PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota merupakan suatu daerah atau kawasan yang memiliki tingkat keramaian dan
kepadatan penduduk yang tinggi. Keramaian dan kepadatan penduduk tersebut terjadi
akibat banyak dan lengkapnya fasilitas publik yang berkenaan dengan sarana dan
prasarana kota seperti pasar, rumah sakit, sekolah, tempat hiburan, supermarket, dan lain
sebagainya. Sehingga kota diidentikan dengan suatu daerah yang mampu mencukupi
kebutuhannya secara mandiri.
Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan
dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang (Jayadinata, 1992:110). Kedudukan
aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis perkembangan sebuah
kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi potensi
perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.
Istilah perkembangan kota (urban development) dapat diartikan sebagai suatu
perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala perubahan di dalam masyarakat
kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, maupun
perubahan fisik (Hendarto, 1997).
Hal inilah yang akan dijelaskan dalam makalah ini, yakni perubahan secara
menyeluruh yang menyangkut jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, keruangan
(spasial), dan pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung dalam kurun waktu 2008-2012.
B. Permasalahan
Permasalaha yang akan dikaji dalam makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung dalam kurun waktu 20082012?
2. Bagaimana perubahan dan perkembangan keruangan (spasial) di Kota Bandung dalam
kurun waktu 2008-2012?
3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung dalam kurun waktu 2008-2012?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat tinggal di Kota Bandung?
5. Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya proses dan perkembangan urbanisasi di
Kota Bandung?
C. Tujuan
Tujuan yang akan dikaji dalam makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk di Kota Bandung dalam kurun waktu
2008-2012;
1
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Urbanisasi
Secara umum urbanisasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk dari desa
ke kota. Pengertian tersebut memang tidaklah salah, namun dalam pandangan ilmu
geografi, urbanisasi merupakan suatu proses pengkotaan, baik dari morfologinya maupun
dari penduduknya. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung
dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum,
perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang
harus segera dicarikan jalan keluarnya. Kota-kota di Indonesia dalam beberapa dekade
mendatang akan cenderung berkembang baik secara demografis, fisik, maupun spasial.
Adanya penyusutan penduduk dari desa terjadi akibat adanya migrasi besar-besaran
penduduk pedesaan tersebut. Dengan adanya migrasi tersebut menjadi tolok ukur bahwa
kota-kota besar di Indonesia berkembang pesat seiring bertambahnya migrasi penduduk
dari desa ke kota baik secara demografis maupun secara spasial.
Salah satu adanya perkembangan kota secara spasial juga akan berdampak pada
perkembangan ekonomi, sosial maupun budaya bagi penduduk di pinggiran kota. Daerah
kekotaan merupakan daerah yang bentuk pemanfaatan lahannya bertumpu pada kekotaan
(non pertanian). Sedangkan daerah kedesaan merupakan daerah yang bentuk pemanfaatan
lahannya bertumpu pada kegiatan pedesaan. Adanya lahan pemukiman merupakan salah
satu bentuk alih fungsi lahan dari lahan pertanian berubah menjadi lahan non pertanian
sehingga keberadaan pemukiman di pinggiran kota berkembang pesat.
Dalam proses perkembangan kota tidak lepas adanya konsep urbanisasi. Adanya
urbanisasi bukan hanya sekedar pemusatan dan pertumbuhan penduduk, akan tetapi juga
melibatkan berbagai faktor komersial terutama berkaitan dengan spesialisasi pekerjaan,
perkembangan komunikasi, rekreasi, dan lain sebagainya. Proses perkembangan sebuah
kota bukan hanya masalah penduduk, akan tetapi jauh berkaitan dengan proses pengkotaan
yang terjadi pada suatu wilayah dan mempengaruhi masyarakat yang tinggal di wilayah
tersebut. Adanya pertumbuhan penduduk dan kegiatan perkotaan yang semakin meningkat
mendorong terjadinya peningkatan permintaan lahan. Adanya kebutuhan akan pemenuhan
tempat tinggal mendorong terjadinya peningkatan harga tanah yang meningkat pula.
Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi urbanisasi berarti
persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke
kota hanya salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2
3
macam, yakni: Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota.
Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat
sementara saja atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang
biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media
massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruhpengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor
pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau
faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan
ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi
1. Kehidupan kota yang lebih modern
2. Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi
1. Lahan pertanian semakin sempit
2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
C. Keuntungan Urbanisasi
1. Memoderenisasikan warga desa
2. Menambah pengetahuan warga desa
3. Menjalin kerja sama yang baik antarwarga suatu daerah
4. Mengimbangi masyarakat kota dengan masyarakat desa
C. Akibat urbanisasi
1. Terbentuknya suburb tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
4
kecil menjadi besar, dari ketersediaan lahan yang luas menjadi terbatas, dari penggunaan
ruang yang sedikit menjadi teraglomerasi secara luas, dan seterusnya.
Dikatakan oleh Beatley dan Manning (1997) bahwa penyebab perkembangan suatu
kota tidak disebabkan oleh satu hal saja melainkan oleh berbagai hal yang saling berkaitan
seperti hubungan antara kekuatan politik dan pasar, kebutuhan politik, serta faktor-faktor
sosial budaya.
Untuk mengetahui pola perkembangan suatu kota, terdapat tiga teori yang
menjelaskan teori pola perkembangan kota, antara lain:
1. Teori Konsentris Burgess (Model Konsentris)
Teori konsentris yang dikemukakan oleh Burgess. Gagasan yang dikemukakan
yakni adanya perluasan kota secara merata dari suatu inti asli, sehingga tumbuhlah
zone-zone yang masing-masing meluas sejajar dengan pertahapan kolonisasi ke arah
zone yang letaknya paling luar.
2. Teori Model Sektoral dari Homer Hyot
Gagasan bahwa pertumbuhan kota itu merupakan proses yang lebih
mengedepankan bentuk-bentuk sektoral daripada bentuk zonal (gelang-gelang). Hyot
mengatakan bahwa pengelompokan tata guna lahan di kota itu menyebar dari pusat ke
arah luar berupa wedges (atau sektor, sebutannya) yang bangunnya seperti irisan roti
tart.
3. Teori Inti Ganda dari Harris Dan Ullman
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Harris dan Ullman tahun 1945. Teori
inti ganda ini sangat berbeda dari teori terdahulu, perbedaan dari kedua terori terdahulu
adalah adanya pusat-pusat pertumbuhan dalam proses perkembangan kota. Tiap inti
kota di sekelilingnya muncul struktur perkotaan yang memiliki sel-sel pertumbuhan
yang cukup lengkap. Teori inti ganda pada dasarnya merupakan gejala lanjut dari kota
yang berpola sektoral. Zone pemukiman untuk para buruh kelas menengah menempel
dekat pada zone industri di suburban dan juga menempel pada zone perdagangan dan
pergudangan.
Berdasarkan ketiga teori di atas, secara umum arah perkembangan kota mengikuti
pola-pola tertentu, antara lain:
1.
C. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat
dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan
"per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua
spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk
sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada
pertumbuhan penduduk dunia.
Model pertumbuhan penduduk meliputi Model Pertumbuhan Malthusian dan
model logistik.
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai
kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada
perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah
individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam rumus:
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio,
bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase
populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan:
Ketika pertumbuhan penduduk dapat melewati kapasitas muat suatu wilayah atau
lingkungan hasilnya berakhir dengan kelebihan penduduk. Gangguan dalam populasi
manusia dapat menyebabkan masalah seperti polusi dan kemacetan lalu lintas, meskipun
dapat ditutupi perubahan teknologi dan ekonomi. Wilayah tersebut dapat dianggap "kurang
penduduk" bila populasi tidak cukup besar untuk mengelola sebuah sistem ekonomi (lihat
penurunan penduduk).
