PROPOSAL
NAMA : NOVILASARI
NIM
: 08.12.036
NAMA : NOVILASARI
NIM
: 08.12.036
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau
enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan
kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif. Sebagian besar kasus
infertilitas wanita di sebabkan oleh masalah dengan ovulasi. Tanpa ovulasi,
tidak ada telur yang bisa dibuahi. Beberapa tanda-tanda bahwa wanita tidak
berovulasi biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi
(Kusmiran, 2013).
Berdasarkan catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan
di antaranya faktor tuba fallopi 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%,
dan hal lain yang tidak di ketahui sekitar 40%. Ini berarti sebagian besar
masalah infertilitas pada perempuan di sebabkan oleh gangguan pada alat
reproduksi atau gangguan pada proses ovulasi (Kumalasari, 2012).
Di Indonesia kejadian perempuan infertil 15% pada usia 30-34 tahun,
meningkat 30% pada usia 35-39 tahun, dan 55% pada usia 40-44 tahun. Hasil
survei gagalnya kehamilan pada pasangan yang sudah menikah selama 12
bulan, 40% disebabkan infertilitas pada pria, 40% karena infertilitas pada
wanita, dan 10% dari pria dan wanita, 10% tidak diketahui penyebabnya.
Pasangan usia subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524 (5,1%)
PUS dari 10205 PUS (Samsyiah, 2010).
Berdasarkan data Dinkes Sumatera Selatan tahun 2010, banyaknya
pasangan infertil mencapai 40.000 pasangan per tahun. Sebagian data yang
diperoleh dinkes Sumsel dari beberapa rumah sakit yang menangani khusus
pasangan yang menginginkan anak itu mengatakan bahwa setiap tahunnya
jumlah pasangan infertile semakin meningkat (Yulia, 2010).
Di Palembang jumlah pasangan infertil mencapai sekitar 21.000 pasangan
suami istri yang telah menikah lebih dari satu tahun yang mengalami kegagalan
reproduksi. Dari data yang diperoleh dinas kesehatan kota palembang setiap
tahunnya jumlah pasangan infertil semakin meningkat (Paulina,2011).
Menurut penelitian Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PERSI) di Jakarta, 36% infertilas terjadi pada pria dan 64% terjadi pada
wanita. Penelitian lain menunjukan di angka kejadian infertilitas wanita terjadi
sekitar 15% pada usia produktif (30-34 tahun), meningkat sampai dengan 30%
pada usia 35-39 tahun dan 64% pada usia 40-44 tahun (PERSI, 2001).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infertilitas adalah umur,
stres, merokok, masalah kesehatan yang menyebabkan perubahan hormon,
1.2
Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara siklus haid dengan kejadian infertilitas primer di
RSIA Widiyanti Palembang tahun 2014 ?
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian infertilitas primer di
RSIA Widiyanti Palembang tahun 2014.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi siklus haid ibu dengan
kejadian infertilitas primer di RSIA Widiyanti Palembang tahun
2014.
3. Untuk mengetahui hubungan antara siklus haid dengan kejadian
infertilitas primer di RSIA Widiyanti Palembang tahun 2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi peneliti khususnya mengenai infertilitas serta menerapkan ilmu
pengetahuan yang didapat di bangku kuliah khususnya metodelogi
penelitian dan biostatistika.
1.4.2
adalah umur, stres, merokok, gangguan proses ovulasi dan hormonal atau siklus
haid ibu, psikologis dan gangguan hubungan seksual (Kusmiran, 2013).
Karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian maka
variabel yang diteliti penulis adalah siklus haid ibu sebagai variable independen
dan kejadian infertilitas pada usia subur sebagai variable dependen yang
ditunjukkan pada gambar 1.1 di bawahini:
Variabel Independen
Variabel Dependen
SiklusHai
Infertilitas
Gambar 1.1
Skema Kerangka Konsep Teoritis
1.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara siklus haid ibu dengan kejadian infertilitas primer di
RSIA Widiyanti Palembang tahun 2014.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSIA Widiyanti Palembang Tahun 2014.
1.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 9 sampai 21 februari 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infertilitas
2.1.1 Definisi Infertilitas
Infertilitas merupakan masalah yang di hadapi oleh pasangan suami
istri yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan
senggama teratur, tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil
memperoleh kehamilan (Wiknjosastro, 2011).
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan
Usia Subur (PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan
hubungan seksual secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan lebih
dari satu tahun (Kumalasari, 2012)
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan
atau enam bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa
menggunakan kontrasepsi dan melakukan hubungan seksual aktif
(Kusmiran, 2013).
Infertilitas
adalah
kurangnya
atau
hilangnya
kemampuan
2.1.2
Klasifikasi Infertilitas
Infertilitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Infertilitas primer adalah suatu keadaan ketika pasangan usia subur (PUS)
yang telah menikah lebih dari satu tahun melakukan hubungan seksual
secara teratur dan benar tanpa usaha pencegahan, tetapi belum juga terjadi
kehamilan, atau belum pernah melahirkan anak hidup.
