Anda di halaman 1dari 35

FISIOLOGI TULANG

Tulang terdiri atas matriks organic keras yang sangat diperkuat


dengan endapan garam kalsium dan garam tulang.
1. Matriks organik ini terdiri dari serat-serat kolagen dan medium
gelatin homogen yang disebut substansi dasar. Substansi dasar ini
terdiri atas cairan ekstraseluler ditambah proteoglikan, khususnya
kondroitin sulfat dan asam hialuronat yang membantu mengatur
pengendapan kalsium.
2. Garam-garam tulang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat.
Rumus garam utamanya dikenal sebagai hidroksiapatit.
Tahap awal pembentukan tulang adalah sekresi kolagen (kolagen
monomer) dan substansi dasar oleh osteoblas. Kolagen monomer
dengan cepat membentuk serat-serat kolagen dan jaringan akhir
yang terbentuk adalah osteoid, yang akan menjadi tempat di mana
kalsium mengendap. Sewaktu osteoid terbentuk, beberapa
osteoblas terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya disebut
osteosit.
Osteoblas dapat dijumpai di permukaan luar tulang dan dalam
rongga tulang. Lawan dari osteoblas yang membentuk tulang
adalah osteoklas yang menyerap tulang dan mengikisnya.
Pada pertumbuhan tulang normal, kecepatan pengendapan dan
absorpsi tulang sama satu dengan lainnya, sehingga massa total
dari tulang tetap konstan. Biasanya, osteoklas terdapat dalam
massa yang sedikit tetapi pekat, dan sekali massa osteoklas mulai
terbentuk, maka osteoklas akan memakan tulang dalam waktu 3
minggu dan membentuk terowongan. Pada akhir waktu ini,
osteoklas akan menghilang dan terowongan itu akan ditempati
osteoblas. Selanjutnya, mulai dibentuk tulang baru. Pengendapan
tulang ini kemudian terus berlangsung selama beberapa bulan, dan
tulang yang baru itu diletakkan pada lapisan berikutnya dari
lingkaran konsentris (lamella) pada permukaan dalam rongga
tersebut sampai pada akhirnya terowongan itu terisi semua.
Pengendapan ini berhenti setelah ada pembuluh darah yang mend
arahi daerah tersebut. Kanal yang dilewati pembuluh darah ini

disebut kanal harvers. Setiap daerah tempat terjadinya tulang baru


dengan cara seperti ini disebut osteon.
Apabila mendapat beban yang berat, tulang akan menebal. Selain
itu, tulang akan terus melakukan regenerasi kalau sudah mulai
perlu diganti. Kemampuan tulang melakukan regenerasi akibat
adanya absorpsi-pengendapan tulang. Kecepatan absorpsipengendapan tulang yang berlangsung cepat, misalnya pada anakanak, cenderung membuat tulang rapuh dibandingkan dengan
absorpsi-pengendapan tulang yang lambat. Jadi, pada anak-anak
akan terjadi regenerasi yang cepat apabila ada kerusakan.

KALSIUM
Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100gr kalsium, dan
99%nya berada dalam kerangka tubuh. Kalsium dalam tulang
terdiri Atas 2 tipe: cadangan yang dapat ditukar dengan cepat, dan
cadangan kalsium yang jauh lebih besar ddengan proses penukaran
yang lambat. Ada 2 sistem homeostatik yang independen: sistem
yang mengatur Ca2+ plasma yang tiap harinya bergerak keluar
masuk dari cadangan yang mudah ditukar; dan sistem yang
berperan dalam remodelling tulang melalui resropsi dan deposisi
tulang yang konstan.
Ada 2 tipe kalsium: plasma dan bebas. Kalsium plasma ada yang
terikat pada protein (albumin dan globulin) dan ada juga yang
berdifusi (berionisasi dan berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dst).
Kalsium bebas yang terionisasi dalam cairan tubuh adalah
perantara kedua dan diperlukan untuk pembekuan darah, kontraksi
otot, dan fungsi saraf. Penurunan kadar Ca2+ dapat menyebabkan
tetani hipokalsemik yang ditandai dengan sejumlah besar spasme
otot rangka, seperti yang terjadi pada laringospasme dimana jalan
napas akan tersumbat dan menimbulkan asfiksia fatal.
Metabolisme kalsium pada manusia dewasa yang mengonsumsi
1000mg (25mmol) kalsium per hari adalah sebagai berikut:

Makanan (25mmol)
Tulang
Pertukaran cepat
500 mmol
Dapat dipertukarkan 100mmol
Stabil
27200 mmol
Penyerapan
15 mmol
Saluran
Reabsorbsi
7,5 mmol
Penambahan
7,5 mmol
cerna
Sekresi
12,5 mmol
feses
22,5 mmol
Reabsorbsi
7,5 mmol
Filtrate golemulus
250 mmol
Urine
2,5 mmol
Terdapat 3 hormon yang mengatur metabolisme kalsium, yaitu:
1. 1,25-dihidroksikolikalsiferol yang merupakan hormon steroid
yang dibentuk dari vitamin D. Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol
ditemukan di banyak jaringan selain usus, ginjal, dan tulang.

