Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN KLAUSA DAN JENIS-JENIS KLAUSA

BAHASA INDONESIA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia 2
Dosen Pengampu: Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd.

Oleh
Laelin Yunita Sari
K7115090
Kelas 3B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

Pengertian Klausa dan Jenis-jenis Klausa Bahasa Indonesia. Penulisan


makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia 2 di Universitas Sebelas Maret.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd yang telah memberikan tugas
dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang mendasar baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta,

September

2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Pengertian Klausa.........................................................................................3
B. Jenis-jenis Klausa..........................................................................................6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Simpulan.....................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan
di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat. Banyak ahli yang telah mengemukakan penjelasan
ataupun batasan klausa yang dijelaskan dalam makalah ini.
Penulisan makalah Pengertian Klausa dan Jenis-jenis Klausa Bahasa
Indonesia ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan
Sastra Indonesia 2, selain itu bagi pembaca maupun penulis dapat menambah
keilmuan, dan meningkatkan diri kualitas keilmuan bahasa Indonesia.
Pengetahuan tentang klausa juga memberikan kemudahan bagi guru
dalam mengajarkan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Maka dari
itu, melalui makalah ini akan dibahas lebih rinci mengenai pengertian klausa
dan jenis-jenis klausa bahasa Indonesia .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan klausa bahasa Indonesia?
2. Ada berapakah jenis klausa bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai
berikut.

1. Untuk menjelaskan pengertian klausa Bahasa Indonesia.


2. Untuk menjelaskan banyaknya dan menjelaskan jenis-jenis klausa Bahasa
Indonesia.
D. Manfaat
3.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
penambah wawasan dalam hal ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia
khususnya mengenai klausa.
2. Bagi

penulis, dalam pembuatan makalah ini penulis

mendapat

pengetahuan mengenai klausa. Manfaat lain yang diperoleh penulis adalah


bisa memenuhi salah satu tugas Konsep Dasar Bahasa dan Sastra
Indonesia 2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

18.
19.
20.

21.BAB II
22. PEMBAHASAN
23.
A. Pengertian Klausa
24.

Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa

dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri


atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana,
1993:110). Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena
meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan
kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi akhir atau tanda baca yang
menjadi ciri kalimat.
25.

Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P klausa dapat disertai

dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak. Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah
S dan P. Tetapi, dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya dalam
kalimat majemuk dan dalam kalimat yang merupakan jawaban. (Ramlan
1987:89). Misalnya :
1. Bersama dengan istrinya, Bapak Soleh datang membawa oleh-oleh.
26.

Kalimat (1) terdiri atas tiga klausa, yaitu klausa (a)

bersama dengan istrinya, klausa (b) Bapak Soleh datang, dan klausa
(c) membawa oleh-oleh. Klausa (a) terdiri atas unsur P, diikuti Pel,
klausa (b) terdiri atas S dan P, dan klausa (c) terdiri atas P diikuti O.
Akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, S pada klausa (a) dan
(c) dilesapkan.

27.

Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif.

Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila
dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa
(Chaer, 2009:150).
28.

Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata,

sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan sering kali


mengikutsertakan objek, pelengkap, dan keterangan. Posisi objek, pelengkap,
ataupun keterangan disini bersifat manasuka. Berikut contohnya :
1. Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, negara kita
baru melakukan proses menuju negara berkembang.
29.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
30. Saat negara-negara lain menjadi (S-P);
31. negara berkembang (O-Pel);
32. negara kita baru melakukan (S-P);
33. proses menuju negara berkembang (P-O).
34.
Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu :
klausa induk dan klausa subordinatif (anak kalimat).
2. Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
35. Dia menulis surat (klausa induk);
36. ketika kedua orangtuanya sudah pergi (klausa anak)
37.

Penggabungan

kedua

klausa

ini

menjadi

proses

terbentuknya sebuah kalimat. Bergabungnya kedua klausa ini menandakan


masuknya konjungsi atau kata sambung ketika. Sedangkan untuk konjungsi
atau kata sambung sendiri terdiri atas 4 bagian, yaitu :
1. Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)
38. Contoh :
39. Kami membaca dan dia menulis surat.
40. Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.
41. Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.
42. Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.
2. Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)
3.
Contoh :

4.

Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai

juara kelas tapi juga memberikannya peluang unuk mendapatkan


beasiswa.
5. Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)
6.
Contoh:
7.
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
8.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena
tugas rumah Sani sangat banyak.
9.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh
dokter.
10. Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang
pembalap profesional.
11. Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat
beban kami menjadi juara.
12. Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.
13. Konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh
karena itu, bahkan, lagi pula)
14. Contoh:
15.

Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi

kami uang.
16. Dia tidak bisa berbicara (klausa)
17. tidak bisa berbicara (frasa)
18. karena (konjungsi)
19. lidahnya pendek. (klausa)
20. Klausa Dia tidak bisa berbicara dalam posisi sebagai klausa
induk, sedangkan klausa lidahnya pendek menempati klausa anak.
Untuk konjungsi karena berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab
yang telah menghubungkan 2 klausa atau lebih.
21. Dapat disimpulkan bahwa klausa adalah satuan gramatikal yang
memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
B. Jenis-jenis Klausa

22.

Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu (1)

kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap, (2) ada

tidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negatif dan klausa positif, (3) kategori
primer predikatnya: klausa verbal dan klausa nonverbal, (4) dan kemungkinan
kemandiriannya untuk menjadi sebuah kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung.
1. Klausa Lengkap dan Klausa Tak Lengkap
23.
Berdasarkan kelengkapan unsur internalnya, klausa
dibedakan menjadi dua yaitu, klausa lengkap dan klausa tak lengkap.
Klausa lengkap ialah klausa yang memiliki unsur internal lengkap,
yaitu S dan P. Klausa lengkap ini berdasarkan struktur internalnya,
dibedakan lagi menjadi dua yaitu klausa susun biasa dan klausa
lengkap susun balik.
24.
Klausa lengkap susun biasa ialah klausa lengkap yang Snya terletak di depan P. adapun klausa lengkap susun balik atau klausa
lengkap inversi ialah klausa lengkap yang S-nya berada di belakang P,
misalnya:
a. Tulisan Hendi sangat berbobot.
25. Klausa (a) disebut klausa lengkap susun biasa karena S-nya
yaitu tulisan Hendi berada di depan P, sangat berbobot.
26.

Klausa

tak

lengkap

atau

dalam

istilah

Verhaar

(2006:279) klausa buntung merupakan klausa yang unsure internalnya


tidak lengkap karena di dalamnya tidak terdapat unsur S dan hanya
terdapat unsur P, baik disertai maupun tidak disertai unsur P, Pel, dan
Ket. Misalnya:
b. Terpaksa berhenti bekerja di perusahaan itu.
27. Klausa (b) bisa berubah menjadi klausa lengkap jika di
sebelah kirinya ditambah S, misalnya ditambah frasa istri
saya sehingga menjadi (b) Istri saya terpaksa berhenti bekerja
di perusahaan itu.
28.
2. Klausa Negatif dan Klausa Positif
29.
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif pada P, klausa dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu klausa negatif dan klausa positif.
Klausa negatif ialah klausa yang di dalamnya terdapat kata negative,

10

yang menegasikan P menurut Ramlan (1987: 137), yang termasuk kata


negatif, yang menegasikan P ialah tidak, tak, tiada, bukan, dan belum.
Berikut ini adalah contoh klausa negatif :
c. Deni tidak mengurus kenaikan pangkatnya.
30. Klausa (c) merupakan klausa negatif karena terdapat
kata tidak yang menegasikan mengurus.
31.
3. Klausa Verbal dan Klausa Nonverbal
32.
Berdasarkan kategori primer kata atau frasa yang
menduduki fungsi P pada konstruksinya, klausa dibedakan atas klausa
verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal ialah klausa yang P-nya
terdiri atas kata atau frasa golongan V. dilihat dari golongan verbanya
klausa verbal dibagi lagi menjadi klausa verbal intransitif dan klausa
verbal transitif. Klausa verbal transitif ialah klausa yang mengandung
verba transitif, dan klausa verbal intransitif ialah klausa yang
mengandung verba intransitif. Contoh klausa verbal intransitif ialah
sebagai berikut :
d. Taufik Hidayat tampil tidak maksimal di Jepang.
e. Pengidap AIDS bertambah.
33.
Klausa verbal transitif, dilihat dari wujud ketransitifan Pnya dapat dibedakan menjadi (1) klausa aktif, (2) klausa pasif, (3)
klausa reflektif, dan (4) klausa resiprokal (Ramlan, 1987: 145-149).
Klausa aktif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif aktif.
Klausa pasif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif pasif.
Klausa reflektif ialah klausa yang P-nya berupa verba transitif reflektif,
yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku
perbuatan itu sendiri. Pada umumnya verba itu berprefiks meng- yang
diikuti kata diri.Adapun klausa resiprokal adalah klausa yang P-nya
berupa verba transitif resiprokal, yaitu verba yang menyatakan
kesalingan.
34.
Klausa nonverbal ialah klausa yang berpredikat selain
verba. Klausa nonverbal masih bisa dibedakan lagi menjadi (1) klausa