2. Infertrilitas sekunder adalah suatu keadaan ketika PUS yang sudah
mempunyai anak, sulit untuk memperoleh anak lagi, walaupun sudah
melakukan hubungan seksual secara tertur dan benar tanpa usaha
pencegahan (Kumalasari, 2012).
2.1.3
wanita berhenti bekerja normal sebelum usia 40 tahun. POI tidak sama
dengan menopouse dini.
3. Adanya hambatan pada saluran tuba karena penyakit radang panggul,
endometriosis, atau operasi pengangkatan kehamilan ektopik.
4. Masalah fisik dari rahim.
5. Uterine fibroidyaitu gumpalan jaringan non-kanker dan penebalan otot
pada dinding rahim.
2.1.4 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas.
Menurut Kumalasari (2012) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
infertilitas adalah sebagai berikut :
1. Faktor suami dan istri
Gangguan senggama
a. Gangguan kesehatan reproduksi yang dialami suami atau istri.
b. Ketidaktahuan teknik senggama yang benar.
c. Pengaruh psikologis terhadap pasangan.
Ketidaktahuan pasangan suami istri pada siklus masa subur.
Hal ini sering terjadi pada pasangan suami istri yang siklus
menstruasinya tidak teratur, sehingga waktu ovulasi menjdi tidak teratur.
Hubungan intim tidak menghasilkan kehamilan apabila dilakukan pada
waktu yang tidak tepat.
2. Faktor suami
a. Varikokel yaitu pelebaran pembuluh darah vena di sekitar skrotum
(buah zakar), merupakan penyebab terbanyak infertilitas pria.
b. Sumbatan/obstruksi saluran sperma menyebabkan spermatozoa tidak
dapat disalurkan, walaupun di produksi dengan baik.
c. Faktor lain yang tidak dapat di ketahui yaitu 20-3 persen dari kasus
infertilitas. Keungkinan dipengaruhi faktor genetik, kelainan di
kromosom gangguan hormon, pengaruh obat, gangguan ereksi, radiasi,
keracunan pestisida, gangguan imunologi, operasi di daerah panggul,
dan lain-lain.
3. Faktor istri
Berdasarkan catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada
haid yang
a. Umur
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25
tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada
usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan
belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi,
diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu,
dkk, 2003).
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35
tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase
reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan
optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami
menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.Jadi, wanita
dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35
tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis (Kurniawan, 2009).
Semakin bertambahnya umur dapat mempengaruhi kesuburan
seorang wanita. Sekitar sepertiga dari pasangan dimana wanita berusia
di atas 35 tahun memiliki masalah kesuburan. Faktor umur berisiko
menurunkan kesuburan seperti kondisi seperti kondisi ovarium
menurun untuk melepaskan sel telur, ovarium kiri mengeluarkan sedikit
sel telur, dan kualitas sel telur menurun. Selain itu juga berisiko untuk
di
dalam
kelompok
obesitas,
terbukti
mengalami
2.1.5
1. Anamnesa
Pada pengumpulan data dengan anamnesis (Tanya-jawab) akan
diketahui tentang keharmonisan hubungan keluarga, lamanya kawin,
hubungan seksual yang dilakukan (frekuensi dalam seminggu, tingkat
kepuasan yang dicapai, teknik hubungan seksual).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan
tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernafasan.Juga dilakukan foto toraks
pada kedua pihak.
3. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine
lengkap, fungsi hepar dan ginjal, gula darah).Pemeriksaan laboratorium pada
suami meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, di
tampung dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama memakai kondom
yang telah dicuci bersih, dan bahkan yang ditampung harus mencapai
laboratorium dalam waktu sampai 1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi
dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa di harapkan minimal
20 juta/ml. pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas,
bau,
rupanya,
fruktosa,
kemampuan
menggumpal
dan
mencair
dapat di buktikan dengan jelas tentang kelainan yang terdapat pada mulut rahim,
kelainan pada ruangan rahim (apakah terdapat penyimpangan bentuk normal,
terdapat polip, atau mioma uteri), kelainan pada saluran telur .kebocoran kontras
menunjukan saluran mempunyai potensi yang baik.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada
pasangan infertil meliputi :
a. Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan melakukan alat
optic kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran
telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim),
lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh
hormone, polip atau mioma dalam rahim), dan keteranangan lain yang
diperlukan.
b. Laparaskopi
Pemeriksaan lapaskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memasukan alat optic kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang
keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya
graaf folikel, korpus liteum atau korpus albikantes, abnormalitas bentuk,
keadaan tubafallopi (yang meliputi, kelainan anatomi atau terdapat
perlekatan).
c. Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting bagi pasangan infertil
terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh
kembang folikel de Graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi
(pengambilan) telur (ovum) pada folikel de Graff untuk pembiakan bayi
tabung. Ultrasonografi vaginal dilakukan sekitar waktu ovulasi yang di
dahului dengan pemberian pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat
perangsang telur lainnya.
d. Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca semnggama di maksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa dalam lender serviks. Pasangan dianjurkan
melakukan hubungan seksual di rumah dan setelah dua jam datang ke rumah
sakit untuk pemeriksaan. Lender serviks di ambil dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang di jumpai dalam lendir tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12,13
dan 14 dengan perhitungan menstruasi hari pertama di anggap ke-1.
e. Pemeriksaan hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat dipastikan
penyebab infertilitas, dapat di lakukan pemeriksaan hormonal untuk
mengetahui hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium.Hormone
yang diperiksa adalah gonadotropin (follicle stimulatiom hormone (FSH),
hormone luteinisasi (LH) dan hormone estrogen, progesterone, dan prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas
dari kegagalan melepaskan telur (ovulasi).Pemeriksaan harus selesai dalam
waktu 3 siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan.
jernih
atau
keruh,
tergantung
dari
konsentrasi
3. Masalah Vagina
Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar
serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian ini adanya sumbatan atau peradangan.
