balok merupakan elemen lentur suatu
bangunan maka balok berfungsi untuk menahan gaya geser dan
momen lentur yang terjadi pada bangunan. Berikut detail
perencaaan balok yang ditinjau pada proyek gedung Hotel
Mercure. Denah balok dan plat lantai, untuk lantai 10 yang
dilampirkan pada lampiran 2 Shop Drawing.
Balok B.3
Jenis struktur B.3 ini berdimensi lebar 300 mm dan tinggi
1000 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter 19
mm yang berjumlah 5 buah diatas dan 3 buah dibawah pada
tumpuan, 3 buah diatas dan 5 buah dibawah pada lapangan,
dimana memiliki tulangan sengkang berdiameter 10 mm yang
memiliki jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan
200 mm. Berikut hasil perhitungan kebutuhan tulangan dan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
34

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

pengecoran balok B3 menggunakan excel yang dilampirkan


pada Lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Tulangan (kg) :
- Panjang Balok 8,55 m
Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 65,23 kg
Tulangan Bawah 65,23 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 15,156 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 24,615 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 15,156 kg
D10
Tulangan Sengkang 94,01 kg
Total 279,533 x 2 = 559,066 kg
- Panjang Balok 8,4 m
Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 64,296 kg
Tulangan Bawah 64,296 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 15,156 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 24,615 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 15,156 kg
D10
Tulangan Sengkang 89,923 kg
Total 273,443 x 1 = 273,443 kg
-

Panjang Balok 8,2 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 62,96 kg
Tulangan Bawah 62,96 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 15,156 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 24,615 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 15,156 kg
D10
Tulangan Sengkang 89,923 kg
Total 270,772 x 1 = 270,772 kg

Panjang Balok 7,6 m


Jumlah balok 6 buah
D19
Tulangan Atas 58,955 kg
Tulangan Bawah 58,955 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 22,73 kg

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
35

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Tulangan Ekstra Lapangan 36,92 kg


Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 22,73 kg
D10
Tulangan Sengkang 66,95 kg
Total 267,25 x 6 = 1.603,5 kg
-

Panjang Balok 3,8 m


Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 33,58 kg
Tulangan Bawah 33,58 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg
D10
Tulangan Sengkang 34,789 kg
Total 129,42 x 2 = 258,84 kg
Jadi jumlah kebutuhan tulangan profil balok B3 adalah
2.965,62 kg.
2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pengecoran (m3)
P : Panjang
= (8,55 x 2) + (8,4 x 1) + (8,2 x 1) + (7,6 x 6) + (3,8 x 2)
= 86,9 m
L : Lebar
= 0,3 m
T : Tinggi
= 0,7 m
Volume kebutuhan pengecoran
=PxLxT
= 86,9 x 0,3 x 0,7 = 18,25 m3
Jadi jumlah volume kebutuhan pengecoran untuk profil balok
B3 adalah 18,25 m3
Berikut adalah detail balok B3 yang ditunjukan pada gambar
3.5.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
36

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.5 Detail Balok B-3

Balok B.3a
Jenis struktur B.3a ini berdimensi lebar 300 mm dan tinggi
500 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter 19
mm yang berjumlah 6 buah diatas dan 3 buah dibawah pada
tumpuan, 3 buah diatas dan 6 buah dibawah pada lapangan,
dimana memiliki tulangan sengkang berdiameter 10 mm yang
memiliki jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan
200 mm. Berikut hasil perhitungan kebutuhan tulangan dan
pengecoran balok B3a menggunakan excel yang dilampirkan
pada Lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Tulangan (kg) :
- Panjang Balok 6,6 m
Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 52,278 kg
Tulangan Bawah 52,278 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
37

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg


D10
Tulangan Sengkang 56,93 kg
Total 188,948 x 1 = 188,948 kg
-

Panjang Balok 7,4 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 57,619 kg
Tulangan Bawah 57,619 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg
D10
Tulangan Sengkang 63,25 kg
Total 205,956 x 1 = 205,956 kg

Panjang Balok 7,6 m


Jumlah balok 3 buah
D19
Tulangan Atas 58,955 kg
Tulangan Bawah 58,955 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg
D10
Tulangan Sengkang 63,25 kg
Total 206,63 x 3 = 625,88 kg
Panjang Balok 8,4 m
Jumlah balok 7 buah
D19
Tulangan Atas 64,296 kg
Tulangan Bawah 64,296 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg
D10
Tulangan Sengkang 69,578 kg
Total 225,635 x 7 = 1.579,444 kg

Panjang Balok 8,55 m


Jumlah balok 4 buah
D19
Tulangan Atas 65,298 kg
Tulangan Bawah 65,298 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 7,578 kg

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
38

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Tulangan Ekstra Lapangan 12,307 kg


Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 7,578 kg
D10
Tulangan Sengkang 72,74 kg
Total 230,8 x 4 = 923,32 kg
-

Panjang Balok 7,6 m


Jumlah balok 6 buah
D19
Tulangan Atas 78,607 kg
Tulangan Bawah 78,607 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kiri 30,31 kg
Tulangan Ekstra Lapangan 49,23 kg
Tulangan Ekstra Tumpuan Kanan 30,31 kg
D10
Tulangan Sengkang 81,75 kg
Total 348,82 x 6 = 2.092,89 kg
Jadi jumlah kebutuhan tulangan profil balok B3a adalah
5.625,438 kg.
2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pengecoran (m3)
P : Panjang
= (6,6 x 1) + (7,4 x 1) + (7,6 x 3) + (8,4 x 7) + (8,55 x 4) +
(7,6 x 6)
= 175,4 m
L : Lebar
= 0,3 m
T : Tinggi
= 0,5 m
Volume kebutuhan pengecoran
=PxLxT
= 175,4 x 0,3 x 0,5 = 26,31 m3
Jadi jumlah volume kebutuhan pengecoran untuk profil balok
B3a adalah 26,31 m3
Berikut adalah gambar detail balok B3a yang ditunjukan
gambar 3.6.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
39

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.6 Detail Balok B-3a

Balok B.5
Jenis struktur B.5 ini berdimensi lebar 250 mm dan tinggi
500 mm, dan memiliki tulangan utama yang berdiameter 19
mm yang berjumlah 4 buah diatas dan 3 buah dibawah pada
tumpuan, 3 buah diatas dan 4 buah dibawah pada lapangan,
dimana memiliki tulangan sengkang berdiameter 10 mm yang
memiliki jarak pada tumpuan 100 mm dan jarak di lapangan
200 mm. Berikut hasil perhitungan kebutuhan tulangan dan
pengecoran balok B5 menggunakan excel yang dilampirkan
pada Lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Tulangan (kg) :
- Panjang Balok 2 m
Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 21,565 kg
Tulangan Bawah 21,565 kg
D10
Tulangan Sengkang 20,085 kg
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
40

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Total 63,217 x 2 = 126,434 kg


-

Panjang Balok 2,2 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 22,9 kg
Tulangan Bawah 22,9 kg
D10
Tulangan Sengkang 23,43 kg
Total 69,235 x 1 = 69,235 kg

Panjang Balok 2,3 m


Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 23,568 kg
Tulangan Bawah 23,568 kg
D10
Tulangan Sengkang 23,433 kg
Total 70,57 x 2 = 141,14 kg

Panjang Balok 2,5 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 24,904 kg
Tulangan Bawah 24,904 kg
D10
Tulangan Sengkang 26,78 kg
Total 76,588 x 1 = 76,588 kg
Panjang Balok 2,75 m
Jumlah balok 6 buah
D19
Tulangan Atas 26,573 kg
Tulangan Bawah 26,573 kg
D10
Tulangan Sengkang 26,78 kg
Total 79,927 x 6 = 479,563 kg

