Anda di halaman 1dari 7

KESEPAKATAN BERSAMA

ANTARA
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Nomor
No. Pol.

: 10 /KB/Dep. KP/2003
: B/ 4042 /VIII/2003

TENTANG
PENEGAKAN HUKUM DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Satu bulan Agustus tahun Dua Ribu Tiga,
yang bertanda tangan di bawah ini:
1.

Prof. DR. Ir. ROKHMIN DAHURI, MS., selaku MENTERI KELAUTAN


DAN PERIKANAN, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN (DKP) berkedudukan di
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat, selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA;

2.

JENDERAL POLISI Drs. DAI BACHTIAR, S.H., selaku KEPALA


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
(POLRI), berkedudukan di Jl. Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta
Selatan, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA;

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut


PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a.

bahwa wilayah perairan Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya alam
yang sangat besar sehingga perlu dikelola secara optimal, berkelanjutan, dan
bertanggung jawab;

b.

bahwa agar pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan
dapat berdaya guna dan berhasil guna, perlu pengawasan dan pengendalian;

c.

bahwa PIHAK PERTAMA adalah instansi yang bertanggung jawab dalam


pengelolaan kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengawasan
sumber daya kelautan dan perikanan, peningkatan kapasitas kelembagaan dan
pemasaran, pemberdayaan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta riset kelautan dan
perikanan;

2
d.

bahwa PIHAK KEDUA adalah instansi yang bertanggung jawab dalam


memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum dan
memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat serta
melindungi kepentingan nasional.

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:


1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran


Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

2.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara


Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

3.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);

4.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4168);

5.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001 tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 45 Tahun 2002;

6.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2002 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kepolisan Negara Republik Indonesia.

Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerjasama


dalam rangka penegakan hukum di bidang kelautan dan perikanan, melalui
Kesepakatan Bersama, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut:

BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
(1)

Maksud Kesepakatan Bersama ini adalah sebagai pedoman bagi aparat


Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (POLRI) dalam rangka penegakan hukum terhadap tindak pidana
yang terkait dengan bidang kelautan dan perikanan.

(2)

Tujuan Kesepakatan Bersama ini adalah :


a.

meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam rangka pelaksanaan


penegakan hukum terhadap tindak pidana yang terkait dengan bidang
kelautan dan perikanan di wilayah perairan Indonesia.

3
b.

memberikan pengamanan dan perlindungan terhadap masyarakat pesisir,


nelayan, dan masyarakat maritim serta pengguna jasa laut sehingga
merasa aman dan nyaman dalam melaksanakan aktivitasnya.

c.

mengamankan seluruh kebijakan Pemerintah Republik Indonesia di bidang


kelautan dan perikanan.

d.

meningkatkan pengetahuan teknis aparat penegak hukum kedua instansi


di bidang kelautan dan perikanan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2

Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi:


(1)

(2)

Bidang Pembinaan:
a.

peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia pada jajaran DKP dan


POLRI dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan;

b.

peningkatan sarana, prasarana, dan sistem pengawasan di bidang Kelautan


dan Perikanan;

c.

peningkatan sistem pengamanan di lingkungan DKP.

Bidang Operasional:
a.

pelaksanaan sistem jaringan informasi dan komunikasi dalam rangka


penegakan hukum;

b.

pelaksanaan sistem pengawasan di bidang kelautan dan perikanan;

c.

pelaksanaan penegakan hukum di bidang kelautan dan perikanan;

d.

koordinasi dalam penyelesaian kasus pelanggaran ketentuan-ketentuan di


bidang kelautan dan perikanan.

BAB III
PELAKSANAAN
Pasal 3
Bidang Pembinaan

(1)

Dalam rangka mendalami pengetahuan dan pemahaman di bidang kelautan dan


perikanan, PIHAK PERTAMA mengikutsertakan peserta dari PIHAK KEDUA
dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan, temu wicara, seminar, maupun
kegiatan ilmiah lainnya yang diselenggarakan oleh DKP.

4
(2)

PIHAK PERTAMA menyiapkan tenaga yang memiliki keahlian dan pengalaman


luas di bidang kelautan dan perikanan, sebagai pengajar dalam kegiatan
pendidikan, pelatihan, temu wicara maupun kegiatan ilmiah lainnya yang
diselenggarakan oleh POLRI.
Pasal 4

(1)

PIHAK KEDUA menyiapkan tenaga sebagai pengajar atau pembicara dalam


kegiatan pendidikan, pelatihan, temu wicara, maupun kegiatan ilmiah lainnya
yang diselenggarakan oleh DKP.

(2)

Dalam rangka mendorong dan mengembangkan sistem pengamanan di


lingkungan DKP, PIHAK KEDUA menyiapkan tenaga pelatih profesional guna
melakukan pembinaan dan pelatihan satuan pengamanan yang dimiliki jajaran
DKP.

(3)

PIHAK KEDUA membantu piranti lunak dan piranti keras untuk meningkatkan
sarana dan prasarana dalam rangka pelaksanaan sistem pengawasan.

(4)

Dalam rangka peningkatan kemampuan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di


bidang kelautan dan perikanan PARA PIHAK dapat menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan.
Pasal 5
Bidang Operasional

PARA PIHAK akan mendahulukan tindakan preventif dan persuasif dalam rangka
menangani kasus-kasus yang merugikan atau mengganggu pelaksanaan tugas di
bidang kelautan dan perikanan, sepanjang permasalahan tersebut tidak atau belum
dikategorikan sebagai tindak pidana.
Pasal 6
(1)

PARA PIHAK saling memberitahukan mengenai informasi adanya perbuatan


atau rencana perbuatan dari pihak tertentu yang merugikan dan/atau
mengganggu pelaksanaan tugas di bidang kelautan dan perikanan.

