Peran Akuntan Dalam Mewujudkan Prinsip Good Corporate Governance Pada Organisasi Di Indonesia
Peran Akuntan Dalam Mewujudkan Prinsip Good Corporate Governance Pada Organisasi Di Indonesia
:160020113111009
PENDAHULUAN
Semakin berkembanganya era demokrasi dan birokrasi maka semakin banyak tuntutan
publik dalam hal transparansi dan akuntabilitas sebuah organisasi. Akuntabilitas dan transparansi
merupakan perwujudan praktik tata kelola yang baik atau good corporate governance. Hal ini
bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya dari investor kepada organisasi. Namun, banyaknya
perusahaan besar yang memiliki kegagalan dan skandal tata kelola perusahaan mengakibatkan
hilangnya kepercayaan investor di pasar keuangan dan jatuhnya nilai pasar (Aryanti, 2012).
Tidak dapat kita pungkiri bahwa selama 10 tahun terakhir istilah Good Corporate
Governance (GCG) menjadi isu yang paling hangat terutama di Indonesia. Hal ini di awali
karena keterpurukan ekonomi Indonesia akibat krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 yang
dipandang sebagai akibat dari lemahnya praktik Good Corporate Governance (GCG) di negara
Indonesia. Disamping itu, banyaknya kasus pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan emiten
di pasar modal yang ditangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) menunjukkan
rendahnya mutu praktik GCG di Negara Indonesia (Arifin, 2005). Perhatian corporate
governance terutama di Indoensia juga dipicu oleh skandal di antaranya yaitu insider trading
insider trading yang terjadi di PT. BCA dan terungkapnya mark-up laporan keuangan PT. Kimia
Farma yang overstated.
Skandal-skandal yang terjadi di perusahaan tersebut terjadi dikarenakan praktek
kecurangan dari manajemen yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama
dan lemahnya tata kelola perusahaan. Tata kelola sangatlah penting karena dalam perusahaan
besar di perekonomian modern berhubungan dengan banyak pihak yang menyediakan modal
(shareholders) dan pihak yang mengatur sumber daya (manajemen) (Aryanti, 2012).
Perkembangan tata kelola perusahaan berangkat dari teori keagenan (agency theory) yang
dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 yang mengawali timbulnya Good
Tabel 1
:160020113111009
Asumsi Dasar dalam Teori Keagenan
Asumsi Manusia
Model Perilaku
Fakta Penerapannya
Akibat yang timbul
Konsekuensi
Pemecahan
Reward
Asumsi informasi
Sumber : Arifin, 2005
yaitu
kejelasan
fungsi,
struktur,
sistem,
dan
Gambar 1
Proses GCG Dalam Perusahaan
:160020113111009
:160020113111009
Profesi akuntan menjadi sangat menentukan dalam penerapan good corporate
governance. Hal ini dilihat profesi akuntan yang terlibat langsung dalam pengelolaan
perusahaan. Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak yaitu internal dan eksternal (Saputro,
2010). Keterlibatan internal terjadi saat akuntan menjadi salah satu bagian dalam menyediakan
informasi keuangan yang disajikaan dalam laporan keuangan dan sebagai bagian yang terlibat
langsung dalam aktivitas perusahaan. Sementara itu, keterlibatan akuntan eksternal adalah pada
saat mereka menjalankan fungsi audit independen terhadap kewajaran laporan keuangan
perusahaan. Fungsi akuntan sebagai auditor independen dituntut untuk bersikap independen
dalam menilai kewajaran laporan keuangan.
Dari keterlibatan akuntan dalam pengelolaan perusahaan atau organisasi peran akuntan
secara signifikan terlibat dalam berbagai aktivitas penerapan prinisp-prinsip GCG, yaitu (Arifin,
2005):
1. Prinsip kewajaran (fairness)
Prinsip kewajaran berhubungan dengan penyajian laporan keuangan. Laporan
keuangan yang wajar berarti laporan keuangan tersebut tidak mengandung salah saji material,
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Adanya
kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik
sahamya pada sebuah perusahaan. Kewajaran penyajian dapat dipenuhi jika data yang ada
didukung oleh adanya bukti-bukti yang sah dan benar serta penyajiannya tidak ditujukan
hanya untuk sekelompok orang-orang tertentu. Sering terjadi konflik dalam diri akuntan yang
bekerja pada perusahaan karena di satu pihak mereka harus tetap memegang kode etik
profesi namun di lain pihak kadangkala mereka harus menuruti keinginan manajemen
perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kode etik. Bila akuntan tersebut memiliki integritas dalam melaksanakan tugasnya,
tentu dia tetap memegang etika profesi untuk mengungkapakan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan perusahaan secara fair sesuai dengan prinsip dan standar yang berlaku.
Dengan ditegakkannya prinsip fairness ini, paling tidak akuntan berperan membantu pihak
stakeholders dalam menilai perkembangan suatu perusahaan dan membantu mereka untuk
membandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan yang lainnya.