11

nominal, (2) klausa adjektival, (3) klausa preposisional, (4) klausa


numeral, dan (5) klausa adverbial. Contoh:
f. Yang kita bela kebenaran
g. Budi pekertinya mulia
h. Aku bagai nelayan yang kehilangan arah
i. Yang dikorupsi 300 juta rupiah
j. Kedatangannya kemarin sore
35.
4. Klausa Mandiri dan Klausa Tergabung
1. Klausa Mandiri
36.
Klausa mandiri atau klausa bebas merupakan klausa
yan kehadirannya dapat berdiri sendiri. Klausa mandiri berpotensi
untuk menjadi kalimat tunggal. Misalnya:
a. Merokok dapat menyebabkan kanker
b. Nirina sedang belajar
2. Klausa Tergabung
37.
Klausa tergabung atau klausa terikat adalah klausa
yang kehadirannya untuk menjadi sebuah kalimat plural
tergabung dengan klausa lainnya. Dalam kalimat plural, klausa
tergabung dapat berupa klausa koordinatif, atau klausa
subordinatif. Contoh:
a. Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.
b. Nirina sedang belajar ketika terjadi gempa itu.
c. Karena baru pulang sesudah tugasnya selesai, Sri tidak dapat
menghadiri rapat.
38.

Jika dicermati, konstruksi (1) berbeda dengan

konstruksi (2). Dalam konstruksi (1) terdapat klausa-klausa


tergabung secara koordinatif, sedangkan dalam konstruksi (2)
terdapat klausa-klausa tergabung secara subordinatif.
(1)Klausa Koordinatif
39. Klausa koordinatif dapat dijumpai dalam kalimat
plural atau majemuk setara. Dalam kalimat plural atau
majemuk setara, semua klausanya berupa klausa koordinatif.
Klausa tersebut dinamakan klausa koordinatif karena secara

12

gramatik dihubungka secara koordinatif oleh penghubungpenghubung koordinatif dan, atau, tetapi, lagi pula, lalu,
namun, sebaliknya, malahan, dan lain-lain.
40. Klausa koordinatif terdiri atas (1) koordinasi netral,
(2) koordinasi kontrastif, (3) koordinasi alternatif, (4)
koordinasi aszaxawkonsekutif, yang berturut-turut dapat
dilihat dalam contoh-contoh kalimat berikut.
(a) Saya menulis artikel itu, menyunting,

dan

mengirimkannya ke media massa.


(b) Mencari ilmu itu sulit, tetapi mengamalkannya jauh

lebih sulit.
mau bekerja atau melanjutkan studi ke

(c) Saudara

jenjang S-2?
(d) Harga sepeda motor itu relatif mahal, jadi perlu
diangsur.
(2)Klausa Subordinatif
41. Klausa subordinatif dapat dijumpai dalam kalimat
plural bertingkat. Jadi, dalam kalimat plural bertingkat selain
terdapat klausa atasan yang biasa dikenal dengan klausa
induk, Klausa inti, atau klausa matriks terdapat pula klausa
bawahan atau klausa sematan atau klausa subordinatif.
Klausa bawahan dapat dibedakan lagi menjadi klausa
berbatasan dan klausa terkandung.
42. Klausa berbatasan, merupakan klausa bawahan
yang tidak wajib hadir dalam kalimat plural. Klausa
berbatasan dapat dibedakan menjadi enam tipe yaitu klausaklausa berbatasan:
(a) Final, contoh : Irfan rajin mengaji agar tidak
menyesal dalam kehidupan setelah mati.
(b)Kausal, contoh : Rombogan Suciwati
kecewa karena

tidak

diperkenankan

merasa

menjenguk

Presiden Soeharto
(c) Kondisional, contoh : Jika diundang, ia mau datang.

13

(d)Konsekutif, contoh : Pendapatannya kecil, sehingga


sampai sekarang belum mampu membeli mobil.
(e) Konsesif, contoh : Orang itu tetap rendah
hati meskipun telah menyandang banyak prestasi.
(f) Temporal, contoh : Rui Costa, playmaker asal
Portugal datang ke La Viola setelah tiga musim
memperkuat Benfica.
43. Dalam contoh-contoh tersebut, klausa yang dimulai

dengan konjungsi subordinatif sepertiagar, karena, jika,


sehingga,

meskipun, dan setelah-lah

yang

berturut-turut

dinamakan sebagai klausa berbatasan.


44.

