PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama
adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum
agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara
lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan
isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang
berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi
maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang
sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya
selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang
usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
B.
1.
2.
3.
4.
RUMUSAN MASALAH
Apa perubahan yang dapat terjadi pada lansia ?
Apa saja masalah gizi pada lansia ?
Bagaimana keadaan gizi lansia ?
Bagaimana cara pemantauan status gizi pada lansia ?
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat
kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada
saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses
degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul
adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai
dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahanperubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik
yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b.
Alat Indera
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak
langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami
atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun.
Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau
nyeri pada lidah.
c.
Saluran Cerna/Digestif
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul
adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan
rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi
gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hemiron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
d.
Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun.
Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.
e.
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein
dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.
f.
Fungsi Jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82
% untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat
otak.
Gizi Berlebih
Gizi berlebih pada Lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.
Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada
Lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit
jantung, kencing manis dan darah tinggi.
2.
Gizi Berkurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat
badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan
terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.
Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun,
kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
4.
Obat.
Banyak Lansia gemar membeli dan mengkonsumsi obat bebas di samping obat yang
diresepkan dokter sehingga menimbulkan bahaya keracunan karena kelebihan dosis. Efek
samping obat serta pengaruh interaksi obat secara langsung dapat mempengaruhi nafsu makan.
Efek samping tersebut misalnya mual, diare, kelemahan dan mengantuk. Aspirin, misalnya,
mengakibatkan iritasi lambung dan memperberat anemia yang ada.
Kemiskinan.
Lebih dari seperempat juta Lansia Amerika berada di bawah (atau tepat berada diatas)
garis kemiskinan. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 71,2% Lansia (diatas 60 tahun)
tergolong berkualitas rendah, dalam artian tidak pernah bersekolah, dan ini menyiratkan status
kemiskinan mereka.
Tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masih menurut penelitian Boedhi
Darmojo dkk, 90 95% responden (1.203 orang diatas 60) Lansia Indonesia masih mampu
melakukan kegiatan harian, seperti makan, minum, mandi, buang air, berpakaian, bangun tidur,
dan sebagainya. Sementara 75 80 % responden dapat berbelanja, menyiapkan makanan,
berpergian, dan mengatur keuangan sendiri. Selain itu 14,6 % masih tetap bekerja mencari
nafkah.
Sekitar 30 % Lansia yang berusia diatas 65 tahun yang tidak tinggal di panti, terjatuh
sendiri. Angka ini meningkat menjadi 50% jika usia Lansia tersebut telah melebihi 85 tahun.
Sekitar 10% kejatuhan ini mengakibatkan kondisi yang serius, diantaranya 5% patah tulang dan
5% trauma jaringan lunak. Wanita lebih sering jatuh (46%) ketimbang pria (30%). Kasus yang
lazim terjadi pada Lansia ialah :
1)
Nyeri tulang,
2)
Osteoporosis,
3)
4)
Hipotensi postural.
Nyeri tulang
Terutama persendian, terjadi antara lain karena penipisan diskus intervertebralis serta
korpusnya.
kalsium menurun.
Kehilangan kalsium berlangsung secara bertahap 50 mg/hari selama 20 tahun sebelum tanda
dan gejala klinis muncul.
b)
c)
Ketidakaktifan fisik. Kerentaan kedua jenis kelamin pada wanita, dengan rasio sekitar
4 : 1 Tulang yang paling banyak terkena adalah tulang belakang, pergelangan tangan (lelaki) dan
paha (wanita). Trauma yang ringan saja berkemungkinan besar mematahkan tulang.
Faktor yang melatarbelakangi osteoporosis bisa dilacak sampai pada usia pertumbuhan.
Konsumsi susu dalam jumlah yang adekuat pada usia tersebut menurunkan resiko terjadinya
osteoporosis karena tulang sangat responsif terhadappenumpukan mineral pada usia dini. Sekali
osteoporosis terjadi, tidak bisa lagi diobati sekalipun dengan kalsium dosis tinggi.
Sharon dkk. (1993), melalui penelitian terhadap 581 orang wanita kulit putih pasca
menopause yang berusia rata-rata 70,6 tahun yang mengkonsumsi susu secara teratur mulai usia
20 50 tahun, berhasil membuktikan manfaat konsumsi susu. Ada keterkaitan antara konsumsi
susu dengan deposit kalsium (dilihat dengan sinar x pada tulang belakang, paha, dan pergelangan
tangan). Diet yang kaya akan kalsium di usia dewasa ternyata berperan pada tingginya kepadatan
tulang dan/atau menekan kehilangan massa tulang sampai tingkat minimal. Namun demikian,
penelitian lain membuktikan bahwa konsumsi kalsium (bersama dengan fluor) sepanjang usia
tidak terbukti dapat mencegah osteoporosis.