4. Masalah Serviks
Terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang dapat berperan
dalam infertilitas, yaitu cacat bawaan (atresia),polip serviks, stenosis
akibat trauma, peradangan, sinekia setelah konisasi, dan inseminasi yang
tidak adekuat.
5. Masalah Uterus
Masalah yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui
uterus ialah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, atau polip,
peradangan endometrium dan gangguan kontraksi uterus.
6. Masalah Tuba
Frekuensi faktor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada
populasi yang diselidiki. Peranan factor tuba yang masuk akal ialah 25-
2.1.6
Penatalaksanaan infertilitas
Suami sebaiknya di periksa terlebih dahulu dan dinyatakan sehat
rohani dan jasmani. Penyebab infertilitas pada suami sekitar 40% sedangkan
sisanya pada istri. Penyebab infertilitas yaitu pasangan infertil idiopatik
artinya keduanya baik, tetapi belum juga terjadi kehamilan, factor alergi yang
menyebabkan ketidakmampuan pasangan menjadi hamil, atau factor stress
karena tidak hamil. Factor lain adalah factor hormonal yang meliputi
gangguan pelepasan telur (ovulasi), gangguan kesuburan lapisan dalam rahim
yang menyebabkan kurang mampu menerima nidasi, defisiensi fase luteal,
atau hormone prolaktin yang terlalu tinggi sehingga menghalangi proses
ovulasi. Setelah mengetahui factor penyebab pasangan infertil pada pihak
wanita dapat dilakukan pengobatan berdasarkan penyebabnya (Manuaba,
2009).
kerja
enzim
yang
jaringan
stuktural
tubuh
lainnya.
Difisiensinya
dapat
haid yang
2.3
lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Dini Kasdu,
dkk, 2003).
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun.Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun
merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada usia ini
biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada
penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya
serta daya tahan tubuh masih kuat (Dini Kasdu, dkk, 2003).
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35
tahun.Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit.Fase
reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal
sehingga wanita berkemampuan untuk hamil.Fase ini dimulai setelah fase
pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut
menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu
membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan
timbunan lemak dipinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13
tahun. Adapun fase menopause adalah fase disaat haid berhenti.Fase
menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi
secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur.Jadi, wanita dapat
2.4
Penelitian Terkait
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Dewi (2012) tentang
hubungan antara usia menikah dan siklus haid ibu dengan kejadian infertilitas di
RSIA Widiyanti Palembang, dari hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa ibu
yang berkunjung dan memeriksakan diri di ruang infertil yang ya (terdiagnosa
infertilitas) sebanyak 175 orang (44,9%) dan yang tidak (tidak terdiagnosa
infertilitas) sebanyak 215 orang (55,1%). Ibu yang mempunyai siklus haidnya
tidak normal sebanyak 186 orang (47,7%) dan yang siklus haidnya normal
sebanyak 204 orang (52,3%). Dari hasil pengolahan data menggunakan uji ChiSquare, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara siklus haid dengan
infertilitas pada ibu dengan p value = 0,000. Ini menunjukan
bahwa
ada
hubungan yang bermakna antara siklus haid dengan kejadian infertilitas pada
ibu.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Roma Uly
(2005),
klasik
ialah 28
perempuan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3
Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari seluruh objek yang diteliti, dan
dianggap mewakili seluruh populasi agar sampel yang diambil dapat mewakili
data penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian yang
jumlah besarnya sampel dengan menggunakan rumus.
Riduwan, 2005. Rumus Sampel:
n
=
N
1+ N (d)2
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang di inginkan (0,05)
dik:
N = 5170
5170
d = 0,05
1 + 5170 (0,0025)
5170
13,92
=
371
Data yang diperoleh melalui observasi data dari catatan rekam medis di
RSIA Widiyanti Tahun 2014.
3.5 Teknik Pengelolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan secara komputerisasi
dengan program SPSS.
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yaitu pengolahan yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Apabila telah
dilakukan analisis univariat tersebut diatas, hasilnya akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis
bivariat, analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang di
duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012).
Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variable
dengan menggunakan uji Chi Square, bentuk uji hubungan digunakan
tingkat kepercayaan 95% pada 0,05, dimana :
- Bahwa dimana ada hubungan antara variable independen dan variable
dependen.
Cara ukur
Alat ukur
: Check list
Hasil ukur
: 1. Infertil primer
2. Tidak infertil
Skala ukur
: Ordinal
Variabel Independen
Siklus haid
Pengertian
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
: Ordinal