Panjang Balok 3 m
Jumlah balok 5 buah
D19
Tulangan Atas 28,24 kg
Tulangan Bawah 28,24 kg
D10
Tulangan Sengkang 30,13 kg

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
41

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Total 86,61 x 5 = 433,06 kg


-

Panjang Balok 3,5 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 31,58 kg
Tulangan Bawah 31,58 kg
D10
Tulangan Sengkang 33,48 kg
Total 96,64 x 1 = 96,64 kg

Panjang Balok 3,7 m


Jumlah balok 3 buah
D19
Tulangan Atas 32,92 kg
Tulangan Bawah 32,92 kg
D10
Tulangan Sengkang 36,82 kg
Total 102,65 x 3 = 307,96 kg

Panjang Balok 4,2 m


Jumlah balok 2 buah
D19
Tulangan Atas 36,25 kg
Tulangan Bawah 36,25 kg
D10
Tulangan Sengkang 40,17 kg
Total 112,68 x 2 = 225.36 kg

Panjang Balok 4,4 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 37,589 kg
Tulangan Bawah 37,289 kg
D10
Tulangan Sengkang 40,17 kg
Total 115,35 x 1 = 115,35 kg

Panjang Balok 5,2 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 42,93 kg
Tulangan Bawah 42,93 kg
D10
Tulangan Sengkang 46,866 kg
Total 132,72 x 1 = 132,72 kg

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
42

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Panjang Balok 5,3 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 44,599 kg
Tulangan Bawah 44,599 kg
D10
Tulangan Sengkang 50,214 kg
Total 137,412 x 1 = 137,412 kg

Panjang Balok 5,4 m


Jumlah balok 5 buah
D19
Tulangan Atas 44,266 kg
Tulangan Bawah 44,266 kg
D10
Tulangan Sengkang 50,214 kg
Total 138,747 x 1 = 693,734 kg

Panjang Balok 5,55 m


Jumlah balok 3 buah
D19
Tulangan Atas 45,268 kg
Tulangan Bawah 45,268 kg
D10
Tulangan Sengkang 50,214 kg
Total 140,75 x 3 = 422,249 kg

Panjang Balok 5,6 m


Jumlah balok 1 buah
D19
Tulangan Atas 45,602 kg
Tulangan Bawah 45,602 kg
D10
Tulangan Sengkang 50,214 kg
Total 141,418 x 1 = 141,418 kg
Jadi jumlah kebutuhan tulangan profil balok B5 adalah
3.598,86 kg.
2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Pengecoran (m3)
P : Panjang
= (2 x 2) + (2,2 x 1) + (2,3 x 2) + (2,5 x 1) + (2,75 x 6) + (3 x
5) + (3,5 x 1) + (3,7 x 3) + (4,2 x 2) + (4,4 x 1) + (5,2 x 1) +
(5,3 x 1) + (5,4 x 5) + (5,55 x 3) + (5,6 x 1)
= 131,95 m

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
43

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

L : Lebar
= 0,25 m
T : Tinggi
= 0,5 m
Volume kebutuhan pengecoran
=PxLxT
= 175,4 x 0,3 x 0,5 = 16,49 m3
Jadi jumlah volume kebutuhan pengecoran untuk profil balok
B3a adalah 16,49 m3
Berikut adalah gambar detail dari profil balok B5 yang
ditunjukan gambar 3.7.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.7 Detail Balok B-5

Plat Lantai
Plat lantai memiliki tebal 13 cm dengan selimut beton 2,5
cm. Tulangan yang digunakan berupa tulangan wiremash yang
dipasang pada bagian atas dan bagian bawah beton. Pada
bagian tengah beton terdapat tulangan tulangan kursi yang
berfungsi tulangan wiremash atas dan tulangan wiremash
bawah memiliki jarak 8 cm. Untuk denah balok dilampirkan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
44

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

pada lampiran 2 Shop Drawing. Berikut adalah hasil


perhitungan kebutuhan tulangan wiremesh, tulangan kursi,
beton deking dan pengecoran plat lantai pada lantai 10.
1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Wiremesh (kg) :
- Profil wiremesh : M8
- Dimensi wiremesh per lembar : 2,1 m x 5,4 m = 11,34 m2
- Berat wiremash per lembar = 61,79 kg
- Pemasangan wiremesh pada plat lantai 2 lapis
- Luas Lantai 10 : 946,17 m2
Sehingga dapat diketahui berat kebutuhan wiremesh pada
lantai 10 dengan perhitungan :
= Luas Lantai 10 / Dimensi wiremesh x Berat x 2
= 946,17 m2 / 11,34 m2 x 61,79 kg x 2
= 10.311,083 kg
Jadi, kebutuhan wiremesh untuk lantai 10 adalah sebanyak
10.311,083 kg.
2. Perhitungan Kebutuhan Kursi Tulangan dan Beton Deking
- Kursi tulangan dan beton deking dipasang setiap 1 m2
- Luas lantai 10 = 946,17 = 21,2 m x 45,479 m
- 21,2 22 + 1 = 23
- 45,479 46 + 1 = 47
Tulangan Kursi
= 23 x 47 = 1.081 buah
Beton Deking
= 23 x 47 = 1.081 buah
Jadi, kebutuhan tulangan kursi dan beton deking untuk lantai
10 adalah sebanyak 1.081 buah.
3. Perhitungan Kebutuhan Pengecoran Plat Lantai
= Luas x Tebal Plat Lantai
= 946,17 m2 x 0,13 m
= 123, 002 m3
Jadi, kebutuhan pengecoran plat lantai untuk lantai 10 adalah
sebanyak 123, 002 m3.
3.2.2 Perencanaan Gambar
a.
Gambar Perencanaan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
45

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Gambar perencanaan merupakan gambar yang dihasilkan


konsultan perencana baik arsitek, struktur maupun MEP.
b. Gambar Tender
Gambar tender adalah gambar yang digunakan sebagai acuan
perhitungan volume pekerjaan oleh para calon kontraktor dalam
proses tender atau lelang.
c.

Gambar Konstruksi
Gambar konstruksi merupakan gambar yang telah

disempurnakan dari gambar tender, karena pada saat masa tender


berlangsung terdapat perbedaan antara uraian pekerjaan, spesifikasi
teknis dan gambar tender.
d.

Gambar Kerja (Shop drawing)


Gambar ini direncanakan agar hasil pembangunan tidak berbeda

dari yang sudah direncanakan, gambar ini dibuat oleh kontraktor


yang isinya jauh lebih detail dari gambar konstruksi.
e.

Gambar Jadi (As Built drawing)


As built drawing dibuat kontraktor sebagai pertanggung jawaban

atas pekerjakan yang telah dilaksanakan dan kemudian digunakan


owner untuk nantinya melakukan maintenance pada bangunan
karena merupakan gambar final.
3.3 Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung
dilaksanakan dengan mengacu pada perencanaan agar pelaksanaan yang
dikerjakan sesuai rencana sehingga tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu.
Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini memiliki
tahapan pelaksanaan, dimulai dari pekerjaan persiapan sampai pekerjaan
finishing.
3.3.1

Pekerjaan Persiapan
Berikut tahapan tahapan pelaksanaan pekerjaan persiapan di
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung yang diterangkan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
46

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

secara umum karena pekerjaan nya telah dilaksanakan sebelum


masa PKL dimulai, pekerjaan persiapan yang akan dijelaskan
secara umum yaitu :
a. Persiapan Area Lokasi
Lokasi proyek terlebih dahulu harus dibersikan dari rumput, semak
belukar, akar akar pohon dan membongkar bangunan existing yang
sebelumnya sudah berdiri, kemudian lokasi proyek harus dijaga tetap
bersih.
b. Setting Out (Pengukuran Dan Pematokan)
Pihak pelaksana dari PT. Metro East melakukan pengukuran dan
pengecekan kembali di lokasi bangunan dengan dilengkapi keterangan
keterangan mengenai elevasi tanah dan jarak juga dimensi dari
kolom beton menggunakan alat alat yang sudah dipastikan
kebenarannya.
Penentuan titik ketinggian dan sudut sudut dilakukan
menggunakan waterpass / theodolith yang ketepatannya dapat
dipertanggung

jawabkan.