Faktor risiko osteoporosis
1)
2)
3)
4)
Operasi ovarium
5)
6)
7)
8)
9)
Pecandu kopi dan rokok (lebih dari 3 cangkir kopi, teh atau minuman kola sehari)
11) Pengguna obat tertentu secara berlebihan (kortison, prednisone, anti kejang, antasida
yang mengandung alumunium).
Anemia Defisiensi
Disebakan oleh berkurangnya sekresi HCl lambung dan menurunnya pembentukan sel
darah merah (defisiensi yang lazim terjadi di Amerika Serikat adalah kalsium, zat besi, vitamin
A, vitamin B komplek, vitamin C, tiamin, asam folat, niasin, riboflavin dan B12, serta vitamin D
akibat kurang terpajang sinar matahari).
Hipotensi postural.
Kondisi ini dimungkinkan oleh pengerasan baroreseptor pada pembuluh darah besar.
Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ seperti
rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik
adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada
berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran
tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi,
digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti baku WHO,
NCHC, Havard, dan sebagainya.
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan
nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang
akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat
bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam
penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995).
Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu
0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun yang
paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi
statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan
sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat
osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
a.
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari
0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat
badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme
seluruh sel dan kegiatan otot berkurang
2.
Protein
Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai tanggapan
atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan
3.
Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 60% dari kalori total
4.
Lemak
Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5.
Serat
Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit
Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran
cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6.
Vitamin
Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat
Menurut Mubarok ( 2009 ), tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia antara lain
sebagai berikut :
1. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda atau mencegah
kemunduran fungsi organ
2. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia
3. Membiasakan makanan yang cukup dan teratur
4. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk, seperti mengomsumsi makanan yang
berkolesterol, meminum minuman keras, dan lain-lain.
5. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung koroner, ginjal, atherosklerosis, dan lain-lain.
6. Melalui penelitian epidemiologi menjelaskan faktor resiko penyakit karena komsumsi
bahan makanan tertentu seperti penyakit sendi dan tulang akibat asam urat, penyakit jantung,
koroner karena kolesterol dan lemak jenuh, diabetes meli Tus akibat obesitas karena komsumsi
hidrat arang.
I.
Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka
cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.
Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut
usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula
hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan
tekanan darah.
Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan
makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena
depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia,
seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko
menimbulkan kurang gizi.
Nutrisi
1 gls nasi/ pengganti
Pagi
sayuran
(Cah
1 btr telur
Meningkatkan Sistem
100 gr sayuran
Snack/buah (Nagasari)
Snack/buah
1 gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
(Pepes Ikan)
25
gr
tempe/kacangkacangan (Tempe bb Tomat)
Siang
Pukul 17.00
Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
Malam
dan
50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
Snack/ buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain
(Dickinson A, 2002) :
1.
Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
2.
Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause
mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pascapembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans
ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi
sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan
neutrofil.
4.
Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat
menurunkan sel helper, produksi cytokine.
5.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
6.
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe,
Cu, asam folat, dan Se.
7.
Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga
meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit
T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
8.
Lycopene.
Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons
mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake
asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
10.
Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang
melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan.
Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi
oleh vitamin E (Murray F, 1991).
11. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan
infeksi virus, contohnya virus influenzae.
12. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran termasuk
paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti:
leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta
karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan
E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung
oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang
diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
13. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun.
Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih.
Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang
penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat
memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi
protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid
sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya
pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :
MENU
PORSI
Pagi
Roti-telur-susu
1 tangkep 1 gelas
Selingan
Papais
2 bungkus
Siang
Nasi
1 piring
Semur
1 potong
Pepes tahu
1 bungkus
Sayur bayam
1 mangkok
Pisang
1 buah
Selingan
Kolak pisang
1 mangkok
Malam
Mie baso
1 mangkok
Pepaya
1 buah
J.
Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri
3.
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja
ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering,
makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
6.
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1.
Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda
karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2.
Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
3.
Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat
adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
4.
5.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur,
ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari
total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6.
Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50
gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,
kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7.
nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8.
9.
10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk
usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta bijibijian seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi
kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam
kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil
dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik
proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
DAFTAR PUSTAKA