D. Definisi Lahan
Tata guna lahan (landuse) merupakan komponen keseluruhan dari suatu bentang
lahan yang mencakup tutupan vegatasi tanah, kemiringan, permukaan geomorfologis,
sistem geologis dan kehidupan binatang di dalamnya. Terkadang lahan sering disalah
artikan dengan istilah lain, sehingga tidak jarang lahan diartikan semata-mata oleh tanah,
atau lahan diartikan sebagai ruang (space). Pengertian lahan ditinjau dari dua segi
(Lichfield dan Drabkin, 1980 :5), yaitu :
1. Ditinjau dari segi fisik geografi, lahan adalah tempat dimana sebuah hunian tercipta
dan mempunyai kualitas fisik yang penting dalam penggunaannya;
8
2. Ditinjau dari segi ekonomi, lahan adalah suatu sumber daya alam yang mempunyai
peranan penting dalam produksi.
E. Definisi Alih Fungsi Lahan
Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai perubahan suatu jenis penggunaan
lahan ke penggunaan lahan lainnya. Konversi lahan merupakan suatu tindak lanjut
penyesuaian penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang kota, terhadap peningkatan
kebutuhan ruang untuk aktifitas sosial dan ekonomi kota berikut sarana dan prasarana
penunjang serta penduduk kota.
Konversi lahan atau alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan dapat juga
bersifat sementara. Jika lahan pertanian yang beririgasi teknis berubah menjadi perumahan
atau industri, maka alih fungsi lahan ini bersifat permanen.
Penggunaan lahan dipengaruhi oleh tiga sistem yang merupakan keterkaitan antara
bagan dalam struktur ruang kota (Chapin, 1979 : 28-31), yaitu :
1. Sistem aktivitas kota, berhubungan dengan manusia dan lembaganya, seperti rumah
tangga,
perusahaan,
pemerintahan
dan
lembaga-lembaga
lainnya
dalam
mengorganisasikan hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya dalam
ruang dan waktu;
2. Sistem pengembangan lahan, berhubungan dengan proses konversi atau rekonversi
lahan (ruang) dan penyesuaian bagi kegunaan manusia dalam mendukung sistem
aktivitas yang telah ada sebelumnya;
3. Sistem lingkungan, berhubungan dengan unsur-unsur biotik dan abiotik yang hasilnya
dari proses alam yang terkait dengan air, udara, dan zat-zat yang lain. Sistem ini
berfungsi untuk menyediakan tempat bagi kehidupan manusia dan habitat serta sumber
daya untuk mendukung kelangsungan hidup mereka.
Pada dasarnya ketiga sistem tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan akan
membentuk suatu pola penggunaan lahan yang akan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan kota.
F. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses peningkatan barang dan jasa dalam
kegiatan ekonomi yang dapat dilihat dari meningkatnya hasil produksi serta peningkatan
pendapatan per kapita. Peningkatan pendapatan per kapita akan terjadi apabila
pertumbuhan ekonomi yang dinilai berdasarkan harga konstan lebih besar dari
pertumbuhan penduduk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
9
10
BPS (2003) menjelaskan bahwa salah satu indikator penting untuk mengetahui
kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah
(value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang
berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu
waktu tertentu sebagai tahun dasar.
Besar kecilnya PDRB yang dapat dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah
dipengaruhi oleh besarnya sumber daya alam yang telah dimanfaatkan dan macamnya,
jumlah dan mutu sumber daya manusia, kebijaksanaan pemerintah, letak geografis, serta
tersedianya sarana dan prasarana. Dalam menghitung pendapatan regional, seluruh nilai
tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan usahanya
disuatu wilayah dihitung tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi.
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan penghitungan,
diantaranya :
1. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh
berbagai unit produksi didalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit
produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 9 sektor, yaitu : (1) sektor
pertanian; (2) sektor pertambangan dan penggalian; (3) sektor industri pengolahan; (4)
sektor listrik, gas dan air bersih; (5) sektor konstruksi/bangunan; (6) sektor
perdagangan, hotel dan restoran; (7) sektor pengangkutan dan komunikasi; (8) sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; (9) sektor jasa-jasa.
