Anda di halaman 1dari 9

Makalah Avian Influenza

Nama :
Dian Putranto (20120320087)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
T.P 2012/2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin...
Puja dan puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
ridhonyalah saya dapat menyelesaikan tugas membuat resume di blok 9 ini, yang membahas
mengenai penyakit Avian Influenza, penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
manusia dan sangat dihawatirkan dapat berkembang menjadi wabah pandemi yang sangat
berbahaya dan di takuti untuk semua manusia.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam
menjalankan syariatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada ibu Yuni Permatasari Istanti, M.Kep,
Ns.Sp.Kep.MB, CWCS yang telah memberikan tugas, sehingga saya lebih mengerti tentang
penyakit Avian Influenza ini.
Kritik dan saran dari pembaca sangatlah saya harapkan karena akan saya jadikan
acuan untuk menjadikan tugas kedepan menjadi lebih baik lagi. Semoga taufik, rahmat, serta
hidayat Allah SWT senantiasa menyertai kita semua,
Amin ya Robbal Alamin...

Dian Putranto, Desember 2013

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian dunia kesehatan terpusat pada
semakin banyaknya penularan avian influenza A (H5N1). Meningkatnya kasus infeksi
H5N1 yang menyebabkan kematian pada manusia sangat dihawatirkan dapat
berkembang menjadi wabah pandemi yang berbahaya bagi seluruh umat manusia.
Berbagai variasi mutasi subtipe virus influenza A yang menyerang manusia
dan telah menyebabkan pandemi sehingga sekarang sudah menjadi kewaspadaan
dunia terhadap wabah pandemi flu burung ini dan mendapatkan perhatian yang serius.
Saat ini penyakit flu burung telah bersifat enzootic pada ayam, sehingga
peluang kontaminasi lingkungan oleh virus avian influenza H5Nl sangat tinggi.
Masalah yang dihadapi dalam pemantauan virus AI H5Nl adalah beragamnya uji yang
digunakan, rumit, mahal dan sering membutuhkan keahlian khusus. Melihat dan
merespon permasalahan di atas maka dalam usulan penelitian ini akan dicari suatu
upaya untuk mempermudah aplikasi uji yang digunakan, serta dapat digunakan secara
praktis, cepat, murah dan aman untuk setiap jenis induk semanglhost yang akan diuji.
Dengan memanfaatkan kemampuan Protein A yang dapat berinteraksi dengan Fcfraksi lgG. Berdasarkan sifat biclogis ini kemungkinan besar dapat dibuat matriks
pembeban (Staphylococcus aureus utuh kaya protein A) yang telah diaktifkan dengan
IgG kelinci anti IgG marmot dan matriks ini dapat digunakan sebaga.i reagen
ag/utinator dalam uji koaglutinasi tidak langsung (indirect coagg!utination).
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi masalah keperawatan dan
teknologi keperawatan pada kasus avian influenza A (H5N1) berdasarkan EBN dan
untuk memenuhi tugas individu pada blok 9 ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Flu burung atau Avian influenza adalah suatu penyakit yang disebabkanoleh
virus influenza A subtype H5N1 yang menyerang burung (unggas) ayam yangdapat menyerang
manusia dengan gejala demam >38 drajat C, batuk, pilek, nyeri otot,nyeri
tenggorokan dan pernah kontak dengan binatang tersebut dalam 7 hari
terakhir.
Jenis virus yang terdapat pada manusia adalah jenis H1N1, H2N2, H3N3,
H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain
yang sangat Virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari sub tipe A H5N1.
Virus itu bisa bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30
hari pada suhu 00 C. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau
560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan
yang mengandung Iodin.
B. ETIOLOGI
Penyebab flu burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe Asubtipe H5,
H7 dan H9. Virus H9N2 tidak menyebabkan penyakitberbahaya pada burung, tidak
seperti H5 dan H7. Virus flu burungatauavian influenza ini awalnya hanya ditemukan
pada binatang sepertiburung, bebek dan ayam. Namun sejak 1997, virus ini mulai
"terbang" kemanusia ( penyakit zoonosis ). Subtipe virus yang ditemukan pada
akhirtahun 2003 dan awal tahun 2004, baik pada unggas maupun pada pasien
diVietnam dan Thailand, adalah jenis H5N1. Perlu diketahui bahwa virusinfluenza
pada umumnya, baik pada manusia atau pada unggas, adalahdari kelompok familiO
rthom y x ov i ridae. Ada beberapa tipe virusinfluenza pada manusia dan binatang
yaitu virus influenza tipe A, B danC.Virus influenza tipe A memiliki dua sifat mudah
berubah : antigenic shiftdanantige ni c drift, dan dapat menyebabkan epidemi dan
pandemi. Padamanusia, virus A dan B dapat menyebabkan wabah flu yang cukup luas.