2. Prinsip Akuntabilitas (accountability)
:160020113111009
Prinsip ini merupakan tanggung jawab manajemen melaluo pengawasan yang efektif
yaitu dengan dibentuknya komite audit. Komite audit mempunyai tugas utama untuk
melindungi kepentingan pemegang saham ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan
dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan integritas informasi dalam laporan keuangan
dan laporan operasional lain beserta kriteria untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan
penyajian dari laporan tersebut. Untuk alasan itulah profesi akuntan sangat diperlukan dan
mempunyai peranan yang penting untuk menegakkan prinsip akuntabilitas. Akuntabilitas
diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang
saham dan manajemen.
3. Prinsip Transparansi
Prinsip transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan
perusahaan. Kepercayaan investor sangat tergantung dengan kualitas penyajian informasi
yang disampaikan perusahaan. Untuk itu informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur,
dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang
berlaku. Prinsip transparansi ini menghendaki adanya keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian yang lengkap (disclosure)
atas semua informasi yang dimiliki perusahaan.
4. Prinsip Responsibilitas
Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan perusahaan. Selain itu, prinsip ini juga berkaitan dengan kwajiban
perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Pandangan
pemegang saham dan stakeholder lainnya saat ini tidak hanya memfokuskan pada perolehan
laba perusahaan tetapi juga memperhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan.
Profesi akuntan baik internal maupun eksternal menjadi sangat menetukan dalam penerapan
good corporate governance. Profesionalitas, integritas, indepedensi dan dengan tetap memegang
teguh kode etik profesi akuntan dapat mendorong terjadinya penerapan GCG yang baik pada
sebuah organisasi atau perusahaan. Selain itu, dengan mengikuti 4 (empat) prinsip GCG yang
telah dijelaskan di atas, maka peran akuntan akan secara siginifikan terlibat dalam penerapan
GCG yang baik.
:160020113111009
Tabel 2
Penilaian GCG Indonesia oleh ROSC
2009
2004
Asia Pacific
Region
72
68
Shareholder Rights
72
56
73
75
60
62
Role of Stakeholders
70
60
71
73
60
72
66
60
68
CG Principles
Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia (Modul Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat), 2015
Penilaian berdasarkan ASEAN CG Scorecard dari ASEAN Capital Market Forum atas
penerapan GCG di Indonesia bahwa rata-rata masih tergolong relative rendah, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar oerusahaan terbuka di Indonesia belum mempraktikkan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang berbasis internasional. Namun terjadi perbaikan yang
signifikan selama setahun terakhir (Ikatan Akuntan Indonesia, 2015).
Laporan tentang GCG oleh CLSA (2004) yang dikutip oleh Kaihatu (2006),
menempatkan Indonesia di urutan terbawah dengan skor 1,5 untuk masalah penegakan hukum,
2,5 untuk mekanisme institusional dan budaya corporate governance, dan dengan total 3,2.
Meskipun skor Indonesia di tahun 2004 lebih baik dibandingkan dengan 2003, kenyataannya,
Indonesia masih tetap berada di urutan terbawah di antara Negara-negara Asia. Faktor-faktor
penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan budaya corporate
governance yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-negara lain yang sedang
tumbuh di Asia. Adapun tabel skore tersebut yang dikutip oleh Kaihatu (2006) adalah sebagai
berikut :
Tabel 3
:160020113111009
Corporate Governance in Asia (2004) Contining Under Performance
PENUTUP
Simpulan
Dalam perkembangan era demokrasi publik banyak menuntut agar perusahaan lebih
transparansi dan akuntabilitas terutama terkait dengan masalah aktivitas operasional perusahaan
dan keuangan di perusahaan. Akuntabilitas dan transparansi merupakan perwujudan praktik tata
kelola yang baik atau good corporate governance. Dalam penerapan GCG tidaklah mudah,
banyak hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penerapannya. Dalam penerapan GCG pada
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance
Pada Perusahaan Di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan). Fakultas Ekonomi,
Universitas Diponegoro, Bandung.
Aryanti, Dian Sita. 2012. Peran Komite Audit dan Audit Internal Dalam Perwujudan
Good Corporate Governance Pada BUMN yang Sudah Go Public (Studi Kasus : PT. Wijaya
Karya Tbk.). Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
:160020113111009
Astuti, Dewi Saptantinah Puji. 2010. Peran Internal Audit Dan Komite Audit Dalam
Mewujudkan Good Corporate Governance. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi,
Vol. 8, No. 1, Hlm: 1-10
Ichsan, Taufikul, Herbirowo Nugroho, dan Yusep Friya PS. 2014. Peran Akuntan Dalam
Mewujudkan Good Governance Pada Organisasi Sektor Publik Dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Organisasi. Epigram, Vol. 10, No. 2, Hlm : 64-74.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. "Modul Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat". Jl.
Sindanglaya No.1, Jakarta Pusat. Graha Akuntan.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8, No. 1, Hlm : 1-10
Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia.
www.ojk.go.id. [diakses pada 28 Oktober 2016].
Saputro, Andik S. Dwi. 2010. Penguatan Sharia Governance Melalui Reformasi
Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, Vol., No., Hlm :
Siboro, Danri Toni. 2007. Hubungan Good Corporate Governance (Gcg) Dengan
Pengungkapan Laporan Keuangan. Fokus Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Hlm : 17-29
Wibowo, Edi. 2010. Implementasi Good Corporate Governance Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2, Hlm : 129-138.