Temporary

Bench

Mark

dibuat

menggunakan pipa PVC diameter 4 inch yang dicor beton dan


tertancap kuat ke dalam tanah sehingga dapat digunakan untuk acuan
selanjutnya.

c. Pembersihan dan Fasilitas K3 Pada Lokasi Pekerjaan


Pembersihan

area

lokasi

proyek

dilakukan

oleh

petugas

housekeeping yang bertugas membersihkan area pekerjaan dari


sampah atau benda yang dapat mengganggu pekerjaan juga
menghasilkan bahaya bagi para pekerja seperti sisa tulangan, paku,
multiplek bekas, kayu bekas, kawat bendrat sisa, karung semen dan
lain lain. Selain pembersihan juga dilakukan penutupan lubang saf
maupun hasil coring pada area lokasi yang dapat menyebabkan
kecelakaan. Juga pemberian batas berupa pagar besi untuk menjaga
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
47

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

agar pekerja tidak jatuh maupun tertimpa benda benda yang jatuh
dari atas.
d. Penyediaan Air Kerja
Air kerja disediakan dengan membuat sumur pompa di lokasi
proyek berupa deep well.
e. Penyediaan Listrik Kerja
Untuk penyediaan listrik diperoleh dari sambungan sementara PLN
setempat guna memperlancar proses pembangunan Hotel Mercure.
Selain itu daya listrik selain digunakan untuk penerangan site, sumber
tenaga untuk alat seperti compressor, concrete vibrator, hammer jack,
coring drill, bor / drill,dan alat lain.
Penyediaan listrik kerja ini juga digunakan untuk berbagai
kebutuhan listrik untuk direksi keet baik untuk keperluan administrasi
maupun untuk keperluan teknis juga security seperti lampu
penerangan pada direksi keet, computer, mesin foto copy, printer,
kamera pengawas, charger dan kebutuhan lainnya sebagai penunjang
kelancaran proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini.
Gambar 3.8 menunjukan sumber listrik bagi proyek dari PLN.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.8 Sumber Listrik Proyek
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
48

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

f. Pembangunan Direksi Keet


Direksi keet digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan
pengawasan, pekerjaan administrasi proyek, pengendalian pekerjaan
dengan memasang schedule, gambar kerja, administrasi keuangan, dan
digunakan sebagai kantor staff PT. Metro East. Direksi keet pada
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini berletak di lantai 2.
Gambar 3.9 menunjukan direksi keet pada area proyek.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.9 Direksi keet

g. Pemasangan Tanda K3
Pemasangan tanda Keselamatan dan kesehatan kerja guna
mengingatkan dan mengidentifikasi pada para pekerja maupun
pelaksana pembangunan di area proyek terhadap kondisi, resiko yang
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Gambar 3.10 dan 3.11 menunjukan tanda K3 pada proyek.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
49

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.10 Tanda K3 di area lokasi proyek

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.11 Tanda K3 di area lokasi proyek

h. Pagar Pengaman Proyek


Pagar pengaman proyek dibangun mengelilingi batas area lokasi
pekerjaan pembangunan Hotel Mercure Bandung. Sementara itu
fungsi dari pagar pengaman proyek sendiri guna sebagai pembatas
area kegiatan pekerjaan dan mengamankan area pekerjaan dari
tindakan orang luar yang mengganggu dan membahayakan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
50

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Selain untuk keamanan proyek pagar pengaman proyek juga


digunakan untuk memberi batas aman antara area proyek dan luar,
sehingga kemingkinan terjadinya hal hal diluar rencana seperti
kecelakaan dapat dihindari. Pagar pengaman juga berfungsi untuk
meminimalisir kotoran maupun debu yang dihasilkan proyek
mengganggu maupun mengotori sekitar, sehingga dampak proyek
terhadap lingkungan pun dapat dijaga.
Gambar 3.12 menunjukan pagar pengaman proyek.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.12 Pagar Pengaman Proyek

3.3.2

Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Dengan mengacu pada gambar rencana dan rencana
pelaksanaan berikut tahapan pelaksanaan pelaksanaan pekerjaan
Struktur dilapangan yang ditunjukan pada gambar flow chart
yang ditunjukan bambar 3.13.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
51

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.13 Flowchart Pelaksanaan Pengecoran

1. Pekerjaan Persiapan
Persiapan peralatan dan bahan sangat penting dilakukan, karena
cepat lambatnya pekerjaan tergantung dari siap tidaknya peralatan
dan bahan. Adapun peralatan yang digunakan dalam proyek
pembangunan Hotel Mercure Bandung ini adalah :
2. Persiapan Peralatan
1. Tower Crane
Tower crane adalah salah satu alat yang umum dan sering
dijumpai dalam pembangunan high rise building. Towe crane
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
52

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

digunakan untuk memudahkan pengangkutan material maupun


alat dan mengefisienkan waktu pelaksanaan konstruksi karena
daerah jangkauan tower crane yang luas juga tinggi dan dapat
berputar 360o.
Tower crane yang digunakan memiliki radius jangkauan
sebesar 50 m. Tower crane yang digunakan pada proyek ini
memiliki tinggi 52 m, sehingga memiliki selisih 8,85 m
dengan atap daripada Hotel Mercure yang dibangun.
Gambar radius jangkauan tower crane dilampirkan pada
lampiran 3 Data Teknis dan Syarat Syarat.
2. Truck Mixer
Truck mixer adalah alat yang berfungsi untuk mengangkut
beton (ready mix concrete) dari batching plant ke lokasi
proyek sembari menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan
tidak mengalami setting selama perjalanan. Truck mixer yang
digunakan dalam proyek pembangunan Hotel Mercure
Bandung ini memiliki daya tampung sebesar 13,2 m 3 dan
menampung 7 m3 ready mix ke area proek. Sementara waktu
mobilisasi truck mixer dari batching plant ke area proyek
dalam waktu normal dan tanpa adanya hambatan traffic jam
maupun hambatan lain selama perjalanan adalah 1 jam.
Berikut tampak truck mixer pada proyek pembangunan
Hotel Mercure yang ditunjukan gambar 3.14.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
53

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.14 Truck Mixer

3. Concrete Bucket
Concrete bucket merupakan alat yang digunakan untuk
mengangkut ready mix concrete dari truck mixer ke lokasi
pengecoran yang diangkut menggunakan tower crane dan
memiliki daya tampung sebesar 1 m3. Bagian bawah concrete
bucket biasa dipasang pipa tremie yang berfungsi agar beton
yang dituangkan dari concrete bucket tidak langsung jatuh ke
area yang di cor. Untuk pengoperasiannya concrete bucket
membutuhkan seorang operator yang bertugas membuka dan
menutup juga mengunci tuas, sehingga ready mix concrete
yang ada pada concrete bucket dapat diangkut ke lokasi
pengecoran tanpa tertumpah.
Pada gambar 3.15 ditunjukan concrete bucket yang
diangkat menggunakan tower crane.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
54

