Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama
adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum
agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara
lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan
isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang
berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi
maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang
sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya
selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang
usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam
keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

B.
1.
2.
3.
4.

RUMUSAN MASALAH
Apa perubahan yang dapat terjadi pada lansia ?
Apa saja masalah gizi pada lansia ?
Bagaimana keadaan gizi lansia ?
Bagaimana cara pemantauan status gizi pada lansia ?

5. Apa pedoman umum gizi seimbang untuk lansia ?


6. Apa saja kebutuhan gizi pada lansia ?
7. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia ?
8. Apa tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia ?
9. Bagimana sajian lengkap gizi bagi lansia ?
10. Apa saja menu sehat bagi lansia ?
11. Bagaimana dan apa saja langkah langkah hidup sehat untuk lansia ?
C. TUJUAN
1. Mampu mengetahui perubahan yang dapat terjadi pada lansia.
2. Mampu memahami masalah gizi pada lansia
3. Mampu mengetahui keadaan gizi lansia
4. Mampu melaksanakan pemantauan status gizi pada lansia
5. Mampu memahami pedoman umum gizi seimbang untuk lansia
6. Mampu mengkaji kebutuhan gizi pada lansia
7. Mampu mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi gizi pada lansia
8. Mampu mencapai tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia
9. Mampu memberikan sajian lengkap gizi bagi lansia
10. Mampu mengetahui menu sehat bagi lansia
11. Mempu memahami langkah langkah hidup sehat untuk lansia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia


Definisi lansia
Manusia lanjut usia mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin
(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 74 tahun) dan older elderly (75
tahun)
Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia
75 84 tahun dan 85 tahun
Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika
telah berumur di atas 60 tahun
Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun
gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat
adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat
diperbaiki

a.

Perubahan Anatomi dan Fisiologi

Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat
kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada
saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma atau proses
degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel (anabolisma). Akibat yang timbul
adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi
organ(Whitney, Catalgo, Rolfes, 1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai
dengan kehilangan secara progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahanperubahan di semua system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik
yang berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b.

Alat Indera

Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak
langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami
atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia 74-85 tahun.
Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin. Selain itu muncul glossodyna atau
nyeri pada lidah.
c.

Saluran Cerna/Digestif

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat yang muncul
adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan makin memberikan
rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi ludah juga menurun hingga terjadi
gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hemiron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi
lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
d.

Metabolisma

Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun.
Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.
e.

Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein
dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.
f.

Fungsi Jaringan

Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82
% untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat
otak.

B. Masalah Gizi Pada Lansia


Gizi ( nutrisi ) adalah diet berimbang dengan memasukkan unsur makanan empat sehat.
Lansia memerlukan nutrisi yang baik, bahan bergizi seperti protein, mineral, kalsium, dan
vitamin harus tersedia dalam jumlahyang cukup, kebutuhan gizi lansia hampir sama dengan
kebutuhan gizi dari generasi yang lebih muda. Gizi yang paling penting dibutuhkan dalam waktu
singkat oleh makhluk hidup adalah air, tanpa asupan cairan yang adekuat semua perawatan
nutrisi akan sia-sia. Dalam kondisi normal, lansia membutuhkan asupan cairan sekitar 1.500 ml
setiap hari ( mubarok, 2009 ).
Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata sering kali
menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapatkan perhatian ialah gizi berlebihan, gizi kurang,
dan kekurangan vitamin ( nugroho, 2008 ).

C. Keadaan Gizi Lansia


1.

Gizi Berlebih
Gizi berlebih pada Lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar.

Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada
Lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu
sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit
jantung, kencing manis dan darah tinggi.

2.

Gizi Berkurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena

gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat

badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan
terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

3.

Kekurangan Vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan

kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun,
kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

4.

Masalah Lansia yang Terkait dengan Gizi


Penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes dan hipertensi. Pola penyakit orang di

atas usia 55 tahun adalah sebagai berikut :

Problem like depression, kehilangan daya ingat, dan arthritis.

Keadaan yang mengubah nafsu makan.

Kesehatan mulut buruk.

Penyakit gigi dan gusi, susah menelan dan mulut kering.

