Kasus:
1. Pemerintah meminta partisipasi dokter dalam melakukan pemeriksaan kondisi
narapidana yang telah dieksekusi dengan cara ditembak mati
2. Pemerintah meminta dokter untuk berperan aktif dalam tindakan kebiri
narapidana dengan kasus pemerkosaan anak
3. Pemerintah meminta dokter untuk berperan aktif dalam melakukan eksekusi mati
narapidana
Pendapat dan referensi:
1. Secara pribadi mendukung penghukuman berat terhadap pelaku kekerasan
seksual pada amak. Namun untuk berperan aktif dalam eksekusi sangat tidak
setuju karena itu bertentangan dengan etik dan disiplin profesi kedokteran.
Dimana dalam kode etik kedokteran, tugas seorang dokter itu menyembuhkan
pasien, bukan melakukan penghukuman yang membuat pasien menderita.
Dalam pasal 11 ayat 4 (KODEKI tahun 2012) dijelaskan bahwa Seorang
dokter harus mengerahkan segala kemampuannya untuk meringankan
penderitaan dan memelihara hidup akan tetapi tidak untuk mengakhirinya.
2. Tidak setuju jika dokter untuk berperan aktif dalam tindakan kebiri narapidana
dengan kasus pemerkosaan anak. Hal tersebut berarti bahwa dokter telah
turut serta dalam penyiksaan (torture) atau other forms of cruel, inhuman atau
degrading procedures. Dalam Deklarasi Tokyo disebutkan bahwa seorang
dokter tidak boleh berpartisipasi, membantu, atau menerima/menyetujui
tindakan penyiksaan atau other forms of cruel, inhuman atau degrading
procedures, baik korban dicurigai, dituduh, ataupun bersalah, dan apapun
kepercayaan atau motif korban, dan pada seluruh situasi, termasuk konflik
bersenjata dan konflik sipil. Dokter juga tidak boleh menyediakan dasar
pikiran, instrumen, substansi, atapun pengetahuan untuk memfasilitasi
pelaksanaan torture atau other forms of cruel, inhuman atau degrading