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.15 Concrete Bucket

4. Concrete Vibrator
Concrete vibrator adalah alat yang digunakan untuk
memadatkan ready mix concrete dengan menghilangkan udara
yang terjebak dalam beton segar yang dapat mengakibatkan
keropos pada beton dengan cara penggetaran dan penusukan
pada beton segar. Selain untuk menghasilkan beton yang kuat
dan tidak keropos concrete vibrator juga dapat menghaluskan
permukaan beton. Pada proyek pembangunan Hotel Mercure
ini setelah menggunakan concrete vibrator perataan beton
segar juga menggunakan ruskam sebagai alat bantu tambahan.
Penggunaan concrete vibrator sesuai dengan SNI 03 3976
1995 tentang Tata Cara Pengadukan Beton harus dilakukan
secara tegak lurus dengan jarak titik pemakaian vibrator
concrete yang seragam. Durasi pemakaian concrete vibrator
harus dilakukan selama 4 detik, dan tidak boleh dilakukan
lebih lama karena jika penggunaan concrete vibrator lebih dari
4 detik akan mengakibatkan bleeding.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
55

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Pada gambar 3.16 ditunjukan pengunaan concrete vibrator


pada pengecoran balok dan plat lantai lantai 10.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.16 Penggunaan Concrete Vibrator

Pada gambar 3.17 ditunjukan concrete vibrator yang


digunakan dan sumber tenaga yang digunakan berasal dari
mesin jenset.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.17 Concrete Vibrator
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
56

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Pada gambar 3.18 ditunjukan alat bantu untuk meratakan


permukaan plat lantai setelah dilakukan fibrasi menggunakan
vibrator concrete.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.18 Alat Bantu Perata Permukaan Beton

5. Scaffolding
Scaffolding merupakan suatu alat bantu yang terbuat dari
pipa pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
mampu menahan beban di atasnya baik manusia, material
maupun beton yang belum mampu menahan bebannya sendiri.
Dalam proyek pembangunan Hotel

Mercure Bandung

pembongkaran bekisting dilakukan setelah 2 minggu atau


lebih setelah pengecoran balok dan plat lantai.
Sementara fungsi lain dari scaffolding adalah tempat yang
aman bagi tukang kayu saat melaksanakan pemasangan
bekisting dan bagi tukang besi saat memasang tulangan balok
juga wiremash untuk plat lantai. Selain itu scaffolding juga
berfungsi sebagai pelindung bagi pekerja yang lain, seperti
pekerja yang berada di bawah yang akan terlindungi dari
jatuhnya material maupun alat dari atas.
Pada gambar 3.19 ditunjukan gambar scaffolding yang
digunakan pada proyek.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
57

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.19 Scaffolding

6. Bekisting
Bekisting merupakan acuan suatu konstruksi yang di
dalamnya atau di atasnya dapat distel baja tulangan dan
sebagai cetakan sekaligus wadah dari adukan beton segar yang
dicorkan baik bentuk dan dimensinya sesuai rencana. Dalam
proyek

pembangunan

Hotel

Mercure

ini

bekisting

menggunakan multiplek dengan tebal 1 cm.


Dalam hal ini bekisting tidak boleh mengalami perubahan
bentuk atau deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat
struktur sia sia. Selain itu bekisting juga tidak diperbolehkan
mengalami runtuh seketika akibat gaya yang bekerja.
Bekisting juga tidak boleh bocor.
Pada gambar 3.20 ditunjukan perakitan bekisting untuk plat
lantai.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
58

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.20 Perakitan Bekisting Plat Lantai

7. Compressor
Dalam pembangunan
compressor

digunakan

Hotel
untuk

Mercure

Bandung

membersihkan

ini

lokasi

pengecoran dari sampah dan debu yang dapat mengurangi


kualitas dari beton yang akan dicorkan.
Pada gambar 3.19 ditunjukan compressor yang digunakan
pada proyek.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.21 Compressor

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
59

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

8. Bar Bender
Bar bender

adalah

alat

yang

digunakan

untuk

pembengkokan baja tulangan dalam berbagai macam sudut


sesuai rencana. Cara kerja bar bender adalah dengan
memasukkan baja tulangan diantara poros tekan dan poros
pembengkok, kemudian diatur sudutnya sesuai sudut bengkok
dan panjang yang direncanakan. Ujung tulangan pada poros
pembengkok dipegang dengan kunci pembengkok. Kemudian
pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar sesuai
dengan sudut dan pembengkokan yang direncanakan.
Dalam proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung bar
bender yang digunakan dapat membengkokan baja tulangan
hingga diameter maksimum 32 mm.
9. Bar Cutter
Bar cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong baja
tulangan. Cara kerja dari alat ini yaitu baja yang akan dipotong
dimasukkan ke dalam gigi bar cutter, sesuaikan panjang baja
tulangan yang akan dipotong sesuai perencanaan, kemudian
pijak pedal pengendali hingga baja tulangan terpotong.
3.

Persiapan Bahan
Dalam proses pembangunan suatu bangunan gedung ada
banyak sekali bahan material yang harus dipersiapkan, namun
dalam hal ini hanya beberapa bahan yang akan dijelaskan secara
umum, berdasarkan fungsi nya terhadap kualitas struktur beton
bertulang yaitu ready mix concrete, baja tulangan dan multiplek.
1. Ready Mix Concrete
Ready mix concrete yang digunakan dalam proyek
pembangunan Hotel Mercure Bandung ini menggunakan jasa
PT. Adhimix Precast Indonesia. Yang dimana untuk mutu
bedon yang digunakan memiliki mutu K 350. Untuk nilai
slump atau kelecakan beton sendri berbeda antara kolom
dengan balok dan plat, nilai slump untuk kolom yang

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
60

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

digunakan 14 2 dan untuk balok dan plat 12 2. Untuk


keterangan lebih lengkap tentang mutu dan spesifikasi beton
yang digunakan dapat dilihat pada lampiran 3.
2. Multiplek
Multiplek digunakan sebagai material utama untuk
pekerjaan pemasangan bekisting, tebal multiplek yang
digunakan pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung
ini adalah 1 cm.
3. Baja Tulangan
Baja tulangan yang digunakan dalam proyek pembangunan
Hotel Mercure Bandung ini berjenis ulir dengan fy 400 MPa.
Sementara untuk diameter tulangan yang digunakan beragam
yaitu D10, D16, D19 dan D22.
4. Alur Pelaksanaan Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur lantai 10 dibagi menjadi 3 zona yang
dikerjakan secara seri dan pararel. Berikut langkah alur
pelaksanaan pekerjaan struktur yang dilaksanakan pada proyek
pembangunan Hotel Mercure Bandung :
1) Pekerjaan diawali dengan mendirikan scaffolding lalu
perakitan bekisting balok dan plat lantai, pekerjaan acuan dan
perancah ini dilakukan setiap hari dari zona I hingga zona III.
Saat acuan dan perancah pada tiap zona telah siap kemudian
dilakukan pengangkatan tulangan wiremash dan tulangan
balok yang sebelumnya telah selesai dirakit ditempat perakitan
tulangan. Tulangan balok dan wiremash diangkat ke site
menggunakan tower crane.
2) Setelah tulangan balok dan wiremash berada di site dilakukan
instalasi wiremash dan perakitan tulangan balok. Setelah
dilakukan instalasi tulangan kemudian compressor dan
concrete vibrator diangkat ke site menggunakan tower crane.
Setelah alat siap dilakukan pembersihan site menggunakan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
61