Jaringan tersebut di antaranya adalah kulit, limfosit, monosit, otot


rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar hipofisis anterior. Zat
ini dapat mempermudah penyerapan Ca2+ dari usus,
mempermudah reasorbsi Ca2+ di ginjal, meningkatkan aktivitas
sintetik osteoblas, dan diperlukan untuk klasifikasi normal matriks.
2. hormon paratiroid (PTH) yang memobilisasi kalsium dari
usus. PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan
resorpsi tulang, ekskresi fosfat dalam urine dan memobilisasi
Ca2+.
3. kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara
menghambat resorpsi tulang, dan menghambat aktivitas osteoklas
secara in vitro.
Ketiga hormon ini bekerja secara terpadu untuk mempetahankan
kadar Ca2+ yang konstan dalam cairan tubuh.
MINERALISASI DAN DEMINERALISASI
Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke
dalam jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan
proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses
pengambilan kalsium dari jaringan tulang.
Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresobsi dan dibentuk
tulang baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan
kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada
orang dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar adalah
proses local yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh
populasi sel yang disebut unit remodeling tulang.
Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa
pertumbuhan akibat proses remodeling konstan, disertai proses
pengerasan tulang oleh osteoblas (mineralisasi) dan pada proses
resoprsi oleh osteoklas (demineralisasi) yang terjadi pada
permukaan dan di dalam tulang. Osteoklas membuat terowongan
ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan
remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada
kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami
remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan

pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang


kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular.
KELAINAN PADA TULANG
Terdapat beberapa kelainan yang dapat terjadi pada tulang, antara
lain:
1. Osteopetrosis, merupakan penyakit tulang yang jarang sekali
dijumpai dan sering kali parah. Hal ini dimana osteoklas
mengalami gangguan dan tidak mampu menyerap tulang secara
wajar sehingga osteoblas bekerja tanpa ada yang menyeimbagi.
Akibatnya adalah pemadatan tulang, gangguan neurologik akibat
penyempitan dan distorsi forame tempat lewatnya berbagai saraf,
dan kelainan hematologik akibat dipenuhinya rongga sumsum.
2. Osteoporosis, merupakan kelainan pada tulang ayng
disebabkan oleh kelebihan relatif fungsi osteoklas. Matriks tulang
pada penyakit ini berkurang dan insidens fraktura meningkat.
Artinya, keadaan tulang osteoporosis ini sangat rapuh karena
osteoklas tidak diimbangi oleh osteoblas. Osteoporosis ini sering
terjadi pada wanita dewasa terutama yang telah mnegalami
menopaose karena tingkat estrogen sangat berpengaruh dalam
pembetukan tulang atau osteoblas.
3. Osteomalasia, merupakan kelainan pada tulang yang terjadi
karena gagalnya osteoid pada tulang untuk mengeras karena
kekurangan vitamin D dan Estrogen, selain itu juga penurunannya
tingkat kalsium dan fosfat serta demineralisasi seperti yang telah
dijelaskan di atas. Hal ini juga terjadi karena meningkatnya
hormon paratiroid dalam tubuh. Osteomalasia ini sering disebut
softbone atau tulang lunak.

Fisiologi otot dan tulang

PENDAHULUAN
Diantara karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk
lainnya adalah kemampuan mempertahankan postur tubuhnya yang
bisa tegak dan bergerak yang diatur oleh sistem muskuloskeletal.
Sistem muskuloskeletal tersebut bekerja membuat gerakan dan
tindakan yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang yang
bebas dan mandiri. Sistem muskuloskeletal terdiri dari
tulang/kerangka, otot, tulang rawan (cartilago), ligamen, tendon,
fascia, bursae dan persendian.
1. TULANG
Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabutserabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium
fosfat, dan karbonat. Bahan bahan tersebut berasal dari embrio
hyalin tulang rawan melalui osteogenesis kemudian menjadi
tulang, proses ini oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206
tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek,
datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Permukaan
tulang bagian luar yang keras disebut Periosteum, terbentuk dari
jaringan pengikat fibrosa. Kualitas kerasnya tulang merupakan
hasil deposit kalsium. Periosteum mengandung pembuluh darah
yang memberikan suplai oksigen dan nutrisi ke sel tulang. Rongga
tulang bagian dalam diisi dengan sumsum kuning dan sumsum
merah. Sumsum tulang merah adalah tempat hematopolesis yang
memproduksi sel darah putih dan merah (RBCs; WBCs) serta
platelet.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka
tubuh
2. Melindungi organ organ tubuh (contoh tengkorak melindungi
otak)
3. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk
berkontraksi dan bergerak)

4. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral (contoh kalsium)


5. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sumsum tulang)
Menurut bentuknya tulang dibagi 4 (empat), yaitu :
1. Tulang panjang (tulang paha ,tulang lengan atas ) terdiri dari
bagian tengah dan bagian tepi (epifise). Bagian tengah terdiri dari
tulang padat; bagian epifise dari tulang karang (cancellous atau
trabecular),trabecular memberi tenaga kepada tulang ketika
menurun bobotnya
2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak tetap dan didalamnya
terdiri dari tulang
karang ,bagian luar terdiri dari tulang padat.
3. Tulang ceper (adalah tulang tengkorak) terdiri dari dua tulang
karang di sebelah dalam dan tulang padat di sebelah luar.
4. Bentuk yang tidak beraturan (vertebrae) sama seperti tulang
pendek
2. OTOT
Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi
kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh.
Pengelompokannya adalah sebagai berikut :
Otot rangka (striated/otot lurik ) terdapat pada sistem skelet
,memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur
tubuh dan menghasilkan panas
Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat
rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran
Otot cardiac hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar
pengendalian
Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi,
antara lain :
1. Untuk menggerakkan skelet
2. Untuk menghasilkan panas

3. Untuk mempertahankan sikap badan


Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai
konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas, dan iritabilitas. Karena
otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan
namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot
berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain akan
mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang
yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai
engsel.
Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang
asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh
sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.
Kontraksi otot yang tidak normal dapat terjadi dalam bentuk :
Spasmus, suatu kontraksi yang tidak sengaja, dalam waktu yang
singkat dan tiba-tiba.
Kejang/kram, spasme yang menimbulkan rasa nyeri kram,
merupakan reaksi tetanus yang sempurna.
Kontraksi tetanus,keseluruhan serabut berkontraksi
Konktraktur, otot berkontraksi tetapi tidak bisa kembali ke bentuk
semula.
3. CARTILAGO (TULANG RAWAN)
Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang di letakkan pada suatu
gelatin yang kuat , tetapi fleksibel tidak memiliki vaskuler. Nutrisi
mencapai kartilago melalui proses disfusi gel / perekat dari kapiler
yang berada pada perichondrium (serabut yang membentuk
kartilago) melalui cairan sinovial. Jumlah serabut collagen yang
terdapat pada kartilago menentukan bentuk fibrous, hyalin atau
elastisitas, fibrous (fibrocartilago) memiliki paling banyak serabut
dan karena itu memiliki kekuatan meregang. Fibro kartilago
menyusun diskus intervertebralis artikular (hyaline) kartilago
halus, putih, mengkilap dan kenyal membungkus permukaan
persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan. Kartilago

yang elastis memiliki sedikit serat dan dapat di temukan pada


daerah telinga luar .