(2)

Informasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat pula disampaikan oleh
jajaran DKP kepada jajaran POLRI setempat di mana terjadinya tindakan yang
merugikan atau mengganggu pelaksanaan tugas di bidang kelautan dan
perikanan.

Pasal 7
(1)

PIHAK KEDUA segera melakukan koordinasi dengan PIHAK PERTAMA dan


segera mengambil tindakan-tindakan kepolisian, apabila memperoleh informasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

5
(2)

PIHAK KEDUA akan mengambil tindakan hukum terhadap pihak-pihak tertentu


yang melakukan tindak pidana dan/atau mengganggu pelaksanaan tugas di
bidang kelautan dan perikanan.

(3)

PIHAK PERTAMA wajib membantu PIHAK KEDUA dalam


melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2).

rangka

Pasal 8
(1)

Apabila terjadi tindak pidana di bidang kelautan dan perikanan di mana Penyidik
POLRI memerlukan penyitaan barang-barang bukti berupa dokumen kelautan
dan perikanan, jika diperlukan dapat meminta bantuan DKP.

(2)

Apabila di dalam suatu tindak pidana bidang kelautan dan perikanan diperlukan
kesaksian dari pejabat DKP atau Dinas Kelautan dan Perikanan, maka
pemanggilan sebagai saksi disampaikan kepada yang bersangkutan:
a. di tingkat Pusat melalui Menteri Kelautan dan Perikanan;
b. di tingkat Daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi, Kabupaten/
Kota yang bersangkutan.
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Pejabat-pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat menunjuk staf


yang membidangi permasalahannya atau apabila diperlukan dapat memberikan
keterangan secara tertulis.
Pasal 9

(1)

Pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini akan diatur lebih lanjut dalam suatu
Perjanjian Pelaksanaan yang mengatur ruang lingkup kegiatan yang akan
dilaksanakan, mekanisme kerja, hak dan kewajiban PARA PIHAK serta hal-hal
lain yang dianggap perlu.

(2)

Untuk melaksanakan Perjanjian Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1), PARA PIHAK akan menunjuk wakilnya sesuai dengan kebutuhan, tugas
dan fungsi dari PARA PIHAK baik di Pusat maupun di Daerah.

(3)

Perjanjian Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setelah ditandatanganinya Kesepakatan Bersama ini.

(4)

Kegiatan-kegiatan dalam Kesepakatan Bersama ini dilaksanakan baik di Pusat


maupun di Daerah.

6
(5)

Setiap Perjanjian Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan


suatu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dari Kesepakatan Bersama ini.

BAB IV
DUKUNGAN PELAKSANAAN
Pasal 10
(1)

Dukungan pelaksanaan dapat berupa bantuan personel, sarana, prasarana,


fasilitas, dan biaya.

(2)

Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibebankan kepada PARA


PIHAK secara proporsional yang akan diatur lebih lanjut dalam Perjanjian
Pelaksanaan.

BAB V
TANGGUNG JAWAB
Pasal 11
PARA PIHAK sepakat untuk bertanggung jawab sepenuhnya guna melaksanakan halhal yang berkaitan dengan pencapaian tujuan Kesepakatan Bersama ini sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 12
Perubahan
(1)

Kesepakatan Bersama ini dapat diubah berdasarkan persetujuan PARA PIHAK.

(2)

Perubahan dan/atau penambahan terhadap hal-hal yang belum diatur dalam


Kesepakatan Bersama ini, akan diatur dalam bentuk addendum dan/atau
amandemen sesuai dengan kesepakatan PARA PIHAK, dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Kesepakatan Bersama ini.

Pasal 13
Penyelesaian Perselisihan
Apabila terjadi perbedaan dalam penafsiran dan/atau pelaksanaan Kesepakatan
Bersama ini akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat oleh PARA PIHAK.

Pasal 14
Masa Berlaku
(1)

Kesepakatan Bersama ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung
sejak tanggal ditandatanganinya Kesepakatan Bersama ini dan dapat
diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan evaluasi setiap tahun sesuai
dengan kesepakatan PARA PIHAK.

(2)

Apabila dipandang perlu, kerjasama ini dapat diperpanjang atas persetujuan


PARA PIHAK dengan melakukan koordinasi atas rancangan perpanjangan
Kesepakatan Bersama ini selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya Kesepakatan Bersama ini.

(3)

Kesepakatan Bersama ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dengan ketentuan pihak yang mengakhiri Kesepakatan
Bersama wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada pihak
lainnya, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum keinginan diakhirinya
Kesepakatan Bersama ini.
BAB VII
PENUTUP
Pasal 15

Kesepakatan Bersama ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan
tahun sebagaimana disebutkan pada awal Kesepakatan Bersama ini, dalam rangkap 2
(dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang
sama setelah ditandatangani PARA PIHAK.
Demikian Kesepakatan Bersama ini dibuat dengan semangat kerjasama yang baik,
untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK.

PIHAK KEDUA,
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

PIHAK PERTAMA,
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

Ttd.

Drs. DAI BACHTIAR, S.H.


JENDERAL POLISI

Prof. DR. Ir. ROKHMIN DAHURI, MS.

Anda mungkin juga menyukai