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

compressor untuk membersihkan kotoran dan sampah yang


menempel pada bekisting balok dan plat lantai.
3) Setelah site dibersihkan pekerjaan pengecoran dilakukan
dengan menggunakan bucket yang memiliki daya tampung
sebesar 1 m3 dan pipa tremie. Kemudian dilakukan vibrasi
pada beton segar menggunakan concrete vibrator guna
menghasilkan beton yang tidak berongga dan keropos.
Pembongkaran scaffolding dan bekisting pada balok dan plat
dilakukan setelah 2 minggu pengecoran.
4) Setelah pengecoran pada balok dan plat lantai selesai
dilaksanakan kemudian dilakukan instalasi tulangan kolom
dengan

menggunakan

bantuan

tower

crane

dengan

memasangnya pada overlap tulangan kolom lantai 9 yang


memiliki panjang 40 D, namun pada proyek ini overlap diberi
panjang 1 m agar lebih aman. Setelah instalasi tulangan kolom
selesai dilakukan kemudian dilakukan instalasi bekisting
kolom yang ketegakan nya di cek menggunakan unting
unting. Setelah bekisting siap dilakukan pengecoran kolom
dengan menggunakan bucket dan pipa tremie. Bekisting pada
kolom dapat dibongkar setelah 24 jam pengecoran selesai
dilaksanakan.
Gambar 3.22 menunjukan denah pembagian zona pada
pelaksanaan pekerjaan struktur lantai 10.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
62

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.22 Denah Pembagian Zona Lt 10

5. Pekerjaan Struktur Balok dan Plat


1. Pekerjaan Bekisting dan Pembesian Balok dan plat
a. Alat yang Digunakan
- Palu
- Gergaji
- Meteran
- Bar Bender
- Bar Cutter
- Scaffolding
- Waterpass
b. Bahan yang Diperlukan
- Multiplek
- Paku
- Besi hollow 40 x 40 mm dan balok kayu 6/7
- Beton deking
- Tulangan Kursi
c. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah pekerjaan struktur pada lantai 9 telah selesai
dilaksanakan,

kemudian

pekerjaan

dilanjutkan

dengan

pemasangan scaffolding untuk menyangga bekisting balok dan


-

plat lantai untuk lantai 10.


Jarak pemasangan scaffolding disesuaikan dengan gambar

rencana.
Pasang besi hollow arah memanjang yang ditumpukan pada U

Head pada scaffolding.


Kemudian angkut material baja tulangan ke lokasi perakitan

menggunakan tower crane dari area fabrikasi baja tulangan


Perakitan baja tulangan balok langsung dilaksanakan pada
bekisting balok yang telah dirakit, dimulai dari penempatan
tulangan utama, dilanjutkan dengan pemasangan sengkang

yang jaraknya sesuai dengan rencana.


Tulang sengkang dan tulangan utama diikat menggunakan
kawat bendrat.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
63

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Kemudian pasang beton deking pada bagian bawah dan


samping sengkang, yang kemudian akan menjadi selimut

beton.
Sementara untuk penulangan plat lantai, tulangan wiremash
dihamparkan yang sebelumnya telah dipasang beton deking,
kemudian tulangan tulangan kursi dipasang sebagai pemisah
antara tulangan wiremash atas dan bawah. Kemudian

hamparkan tulangan wiremash bagian atas.


Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting berupa
multiplek yang dimensinya disesuaikan dengan rencana. Lalu
pasang skur pada bagian sisi bekisting balok dengan jarak

sesuai rencana.
Pemasangan skur

harus

kuat,

agar

saat

pengecoran

dilaksanakan ekisting tidak jebol.


Gambar 3.23 menunjukan pekerjaan perakitan bekisting yaitu
penggergajian multiplek.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.23 Perakitan Bekisting

Gambar 3.24 menunjukan pekerjaan instalasi wiremash.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
64

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.24 Instalasi Tulangan Wiremash

Gambar 3.25 menunjukan tulangan balok yang telah selesai


dirakit.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.25 Tulangan Balok

Gambar 3.26 menunjukan tulangan kursi dan beton deking


yang telah selesai dipasang pada wiremash.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
65

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.26 Tulangan Kursi dan Beton Deking

b. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai


a. Alat yang Digunakan
- Tower Crane
- Concrete Vibrator
- Concrete Bucket dan Pipa Tremie
- Compressor
- Concrete mixer truck
b. Bahan yang Diperlukan
- Ready mix concrete K 350
c. Langkah Kerja di Lapangan
- Sebelum pengecoran dilaksanakan area yang akan dicor
dibersihkan dari debu dan kotoran yang dapat mempengaruhi
-

kualitas beton menggunakan compressor


Setelah ready mix concrete tiba di lapangan, kemudian beton
segar dituangkan ke concrete bucket dengan volume 1 m3 yang
sudah dipasang pada tower crane waktu pengisian concrete

bucket hingga penuh membutuhkan waktu 1 menit.


Setelah beton memenuhi concrete bucket, concrete bucket pun
diangkat menggunakan tower crane, lalu tower crane
melakukan swing dan rail ke titik pengecoran balok dan plat
lantai dalam keadaan bucket yang masih dikunci oleh operator.
Waktu mobilisasi isi (bucket dalam keadaan penuh) tower
crane membutuhkan waktu angkat 30 detik + waktu swing +
rail 59 detik.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
66

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Saat sampai di titik pengecoran balok dan plat lantai, tuas


pengunci bucket dibuka dan beton dicorkan melalui pipa
tremie. Waktu tuang bucket untuk pengecoran balok dan plat
lantai dari penuh ke kosong membutuhkan waktu sekitar 55

detik.
Bucket yang telah kosong kembali diangkat dan diisi lagi
dengan beton segar, waktu mobilisasi kosong bucket
menggunakan tower crane membutuhkan waktu 1 menit 10

detik untuk swing + rail + turun.


Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengecor balok dan plat
lantai menggunakan bucket dengan isi 1 m3 membutuhkan
waktu 4 menit 34 detik, sehingga untuk mengecor 184,002 m3
beton untuk balok dan plat lantai di lantai 10 membutuhkan

waktu 14 jam 0 menit 23 detik.


Setelah penuangan beton ke bekisting balok dan plat lantai
dilakukan pemadatan menggunakan concrete vibrator yang
sudah disiapkan. Kemudian permukaan beton diratakan

menggunakan ruskam.
Setelah diratakan, supervisor sipil akan mengecek elevasi dan
kedataran dari plat yang telah dicor dengan menggunakan
waterpass.
Gambar 3.27 menunjukan bucket yang sedang diangkat

menggunakan tower crane.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
67

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.27 Concrete Bucket diangkat menggunakan Tower Crane

Gambar 3.28 menunjukan bucket yang telah sampai di site


pengecoran balok dan plat lantai.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.28 Concrete Bucket Sampai di Area Pengecoran

Gambar 3.29 menunjukan pengecoran balok dan plat lantai.


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
68

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.29 Pengecoran Dilaksanakan dengan Bantuan Pipa Tremie

Gambar 3.30 menunjukan pengecoran balok dan plat lantai.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.30 Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Gambar 3.31 menunjukan penggunaan vibrator pada beton


segar setelah dituangkan di bekisting balok dan plat lantai.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
69

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.31 Penggunaan Concrete Vibrator

Gambar 3.32 menunjukan penggunaan alat bantu perata


permukaan beton segar setelah dilakukan vibrasi.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.32 Penghamparan Beton Segar

c. Pembongkaran Bekisting Kolom


a. Alat yang Digunakan
- Linggis
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
70

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

- Palu
b. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah proses pengecoran minimal 2 minggu, bekisting balok
-

dan plat sudah dapat dibongkar.