4. LIGAMEN (SIMPAY)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan
ikat keadannya kenyal dan fleksibel. Ligamen mempertemukan
kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas. Contoh
ligamen medial, lateral colateral dari lutut yang mempertahankan
diolateral dari sendi lutut serta ligamen cruciate anterior dan
posterior didalam kapsul lutut yang mempertahankan posisi
anterior posterior yang stabil. Ligamen pada daerah tertentu
melengket kepada jaringan untuk mempertahankan struktur, contoh
ligamen ovarium yang melalui ujung tuba ke pritoneum.
5. TENDON
Tendon adalah ikatan jaringan fibrosa yang padat yang merupakan
ujung dari otot dan menempel kepada tulang. Tendon merupakan
ekstensi dari selaput fibrosa yang membungkus otot dan
bersambung dengan periosteum. Selaput tendon berbentuk
selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu,
terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini
bersambung dengan membran synovia yang menjamin pelumasan
sehingga mudah bergerak.
6. FASCIA
Fascia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang
didapatkan langsung di bawah kulit sebagai fascia superficial, atau
sebagai pembungkus tebal jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot, saraf dan pembuluh darah yang demikian
disebut fascia dalam
7. BURSAE
Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat yang berisi cairan

yang memudahkan gerakan pada suatu sendi. Misalnya terdapat


diantara tulang dan kulit, antara tulang dan tendon atau diantara
otot-otot. Bursae dibatasi oleh membran sinovial dan mengandung
cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian
yang bergerak seperti pada olekranon bursae, terletak antara
prosesus olekranon dan kulit Bursa dapat terganggu oleh radang
yang disebut bursitis.
8. PERSENDIAN
Persambungan, sendi atau artikulasio adalah istilah yang
digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa
tulang dari kerangka.
Klasifikasi Persendian :
1. Berdasarkan Fungsinya dibagi menjadi :
a. Sendi Fibrus atau Sinartrosis (sendi yang tidak bergerak). Tulang
yang dihubungkan dengan jaringan fibrosa atau tulang rawan
(cartilago), seperti pada tulang tengkorak yang tidak dapat
melakukan pergerakan.
b. Sendi Sinovial atau Diartrosis (sendi yang bergerak) adalah
persendian yang dapat bergerak lebih leluasa, seperti sendi
panggul, lutut, bahu, siku. Bagian akhir yang berdekatan
dibungkus oleh hyalin cartilago dan dikelilingi oleh fibrous
kapsula sendi yang dibatasi oleh membran synovial yang
mensekresi cairan synovial untuk melumas sendi. Ligamen, tendon
dan otot berperan dalam stabilitas sendi.
Bentuk-bentuk pergerakan sendi antara lain, adalah :
No Gerakan Definisi Contoh
1. Fleksi Gerakan menjauhi posisi nol Kebanyakan sendi
2. Ekstensi Gerakan kembali ke posisi nol Kebanyakan sendi
3. Dorsofleksi Gerakan dalam arah permukaan dorsal Pergelangan
kaki, jari kaki, pergelangan tangan, jari tangan
4. Plantar

(atau palmar) fleksi Gerakan dalam arah permukaan plantar (atau)


palmar Pergelangan kaki, jari kaki, (pergelangan tangan, jari
tangan)
5. Sendi bahu, pinggul, metakarpofalangeal,
metatarsofalangealAduksi Gerakan ke arah gais tengah
6. Abduksi Gerakan menjauhi garis tengah Sendi bahu, pinggul,
metakarpofalangeal, metatarsofalangeal
7. Inversi Memutar permukaan plantar kaki ke dalam Sendi
subtalar dan midtarsal kaki
8. Eversi Memutar permukaan plantar kaki ke luar Sendi subtalar
dan midtarsal kaki
9. Rotasi internal Memutar permukaan anterior ekstremitas ke
dalam Bahu, pinggul
10. Rotasi eksternal Memutar permukaan anterior ekstremitas ke
luar Bahu, pinggul
11. Pronasi Rotasi sehingga permukaan palmar tanan mengarah ke
bawah Siku pergelangan tangan
12. Supinasi Rotasi sehingga permukaan palmar tanan mengarah
ke atas Siku pergelangan tangan
CATATAN :
Jika gerakan melebihi posisi nol, dikatakan ada Hiperekstensi
Pada tangan atau kaki, garis tengah adalah garis yang berturutturut ditarik melalui jari tengah tangan atau kaki
c. Sendi Amfiartrosis adalah persendian yang dapat bergerak
sedikit, seperti persendian antar vertebra. Pada persendian ini tidak
terdapat rongga sendi tetapi jaringan (fibrous, tulang rawan atau
tulang) ditemukan diantara permukaan articular.
2. Berdasarkan Bentuknya sendi dibagi menjadi :
a. Ada tidaknya rongga atau celah sendi
b. Jenis jaringan pengikat tulang

3. Berdasarkan Pengikatnya sendi dibagi menjadi :


a. Pengikat jaringan fibrosa. Sendi ini tidak mempunyai celah.
Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa dan berubah
sifatnya. Contoh : tulang tengkorak dari fibrosa menjadi tulang dan
hubungan ini disebut sutura.
b. Sindermosis. Jaringan fibrosa membentuk ligamentum.
Misalnya hubungan anatara fibula dan tibia atau hubungan antara
radius dan ulna.
c. Glomphosis. Sendi ini ada pada gigi. Penghubungnya adalah
tulang rawan/kartilago. Mungkin ada gerakan atau tidak.
Hubungannya disebut sinkondrosis. Terdapat pada tulang iga dan
tulang dada. Juga pada simpisis pubis dan diantara ruas-ruas ada
sendi yang mempunyai celah, terdapat cairan sinovial, cairan ini
berfungsi sebagai pelumas.
Histologi tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh
matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai
osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Sel-sel pada tulang adalah :
Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi
osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan
jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek
yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.
Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang.
Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang
dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.

Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis


tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki
tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel
monosit makrofag.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang
menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit
pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat
dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan
terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan
dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar
tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai
bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan
pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh
substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel
tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
STRUKTUR MAKROSKOPIK
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
Substantia spongiosa (berongga)
Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa
dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya
sebagian besar merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh
tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling
berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.
JENIS JARINGAN TULANG

Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama,


yaitu :
Tulang muda/tulang primer
Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang
primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara
acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.
Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan
kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda
atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan
diganti dengan tulang sekunder
Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai
woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat
kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk
pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada
pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi
pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis.
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain
untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam
mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak
jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang
sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling
menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih
kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat
itu hanya terdapat lamella saja.
Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga
sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari

ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran


lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun
dalam lamellae(lapisan) setebal 3-7m yang sejajar satu sama lain
dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan
Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh
darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar.
Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau
osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae
atau
kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabutserabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu
osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae
di dekatnya arahnya menyilang.
Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi
amorf yang merupakan bahan perekat.
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai
berikut :
Tersusun konsentris membentuk osteon.
Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema
interstitialis.
Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk
lamellae circumferentialis externa.
Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk
lamellae circumferentialis interna.
PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan
pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh
darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabangcabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang
selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam
periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki

potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik


sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.
Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :
pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam
tulang.
terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang
membatasi rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh
rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi
dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari
jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi
osteogenik.
KOMPONEN JARINGAN TULANG
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan
tulang juga terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan
komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh,
seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4
macam sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh
karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh.
Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat
pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal.
Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung
ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut
memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE

dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.


Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada
sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng
mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini
dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit
bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan
dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas,
walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan
saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan
bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit
yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya
tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara
20 m-100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini
ditemukan untuk pertama kali oleh Kllicker dalam tahun 1873
yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O)
dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan
keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang
yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini
secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang
membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran
ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat
mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan
komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian
bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan
dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan
diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan

tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada


proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau
perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga
berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka
panjang.
Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa
keberadaan osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang.
Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas akan
bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat
tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat
bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya
penghancuran jaringan tulang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan
pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan
jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum.
Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk
tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang
tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik
menghasilkan osteoklas.
Sel sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga
berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel
cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses
penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini
dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah
maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada
pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat
pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat
berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih lebih pada permukaan
dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG

Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi


interseluler terdiri dari 70% garam anorganik dan 30% matriks
organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari
substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen
yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang.
Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah
dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen
pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber
tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai
hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki
proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago,
terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic.
Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan
kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber
kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein)
yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi,
osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan
komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan
beberapa protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar
terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal
hydroxyapatite. Kristal kristal tersebut tersusun sepanjang serabut
kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium,
natrium, dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam
matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahanbahan organik khususnya serabut kolagen.
MEKANISME KALSIFIKASI DAN RESORPSI TULANG
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara

pasti, namun disini akan dibahas garis besarnya.


Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme
kalsium dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan diendapkan
semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan dalam
mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah
dan cairan jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium
untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila terjadi
penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut
diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal
tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid
dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang
mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena
kondisi yang agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam
CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih mudah larut,
maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan
kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk
mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast
dan khondrosit hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang
akan melepaskan fosfat dari senyawa organik yang ada di
sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti
pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun
sepanjang serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya,
karena tulang akan dapat tumbuh membesar dengan cara
menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya yang
dibarengi dengan pengikisan tulang dari permukaan dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel
osteoklas, mencakup pembersihan garam mineral dan matriks
organic yang kebanyakan merupakan kolagen. Dalam kaitannya
dengan resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan :
osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang
disusul dengan depolimerisasi molekul-molekul organic,

osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan


glikoprotein sehingga garam mineral yang melekat menjadi bebas,
sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam
membersihkan garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana
setempat yang cukup asam pada permukaan kasarnya. Bagaimana
cara osteoklas membuat suasana asam belum dapat dijelaskan.
Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma
osteoklas yang pernah dibuktikan.
PERTUMBUHAN TULANG
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu
osteogenesis desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya
menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh
tulang, atau jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula
menjadi jaringan tulang. Hasil kedua proses osteogenesis tersebut
adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan mengalami
remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk
tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian,
resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada rasio yang jauh lebih kecil
untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena fungsi dan
untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang
ini diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan
hormone sex.
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis
intramembranosa, karena terjadinya dalam membrane jaringan.
Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang
mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi
lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh
darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-

tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabutserabut kolagen halus yang terpendam dalam substansi dasar yang
sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan
tulang yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh
darah yang berdekatan. Oleh karena di daerah yang akan menjadi
atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka
matriks yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat
perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi
osteoblas yang memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid
kemudian bertambah sehingga berbentuk lempeng-lempeng atau
trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi
molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan
sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul
oleh proses pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari
matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid
sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam
dalam matriks yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan
osteosit. Antara sel-sel tersebut masih terdapat hubungan melalui
tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli.
Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti
kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya. Dengan
berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae
makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan
makin menipis. Pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang
padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang
berongga, jaingan pengikat yang masih ada akan berubah menjadi
sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah. Sementara
itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan
mengalami mitosis untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut

Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran
khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai
pusat penulangan primer. Sel sel khondrosit di daerah pusat
penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks
kartilago akan terdesak mejadi sekat sekat tipis. Dalam
sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini
matriks kartilago siap menerima pengendapan garam garam
kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel
sel kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya.
Kemunduran sel sel tersebut akan berakhir dengan kematian.,
sehingga rongga rongga yang saling berhubungan sebagai sisa
sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan
kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang
disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di
sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga
di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan
tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat
berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa
yang mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga
rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model bentuk
kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan
pipa periosteal.
Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh
pembuluh darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat
dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk
kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago
yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel sel yang
diletakan pada dinding matriks. Sel sel tersebut memiliki potensi
hemopoetik dan osteogenik. Sel sel yang diletakan pada matriks
kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan
mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks
kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk
oleh matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid
akan mengalami pengapuran pula sehingga akhirnya jaringan

osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung


matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat
penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh
pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung ujung
model kerangka kartilago.
PERTUMBUHAN MEMANJANG TULANG PIPA
Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder
di daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa sisa sel khondrosit
diantara epiphysis dan diaphysis. Sel sel tersebut tersusun
bederet deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing
masing deretan sel kartilago dipisahkan oleh matriks tebal
kartilago, sedangkan sel sel kartilago dalam masing masing
deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang
memisahkan epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau
cakram sehingga dinamakan Discus epiphysealis.
Sel sel dalam masing masing deretan tidak sama
penampilannya. Hal ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel
sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan
perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan
sel sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut
menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah daerah
perkembangan.
Daerah daerah perkembangan :
1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan
sel sel gepeng.
2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi
bertambah besar.
3. Zona hypertrophy : sel sel membesar dan bervakuola.
4. Zona kalsifikasi : matriks cartlago mengalami kalsifikasi.
5. Zona degenerasi : sel sel cartlago berdegenerasi diikuti oleh

terbukanya lacuna sehingga terbentuk trabekula.


Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan
trabekula di daerah ke arah diaphysis diletakan sel sel yang akan
berubah menjadi osteoblas yang selanjutnya akan melanjutkan
penulangan.
Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin
menipis, sehingga akhirnya pada orang yang telah berhenti
pertumbuhan memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.
PEMBESARAN DIAMETER TULANG PIPA
Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus
epiphysealis juga mengalami pertambahan diameter dengan cara
pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh periosteum
lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang
dari permukaan dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun
diameter tulang bertambah namun ketebalannya tetap
dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa pengikisan,berat
tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.
PERUBAHAN STRUKTUR JARINGAN TULANG
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk
semacam sistem harvers yang tidak teratur polanya yang
dinamakan sistem Havers primitif. Untuk membentuk sistem
Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers primitif
mengalami perubahan sehingga terjadilah tulang sekunder.
Perubahan dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar
dalam bentuk rongga rongga yang disebabkan erosi tulang oleh
sel-sel osteoklas. Rongga rongga tersebut meluas sehingga
terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh masuknya
pembuluh darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga
rongga tersebut. Apabila rongga sudah cukup besar, erosi akan
berhenti dalm mulailah pembentukn tulang oleh osteoblas yang
diletakan oleh darah pada dinding rongga. Pembentukan tulang
berlangsung sebagai lembaran lembaran yang dimulai dari

dinding rongga yang makin lama makin mengecilkan rongga


sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh
lembaran lembaran tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem
harvers dengan pembuluh darah di tengahnya. Pada perbatasan luar
setiap sistem harvers terdapat substansi perekat yang merupakan
sisa matriks tulang.
Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas,
namun akan terjadi pula erosi lagi yang diikuti pembentukan
sistem harvers baru seperti semula. Proses tersebut terjadi
berulang-ulang sehingga pada potongan melintang tulang pipa
akan dapat dibedakan beberapa struktur :
1. Sistem Havers yang lama
2. Sistem Havers yang sedang dibentuk
3. Ruang-ruang karena erosi
4. Sisa sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.
PERBAIKAN PATAH TULANG
Jika terjadi patah tulang, maka kerusakan akan menyebabkan
perdarahan yang biasanya akan diikuti oleh pembekuan. Kerusakan
juga menyebabkan kerusakan matriks dan sel sel tulang di
dekatgaris patah.
Awal dari proses perbaikan tulang dimulai dengan pembersihan
dari bekuan darah, sisa sisa sel dan matriks yang rusak.
Periosteum dan endosteum disekitar tulang yang patah menanggapi
dengan meningkatnya proliferasi fibroblast sehingga terbentuklah
jaringan seluler disekitar garis patah dan di antara ujung ujung
tulang yang terpisah.
Pembentukan tulang baru berlangsung melalui penulangan
enkhondral dan desmal secara simultan. Untuk penulangan
enkhondral didahului dengan terbentuknya kartilago hialin yang
berasal dari perubahan jaringan granulasi sebagai hasil proliferasi
fibroblast. Celah fragmen tulang sekarang diisi oleh jaringan
kartilago yang merupakan kalus. Jaringan tulang baru mengisi
celah diantara fragmen tulang membentuk kalus tulang dan

