telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat pengakuan resmi pemerintah
negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan agama di tahun 1990-an ini mengklaim
memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru dunia, termsuk Amerika. Kelompok ini memilki
sebuah taman yang terbuka untuk umum bernama UFOland, dekat Montreal.
Kebanyakan ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara cloning memang memungkinkan.
Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak bisa dipertanggungjawabkan karena
tingginya resiko kematian dan gangguan pasca kelahiran.
Ilmuwan Roslins Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly menegaskan,
kloning manusia pertama amat mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi dan kematian
pada bayi yang baru lahir. cloning pada binatang menunjukkan adanya kelemahan. Dolly,
mamalia pertama yang berhasil dicloning terbukti menderita arthritis pada usianya yang masih
muda.
Domba betina ini dicloning dengan teknik cloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA
Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan
dengan sel mammary (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi
embryo yang kemudian ditanamkan pada rahim domba pengganti induk. Walau dikatakan
berhasil, prosedur cloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227 percobaan sebelum akhirnya
tercipta Dolly.
National Bioethics Advisory Commission mengemukakan, penggunaan binatang guna
memahami proses-proses biologi seperti dalam kasus Dolly, memberikan harapan besar bagi
kemajuan dunia medis di masa depan. Namun tidak ada pembenaran untuk riset dengan tujuan
menghasilkan anak manusia melalui teknik ini. Ini disebabkan, konon, cloning pada manusia
lebih rumit dengan resiko yang besar dan sangat potensial terjadi kesalahan. Para ilmuwan
khawatir, penggunaan teknik ini pada manusia akan memunculkan malformasi (kelainan bentuk
tubuh atau cacat).
Para ilmuwan juga amat risau dengan risiko medik dan ketidakpastian yang berhubungan dengan
cloning manusia. Salah satu kekhawatirannya adalah jika seorang bayi di clone, maka
kromosomnya akan cocok dengan usia donor. Misalnya seorang anak hasil cloning yang berusia
5 tahun akan tampak seperti berumur 10 karena mendapat kromosom dari donor berusia 5 tahun ,
dengan disertai risiko penyakit jantung dan kanker.
Resiko buruk juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi cloning. Menurut
ahli perkembangan embryo pada mamalia, Prof. Richard Gardner, para wanita tersebut beresiko
terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik pada manusia, yang menyerang rahim, yaitu
choriocarcinoma (kanker korion).
Mengacu pada berbagai resiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset cloning pada
manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi moratorium atau
penghentian riset cloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua agama juga melarang
teknologi cloning pada manusia.
Bertolak dari kelebihan dan kekurangan teknologi cloning ini, agamawan, ahli politik, ahli
hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan aturan mengenai penerapan
teknologi cloning. Sebab ditangan ilmuwan hitam, cloning bisa menjadi malapetaka.