Lepaskan scaffolding yang digunakan sebagai penyanga pada

bekisting secara hati hati


Lepaskan satu per satu tiap sisi bagian bekisting yang berupa
multiplek dengan dibantu linggis secara hati hati untuk

melepaskannya.
Setelah pembongkaran selesai, pasang support di titik titik
terentu untuk menyangga balok dan plat lantai

6. Pekerjaan Struktur Kolom


Pekerjaan Struktur kolom dilaksanakan sehari setelah pekerjaan
pengecoran plat lantai dan balok dilaksanakan. Kemudian
dilakukan pekerjaan struktur kolom yang diawasli dengan
pekerjaan pembesian, instalasi tulangan, instalasi bekisting dan
pengecoran kolom. Pemasangan kolom sendiri dipasang tegak
lurus dengan as bangunan guna menahan atau mengatasi beban
lateral yang terjadi pada gedung. Bekisting pada kolom dapat
dibongkar 24 jam setelah pengecoran kolom dilaksanakan. Berikut
tahapan pekerjaan struktur kolom :
1. Pekerjaan Pembesian Kolom
a. Bahan yang Diperlukan :
- Besi tulangan lentur (tulangan utama) D22 dan D19.
- Besi tulangan geser (sengkang) D10.
- Kawat bendrat.
b. Alat yang digunakan
- Bar bender
- Bar cutter
- Meteran
- Tower crane
c. Langkah Kerja
- Perakitan dilakukan di lantai 1 yang diawali dengan
pemotongan tulangan utama atau lentur D22 dan D19 juga
tulangan sengkang atau geser D10 sesuai rencana dengan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
71

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

menggunakan bar cutter. Setelah itu dilakukan pembengkokan


menggunakan bar bender, setelah profil profil baja tulangan
telah dipotong dan dibengkokan sesuai rencana kemudian
dilakukan perakitan baja tulangan kolom yang dilakukan oleh
-

2 orang pekerja.
Pekerja merakit tulangan lentur D22 dan D19 juga tulangan
geser D10 sesuai dengan tipe kolom yang akan dibuat sesuai

perencanaan.
Setelah perakitan selesai, dipasang beton deking yang
nantinya berfungsi sebagai pembatas atau pengganjal sehingga
antara tulangan dan bekisting tidak menempel secara
langsung, rongga yang dihasilkan beton deking kemudian
akan menjadi selimut beton setelah dilakukan pengecoran.
Beton deking yang digunakan dalam proyek pembangunan

Hotel Mercure Bandung ini memiliki tebal 25 mm.


Tulangan kolom yang telah dirakit diangkut menggunakan
tower crane menuju tempat instalasi atau pemasangan

tulangan kolom itu sendiri.


Tulangan kolom diturunkan secara perlahan hingga besi stek
kolom yang dibuat menjorok kedalam masuk ke besi kolom
yang sudah diinstal atau dipasang sebelumnya. Setelah stek
masuk, dalam hal ini panjang stek dan overlap kolom yang

sudah dipasang sepanjang 1 m.


Setelah tulangan stek masuk ke overlap tulangan kolom
sebelumnya secara baik, dilakukan pengikatan menggunakan
kawat bendrat.
Gambar 3.33 menunjukan instalasi tulangan kolom yang

dilakukan dengan menggunakan tower crane.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
72

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.33 Instalasi tulangan kolom

3. Pekerjaan Bekisting Kolom


a. Bahan yang Diperlukan :
- Multiplek
- Paku
a. Alat yang Digunakan
- Palu
- Gergaji
- Meteran
- Tie rod
- Wheller
- Support
- Tower Crane
- Unting unting
b. Langkah Kerja di Lapangan :
- Persiapkan alat dan bahan
Siapkan multiplek yang akan dipasang, setiap sisi bekisting
dibersihkan dari debu dan kotoran yang dapat mempengaruhi
-

mutu beton yang akan dicorkan.


Dilakukan marking pada titik pengecoran kolom.
Angkat bekisting menggunakan tower crane ke titik

pengecoran kolom yang sudah dipasang tulangannya.


etelah bekisting ditempatkan, pasang wheller dan tie rod lalu

dikencangkan agar ke empat sisi bekisting rapat.


Pasang support pada ke dua sisi bekisting sebagai penyangga

bekisting kolom.
Kondisikan bekisting kolom dalam keadaan tegak lurus
dengan melakukan pengecekan menggunakan unting unting.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
73

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Ikatkan bandul besi unting unting menggunakan tali ke


kaitan berupa paku, kemudian bandingkan antara jarak bagian
atas gantungan dengan as bandul unting unting. Bekisting
kolom dapat dikatakan tegak setelah jarak permukaan
bekisting dengan bagian atas tali yang dikaitkan sama dengan
jarak permukaan bekisting ke as bandul unting unting, jika
belum sejajar maka kendor dan kencangkan tie rod hingga
bekisting kolom tegak.
Gambar 3.34 ditunjukan posisi kolom yang dipasang tegak
lurus dengan as bangunan guna mengatasi gaya lateral pada
bangunan sesuai pada rencana.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.34 Bekisting Kolom

Gambar 3.35 ditunjukan ilustrasi pemakaian unting unting


guna mengetahui ketagakan bekisting kolom yang dipasang.
Unting unting diikatkan pada tali, kemudian tali tersebut
diikatkan pada pengait yang telah disiapkan pada permukaan
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
74

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

bekisting kolom didapat nilai a. Setelah itu samakan nilai a


dengan jarak antara as unting unting ke permukaan kolom (nilai
b). Jika jarak a dan jarak b tidak sama maka dilakukan
pengencangan ulang tie rod dan wheller pada kolom hingga nilai a
dan b sama.

Gambar 3.35 Ilustrasi Penggunaan Unting Unting

4. Pekerjaan Pengecoran Kolom


Pekerjaan pengecoran kolom dilaksanakan setelah pelaksanaan
pengecoran balok dan plat lantai selesai dilaksanakan.
a. Alat yang Digunakan
- Tower Crane
- Concrete Vibrator
- Concrete Bucket dan Pipa Tremie
- Concrete mixer truck
b. Bahan yang Diperlukan
- Ready mix concrete K 350
- Admixture
c. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah ready mix concrete tiba di lapangan, kemudian beton
segar dituangkan ke concrete bucket dengan volume 1 m3 yang
sudah dipasang pada tower crane waktu pengisian concrete
-

bucket hingga penuh membutuhkan waktu 1 menit.


Setelah beton memenuhi concrete bucket, concrete bucket pun
diangkat menggunakan tower crane, lalu tower crane

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
75

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

melakukan swing dan rail ke titik pengecoran kolom dalam


keadaan bucket yang masih dikunci oleh operator. Waktu
mobilisasi isi (bucket dalam keadaan penuh) tower crane
membutuhkan waktu angkat 30 detik + waktu swing + rail 59
-

detik.
Saat sampai di titik pengecoran kolom, tuas pengunci bucket
dibuka dan beton dicorkan melalui pipa tremie. Waktu tuang
bucket untuk pengecoran kolom dari penuh ke kosong

membutuhkan waktu sekitar 1 menit 14 detik.


Bucket yang telah kosong kembali diangkat dan diisi lagi
dengan beton segar, waktu mobilisasi kosong bucket
menggunakan tower crane membutuhkan waktu 1 menit 10

detik untuk swing + rail + turun.


Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengecor kolom
menggunakan bucket dengan isi 1 m3 membutuhkan waktu 4
menit 53 detik, sehingga untuk mengecor 69,52 m3 beton
untuk kolom di lantai 10 membutuhkan waktu 5 jam 39 menit

24 detik.
Kemudian

jika

lokasinya

memungkinkan

pemadatan

dilakukan menggunakan concrete vibrator yang sudah


disiapkan.

(a)

(b)
Sumber : Data Proyek

Gambar 3.36 Proses Pengacoran Kolom (a) Tampak Concrete Bucket yang telah sampai pada
Lokasi Titik Pengecoran (b) Tampak Pekerja Memegangi Pipa Tremie Saat Proses Pengecoran
Berlangsung
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
76

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

5. Pembongkaran Bekisting Kolom


a. Alat yang Digunakan
- Linggis
- Kunci Inggris
b. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah proses pengecoran minimal 24 jam, bekisting kolom
-

sudah dapat dibongkar.


Lepaskan support yang digunakan sebagai penyanga pada

bekisting.
Kendorkan dan lepaskan tie rod.
Lepaskan satu per satu tiap sisi bagian bekisting yang berupa
multiplek, jika terdapat multiplek yang sulit untuk dilepaskan
karena menempel, proses pembongkarab dapat dilakukan
menggunakan linggis.