menggantikan kalus kartilago. Sel sel osteoprogenitor dari


periosteum dan endosteum akan menjadi osteoblas sehingga di
daerah tersebut terjadi penulangan desmal. Penulangan enkhondral
berlangsung sebagai trabekula dalam jaringan kartilago yang
merupakan jaringan penopang sementara dalam perbaikan patah
tulang. Tekanan pada tulang selama proses penyembuhan
menyebabkan perbaikan bentuk tulang ke bentuk asalnya sehingga
benjolan kalus akhirnya akan lenyap melalui resorpsi.
PERSENDIAN DAN MEMBRANA SYNOVIALIS
Tulang tulang dihubungkan satu ama lain melalui persendian.
Berdasarkan strukturnya terdapat berbagai bentuk sendi yang juga
menentukan keluasan gerakan bagian bagian tulang yang terlibat.
Berdasarkan keluasan gerakannya dibedakan :
1. Synathrosis : gerakan terbatas.
2. Diathrosis : gerakan luas.
Karena luasnya gerakan dari diarthrosis maka diantara ujung
ujung tulang berdekatan terdapat rongga yang dinamakan Cavum
artikularis. Rongga ini berdinding jaringan ikat padat.
Kapsel pada sendi tersebut terdiri atas dua lapisan, yaitu :
1. Lapisan fibrosa (di sebelah luar)
2. Lapisan sinovial (disebelah dalam)
Cairan yang berada di dalam cavum synoviale dihasilkan oleh sel
sel sinovial. Permukaan dalam dari lapisan sinovial biasanya
dibatasi oleh sel sel berbentuk gepeng atau kuboid. Di bawah
lapisan ini terdapat jaringan pengikat longgar atau padat dan
jaringan lemak. Sel sel membran sinovial berasal dari jaringan
mesenkhim yang dipisahkan oleh substansi dasar.

Biokimia tulang
Sel Tulang
Tulang mengandung bahan organic maupun anorganik. Bahan
organik terutama protein. Protein utama pada tulang tercantum
pada tabel 1. Kolagen tipe 1 merupakan protein utama yang
tersusun dari 90-95% bahan organic. Kolagen tipe V juga terdapat
dalam jumlah kecil sebagaimana halnya anggota potein
nonkolagen yang sebagian diantaranya relative spesifik bagi
tulang. Komponen mineral terutama berupa Kristal hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2 bersama dengan natrium, magnesium,
karbonat dan fluoride; kurang lebih 99% kalsium tubuh terdapat
pada tulang. Hidroksiapatit memberikan kekuatan dan kelenturan
tulang yang diperlukan untuk memenuhi peranan fisiologiknya.
Matriks Tulang
Pada matriks tulang terdapat materi anorganik dan materi organik.
Materi anorganik. Komponen komponennya sebagai berikut :
kalsium dan fosfor ( sangat banyak ), bikarbonat, sitrat,
magnesium, kalsium dan natrium. Kalsium dan fosfor diketahui
membentuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi
Ca10(PO4)6(OH)2 pada pengkajian difraksi sinar-X. Selain itu
juga terdapat cukup banyak kalsium fosfat amorf (non-kristal).
Kristal hidroksiapatit terletak sepanjang serat kolagen namun
dikelilingi oleh substansi dasar amorf. Ion ion permukaan Kristal
hidroksiapatit terhidrasi, kemudian lapisan air dan ion- ion
terbentuk disekeliling Kristal3. Lapisan ini adalah hydration shell
yang memudahkan pertukaran ion ion antara Kristal dan cairan
tubuh.
Materi organik yaitu 95 % kolagen tipe 1 dan substansi dasar yang
terdiri dari cairan ekstraselular dan proteoglikan, khususnya
kondroitin sulfat dan asam hialuronat. Terdapat pula beberapa
glikoprotein spesifik, sialoprotein tulang dan osteokalsin.

Osteokalsin mengandung residu asam gamma-karboksiglutamat,


karena itu biasanya bergabung dengan kalsium dan bertanggung
jawab untuk memudahkan pengapuran matriks.
Setiap serat kolagen dari tulang padat terdiri atas segmen periodik
yang berulang setiap 640 angstrom di sepanjang tulang; dimana di
dekat setiap segmen serat ini ada kristal hidroksiapatit, yang terikat
kuat pada segmen tersebut. Ikatan yang erat ini mencegah
terkupasnya tulang. Jadi, ikatan tersebut mencegah Kristal dan
serat kolagen tergelincir dari tempatnya, yang diperlukan untuk
menjaga kekuatan tulang. Selain itu, segmen serat serat kolagen
yang berdekatan itu saling tumpang tindih seperti susunan batu
bata.
Tabel 1. Protein utama yang ditemukan di tulang
Protein Keterangan
Kolagen
Kolagen tipe I
Kolagen tipe V
Kurang lebih 90% dari total protein tulang. Terdiri dari dua rantai
1(I) dan satu rantai 2(I)
Komponen minor.
Protein non kolagen
Protein plasma
Proteoglikan
CS-PG I (biglikan)
CS-PG II (dekorin)
CS-PG III
Protein tulang SPRAC (ostenektin)
Osteokalsin (protein GIa tulang)
Osteopontin
Sialoprotein tulang
Protein morfogenetik tulang (BMPs)
Campuran berbagai protein plasma

