PENDAHULUAN
Indonesia memiliki cekungan hidrokarbon yang tersebar di bagian barat
dan timur. Beberapa diantaranya adalah cekungan Sumatra tengah, cekungan
kutai, cekungan Sumatra utara, dan cekungan salawati. Saat ini cekungan
cekungan tersebut sudah di eksploitasi hidrokarbonnya. Cekungan-cekungan ini
terbentuka kibat adanya pengaruh proses tektonik. Bagian timur Indonesia
terkenal dengan tingkat kekompleksan dari tatanan tektoniknya. Eksplorasi pada
bagian timur Indonesia masih kurang dikembangkan akibat lokasinya yang susah
dijangkau. Namun, pemetuhan kebutuhan minyak dalam negri menuntut untuk
melakukan penelitian dibagian timur sehingga sampai saat ini penelitian terus
dilakukan untuk memetakan dan mengetahui secara pasti kandungan minya pada
daerah ini.
GEOLOGI REGIONAL PAPUA BARAT
Cekungan Salawati terletak di wilayah Papua Barat, yang sudah dikenal
sebagai cekungan Tersier penghasil minyak yang besar di kawasan Indonesia
Bagian Timur. Cekungan ini berarah timur-barat terletak di batas utara Lempeng
Benua Australia yang bergerak ke arah utara sebagai pasive margin yang
berbatasan dengan Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat
dan dibatasi oleh adanya sesar mendatar regional yaitu Sesar Sorong. Cekungan
Salawati berkembang di sebelah selatan Sesar Sorong dan perkembangan
cekunganya dikontrol oleh pergerakan sesar besar mendatar ini (Hamilton, 1979).
Cekungan Salawati suatu cekungan sedimentasi yang relatif muda karena
mulai terbentuknya baru pada kala Miosen Tengah dan cekunganya mengalami
penurunan yang sangat intensif pada Kala Pliosen hinga Pleistosen yang
diasumsikan sebagai akibat dari aktifnya pergerakan sesar mendatar Sorong.
Adanya kenampakan beberapa ketidakselarasan pada kala Pliosen dan PlioPleistosen di garis seismik ini diduga sebagai akibat dari adanya pergerakan sesar
yang periodik atau yang tidak bergerak secara terus menerus (Pireno, 208).
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan
dan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke
barat daya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua IndoAustralia bergerak ke utara. dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah
aktif sejak Eosen ini membentuk suatu tatanan struktur kompleks terhadap Papua
Barat (Papua), yang sebagia besar dilandasi kerak Benua Indo-Australia.
TATANAN TEKTONIK CEKUNGAN SALAWATI
Tektonik Papua, secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
Badan Burung atau Papua bagian timur dan Kepala Burung atau Papua bagian
barat. Kedua bagian ini menunjukkan pola kelurusan barat-timur yang ditunjukan
oleh Tinggian Kemum di Kepala Burung dan Central Range di Badan Burung,
kedua pola ini dipisahkan oleh Jalur Lipatan Anjakan Lengguru berarah
baratdayatenggara di daerah Leher Burung dan juga oleh Teluk Cenderawasih.
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen
sampai Resen.Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline
(Dow dan Sukamto, 1984). Elemen-elemen struktur utama adalah Sesar Sorong,
Blok Kemum Plateu Ayamaru di utara, Sesar Ransiki, Jalur Lipatan-Anjakan
Lengguru dan Cekungan Bintuni dan Salawati di timur dan Sesar Tarera-Aiduna,
Antiklin Misool-Onin-Kumawa dan Cekungan Berau di selatan dan baratdaya.
Cekungan-cekungan Bintuni, Berau dan Salawati diketahui sebagai cekungancekungan Tersier.
Elemen elemen Cekungan Salawati secara umum didominasi oleh
struktur patahan dan lipatan yang berarah timur barat. Hampir seluruh patahan
berkembang sebagai sesar normal ekstensional. Di bagian utara terdapat beberapa
patahan mendatar berupa shear dari sesar geser Sorong. Sabuk ini berakhir oleh
sesar geser kontinental berarah barat timur yang dikenal dengan nama zona
Sesar Tarera Aiduna pada bagian leher burung. Pada wilayah leher burung
didominasi oleh struktur lipatan yang berarah utara sampai baratlaut yang dikenal
dengan nama Lengguru Fold Belt, pada sabuk lipatan ini sebagian besar struktur
didominasi oleh sistem sesar yang berarah barat timur. Kemudian evolusi
tektonik regional di wilayah Kepala Burung berlangsung sejak awal Paleozoikum.