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang
turut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu setahun. Balas
jasa produksi dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya.
3. Pendekatan Pengeluaran
11
BAB III
PEMBAHASAN
A.
1. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bandung adalah sebanyak 2.374.198 jiwa,
dengan uraian sebagai berikut :
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
Bandung Kulon
Babakan Ciparay
Bojongloa Kaler
Bojongloa Kidul
Astanaanyar
Regol
Lengkong
Bandung Kidung
Buah Batu
Rancasari
Gedebage
Cibiru
Panyileukan
Ujung Berung
Cinambo
Arcamanik
Antapani
Mandalajati
Kiaracondong
Batununggal
Sumur Bandung
Andir
Cicendo
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Coblong
Sukajadi
Sukasari
Cidadap
Jumlah/total 2008
Jumlah
Keluraha
n
8
6
5
6
6
7
7
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
6
8
4
6
6
3
6
4
6
5
4
3
151
Jumlah
Penduduk
125.350
142.309
120.894
81.045
70.544
86.500
71.983
51.986
95.256
68.864
31.230
60.001
34.621
61.579
23.695
57.869
59.929
57.265
129.623
123.392
40.035
106.201
103.532
31.741
111.094
69.011
126.450
101.065
77.218
53.934
2.374.198
Rata-rata
Penduduk Per
Kelurahan
15.668,75
23.718,17
24.178,80
13.507,50
11.757,33
12.375,14
10.283,29
12.992,00
23.814,00
17.216,00
10.410,00
15.000,25
8.655,25
15.394,75
5.923,75
14.467,25
14.982,25
14.316,25
21.603,83
15.424,00
10.008,75
17.700,17
17.255,33
10.580,33
18.515,67
17.252,75
21.075,00
20.213,00
19.304,50
17.978,00
15.723,17
Kecamatan
Bandung Kulon
Jumlah
Keluraha
n
Jumlah
Penduduk
Rata-rata
Penduduk Per
Kelurahan
127.622
15.952.75
13
Babakan Ciparay
144.892
24.148.667
Bojongloa Kaler
123.092
24.618.4
Bojongloa Kidul
82.516
13.752.667
Astanaanyar
71.825
11.970.833
Regol
88.068
12.581.143
Lengkong
73.288
10.469.714
Bandung Kidul
52.91
13.227.5
Buah Batu
96.988
24.247
10
Rancasari
70.114
17.528.75
11
Gedebage
31.798
7.949.25
12
Cibiru
61.09
15.272.5
13
Panyileukan
35.249
8.812.5
14
Ujung Berung
62.696
12.539.2
15
Cinambo
24.125
6.031.25
16
Arcamanik
58.917
14.729
17
Antapani
61.013
15.275.75
18
Mandalajati
58.302
14.575.5
19
Kiaracondong
131.978
21.996.333
20
Batununggal
125.636
15.704.375
21
Sumur Bandung
40.762
10.190.5
22
Andir
108.124
18.020.667
23
Cicendo
105.407
17.567.833
24
Bandung Wetan
32.315
10.772
25
Cibeunying Kidul
113.111
18.851.833
26
Cibeunying Wetan
70.266
17.566.5
27
Coblong
128.748
21.458
28
Sukajadi
102.902
20.580.4
29
Sukasari
78.62
19.655
30
Cidadap
54.914
18.304.667
151
2.417.288
16.008.53
14
3. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Bandung adalah sebanyak 2.394.873 jiwa,
dengan uraian sebagai berikut :
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Kecamatan
Bandung Kulon
Babakan Ciparay
Bojongloa Kaler
Bojongloa Kidul
Astanaanyar
Regol
Lengkong
Bandung Kidung
Buah Batu
Rancasari
Gedebage
Cibiru
Panyileukan
Ujung Berung
Cinambo
Arcamanik
Antapani
Mandalajati
Kiaracondong
Batununggal
Sumur Bandung
Andir
Cicendo