Mengandung dua rantai GAG, ditemukan di jaringan lain


Mengandung satu rantai GAG, ditemukan di jaringan lain
Spesifik tulang
Tidak spesifik pada tulang
Mengandung residu -karboksiglutamat yang berikatan pada
hidroksiapatit. Spesifik tulang.
Bukan khusus tulang. Terglikosilasi dan terfosforilasi .
Spesifik tulang. Sangat terglikosilasi dan tersulfasi pada protein
Suatu famili (delapan atau lebih) protein yang disekresikan dengan
pelbagai kerjanya pada tulang; banyak di antaranya yang
menginduksi pertumbuhan ektopik tulang
Tipe sel utama yang terlibat dalam resorpsi dan deposisi tulang
adalah sel osteoklas dan osteoblas. Osteoklas berkaitan dengan
resorpsi dan osteoblas berkaitan dengan deposisi.
Osteoblas
Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organic dari matriks
tulang ( kolagen tipe 1, proteoglikan dan glikoprotein ). Terutama
terletak pada permukaan jaringan tulang. Osteoblas mengendalikan
mineralisasi dengan mengatur pelintasan ion kalsium dan fosfat
melintasi membrane permukaannya. Osteoblas mengandung enzim
alkali fosfatase yang digunakan untuk menghasilkan ion fosfat dari
senyawa fosfat organic. Alkali fosfatase berkontribusi pada
mineralisasi tetapi keberadaannya sendiri tidak cukup untuk itu.
Vesikel kecil (vesikel matriks) yang mengandung kalsium dan
fosfat telah dikemukakan pada tapak mineralisasi, tapi perannya
masih belum jelas. Kolagen tipe 1 diperlukan, dengan mineralisasi
yang pertama-tama terlihat di celah antarmolekul yang beturutan.
Sumber: http://www.rndsystems.com/dam_public/5939.jpg
Gambar 1. Banyak faktor turut terlibat dalam pengaturan
metabolisme tulang, dan sebagian di antaranya menstimulasi atau
menghambat osteoblas sementara sebagian lainnya menstimulasi
atau menghambat osteoklas.
Osteoklas
Osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik

lain yang menyerang matriks tulang dan membebaskan substansi


dasar yang mengapur dan secara aktif terlibat dalam pembersihan
debris yang terjadi selama resorpsi tulang. ATPase yang
mentranslokasikan proton mengelurakan proton dan melintasi tepi
berkerut ke dalam daerah resorpsi yang merupakan lingkungan
mikro dengan pH rendah seperti terlihat pada gambar 2. Protease
asam lisosom akan dilepaskan dan mencernakan protein matriks
yang kini terjangkau.
Sumber: http://www.biologyonline.org/js/tiny_mce/plugins/imagemanager/files/boa002/ANnothingF03.jpg
Gambar 2. Ilustrasi skematik beberapa aspek peranan osteoklas
pada resorpsi tulang. Enzim lisosomal dan ion hydrogen
dilepaskan ke dalam lingkungan mikro yang terbatas, yang
dibentuk oleh perlekatan antara matriks tulang dan zona bebas
perifer pada osteoklas. Asidifikasi pada ruang yang tebatas akan
memfasilitasi disolusi kalsium fosfat tulang dan merupakan pH
optimal untuk aktivitas hidrolase lisosomal. Matriks tulang
kemudian dipindahkan, dan produk resorpsi tulang diangkut ke
sitoplasma osteoklas, kemungkinan akan dicernakan lebih lanjut,
dan diangkut ke kapiler. Persamaan kimia yang diperlihatkan
dalam gambar mengacu pada kerja enzim karbonik anhidrase II,
yang dijelaskan dalam teks.
Table 2. faktor-faktor yang mempengaruhi osteoblas dan osteoklas
Merangsang osteoblas PTH
1,25-Dihidroksikolekalsiferol
T3,T4
hGH, IGF-1
PGE2
TGF
Menghambat osteoblas Kortikosteroid
Merangsang osteoklas PTH
1,25-Dihidroksikolekalsiferol
IL-1,IL-6

TNF
TGF
Menghambat osteoklas Kalsitonin
Estrogen(dengan menghambat IL-6)
TGF
IFN
PGE2
Persendian
Rawan Sendi
Komposisi bagian rawan sendi adalah 80% air, 50% dari sisa
komposisi matriks rawan sendi adalah kolagen. Jenis terbanyak
adalah kolagen tipe II. Kolagen lainnya dalam jumlah kecil dan
berada di dalam matriks rawan sendi adalah kolagen tipe IV, V, IX,
dan X. Kolagen tipe IX berfungsi sebagai jangkar terhadap
molekul proteoglikan (agrekan). Selanjutnya terdapat fibronektin,
ankhorin, khondronektin yang membantu mempertahankan
integritas dan struktur rawan sendi. Selanjutnya sisa konstituen
organik terbanyak adalah proteoglikan. Makromolekul ini memiliki
panjang sekitar 180-210 nm dan kepadanya melekat tiga jenis
glikosaminoglikan, yaitu khondroitin-6-sulfat, khondroitin-4-sulfat
(5%) dan keratan sulfat (5%). Inti agrekan adalah asam hialuronat
(1% dari total glikosaminoglikan).
Melalui ikatan protein dengan berat molekul rendah terjadi proses
agregasi dengan rantai kolagen tipe II. Konstituen inorganik (56%) terbanyak adalah kalsium. Lemak dijumpai kurang dari 1%
berat kering. Berbagai enzim, sitokin dan faktor pertumbuhan
berperan dalam metabolisme rawan sendi. Khondrosit akan
mensisntesis proteoglikan dan kolagen. Turn over kolagen lebih
stabil dibandingkan proteoglikan. Degradasi rawan sendi
diakibatkan oleh berbagai enzim metaloprotease matriks dan
diperantarai pula oleh kerja sitokin ) baik TNF-a terutama
interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor yang dikeluarkan
oleh sinoviosit, makrofag, atau khondrosit dan fibroblas.
Aktivasi enzim lisis, yang dibentuk dalam keadaan tidak aktif,