6. Pekerjaan Finishing Struktur Kolom


1. Pemahatan Struktur Kolom
a. Alat yang Digunakan
- Pahat
- Palu
- Scaffolding
- Balok kaso 6/7 / papan kayu
b. Langkah Kerja di Lapangan
- Setelah proses pembongkaran bekisting terdapat bagian yang
tidak rata yang diakibatkan berbagai faktor.
- Siapkan palu dan pahat.
- Tentukan bagian kolom yang tidak rata.
- Pahat bagian kolom yang tidak rata menggunakan palu dan
pahat.
- Cek kembali, jika masih tidak rata kembali lakukan pemahatan
hingga permukaan kolom benar benar rata.
- Untuk bagian yang tidak terjangkau oleh tangan maka perlu
adanya tambahan alat bantu lain
- Dirikan scaffolding lalu pasang balok kaso secara memanjang
sebagai pijakan atau juga dapat menggunakan papan kayu,
scaffolding dan papan kayu ini digunakan sebagai pijakan agar

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
77

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

dapat mencapai bagian kolom yang tidak terjangkau oleh


tangan.
- Tentukan bagian kolom yang tidak rata dan perlu dipahat.
- Pahat bagian kolom yang tidak rata tersebut.
- Cek kembali, jika masih tidak rata lakukan kembali
pemahatan.
Gambar 3.37 menunjukan pemahatan kolom yang tidak rata
oleh pekerja.

Sumber : Data Proyek


Gambar 3.37 Proses Pemahatan Kolom yang Tidak Rata

2. Pemlesteran Kolom
a. Alat yang Digunakan
-

Ruskam

Ember

Sendok Spesi

Scaffolding

Balok Kayu

Besi Hollow

Besi Penjepit

b. Bahan yang Diperlukan


- Air
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
78

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Plesteran Siap Pakai

c. Langkah Kerja di Lapangan


- Setelah proses pemahatan kolom yang tidak rata telah
dilaksanakan, kemudian besi hollow dipasang sebagai acuan
pemlesteran dan dijepit menggunakan besi penjepit pada kolom
tersebut.
- Kemudian dilakukan pemlesteran dengan adukan plesteran
yang sudah disediakan pekerja, ketebalan disesuaikan dengan
acuan berupa besi hollow hingga permukaan kolom menjadi
rata.
Gambar 3.38 menunjukan pemlesteran kolom oleh pekerja.

(a)

(b)
Sumber : Data Proyek

Gambar 3.38 Proses Pemlesteran Kolom (a) Tampak Besi Hollow yang Digunakan sebagai Acuan
(b) Pemlesteran Kolom

3.4 Pengawasan Proyek

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
79

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Pengawasan proyek dilakukan agar proyek pembangunan Hotel Mercure


Bandung tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya. Pelaksanaan konstruksi
mengalami beberapa kendala dan terjadi keterlambatan pembangunan.
3.4.1 Pengawasan Waktu
Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung pengawasan
waktu diperhatikan dari banchart apakah terjadi keterlambatan pekerjaan
atau tidak, saat ini proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung telah
mengalami reschedule sebanyak 4 kali.
3.4.2 Pengawasan Mutu
Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung pengawasan mutu
dilaksanakan guna menjaga mutu struktur tetap baik dan sesuai rencana.
Hal hal yang dilakukan untuk pengawsan mutu antara lain sebagai
berikut :
a. Uji Kuat Tekan Beton
Ready mix yang digunakan telah diuji kuat tekan betonnya di
laboratorium sehingga mutu beton yang digunakan dapat dipertanggung
jawabkan spesifikasinya. Pengujian uji kuat tekan beton menggunakan
sampel uji berupa silinder yang dilakukan dilaboratorium uji bahan PT.
Adhimix Precast Indonesia yang mengacu pada ASTM C39.
Sampel uji yang digunakan sebanyak 17 benda uji dengan mutu K
350 berupa silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. pengujian
dilakukan 3 kali pada tiap benda uji, pada umur 7 hari, 14 hari dan 28
hari. Untuk hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada
lampiran.
b. Pengawasan Mutu Beton di Lapangan
Pengawasan mutu beton di lapangan dapat berupa uji slump untuk
mengetahui nilai kelecakan dari beton segar yang akan dicorkan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
80

BAB III PERANCANAAN DAN PELAKSANAAN PROYEK

Semakin tinggi nilai slump maka waktu setting yang diperlukan beton
lebih sedikit disbanding waktu setting beton dengan nilai slump beton
yang lebih kecil. Dalam pelaksanaan proyek pembangunan Hotel
Mercure Bandung ini tidak dilaksanakan pengujian slump.
c. Pengecekan Tulangan
Pemeriksaan baja tulangan dilakukan secara visual dengan melihat
kondisi tulangan apakah mengalami korosi atau tidak, dan melakukan
pengukuran diameter tulangan dengan menggunakan jangka sorong.
3.4.3 Pengawasan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung
pengawasan

K3

dilaksanakan

guna

mencegah

terjadinya

kecelakaan saat proses konstruksi berlangsung dan menyediakan


area kerja yang sehat dan aman. Pengawasan K3 dilaksanakan
dengan memperhatikan hal hal sebagai berikut :
1. Pemantauan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) berupa safety
helmet, safety shoes dan APD lain yang wajib digunakan pada
proses pembangunan konstruksi.
2. Pembuatan security plan, meliputi prosedur keluar masuk bahan
dan alat berat, serta prosedur komunikasi dilapangan.
3. Pengaturan kerapihan alat, material, sampah baik organic dan
anorganik di site.
4. Pembuatan safety plan berupa prosedur preventif (pencegahan) dan
reaktif (penanggulangan)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
81

BAB IV PERMASALAHAN DAN SOLUSI

BAB IV
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
4.1 Penjelasan Umum
Dalam pembangunan setiap proyek gedung pasti terdapat permasalahan
yang tidak dapat dihindari, permasalahan permasalahan tersebut dapat
terjadi karena diakibatkan beberapa factor. Dalam hal ini permasalahan akan
dibagi menjadi dua yaitu permasalahan teknis dan non teknis.
Permasalahan teknis meliputi permasalahan permasalahan yang
mempengaruhi mutu, waktu dan biaya. Dalam hal ini permasalahan teknis
biasa terjadi pada metode pelaksanaan yang digunakan, kondisi material,
kondisi alat, perawatan alat, penyimpanan material, dan lain lain. Pada
proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung ini dapat dikatakan
permasalahan teknis yang terjadi di lapangan cukup banyak, mulai dari
pengawasan mutu beton yaitu tidak adanya uji slump, beton yang sengaja
ditambah air, penyimpanan material yang diletakkan pada tempat terbuka
sehingga tulangan dan wiremash mengalami korosi, pengecoran yang
dilakukan saat hujan, beton deking yang pecah, bekisting yang tidak dilumuri
oli sebelum digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4.1.1
Permasalahan Teknis untuk permasalahan dan solusi.
Permasalahan non teknis pada proyek pembangunan Hotel Mercure
Bandung ini meliputi 2 hal yaitu berkaitan dengan K3 dan tata graha yang
dapat dikatakan kurang baik. Hal ini disebabkan pengawasan, manajemen dan
fasilitas K3 di proyek yang kurang memadai. Sehingga pekerja seakan tidak
sadar akan pentingnya penggunaan APD. Selain itu sampah dan material sisa
tersebut dapat mengakibatkan hazard bagi para pekerja, selain tidak
menggunakan APD pekerja juga terancam menginjak material sisa yang tajam
seperti paku dan kawat. Table 4.1.2 menjelaskan masalah non teknis
dilapangan.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
82

BAB IV PERMASALAHAN DAN SOLUSI

4.1.1 Permasalahan Teknis


No Pekerjaan
Permasalahan
1 Pekerjaan
Baja tulangan mengalami
Penulangan korosi, yang dimana
diakibatkan penyimpanan
material di tempat terbuka.
Sehingga tulangan
mengalami/mendapat
perubahan cuaca, suhu dan
lingkungan yang ekstrim yang
dapat memercepat proses
korosi pada tulangan.