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Coblong
Sukajadi
Sukasari
Cidadap
Jumlah/total 2010
Jumlah
Keluraha
n
8
6
5
6
6
7
7
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
6
8
4
6
6
3
6
4
6
5
4
3
151
Jumlah
Penduduk
138.644
143.203
117.218
83.600
66.658
79.316
69.307
57.398
92.140
72.406
34.229
67.412
37.691
72.414
23.762
65.607
72.006
60.825
127.616
116.935
34.446
94.361
96.491
29.807
104.575
68.807
127.588
104.805
79.211
56.325
2.394.873
Rata-rata
Penduduk Per
Kelurahan
17.331
23.867
23.444
13.933
11.110
11.331
9.901
14.350
23.035
18.102
8.575
16.853
9.423
14.483
5.941
16.402
18.002
15.206
21.269
14.617
8.612
15.727
16.082
9.936
17.429
17.202
21.265
20.961
19.803
18.775
15.860
Kecamatan
1
2
Bandung Kulon
Babakan Ciparay
Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
8
6
139.708
144.303
Rata-rata
Penduduk Per
Kelurahan
17.46
24.05
15
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bojongloa Kaler
Bojongloa Kidul
Astanaanyar
Regol
Lengkong
Bandung Kidung
Buah Batu
Rancasari
Gedebage
Cibiru
Panyileukan
Ujung Berung
Cinambo
Arcamanik
Antapani
Mandalajati
Kiaracondong
Batununggal
Sumur Bandung
Andir
Cicendo
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Coblong
Sukajadi
Sukasari
Cidadap
Jumlah/total 2011
5
6
6
7
7
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
6
8
4
6
6
3
6
4
6
5
4
3
151
118.118
84.141
67.346
79.923
69.837
57.838
93.074
74.188
35.458
69.276
38.725
74.196
24.345
67.047
72.803
61.829
129.030
118.231
35.293
95.392
97.544
30.283
105.568
69.456
128.800
105.963
80.086
57.156
2.424.957
23.62
14.02
11.22
11.42
8.98
14.46
23.27
18.55
8.87
17.32
9.68
14.84
6.09
16.76
18.20
15.46
21.51
14.78
8.82
15.90
16.26
10.09
17.60
17.36
21.47
21.19
20.02
19.05
16.059
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Bandung Kulon
Babakan Ciparay
Bojongloa Kaler
Bojongloa Kidul
Astanaanyar
Regol
Lengkong
Bandung Kidung
Buah Batu
Rancasari
Gedebage
Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Penduduk
8
6
5
6
6
7
7
4
4
4
4
140.780
145.411
119.025
84.686
68.042
80.534
70.371
58.282
94.018
74.014
36.657
Rata-rata
Penduduk Per
Kelurahan
17.598
24.235
23.805
14.114
11.340
11.505
10.053
14.517
23.505
19.004
9.164
16
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Cibiru
Panyileukan
Ujung Berung
Cinambo
Arcamanik
Antapani
Mandalajati
Kiaracondong
Batununggal
Sumur Bandung
Andir
Cicendo
Bandung Wetan
Cibeunying Kidul
Cibeunying Kaler
Coblong
Sukajadi
Sukasari
Cidadap
Jumlah/total 2012
4
4
5
4
4
4
4
6
8
4
6
6
3
6
4
6
5
4
3
151
71.191
39.787
76.021
24.942
68.519
73.608
62.849
130.460
119.541
36.160
96.435
98.609
30.767
106.571
70.111
130.023
107.133
80.971
57.999
2.455.517
17.798
9.947
15.204
6.236
17.130
18.402
15.712
21.743
14.943
9.040
16.073
16.435
10.256
17.762
17.528
21.671
21.427
20.243
19.333
16.262
17
Adapun laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dalam kurun waktu 2008
hingga 2012 adalah sebagai berikut :
No
Uraian
.
1.
Jumlah
2.