akan berinteraksi dengan sistim aktivator plasminogen-plasmin


dalam suatu kaskade degradatif. Kontrol mekanisme ini diperankan
oleh berbagai inhibitor seperti tissue inhibitor of metalloproteases
(TIMP) dan plasminogen activator inhibitor (PAI). Sintesis dan
degradasi matriks rawan sendi dipengaruhi banyak faktor, yaitu:
faktor humoral seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1),
kortisol, obat anti inflamasi non-steroidal, faktor mekanik terhadap
rawan sendi, efek magnetik atau elektrikal.
Membran dan cairan sinovium
Membran sinovium adalah jaringan ikat vaskular dan melapisi sisi
dalam dari kapsul sendi namun tidak menutupi rawan sendi.
Banyaknya pembuluh darah dilapisan subsinovium berperan dalam
proses transfer dan transpor konstituen darah ke ruang sinovium
dan pembentukan cairan sinovium. Sel sinovium akan mensintesis
asam hialuronat sebagai zat tambahan plasma dalam membentuk
cairan sendi. Cairan sinovium berwarna kuning pucat, jernih dan
kental. Biasanya jumlah cairan ini sedikit berkisar antara 1-4 ml
dan lebih sedikit lagi pada sendi-sendi kecil.
Ligamentum dan kapsul sendi
Komponen ini berperan dalam stabilisasi sendi. Ligamentum dapat
mencegah proses luksasio atau dislokasi serta menjadi pembatas
gerak atau penuntun pergerakan sendi. Otot memiliki peran besar
dalam stabilisasi sendi proksimal seperti bahu dan koksa.
Sedangkan pada sendi kecil, selain otot, maka peran perlekatan
antara ligamentum dan tulang sangat penting.
Pada dasarnya komposisi ligamentum dan kapsul sendi adalah
identik baik secara histologik, komposisi kimiawi dan susunan
jaringannya. Secara umum strukturnya merupakan gelendong
kolagen (bersama-sama elastin merupakan protein terbanyak yaitu
90%) dan diantaranya dapat dijumpai fibrosit. Sebagian besar
serabut kolagen 2) Pada beberapa sendi, ligamentum ini
akana1,1aadalah tipe I (2 menyatu dengan kapsul sendi dan pada
sendi lainnya terpisah secara total. Pembuluh darah dan saraf dapat
itemukan disela-sela serabut kolagen. Air adalah komponen utama
(70%) dari kapsul sendi dan ligamentum. Disusul oleh kolagen dan

elastin serta proteoglikan. Perlekatan kapsul sendi dan ligamentum


ke tulang terutama pada stroma fibrokartilaginosa diperankan oleh
kolagen yang akan mengalami kalsifikasi begitu mendekati tulang
dan selanjutnya menembus jaringan tulang kortikal.
Meniskus
Meniskus, lempeng firbokartilago, dijumpai pada sendi tertentu
seperti sendi lutut, sternoklavikular, radioulnar distal, dan
akromioklavikular. Kandungannya sebagian besar (70-78%) adalah
air, bahan inorganik sekitar 3% dan bahan organik terbanyak
berupa kolagen tipe I 2) yaitu antara 60-90%. Selanjutnya dalam
jumlah kecil dapata1,1a(2 dijumpai elastin (<1%), proteoglikan
(<10%). Berbeda dengan rawan sendi, maka meniskus dapat
melakukan perbaikan apabila mengalami kerusakan.
Diketahui bahwa sendi yang memiliki meniskus biasanya jenis
sendi yang tidak hanya megalami tekanan sumbu namun juga
rotasi. Oleh karenanya ujung tulang akan dibentuk membulat.
Meniskus diperlukan untuk menutupi celah yang dibentuk antar
dua tulang dimana umumnya ujung tulang yang membulat yang
mengalami kontak satu sama lain pada sendi tersebut terjadi pada
area yang kecil di tengah-tengah. Dengan kata lain meniskus
memperluas area kontak antar dua ujung tulang yang membentuk
sendi. Selain menahan beban tekanan , meniskus juga bertindak
sebagai peredam kejut.
Lubrikasi sendi
Peran lubrikasi pada sendi memungkinkan gesekan yang sangat
minim dengan tahanan gesek sebesar 0.002. Terdapat dua sistim
lubrikasi yaitu sistim hidrostatik yang berperan pada tekanan besar
dan boundary system yang berperan pada tekanan rendah. Pada
teori sistim hidrostatik, asam hialuronat memiliki peran utama.
Substansi ini memiliki karakteristik thixotropic yaitu akan semakin
mengental apabila flow nya semakin lambat. Pada boundary
system, maka lubricating glycoprotein lain yang berperan. Pada
tekanan tertentu air akan dirembeskan keluar masuk ke dalam
ruang sendi dan akan kembali setelah tekanan tersebut hilang.
Proses ini mirip dengan efek spons dalam menyerap air.

Diskus intervertebralis
Pada sisi anterior terlihat lebih tebal kurang lebih 20 sedangkan sisi
posterior lebih tipis. Sebagian besar, 65-70%, adalah air dan
kolagen diperkirakan sekitar 50-55% dari berat kering. Disamping
itu terdapat pula proteoglikan, khondroitin sulfat, keratan sulfat.
Glikoprotein ditemukan dalam jumlah kecil.
Nukleus pulposus biasanya terletak lebih ke posterior dan tersusun
atas struktur cairan yang kental dimana di dalamnya berjalan
serabut-serabut kecil membentuk pita-pita dengan konfigurasi
membentuk sudut oblique pada sisi atas dan bawah berhadapan
dengan lempeng rawan sendi. Sebagian besar, 88%, adalah air
dimana kadarnya akan jauh berkurang pada usia lanjut (65%).
Serabut kolagen tidak terlalu banyak yaitu 20-30%, dan sebagian
besar adalah proteoglikan. Umumnya khondroitin-6-sulfat berkisar
40%, keratan sulfat 50%, asam hialuronat <2%. Integritas
strukturnya dipertahankan oleh sejumlah kecil glikoprotein.
Lempeng rawan sendi hampir sama pada sendi diartodial, namun
tidak memiliki collagenous skin.
Diskus berfungsi sebagai penahan beban tekanan (weight bearing)
terutama kompresi aksial. Hal ini dimungkinkan oleh adanya
struktur yang banyak mengandung air dari nukleus pulposus yang
mampu memodifikasi tekanan dengan cara barelling yaitu
mengurangi tinggi dan meningkatkan lebarnya. Fungsi ini juga
diperankan oleh anulus fibrosus, sehingga secara keseluruhan
diskus berperan sebagai peredam kejut.

Anda mungkin juga menyukai