Klausa terkandung, merupakan klausa bawahan yang kehadirannya

bersifat wajib. Berdasarkan fungsinya dalam kalimat plural bertingkat, klausa


terkandung dapat dikelompokkan menjadi klausa pewatas atau klausa modifikasi
dan klausa pemerlengkap.
1. Klausa pewatas
45.
Klausa pewatas atau klausa pewatasan ialah klausa
subordinatif yang kehadirannya berfungsi mewatasi atau mempertegas
makna kata atau frasa yang diikutinya. Contohnya ialah beberapa klausa
dari sejumlah klausa dalam kalimat plural berikut:
a. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orangorang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orangorang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
b. Rombongan Suciwati tidak diperkenankan menjenguk mantan presiden
Soeharto yang sedang berbaring di Rumah Sakit Pusat Pertamina
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
(1)Klausa Pemerlengkap
46.
Klausa pemerlengkap

atau

klausa

pemerlengkapan

merupakan klausa yang berfungsi melengkapi (atau menerangkan


spesifikasi hubungan yang terkandung dalam) verba matriks. Klausa
pemerlengkap dibedakan lagi menjadi: (1) klausa pemerlengkap

14

preposisional, (2) klausa pemerlengkap eventif, (3) klausa pemerlengkap


perbuatan.
47.

Klausa pemerlengkap dikatakan bersifat preposisional

karena klausa tersebut biasanya berpenanda kata bahwa yang menyatakan


suatu proposisi. Contoh:
a. Dokter berkata, ASI sangat baik untuk anak.
48. Dokter berkata bahwa ASI sangat baik untuk anak.
b. Berita bahwa mahasiswa Unnes juara I dalam LKTIM bidang sosial,
tingkat wilayah B, pada tanggal 22-23 Mei 2006 menjadi sorotan
media kampus.
49. Klausa eventif meliputi klausa yang menyatakan peristiwa
dan klausa yang menyatakan proses. Misalnya ialah klausa yang dimulai
dengan kata peristiwa dan proses pada kalimat-kalimat berikut.
a. Peristiwa Joko mengundurkan diri (Peristiwa pengunduran diri Joko)
dari pekerjannya sudah terduga sebelumnya.
b. Proses orang menyusun sebuah artikel (Proses penyusunan sebuah
artikel) hanya diketahui oleh para penulis.
50.
Adapun klausa perbuatan dapat dibedakan lagi menjadi
klausa perbuatan yang dilakukan, klausa perbuatan yang tidak dilakukan,
dan klausa perbuatan yang mungkin dilakukan.
51.
Klausa perbuatan yang dilakukan dapat ditandai oleh
verba melihat,

menyaksikan,

mengetahui,

berhasil,

berhenti, dan mulai. Misalnya:


a. Saya melihat (perbuatan) Zahra mendorong Ela
52. Zahra mendorong Ela
b. Prof. Dr. Fathur Rokhman mulai meneliti masalah itu pada tahun yang
lalu
53. Prof. Dr. Fathur Rokhman meneliti masalah itu
54.
Klausa perbuatan yang tidak dilakukan dapat ditandai oleh
verba mencegah, menolak, gagal, dan lupa. Misalnya:
a. Ayah mencegah kami membawa uang saku ke sekolah
55. Kami tidak membawa uang saku ke sekolah
b. Imron gagal mengikuti lomba
56. Imron tidak mengikuti lomba

15
57.

Adapun klausa perbuatan yang mungkin dilakukan dapat

ditandai oleh verba bermaksud, berniat, bertekad, merencanakan,


menganjurkan, dan menyarankan. Misalnya:
a. Farah bermaksud memohon izin untuk tidak datang ke kampus
58. Farah memohon izin; Farah tidak memohon izin
b. Samdum mengajak Dian pergi ke Mal Ciputra
59. Dian pergi ke Mal Ciputra; Dian tidak pergi ke Mal Ciputra
60.
61.

62.
63.
64.
65.
66.
67.

68.BAB III
69.PENUTUP
A. Simpulan
70.

Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di

atas frasa dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat.
71.
Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan empat hal, yaitu
(1) kelengkapan unsur internalnya: klausa lengkap dan klausa tak lengkap,
(2) adatidaknya kata yang menegatifkan P: klausa negative dan klausa
positif, (3) kategori primer predikatnya: klausa verbal dan klausa
nonverbal, (4) dan kemungkinan kemandiriannya untuk menjadi sebuah
kalimat: klausa mandiri, klausa tergabung.
72.

16

73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.

89.DAFTAR RUJUKAN
90.
91.

Alwi, Hasan., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka

92.

Chaer, Abdul. 2009. Lingustik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

93.

Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV.


Karyono

94.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

95.

Verhaar, J.W.M. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

96.

_____. (2015). Subjek:Bahasa Indonesia/Materi:Klausa. Diperoleh 13


September 2016 pada
https://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Klausa

17
97.

Anda mungkin juga menyukai