Obat.

Banyak Lansia gemar membeli dan mengkonsumsi obat bebas di samping obat yang
diresepkan dokter sehingga menimbulkan bahaya keracunan karena kelebihan dosis. Efek
samping obat serta pengaruh interaksi obat secara langsung dapat mempengaruhi nafsu makan.
Efek samping tersebut misalnya mual, diare, kelemahan dan mengantuk. Aspirin, misalnya,
mengakibatkan iritasi lambung dan memperberat anemia yang ada.

Kemiskinan.

Lebih dari seperempat juta Lansia Amerika berada di bawah (atau tepat berada diatas)
garis kemiskinan. Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 71,2% Lansia (diatas 60 tahun)
tergolong berkualitas rendah, dalam artian tidak pernah bersekolah, dan ini menyiratkan status
kemiskinan mereka.

Masalah fisik dan mobilitas

Tidak bisa berjalan atau melakukan sesuatu sendiri. Masih menurut penelitian Boedhi
Darmojo dkk, 90 95% responden (1.203 orang diatas 60) Lansia Indonesia masih mampu
melakukan kegiatan harian, seperti makan, minum, mandi, buang air, berpakaian, bangun tidur,
dan sebagainya. Sementara 75 80 % responden dapat berbelanja, menyiapkan makanan,
berpergian, dan mengatur keuangan sendiri. Selain itu 14,6 % masih tetap bekerja mencari
nafkah.
Sekitar 30 % Lansia yang berusia diatas 65 tahun yang tidak tinggal di panti, terjatuh
sendiri. Angka ini meningkat menjadi 50% jika usia Lansia tersebut telah melebihi 85 tahun.
Sekitar 10% kejatuhan ini mengakibatkan kondisi yang serius, diantaranya 5% patah tulang dan
5% trauma jaringan lunak. Wanita lebih sering jatuh (46%) ketimbang pria (30%). Kasus yang
lazim terjadi pada Lansia ialah :
1)

Nyeri tulang,

2)

Osteoporosis,

3)

Anemia defisiensi dan

4)

Hipotensi postural.

Nyeri tulang

Terutama persendian, terjadi antara lain karena penipisan diskus intervertebralis serta
korpusnya.

Osteoporosis terjadi karena proses demineralisasi tulang.

Penyebab proses ini ialah :


a)

Defisiensi kalsium, karena asupan berkurang dan penyerapan

kalsium menurun.

Kehilangan kalsium berlangsung secara bertahap 50 mg/hari selama 20 tahun sebelum tanda
dan gejala klinis muncul.
b)

Gangguan keseimbangan hormon seks akibat menopause (penurunan estrogen) dan

c)

Ketidakaktifan fisik. Kerentaan kedua jenis kelamin pada wanita, dengan rasio sekitar

4 : 1 Tulang yang paling banyak terkena adalah tulang belakang, pergelangan tangan (lelaki) dan
paha (wanita). Trauma yang ringan saja berkemungkinan besar mematahkan tulang.
Faktor yang melatarbelakangi osteoporosis bisa dilacak sampai pada usia pertumbuhan.
Konsumsi susu dalam jumlah yang adekuat pada usia tersebut menurunkan resiko terjadinya
osteoporosis karena tulang sangat responsif terhadappenumpukan mineral pada usia dini. Sekali
osteoporosis terjadi, tidak bisa lagi diobati sekalipun dengan kalsium dosis tinggi.
Sharon dkk. (1993), melalui penelitian terhadap 581 orang wanita kulit putih pasca
menopause yang berusia rata-rata 70,6 tahun yang mengkonsumsi susu secara teratur mulai usia
20 50 tahun, berhasil membuktikan manfaat konsumsi susu. Ada keterkaitan antara konsumsi
susu dengan deposit kalsium (dilihat dengan sinar x pada tulang belakang, paha, dan pergelangan
tangan). Diet yang kaya akan kalsium di usia dewasa ternyata berperan pada tingginya kepadatan
tulang dan/atau menekan kehilangan massa tulang sampai tingkat minimal. Namun demikian,
penelitian lain membuktikan bahwa konsumsi kalsium (bersama dengan fluor) sepanjang usia
tidak terbukti dapat mencegah osteoporosis.
Faktor risiko osteoporosis

1)

Usia lebih/atau sama dengan 50 tahun

2)

Pasca menopause, atau menopause sebelum 45 tahun.