Gerakan tektonik yang cukup intensif terjadi pada kala Plio Pleistosen paska
pengendapan
fasies
batugamping
terumbu
yang
berumur
Miosen
(Hamilton,1978).
Gambar 1. Posisi kepala burung papua 16 juta tahun lalu (Robert hall,
2002)
Gambar 2. Posisi kepala burung papua 45 juta tahun lalu (Robert hall, 2002)
PEMBAHASAN
1. Petroleum system Cekungan Salawati
Berdasarkan hasil penemuan kondisi stratigrafi cekungan salawati,
ditemukan beberapa formasi yang memiliki kandungan organic yang
berpotensi sebagai batuan asal hidrokarbon. Formasi ini seperti formasi kais,
formasi klasaman dan lain-lain.
Batuan sumber daerah Cekungan Salawati berasal dari batu lempung dan
serpih Formasi Klasafet, batu gamping pada Formasi Kais dan batu lempung
dan serpih pada Formasi Klasaman awal. Formasi yang diperhitungkan akan
menghasilkan
hidrokarbon
adalah
Formasi
Kais.
Hidrokarbon
yang
terakumulasi di Formasi Kais juga selain dari Formasi Kais itu sendiri, juga
berasal dari Formasi Klasafet dan Formasi Klasaman. Batuan reservoar
lainnya adalah Klasafet yang berumur Miosen akhir. Jebakan hidrokarbon di
Cekungan Salawati terdapat di Formasi Kais berupa kompleks terumbu
karbonat dan karbonat paparan yang tersesarkan. Jebakan dalam jumlah yang
lebih kecil ada di Formasi Klasafet dan Klasaman. Terlihat pada penampang
stratigrafi bahwa formasi kais berada diatas formasi sirga dan formasi kauman.
Sehingga sangat mungkin bahwa hidrokarbon yang berasal dari formasi sirga
dan kauman mengalami transport menuju formasi kais yang mana pada bagian
atasnya terdapat
trap
reservoir
sourceroc
Batuan penutup (seal rock) berupa serpih karbonat dari formasi Klasafet dan
batu gamping kristalin Formasi Kais. Batuan yang menjadi overburden adalah
batuan gamping (limestone) pada Formasi Kais, dan clay pada Formasi Klasafet,
Klasaman dan Sele.
2. Tipe Cekungan
Cekungan salawati berada pada bagian foreland basin (satyana dkk,2013). Pada
gambar terlihat pada cekungan salawati terdapa normal normal sesar yang
membentuk graben. Selain itu juga terdapat lipatan asimetri dan tensional fault
lainnya. Sesar ini terbentuk akibat adanya sesar sorong yang terbentuk akibat
pertemuan lempeng pasifik dengan indoaustralia.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa cekungan salawati
merupakan foreland basin dengan faktor pengontrol pembentuk cekungan berupa
normal sesar yang membentuk graben yang terbentuk akibat sesar sorong.
3. TIPE HIDROKARBON
Gambar 6. Diagram pengaruh suhu dan tingkat kematangan kerogen (after Tissot and
Welte, 1978)
DAFTAR PUSTAKA
Doust, Harry & Noble, Ron A. 2006. Petroleum systems of Indonesia. Elsevier,
Marine and Petroleum Geology 25 (2008), 103129
Livingstone H,J., 2011, Comparison of Walio and Kasim Reefs, Salawati Basin
western Irian Jaya, Indonesia . Indonesian Petroleum Association, 27th
Annual Convention Proceeding. pp 4775.
http://awangsatyana.com/geology/238-petroleum-geology-petroleum-systems-ofindonesia.html
Situmeang, Margaretha, 2012, karakteristik reservoar karbonat menggunakan
inversi sparse spike di lapangan panda formasi kais cekungan salawati,
papua. Thesis 2012