Penduduk
Laju
Pertumbuhan
2008
2009
2010
2011
2012
2.374.198
2.417.288
2.394.873
2.424.957
2.455.517
1,90%
1,81%
1,09 %
1,26%
1,27%
Penduduk
Berdasarkan informasi diatas dapat dilakukan analisis sebagai berikut:
Pada tahun 2008, jumlah penduduk di Kota Bandung adalah 2.374.198 jiwa,
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,90%. Pada tahun 2009 mengalami
peningkatan jumlah penduduk menjadi 2.417.287 jiwa, dan laju pertumbuhan
penduduk 1,81%. Karena jumlah penduduk yang meningkat, maka pemerintah Kota
Bandung melakukan upaya dengan program transmigrasi ke daerah luar pulau Jawa,
diantaranya ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.
Usaha pemerintah Kota Bandung untuk menurunkan jumlah penduduk di Kota
Bandung cukup berhasil. Karena telah dibuktikan pada tahun 2010 jumlah penduduk
berkurang menjadi 2.394.873 jiwa, dengan laju penduduk 1,09%. Namun, pada tahun
2011 jumlah penduduk kembali meningkat. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota
Bandung sebanyak 2.424.957 jiwa, dengan laju penduduk 1,26%. Adapun pada tahun
2012 jumlah penduduk sebanyak 2.455.517 jiwa, dengan laju penduduk 1,27%.
B. Perubahan dan perkembangan keruangan (spasial) di Kota Bandung dalam
kurun waktu 2008-2012
Kota Bandung secara administrasi masuk ke dalam Provinsi Jawa Barat. Dari
pengamatan yang telah dilakukan melalui citra pada google earth dalam kurun waktu
2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 penggunaan lahan di Kota Bandung meliputi sawah,
kebun atau tegalan, lading atau huma, pekarangan dan bangunan (perumahan,
sekolah, industri), perkantoran atau rekreasi, kolam atau tebat atau empang, lahan
sementara tidak diusahakan,
diketahui dari citra melalui perbedaan warna, tekstur dan bentuk. Pola pemukiman
terlihat dengan warna coklat hingga orange, warna tersebut menunjukkan warna
18
genting rumah. Pola pemukiman yang teratur juga dapat diinterpretasikan sebagai
perumahan. Warna hijau dengan pola teratur dan tekstur yang lembut dapat
diinterpretasikan sebagai lahan persawahan. Sedangkan bangunan yang mempunyai
ukuran lebih besar dari bangunan lain dan mempunyai warna perak mengkilap dapat
diinterpretasikan sebagai kawasan industri. Warna perak mengkilap menunjukkan
warna atap bangunan pabrik yang terbuat dari seng.
Kota Bandung adalah kota yang mengalami perubahan fisik yang pesat.
Penggunaan lahan terus mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir, dengan
kecenderungan penambahan pemukiman dan kawasan industri dan pengurangan lahan
persawahan. Pemukiman baru lebih berkembang mengikuti jalan karena masyarakat
lebih senang jika memiliki rumah atau bangunan dekat dengan jalan sehingga
aksesibilitasnya menjadi mudah. Selain itu, rumah atau bangunan yang berada di
sepanjang jalan akan lebih cocok untuk membuka usaha.
Berikut ini adalah analisis pemaparan penggunaan lahan dan perubahan
penggunaan lahan di Kota Bandung pada tahun 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012.