3)

Kekurangan hormone seks jangka panjang

4)

Operasi ovarium

5)

Asupan kalsium dan vitamin D kurang.

6)

Kegiatan fisik kurang

7)

Kurang terpapar dengan matahari

8)

Riwayat keluarga osteoporosis.

9)

Pecandu kopi dan rokok (lebih dari 3 cangkir kopi, teh atau minuman kola sehari)

10) Pecandu alkohol.

11) Pengguna obat tertentu secara berlebihan (kortison, prednisone, anti kejang, antasida
yang mengandung alumunium).

Anemia Defisiensi

Disebakan oleh berkurangnya sekresi HCl lambung dan menurunnya pembentukan sel
darah merah (defisiensi yang lazim terjadi di Amerika Serikat adalah kalsium, zat besi, vitamin
A, vitamin B komplek, vitamin C, tiamin, asam folat, niasin, riboflavin dan B12, serta vitamin D
akibat kurang terpajang sinar matahari).

Hipotensi postural.

Kondisi ini dimungkinkan oleh pengerasan baroreseptor pada pembuluh darah besar.

D. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia


Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara cara yang baku bagi berbagai tahapan
umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara langsungdilakukan
melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:

tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi


gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ seperti
rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik
adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada
berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran
tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi,
digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti baku WHO,
NCHC, Havard, dan sebagainya.
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan
nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang

akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat
bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam
penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995).
Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu
0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun yang
paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi
statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan
sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat
osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
a.

Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai

peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari
0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat
badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang

E. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia


Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan
dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi
yang dihadapi para lansia.

1. Makanlah aneka ragam makanan


2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.
7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan,
kurangi konsumsi makanan dengan pengawet

F. Kebutuhan Gizi Pada Lansia


1.

Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme
seluruh sel dan kegiatan otot berkurang
2.

Protein

Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai tanggapan
atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan pembedahan
3.

Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 60% dari kalori total
4.

Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5.

Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit

Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran
cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6.

Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat

G. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia


Menurut Nugroho ( 2008 ), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lanjut usia
antara lain sebagai berikut :
1.
Berkurangnya kemampuan untuk mencerna makanan ( akibat kerusakan
gigi/ompong
2.
Berkurangnya cita rasa
3.
Berkurangnya koordinasi otot
4.
Keadaan fisik yang kurang baik
5.
Faktor ekonomi dan sosial
6.
Faktor penyerapan makanan ( daya absorbsi )
H.

Tujuan Pemberian Nutrisi Atau Gizi Pada Lanjut Usia

Menurut Mubarok ( 2009 ), tujuan pemberian nutrisi atau gizi pada lanjut usia antara lain
sebagai berikut :
1. Mempertahankan gizi yang seimbang dalam kaitannya untuk menunda atau mencegah
kemunduran fungsi organ
2. Gizi diharapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia
3. Membiasakan makanan yang cukup dan teratur
4. Menghindari kebiasaan pola makan yang buruk, seperti mengomsumsi makanan yang
berkolesterol, meminum minuman keras, dan lain-lain.
5. Mempertahankan kesehatan dan menunda lahirnya penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung koroner, ginjal, atherosklerosis, dan lain-lain.
6. Melalui penelitian epidemiologi menjelaskan faktor resiko penyakit karena komsumsi
bahan makanan tertentu seperti penyakit sendi dan tulang akibat asam urat, penyakit jantung,
koroner karena kolesterol dan lemak jenuh, diabetes meli Tus akibat obesitas karena komsumsi
hidrat arang.

I.

Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia

Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka
cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.
Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai kompensasi, banyak orang lanjut
usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula
hanya memberikan kalori kosong (tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan
tekanan darah.
Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan
makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi karena
depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering dialami lansia,
seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko
menimbulkan kurang gizi.

Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari


Waktu
Makan

Pria (2200 kal)

Wanita (1850 kal)

Nutrisi
1 gls nasi/ pengganti

Pagi

1 butir telur (Telur Mata


Sapi)
100 gr
Kangkung)

sayuran

(Cah

1 gls nasi/ pengganti

Mineral Yang Dapat

1 btr telur

Meningkatkan Sistem

100 gr sayuran

Imun Orang Tua

1 gls susu skim

1 gls susu skim


Pukul 10.00

Snack/buah (Nagasari)

Snack/buah

1 gls nasi

1 gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas
(Pepes Ikan)
25
gr
tempe/kacangkacangan (Tempe bb Tomat)
Siang

150 gr sayuran (Sayur Asem)


1 ptg buah (Semangka)

Pukul 17.00

Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)

1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
Malam

50 gr tahu (Hot Tahu)


150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah (Pisang)

dan

50 gr daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah

Snack/ buah

1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah

Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara lain
(Dickinson A, 2002) :
1.

Beta-glucan.

Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).
2.

Hormon DHEA.

Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause
mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3.

Protein: arginin dan glutamin.

Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pascapembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans
ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi
sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan
neutrofil.
4.

Lemak

Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan
intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat
menurunkan sel helper, produksi cytokine.

5.

Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.

Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

6.

Mikronutrien (vitamin dan mineral).

Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe,
Cu, asam folat, dan Se.
7.

Zinc.

Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga
meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit
T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
8.

Lycopene.

Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)


9.

Asam Folat

Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons
mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake
asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
10.

Vitamin E

Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang
melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan.
Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi
oleh vitamin E (Murray F, 1991).
11. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan
infeksi virus, contohnya virus influenzae.

12. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran termasuk
paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti:
leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta
karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan
E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung
oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang
diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
13. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun.
Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih.
Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang
penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat
memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi
protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid
sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya
pembentukan antibodi dan imunitas sellular.

Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :

Menu untuk Lansia dalam sehari :


WAKTU

MENU

PORSI

Pagi

Roti-telur-susu

1 tangkep 1 gelas

Selingan

Papais

2 bungkus

Siang

Nasi

1 piring

Semur

1 potong

Pepes tahu

1 bungkus

Sayur bayam

1 mangkok

Pisang

1 buah

Selingan

Kolak pisang

1 mangkok

Malam

Mie baso

1 mangkok

Pepaya

1 buah

J.

Menu Sehat Bagi Lansia

Perencanaan Makanan untuk Lansia


1.

Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri

dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.


2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

3.

Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar

pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja
ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4.

Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak

seperti santan, mentega dll.


5.

Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu
kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering,
makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
6.

Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula

untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.


7.

Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah

lemak, bayam, dan sayuran hijau.


8.

Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau

dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1.

Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda

karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2.

Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.

3.

Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat

adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
4.

Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.

5.

Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur,

ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari
total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

6.

Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50

gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,
kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7.

Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak

nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8.

Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari

9.

Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet

10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk
usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta bijibijian seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi
kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

K. Langkah langkah Hidup Sehat Untuk Lansia


Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang
harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai


Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan
atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau
bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan
segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut,
senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan
tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki
jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa
segar setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan
juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari,
mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai
makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim),
memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu
makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan
WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau
orang yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan
dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk
memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini
sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan
penyakit dapat dicegah.

5. Mental dan batin tenang dan seimbang


Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang
akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan
sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua
orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang
tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di
pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam
kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil
dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik
proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.

B. Kritik dan Saran


Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran
dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami
sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang
pembaca.

bersifat membangun kepada semua

DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC


Merry. 2006. Kebutuhan Nutrisi pada Lanjut Usia. (online). Available at http/www.
Kebutuhan nutrisi pada lansia.com. Diakses pada 29 September 2016.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Departemen kesehatan RI. 1993. Pedoman Tata Laksana Gizi Usia Lanjut untuk Tenaga
Kesehatan. Direktorat Gizi Masyarakat Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI. Jakarta
Nurisetiyo. 2007. Kebutuhan Nutrisi pada Lansia. (Online). Available at
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/3//jtptunimus-gdl-s1-2007-nurisetiyo-148-3-bab2.pdf
diunduh pada tanggal 29 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai