Gas Cromatography PDF
Gas Cromatography PDF
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Percobaan
Memahami prinsip analisa dengan menggunakan GC
Mampu mengoperasikan alat GC
Mengidentifikasi suatu senyawa dalam sampel
1.2
Dasar Teori
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel
diantara suatu fasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cairan dan fasa diam
yang juga bisa berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu kromatografi
adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen -pigmen
dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO 4).
Istilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah -daerah
yang berwarna yang bergerak ke bawah kolom.
Dasar-dasar kromatografi gas pertama kali dikembangkan oleh Erika
Cremer, seorang professor dari Jerman pada tahun 1940. Kromatografi gas
digunakan untuk memisahkan senyawa kimia dalam campuran kimia. Cairan
dan padatan yang dapat diubah menjadi keadaan gas, juga dapat dipisahkan
dengan menggunakan metode ini. Hasil dari penelitian Erika Cremer
dipublikasikan pada tahun 1951.
Dalam kromatografi partisi, fase stasioner yang digunakan berupa
cairan. Fase mobilenya dapat berupa cairan seperti HPLC atau berupa gas,
yaitu pada GLC. Keuntungan pemakaian kromatografi partisi dibanding
kromatografi absorbsi ialah karena day a ulangnya lebih baik, dan dari data
kelarutan hasilnya telah dapat diramalkan. Koefisien distribusinya konstan
dalam jangka konsentrasi agak luas, sehingga dapat menghasilkan puncak
yang simetris dan lebih tajam.
1.2.1
1.2.2
Proses dimana zat membagi dirinya menjadi dua pelarut yang tidak
bercampurkan karena perbedaan kelarutan, dimana kelarutan dalam satu
pelarut satu lebih mudah dibanding dengan pelarut lainnya disebut sebagai
partisi.
1.2.2.3 Waktu retensi
Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak melalui
kolom menuju ke detektor disebut sebag ai waktu retensi. Waktu ini diukur
berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan pada titik dimana tampilan
menunujukkan tinggi puncak maksimum untuk senyawa itu. Setiap senyawa
memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk senyawa tertentu, waktu retensi
sangat bervariasi dan bergantung pada:
Titik
dalam fase cair . Senyawa yang lebih mudah larut dalam fase
cair, akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas pembawa..
Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu retensi yang
lama.
Temperatur
molekul dalam fase gas; baik karena molekul -molekul lebih mudah
menguap, atau karena energi atraksi yang tinggi cairan dan oleh karena itu
tidak lama tertambatkan. Temperatur kol om yang tinggi mempersingkat
waktu retensi untuk segala sesuatunya di dalam kolom.
Semakin rendah temperatur kolom semakin baik pemisahan yang akan
anda dapatkan, tetapi akan memakan waktu yang lama untuk mendapatkan
senyawa karena kondensasi ya ng lama pada bagian awal kolom.
Flame
Electron
Conductivity
Ionization
Capture
2-5 g
10-5 g
10-7 g
Tinggi
Tidak peka
Sedang
Gas pembawa
He
He atau N 2
N2 atau Ar
Batas suhu
450C
400 C
225 C
Respon
Semua
Kecuali H 20
Tidak untuk
senyawa
dan CS 2
hidrokarbon,
Sifat Detektor
alkohol, keton,
dan asam
a.
pembawa karena dapat mempunyai efek pendingin yang besar. TCD tersusun
dari empat filament, diatur sedemikian rupa sehingga dapat merupakan
jaringan listrik seperti jembatan wheatstone. Masing -masing filament yang
mendapatkan panas dari aliran listrik, ditempatkan dalam lubang tertentu dari
suatu tumpuan logam untuk pembuangan gas. Dari dua filament akan
mendapatkan aliran gas dari pembawa, sedangkan dua yang lainnya dari
campuran gas pembawa dan gas komponen zat yang dianalisis.
Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik adalah ukur an dari kemampuan suatu bahan
untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan
pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan -muatan bergeraknya akan
berpindah menghasilkan arus list rik.
b.
63
Ni.
c.
Pada dasarnya detektor ini terdiri dari nyala gas hydro gen dengan
pengaliran O 2 dalam keadaan berlebih. Senyawa organic akan mengalami
pirolisis dalam api hydrogen tersebut dan menghasilkan ion. Ion -ion yang
terbentuk dapat dikumpulkan pada suatu elektroda, sehingga menghasilkan
arus listrik yang dapat diukur dengan suatu electrometer.
Kekurangan utama dari detektor ini adalah pengrusakan setiap hasil yang
keluar sebagaimana yang terdeteksi. Jika dikirimkan hasil ke spectrometer
massa, misalnya untuk analisa lanjut, maka detektor ini tidak dapat digunakan.
Energi Ionisasi
Energi ionisasi merupakan energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
terluar (paling mudah lepas) dari 1 mol atom dalam wujud agas untuk
menghasilkan 1 mol ion gas dengan muatan +1, hal ini lebih mudah dipahami
dalam bentuk symbol :
X X+ + eEnergi ionisasi yang tinggi menunjukkan tarikan antar elektron dan inti yang
kuat. Besarnya tarikan dipengaruhi oleh :
Muatan inti ; makin banyak proton, muatan ini makin positif dan makin
kuat tarikannya terhadap elektron.
Jumlah elektron dari inti ; jarak dapat mengurangi tarikan inti dengan
cepat. Elektron yang dekat inti akan ditarik lebih kuat daripada yang lebih
jauh.
Jumlah elektron yang berada diantara elektron terluar dari inti. Namun
demikian, energi ionisasi unsur merupakan faktor utama yang berperan
dalam energi aktivitas suatu reaksi.
Energi aktivitas merupakan energi minimum yang diperlukan sebelum
reaksi berlangsung. Dan energi aktivitas yang paling rendah, reaksinya akan
lebih cepat tanpa mengabaikan seluruh energi yang beruba h pada reaksi
tersebut. Penurunan energi ionisasi dari atas ke bawah satu golongan
menyebabkan energi aktivasi rendah dan reaksi menjadi lebih rendah.
1.2.2.5 Polaritas
Dalam ilmu kromatografi, polaritas sering diartikan sebagai adanya
pemisahan kutub muatan posit if dan negatif dari suatu molekul sebagai akibat
terbentuknya konfigurasi tertentu dari atom yang menyusunnya. Dengan
demikian, molekul tersebut dapat tertarik oleh molekul lain yang memiliki
polaritas. Tingkat pemisahan molekul-molekul tersebut juga menen tukan
derajat polaritasnya, begitu juga daya tariknya.
Adsorben dapat bersifat polar atau non polar, silica gel dan alumina,
adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi, keduanya
bersifat polar, keduanya akan mengabsorbsi solut yang bersifat lebih polar
daripada solut yang kurang polar.
BAB II
METODOLOGI
2.1
2.1.1
2.1.2
2.2
Prosedur Percobaan
2.2.1
2.2.2
2.2.3
: 80 Psi
Hydrogen
: 40 Psi
Udara
: 60 Psi
1) Membuka gas He dan udara tekan dan memastikan tekanan masing -masing
sesuai.
2) Menyalakan PC hingga tampil star t up windows.
3) Menyalakan GC dengan mengatur power switch pada posisi ON ( 1).
4) Mendouble klik icon galaxie sehingga tampil dialog galaxie workstation
connection.
5) Memasukkan user identification = analisis kemudian memilih project dan
memasukkan password = GC kemudian mengklik OK sehingga tampil
windows galaxie.
6) Pada menu file memilih open kemudian open method. Memilih / membuka
method ON ( kita membuat metode baru).
7) Pada bagian control mengklik button Over View kemudian mengkilk button
untuk mengaktifkan method, menunggu sampai status ready.
8) Mengulangi langkah 6 dan 7 untuk mengaktifkan operasi. Menunggu hingga
status ready.
2.2.4
Membuat method
Mode OFF
: 30
Mode ON
: 80
Time
: 6 menit
Stabilization time
: 2 menit
Setpoint
Electronic
Range
Autozero
: fungsi autozero
N2 make up
: 28 mL/min
H2
: 30 mL/min
Air
: 300 m/min
9) Pada kolom method mengklik pada bagian Acquisition dan mengatur injection
volume dan Acquisition Length.
10) Pada menu file memilih Save dan Save As.
2.2.5
1) Memilih pada menu Bar sistem kemudian member check() pada sistem yang
sedang running sehingga tampil windows monitoring.
2) Pada menu Acquisition memilih monitoring baseline.
3) Memilih method operasi kemudian mengklik OK sehingga monitoring
baseline akan dimulai (ready).
4) Untuk mengakhiri monitoring baseline dapat dilakukan dengan mengklik
button
STOP
2.2.6
1) Pada menu Acquisition memilih Quict start sehingga tampil dialog Quickstart.
2) Memilih method analisa kemudian mengklik OK.
3) Pada area sampel information memasukkan identitas injeksi/sampel pada field
file prefix, identifier, Vial #, injection volum.
4) Menempatkan sampel sesuai dengan posisi vial yang dipilih kemudian
mengklik button inject memulai proses injeksi.
2.2.7
ready dan memastikan bahwa column oven = 30 C dan seluruh injector dan
detektor lebih kecil dari 100C.
2) Menutup aplikasi software galaxie workstation dengan memilih quit pada
menu file.
3) Mematikan GC dengan mengatur power Switch pada posisi OFF (0).
4) Menutup semua tabung gas.
5) Melakukan prosedur Shut Down PC.
BAB III
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
3.1
Data Pengamatan
Konsentrasi Larutan
No
Methanol
Retention
Luas Area
Persentase
(.V.Min)
Area (%)
0,37
265086,9
63,584
0,43
151823,9
36,416
0,39
399124,4
17,266
0,42
1912475,8
82,734
0,39
11044,3
4,164
0,43
127543,1
48,087
0,46
126647,9
47,794
0,12
767,2
0,475
0,43
160769,4
99,525
0,42
203980,3
41,925
0,42
282559,3
58,075
Time
Ethanol
(Menit)
1
100%
100%
50%
50%
80%
20%
20%
80%
Dari data pengamatan di atas, diperoleh hasil pengolahan data sebagai berikut :
Untuk 100 % larutan methanol
Retention
Luas Area
Persentase
Time (Min)
(.V.Min)
Area (%)
Methanol
0,37
265086,9
63,584
Ethanol
0,43
151823,9
36,416
Index
Dugaan Larutan
1
2
Retention
Luas Area
Persentase
Larutan
Time (Min)
(.V.Min)
Area (%)
Methanol
0,39
399124,4
17,266
Ethanol
0,42
1912475,8
82,734
Retention
Luas Area
Persentase
Time (Min)
(.V.Min)
Area (%)
Index
Dugaan Larutan
Methanol
0,39
11044,3
4,164
Ethanol
0,43
127543,1
48,087
Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu analisa suatu senyawa dengan menggu nakan
GC (Gas Cromatography) bertuju an untuk mengidentifikasi suatu senyawa
dalam suatu larutan atau biasa disebut juga dengan analisa secar a kualitatif.
Pada dasarnya, alat GC berprinsipkan pada pemis ahan suatu senyawa
berdasarkan perbedaan kepolaran gas. Dalam praktikum ini larutan yang
digunakan adalah methanol dan ethanol yang dibuat dengan berbagai
konsentrasi yang berbeda.
Saat penginjeksian sampel ke dalam injector, yang perlu diperhatikan
adalah kecepatan injeksinya yang harus konstan, dengan waktu yang singkat
dan volume yang sesedikit mungkin. Hal ini dimaksudkan agar sampel yang
berupa cairan akan langsung menguap dalam injector yang memiliki suhu
yang tinggi, sehingga sampel yang menguap dapa t berkontak langsung dengan
gas pembawa menuju kolom.
(0,12 dengan 0,43) .V.Min, begitu pula pada ethanol 80% + methanol 20%
didapatkan data yang salah dikarenakan ke -2 puncak memiliki retention time
yang sama (0,42 min) sehingga senyawa sulit diidentifikasi/dibedakan. Hal ini
terjadi mungkin dikarenakan kesalahan dalam pembuatan larutan atau saat
penginjeksian kecepatannya tidak konstan. Jadi, dari data -data yang diperoleh
dalam praktikum ini, waktu retensi untu k methanol sekitar 0,37-0,39 min,
sedangkan waktu yang diperlukan ethanol melalui kolom menuju detektor
dalam praktikum adalah sekitar 0,42 -0,43 min, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ethanol lebih polar dibandingkan dengan methanol karena waktu
retensinya lebih lama.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari hasil pembacaan kromatogram dan pengolahan data, diperoleh
beberapa kesimpulan, antara lain :
Luas area methanol 100% sebesar 265086,9 .V.Min dengan retention time
0,37 min.
Luas area ethanol 100% sebesar 1912475,8 .V.Min dengan retention time
0,42 min.
Luas area methanol 50% sebesar 11044,3 .V.Min dengan retention time
0,39 min.
Luas area ethanol 50% sebesar 127543,1 .V.Min dengan retention time
0,43 min.
Dari data retention time di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa ethanol
lebih polar dibandingkan methanol karena memiliki waktu retensi yang
lebih lama.
4.2
Saran
Praktikan dapat mempersiapkan sampel dengan cermat.
Penginjeksian harus dilakukan dengan kecepatan yang konstan dan w aktu
yang singkat serta volume yang sesedikit mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Instrument . Samarinda:Politeknik
Negeri Samarinda
Http\\. Kromatografi Gas-Cair_Chem-Is-Try. Org_situs kimia indonesia