1. Pada tahun 2008 penggunaan lahan di Kota Bandung secara umum adalah sawah,
pekarangan + bangunan, dan lainnya dengan luas lahan sebagai berikut :
Jenis Penggunaan
Type of Use
No
1
2
3
Sawah
Wetlands
Kebun/Tegalan
Garden/Wasteland
Ladang/Huma
Perkarangan + Bangunan
(Perumahan, Sekolah, Industri)
Perkantoran / Rekreasi
Office Complex/Recreation
Kolam / Tebat / Empang
Lainnya
Others
4
5
Luas (Ha)
Area
1.727,00
763,00
7.526,00
72,00
6.641,00
Jumlah
16.729,00
Jenis Penggunaan
Luas (Ha)
19
Type of Use
1
2
3
Sawah
Wetlands
Kebun/Tegalan
Garden/Wasteland
6
7
Lainnya
Others
1.719
761
Ladang/Huma
Perkarangan + Bangunan
(Perumahan, Sekolah, Industri)
Perkantoran / Rekreasi
Office Complex/Recreation
Kolam / Tebat / Empang
Area
7.538
70
761
Jumlah
6.641
Jenis Penggunaan
Type of Use
Sawah
Wetlands
Kebon/Tegalan
Garden/Wasteland
Ladang/Huma
Perkarangan+Bangunan
(Perumahan,Sekolah,Industri)
Perkantoran/Rekreasi
Office Complex/Recreation
Kolam/Tebat/Empang
4
5
Lainnya
Others
Jumlah
Luas (HA)
Area
Persentase
%
1.474,14
8,81
328,01
1,96
474,95
2,84
6.042,46
36,12
1.854,44
11,09
70
0,42
6.458
38,77
16.729
100
Jenis Penggunaan
Type of Use
Luas (HA)
Area
Persentase
%
20
1
2
3
Sawah
Wetlands
Kebon/Tegalan
Garden/Wasteland
Ladang/Huma
Perkarangan+Bangunan
(Perumahan,Sekolah,Industri)
Perkantoran/Rekreasi
Office Complex/Recreation
Kolam/Tebat/Empang
4
5
Lainnya
Others
Jumlah
1.354
8.09
650
3.88
186
1.11
12.739
76.14
1.219
7.28
35
0.2
185
1.1
363
2.2
16.729
100
Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang membeli lahan untuk kawasan
pemukiman, pertokoan, maupun industri sehingga mengakibatkan terjadinya
revitalisasi transportasi di Kota Bandung yang menjadikan aksesibilitas
semakin dimudahkan. Hal ini terlihat semakin banyaknya pemukiman,
petokoan dan industri di sebelah kiri jalan di Kota Bandung.
Berdasarkan data yang diuraikan pada tabel tersebut, secara umum indikator
makro ekonomi Kota Bandung periode 2008-2012 menunjukkan peningkatan dan
pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa
22
d. Pendidikan yang jauh lebih baik dari yang ada di kota-kota lain.
2. Dampak negatif
- Memicu polarisasi pembangunan terpusat;
- Penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor
- Merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas
-
negara;
Terjadi underruralisasi yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi
ekonomi;
Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan;
Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti
kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan
sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu
lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang
terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban
sebagai lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun
24
BAB IV
PENUTUP
26
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses urbanisasi di Kota Bandung dapat diindikasikan dengan peningkatan
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk, adanya alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
2. Akibat alih fungsi lahan menyebabkan lahan pertanian menjadi semakin
berkurang. Namun, disisi lain penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman,
perindustrian dan pertokoan semakin meningkat secara umum didominasi oleh
pemukiman.
3. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya proses urbanisasi membawa dampak
positif yang menguntungkan bagi manusia. Namun, disisi lain membawa dampak
negatif yang merugikan seperti terjadinya degradasi lingkungan.
B. Saran
Akibat terjadinya proses urbanisasi ke daerah perkotaan, lahan yang
seharusnya berfungsi sebagai lahan pertanian justru dialih fungsikan menjadi lahan
pemukiman dan industri. Untuk mempertahankan Kota Bandung sebagai kota yang
terkenal dengan daerah pertanian dan perkebunan sebaiknya pemerintah melakukan
pembangunan vertical untuk wilayah pemukiman. Sehingga lahan yang seharusnya
untuk pertanian tidak berubah fungsinya. Selain itu, terjadinya urbanisasi juga
berpengaruh pada bertambahnya jumlah penduduk. Sebaiknya pemerintah lebih tegas
untuk pelaksanaan kebijakan migrasi atau perpindahan penduduk ke daerah lain yang
kepadatan penduduknya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Chapin Jr F Stuart and Edward J Kaiser. 1979. Urban Land Use Planning. Third Edition.
Chichago : University of Illinoise Press.
Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru. Bandung : Penerbit alumni
Lichfield, Nathaniel; Darin-Drabkin, Haim. 1980. Land Polic In Planning. London : George
Allen and Unwin
27
28