Penulangan Beton deking pecah akibat


Plat Lantai diinjak oleh para pekerja.

Solusi
Menyediakan tempat
penyimpanan material yang
tertutup.

Pekerja tidak boleh menginjak


beton deking agar tidak pecah.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
83

Gambar

BAB IV PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Sehingga akan mengakibatkan


berkurangnya selimut beton
menjadi lebih tipis.

Dengan semakin tipisnya selimut


beton plat lantai mengakibatkan
tulangan wiremash akan lebih
cepat mengalami korosi akibat
factor eksternal yaitu lingkungan.

Pengecoran Adukan beton yang akan


mengalami setting ditambah
air untuk memperlambat
proses setting pada beton.
Sehingga berpengaruh pada
kelecakan dan berkurangnya
mutu beton. Permasalahan ini
disebabkan kurangnya
pengawasan oleh supervisor
sipil di lapangan.

Hasil pengecoran dengan beton


ini dapat dikatakan tidak layak
sehingga konstruksi harus
dibongkar. Seharusnya supervisor
sipil harus lebih telaten, selain itu
manajemen pengecoran pun
alangkah baiknya ditingkatkan
dengan melakukan perhitungan
produktifitas yang baik. Pada SNI
03 2495 1991 tentang
Spesifikasi Bahan Tambah Untuk
Beton

Pengecoran Penggunaan concrete vibrator


Plat Lantai tidak sesuai dengan SNI 03

Tusukan concrete vibrator harus


tegak lurus dengan jarak teratur

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
84

BAB IV PERMASALAHAN DAN SOLUSI

dan Balok

3976 1995 tentang Tata


Cara Pengadukan dan
Pengecoran Beton. Dimana
proses vibrasi menggunakan
vibrator ditusukan secara asal
asalan sehingga hasil
pemadatan tidak maksimal.
Pengecoran Pengecoran dilakukan saat
hujan mengguyur area
pengecoran

Bekisting

Multiplek tidak dilumuri oli


sebelum proses penuangan
beton

Uji Slump

Tidak dilakukannya uji slump

yang sistematis. Sesuai tercantum


pada SNI 03 3976 1995 yang
dilampirkan pada lampiran 3 data
teknis dan syarat syarat

Supervisor sipil seharusnya


melakukan pengawasan yang baik
sehingga pengecoran saat kondisi
hujan tidak dilaksanakan. Agar
nilai kelecakan pada beton segar
tidak terpengaruhi. Selain itu air
hujan yang meresap dan terjebak
akan bereaksi dengan baja
tulangan yang dapat
mengakibatkan keretakan pada
beton.
Bekisting dilumuri oli bekas atau
solar sebagai pelumas sehingga
material menjadi tidak cepat
rusak.
Uji slump baiknya tetap dilakukan
karena dengan mengetahui nilai
kelecakan beton maka dapat
diperkirakan waktu setting pada

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
85

BAB IV PERMASALAHAN DAN SOLUSI

beton
4.1.2 Permasalahan Non Teknis
No Pekerjaan
1 Area
Proyek
Berantakan

Permasalahan
Penyimpanan alat dan bahan
di lokasi proyek berantakan,
dan juga terdapat banyak
sampah sehingga
dikhawatirkan akan
menyebabkan kecelakaan.

APD Tidak Kurangnya pengawasan dan


Digunakan fasilitas dari K3 untuk
Pekerja
menerapkan standar
keselamatan pemakaian alat
pelindun diri.

Solusi
Lokasi proyek harus steril dan
penyimpanan material dan alat
harus rapih.

Ditingkatkannya pengawasan dan


fasilitas dari K3 agar pekerja
mengenakan APD sesuai standar.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
86

Gambar

BAB V PENUTUP

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil berdasar pada hasil pengamatan selama PKL
pada proyek pembangunan Hotel Mercure Bandung adalah sebagai berikut :
a. Kolom
1. Pelaksanaan dilaksanakan pada saat kondisi hujan, sehingga beton segar
bercampur dengan air hujan. Air hujan menyerap dan terjebak sehingga air
hujan bereaksi dengan baja tulangan yang kemudian akan mengakibatkan
korosi yang nantinya mengakibatkan retakan pada kolom.
2. Mutu baja maupun beton pada struktur sesuai dengan rencana.
3. Masih ada pemasangan sengkang yang jaraknya tidak sesuai rencana.
b. Balok dan Plat Lantai
1. Pada saat pelaksanaan dilaksanakan pada saat kondisi hujan, sehingga
beton segar bercampur dengan air hujan. Air hujan menyerap dan terjebak
sehingga air hujan bereaksi dengan baja tulangan yang kemudian akan
mengakibatkan korosi yang nantinya dapat mengakibatkan retakan pada
balok dan plat lantai.
2. Mutu baja maupun beton pada struktur sesuai dengan rencana.
3. Beton deking pecah sehingga selimut beton menipis, yang akhirnya
tulangan wiremash pada plat akan lebih cepat korosi karena tipisnya
selimut beton.
4. Penusukkan concrete vibrator asal asalan dan tak sesuai SNI 03 3976
1995.
c. Terjadi keterlambatan pada pelaksanaan struktur yang seharusnya
berakhir bulan Agustus namun hingga September pekerjaan belum selesai.
d. Pelaksanaan K3 yang tidak maksimal diakibatkan kurangnya sosialisasi,
fasilitas dan pengawasan dari pengawas K3 sehingga pekerja tidak
menggunakan APD karena kurangnya kesadaran akan pentingnya
keselamatan.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
87

BAB V PENUTUP

5.2 Saran
a. Kolom
1. Pelaksanaan pengecoran seharusnya dilaksanakan saat kondisi tidak
hujan.
2. Penyimpanan material terutama baja tulangan harus ditempat tertutup
untuk menghindari terjadinya korosi pada baja tulangan.
3. Pengawasan saat pemasangan harus ditingkatkan, karena masih adanya
pemasangan tulangan yang jaraknya tidak sesuai rencana.
b. Balok dan Plat Lantai
1. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan saat cuaca tidak hujan.
2. Penyimpanan baja tulangan ditempat tertutup untuk menghindari
terjadinya perubahan suhu dan kelembaban yang ekstrim agar baja
tulangan tidak mengalami korosi.
3. Pengawasan harus ditingkatkan agar pekerja tidak menginjak beton
deking agar tidak pecah sehingga ketebalan selimut beton dapat terjaga.
4. Pengawasan perlu ditingkatkan saat pengecoran dilaksanakan agar
penusukkan menggunakan concrete vibrator dapat dilakukan sesuai
standar.
c. Perlu ditingkatkannya pengawasan dan dibuatnya laporan harian,
mingguan maupun bulanan agar progress pelaksanaan dapat dipantau
dengan baik sehingga keterlambatan pelaksanaan pekerjaan struktur dapat
dihindari.
d. Pengawasan K3 juga sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD
perlu ditingkatkan agar pekerja sadar akan pentngnya keselamatan.
e. Kebersihan area kerja perlu ditingkatkan karena masih banyaknya
material bekas yang berserakan.
f. Penggunaan pelumas pada bekisting perlu dilakukan agar masa
pemakaian multiplek dapat lebih lama.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN D4 TPPG JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
88

Anda mungkin juga menyukai