Anda di halaman 1dari 3

Kapan Sebaiknya Anak Mulai Belajar Bahasa Inggris?

(Sekadar Opini)
Beberapa waktu yang lalu saya ditanyai seorang kenalan di mana kursus bahasa Inggris yang
bagus untuk anaknya. Saya kurang tahu berapa usia anaknya, tapi sepertinya lima atau enam
tahun. Sebagai mantan guru kursus bahasa Inggris saya punya info tempat yang cukup asyik
bagi anak-anak untuk belajar bahasa Inggris, tapi saya juga tahu bahwa anak-anak ini
sebenarnya belum perlu belajar bahasa asing dalam usianya yang masih terlalu belia. Buktinya
anak yang kursus di situ sejak SD tidak serta merta lebih maju dibanding teman sebayanya yang
mulai kursus waktu mereka SMP. Lebih banyak kosakatanya ya, lebih rileks ya, tapi tidak
memiliki perbedaan signifikan dalam penguasaan secara umum.
Pertanyaan soal kursus itu menghantui saya hingga saya iseng-iseng bikin poling di facebook.
Saya melempar pertanyaan Sejak kapan Anda belajar bahasa Inggris secara formal dan apakah
Anda mendapatkan hasil sesuai yang Anda harapkan?
Karena rata-rata yang menanggapi adalah teman-teman seangkatan saya (alias yang lahir pada
tahun 80an), jawaban kebanyakan adalah: sejak umur 12-13 tahun (kelas satu SMP atau kelas
tujuh). Ya, kurikulum waktu itu memang mewajibkan anak belajar bahasa Inggris sejak usia
segitu.
Apakah mereka berhasil menguasai bahasa itu? Sebagian besar mengatakan ya. Dan bukan
sembarangan ya karena saya tahu sebagian mereka bahkan sangat fasih. Sebagian mereka
adalah penerjemah dan editor profesional. Tapi. ada tapinya mereka mengaku lebih banyak
belajar dari buku, game, lagu, dan film! Artinya sekolah dan kursus berperan kecil dalam
penguasaan mereka terhadap bahasa asing ini.
Bahasa Masa Depan
Tak dapat dipungkiri penetrasi bahasa Inggris dalam semua bidang dan di semua tempat makin
kuat waktu ke waktu. Mau tak mau kita terseret arus ini. Tak heran orang tua ketar-ketir kalau
anaknya tidak menguasai bahasa Inggris (bahkan saat anak mereka baru berusia lima tahun).
Saya maklum kalau orang tua ini mulai mengirim anaknya ke lembaga kursus bahkan saat si
anak belum lagi lancar bicara. Saya maklum kalau orang tua pokoknya harus memilih sekolah
yang berbahasa pengantar Inggris meski anaknya asli cengok dan stress di dalam kelas.
Generasi 80an seperti saya rata-rata menghabiskan 6 tahun belajar bahasa Inggris di SMP dan
SMA lalu kalau mereka kuliah waktu belajar ini ditambah dua tahun. Saya tidak ingat lagi soal
alokasi waktu pelajaran bahasa Inggris, tapi taruhlah 2 jam per minggu. Jika rata-rata siswa
belajar 30 minggu dalam setahun, maka mereka menghabiskan waktu 60 jam per tahun untuk
belajar bahasa Inggris. Itu artinya minimal, 360 jam dalam hidup mereka. Ini belum ditambah
segala macam kursus dan tetek bengek ekstrakulikuler.