C. PATOFISIOLOGI
Flu burung bisa menular pada manusia bila manusia kontak langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus fluburung hidup di saluran
pencernaan unggas. Unggas yang terinfeksi dapat mengeluarkan virus ini melalui
tinja, yang kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah
yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.

Terjadi 3 kemungkinan mekanisme penularan dari unggas kemanusia. Dalam


hal penularan dari unggas ke manusia, penularan pada dasarnya berasal dari unggas
sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lainlain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan
mati dengan pemanasan 80C selama 1 menit.
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet infection)
di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau
langsung memasuki alveoli (tergantungdari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada
membran mukosa akanterpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang
dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus
influenzaberkaitan dengan spesies darimana virus berasal.
Virus A1 dapat berikatan dengan sel membran sel mukosa mealui ikatan yang
berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan padareseftor yang terdapat pada
membran mukosa diduga sebagai penyebabmengapa virus A1 tidak dapat
mengadakan reflikasi secara efisien padamanusia. Mukoprotein yang mengandung
reseftor ini akan mengikat virussehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran
napas dapat dicegah.Tetapi virus yang mengandung proteinneuraminidase pada
permukaannyadapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada
epitelpermukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam seltersebut.
Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktusingkat virus dapat
menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus18 jam sampai 4 hari, lokasi
utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnaryang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi
akan membengkak dan intinyamengkerut dan kemudian mengalami piknosis.
Bersamaan denganterjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan
terbentuk badan inklusi.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. ILI(Influenza Like Illness), yaitu batuk,pilek,dan demam. Demam biasanya cukup
tinggi yaitu >38 Drajat C. Gejala lain berupa sefalgia, nyeritenggorokan, mialgia,
dan malaise.
2. keluhan gastro-intestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjungtivis.
Spektrum klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimtomatik, flu ringan hingga
berat.

3. ARDS (acute respiratory distress syndrome). Perjalanan klinis avianinfluenza


umumnya berlangsung sangat progresif dan fatal, sehingga sebelum sempat
terfikir tentang avian influenza, pasien sudah meninggal. Mortalitas penyakit ini
hingga laporan terakhir sekitar 50%.
Kelainan laboratorium rutin yang hampir selalu dijumpai adalah lekopenia,
limfopenia, dan trombositopenia. Cukup banyak kasus yang mengalami gangguan
ginjal berupa peningkatan nilai ureum dan kreatinin.Kelainan gambaran radiologis
toraks berlangsung sangat progresif dansesuai dengan manifestasi klinisnya namun tidak ada
gambaran yang khas.Kelainan foto toraks bisa berupa infiltrat bilateral luas infiltrat
difus,multilokal, atau tersebar (patchy); atau dapat berupa kolaps lobar.

E.

KRITERIA DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dengan :
1.

Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat
kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau
unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang
didiagnosis avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis
avian influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala .

2.

Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38 C, napas cepat dan hiperemi farings (farings

kemerahan).
3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia,
trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat
sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat.
4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status
5.

oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien.


Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 a.l.
dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain
Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan
ini dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin

(probable) atau pasti (confirmed).


6. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan
gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan
adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paru-paru atau yang dikenal
dengan pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator
memburuknya penyakit avian influenza.

F. PENATALAKSANAAN
Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya
transmisi melalui udara.
Oksigenasi jika terdapat sesak nafas, dan cenderung ke arah gagal nafas dengan mempertahankan
saturasi O2 > 90%
Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral atau minum banyak.
Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgesik/ antipiretik, dekongestan dan antitusif.
Amantadine / Rimantadine (obbat penghambat hemaglutinin) diberikan pada awal infeksi,
sedapat mungkin dalam 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 2 dosis. Dosis diturunkan pada penderita lanjut usia dan penderita penurunan fungsi hati
atau ginjal.

Oseltamivir (obat penghambat neuromidase) diberikan untuk anak < 15 kg adalah 30 mg 2 kali
sehari. Dosis untuk penderita usia > 13 tahun adalah 75mg 2 kali sehari. Harus diberikan dalam
waktu 36 jam setelah influenza dan diberikan selama 5 hari
G. PENCEGAHAN
1. Pada unggas
Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung.
Vaksinasi pada unggas yang sehat.
2. Pada manusia
Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)
- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja
- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung
- Menggunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja
- Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja
- Membersihkan kotoran unggas setiap hari
- Imunisasi
Masyarakat umum
- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup.
- Pengolahan unggas dengan cara yang benar yaitu :
Pilih unggas yang sehat
Memasak daging ayam sampai dengan suhu 80 drajat C selama 1 menit dan telur
sampai dengan suhu 64 drajat C selama 4,5 menit.

BAB III
PEMBAHASAN

TEKNOLOGI

KEPERAWATAN

PADA

AVIAN

INFLUENZA

BERDASARKAN EBN.
PEMBUATAN "RAPID TEST" MENGGUNAKAN TEKNIK "KOAGLUTINASI TIDAK
LANGSUNG" UNTUK DETEKSI ANTIBODI FLUBURUNG
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyiapkan prototipe Kit-Diagnostik Flu Burung dengan
menggunakan prinsip-prinsip uji koag1utinasi dengan memperhatikan keandalan prototipe
Kit-Diagnostik sehingga layak digunakan. Pada akhimya diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi dasar dalam pengembangan dan produksi Kit Diagnostik Cepat
(Rapid Test) terhadap Flu Burung.
Dalam penelitian ini digunakan isolat lapang S. aureus yang diketahui memiliki
protein A dari penelitian sebelumnya. Bakteri ditumbuhkan pada perbenihan agar darah
selama 18 jam pada 37C, bentuk koloni dan pola hemolitik yang dihasilkan diamati secara
makroskopik. Susunan dan bentuk sel diamati secara mikroskopik dengan pewarnaan Gram
Selanjutnya penentuan spesies bakteri, dilakukan dengan cara : uji glukosa, manitol, katalase
dan koagulase.
Penelitian ini menggunakan serum soft-Agar yang dapat mendeteksi antibodi pada
ayam, marmot, dan kelinci yang telah terinfeksi virus H5N1 dengan protein A yang terdapat
pada virus setelah dilakukan vaksinasi.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit flu burung (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A danditularkan oleh unggas. Penyakit ini dapat menular
lewat udara yangtercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung
atauunggas yang menderita influenza. Sampai sekarang belum terbukti adanya penularan dari
manusia ke manusia. Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas. Flu burung bisa
menular pada manusia jika manusia kontak langsung dengan ayam atau unggas yang
terinfeksi flu burung. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada
manusia karena kontak dengan berbagai jenis unggas terinfeksi, atau tidak langsung.

Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/40623443/Flu-Burung-Lengkap (15 Desember 2013)
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60969 (15 Desember 2013)
http://www.slideshare.net/septianraha/flu-burung-26641380 (15 Desember 2013)

Anda mungkin juga menyukai