Dengan statistis itu tentunya kita berharap hampir semua anak lulusan SMA cas cis cus
berbahasa Inggris kan? Minimal bisalah ngomong sama turis asing.
Tapi nyatanya? Ngadepin orang asing saja gemeter! Baca novel bahasa Inggris? Tidak bisa! Apa
yang salah? Banyak. (Tidak perlu dibahas ya, nanti jadi panjang. Jangankan bahasa Inggris,
bahasa Indonesia mereka saja alay bin kacau balau).
Mungkin itulah mengapa orang tua terpacu untuk memberi pelajaran bahasa Inggris bagi
anaknya sejak dini. Makin dini berarti waktu belajarnya makin panjang, dan mudah-mudahan
makin pintar.
Tapi seperti dikatakan oleh survey saya tadi: anak-anak yang telat belajar bahasa Inggris
ternyata bisa menguasai bahasa ini dengan baik. Kuncinya ada pada minat belajar mereka pada
hal-hal yang berkaitan dengan bahasa Inggris di luar sekolah.
Saya sendiri belajar bahasa Inggris formal sejak SMP di sekolah. Saya tidak pernah kursus. Saya
lanjut kuliah di sastra Inggris karena saya memang menyukainya. Saya menonjol dalam bidang
ini dibanding teman-teman saya. Waktu SMP, saya sudah iseng-iseng membaca cerita berbahasa
Inggris bahkan dengan tekunnya menabug demi bisa membeli buku cerita berbahasa Inggris
untuk pemula. Saya baca pelan-pelan. Saya buka kamus tiap kali mendapati kosakata yang tidak
saya mengerti artinya.
Dan ya, saya berutang banyak pada lagu-lagu bahasa Inggris. Zaman itu mendapatkan teks lagu
bahasa Inggris tidak semudah sekarang. Saya mengoleksi teks-teks lagu itu dengan susah payah,
kadang mengandalkan telinga saya yang nggak juga nangkep-nangkep, kadang mengandalkan
teks lagu yang saya dapat dari koran tapi kok kata-katanya meleset. Saya tahu itu meleset, wong
nggak match dengan apa yang saya dengar.
Keiseingan di luar kelas membuat nilai-nilai bahasa Inggris saya melesat mengungguli nilai
matematika saya karena yah, saya tidak pernah iseng mengerjakan, katakanlah, Sodoku, di luar
kelas.
Jadi Sebaiknya Usia Berapa?
Kursus tempat saya bekerja dulu mensyaratkan minimal harus berusis empat tahun untuk bisa
ikut belajar. Saya tidak mengerti apa dasar untuk syarat ini, tapi sepertinya lebih pada teori (atau
anggapan) pada usia segitu anak sudah mulai bisa tertib, bisa mandiri, dan sudah menguasai
bahasa ibu dengan baik.
Pernah ada orang tua yang memaksakan anaknya yang baru berusia tiga tahun untuk ikut les.
Akibatnya? Ketika saya menunjukkan gambar pisang dan berseru, banana, hanya anak ini yang
berkata, PISANG!. Berkali-kali saya bilang banana, anak ini berkata PISANG!.

Saya tidak mengoreksinya karena setahunya itu pisang (dan memang pisang, kan?). Begitulah,
bila anak belum menguasai bahasa ibunya maka akan terjadi kekacauan bahasa. Dan ini
membingungkan anak serta menempatkan anak pada posisi sulit dalam komunikasi.
Seorang teman pernah bercerita anak kenalannya merujuk jeruk dengan ocuk karena dia
mencampur kosakata orange dan jeruk. Teman lain bercerita dia melihat anak yang
melafalkan rumah makan padang dengan rumeh meken pedeng.
Bahasa adalah alat komunikasi. Tujuan komunikasi inilah yang harus kita pegang. Pastikan
anak bisa berkomunikasi dengan baik dengan bahasa apa pun itu. Kalau Anda tinggal di
Indonesia tentu saja alat komunikasi paling baik adalah bahasa daerah atau bahasa Indonesia.
Kemampuan berkomunikasi dengan tepat, baik, dan lancar adalah senjata anak untuk belajar
banyak hal, memompa kepercayaan diri, dan mengekspresikan perasaannya dengan pas. Anak
tidak akan frustrasi.
Setelah anak menguasai bahasa ibu, belajar bahasa asing akan lebih mudah baginya. Usia
berapa? Tergantung anaknya. Anda yang tahu. Anda bisa melakukan trial and error apakah anak
Anda siap belajar bahasa asing. Kalau dia belum siap (misal masih mencampur dua kosa kata
dari dua bahasa yang berbeda, hentikan).
Dalam kasus saya dua belas tahun belum terlambat sama sekali.
Dan ingat Anda adalah penutur asli (native speaker) bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Ini
menjadikan Anda sumber terbaik bagi pembelajaran bahasa daerah dan bahasa Indonesia untuk
anak Anda. Mengapa membiarkan kesempatan itu lepas?
Tapi saya tetap ingin anak saya belajar bahasa Inggris sejak dini, sejak dalam kandungan kalau
bisa. Kalau itu yang Anda inginkan, ikuti resep yang sudah terbukti berhasil di atas:
perdengarkan lagu bahasa Inggris. Ajak anak menonton video dalam bahasa Inggris, bacakan
buku berhasa Inggris. Jangan memaksakan apa-apa. Jangan bikin tes semacam, Red itu apa,
Dik? Yakinlah anak Anda bakal menyerap entah satu dua kosa kata yang bakal terkenang
sepanjang hidupnya.
Catatan: Ini hanya sekadar opini, tidak berlandaskan teori teruji sama sekali. Dan ini juga tidak
berlaku bagi anak dengan orangtua bilingual atau tinggal di negara berbaha asing. Saya juga
tidak menafikan ada anak yang memiliki kemampuan bahasa lebih tinggi dibanding anak-anak
sebayanya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/kenterate/kapan-sebaiknya-anak-mulai-belajarbahasa-inggris-sekadar-opini_54f97a64a33311106a8b467d

Anda mungkin juga menyukai