Anda di halaman 1dari 8

Diamox sebagai Anti Edema

DIAMOX
(Sebagai Diuretika & Anti Edema)
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Kepanitraan Klinik Senior
Bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Oleh,
JOKO PITOYO
NIM. 97310019

Pembimbing,
Dr. Muchtar Nasution, Sp.S.

SMF Penyakit Saraf (Neurologi)


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Oktober 2003
KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi ..

Pendahuluan ...

Patofisiologi Edema

Gagal Jantung Kongestif .

Penyakit Hati .

Sindrom Nefrotik . .

Edema Pramenstruasi

Penghambat Karbonik Anhidrase .3


Ginjal .
3
Susunan Cairan Plasma .

Mata ..

Susunan Saraf Pusat ..

Pernapasan .

Daftar Rujukan

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

DIAMOX SEBAGAI ANTI EDEMA


PENDAHULUAN
Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine
disebut diuretik.

Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang

menurunkan reabsorpsi Na+ pada bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya,


Na+ dan ion lain seperti Cl- memasuki urine dalam jumlah banyak dibandingkan bila
keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut secara pasif untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik. Jadi, diuretik meningkatkan volume urine
dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion di dalam urine dan darah.
Efektivitas berbagai kelas diuretik yang berbeda, sangat bervariasi, dengan
peningkatan sekresi Na+ bervariasi dari kurang 2% untuk diuretik hemat kalium
yang lemah, sampai lebih dari 20% untuk loop diuretic yang poten. Penggunaan
klinis utamanya adalah dalam menangani kelainan yang mengakibatkan retensi
cairan (edema) atau dalam mengobati hipertensi dengan efek diuretiknya
menyebabkan penurunan volume darah, sehingga terjadi penurunan tekanan darah. 1
Secara umum, diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: (1)
diuretik osmotik; (2) penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli
ginjal. Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di tubuli ginjal adalah: (1)
penghambat karbonik anhidrase; (2) benzotiadiazid; (3) diuretik hemat kalium; dan
(4) diuretik kuat. 1, 2, 3, 4

PATOFISIOLOGI EDEMA
Pada banyak penyakit jumlah natrium klorida yang direabsorpsi oleh tubulus
ginjal tinggi abnormal. Hal ini menyebabkan retensi air, suatu peningkatan dalam

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

volume darah, dan ekspansi ke ruangan cairan ekstraseluler, menyebabkan edema


pada jaringan-jaringan. Beberapa penyebab yang paling sering menyebabkan edema
adalah: 1, 3, 4, 6, 7, 8

1. Gagal Jantung Kongestif


Turunnya kemampuan jantung yang sakit untuk mempertahankan curah
jantung yang adekuat menyebabkan ginjal bereaksi seolah-olah ada penurunan
volume darah. Ginjal sebagai bagian dari mekanisme kompensasi normal,
menahan lebih banyak garam dan air sebagai cara untuk meningkatkan volume
darah dan meningkatkan jumlah darah yang kembali ke jantung. Namun, jantung
yang sakit tidak dapat meningkatkan curah jantung, dan peningkatan volume
vaskuler menyebabkan edema.

2. Asites karena Penyakit Hati


Asites, akumulasi cairan di rongga perut, merupakan komplikasi sirosis hati
yang umum.
A. Peningkatan Tekanan Darah Portal
Aliran darah dalam sistem portal sering tersumbat pada sirosis, yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah portal. Lebih lanjut, karena osmotik
koloid darah menurun sebagai akibat gangguan sintesis protein plasma karena
hati yang sakit. Peningkatan tekanan darah portal dan osmolaritas yang
rendah menyebabkan cairan keluar dari sistem saluran darah portal dan
terkumpul di dalam rongga perut.
B. Hiperaldosteronisme Sekunder
Retensi cairan juga diperberat oleh peningkatan kadar aldosteron yang
beredar. Hiperaldosteronisme sekunder ini disebabkan oleh penurunan
kemampuan hati untuk menginaktifkan hormon steroid dan menyebabkan
peningkatan reabsorpsi Na+ dan air, peningkatan volume vaskuler, dan
munculnya kembali akumulasi cairan.

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

3. Sindrom Nefrotik
Bila dirusak oleh penyakit, membran glomerulus dapat dilewati oleh
protein plasma dan memasuki ultrafiltrat glomerulus. Hilangnya protein dari
plasma mengurangi tekanan osmotik koloid yang menyebabkan edema. Volume
plasma yang rendah merangsang sekresi aldosteron melalui sistem reninangiotensin-aldosteron. Hal ini menyebabkan retensi Na+ dan cairan, yang
meningkatkan edema lebih lanjut.

4. Edema Pramenstruasi
Edema yang menyertai menstruasi merupakan akibat ketidakseimbangan
hormonal seperti kelebihan estrogen, yang mempermudah hilangnya cairan ke
rongga ekstraseluler. Diuretik dapat mengurangi edema ini. 1, 3, 5, 6, 7, 8, 9

PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE


Asetazolamid (a set a ZOLE a mide) adalah suatu sulfonamid tanpa aktivitas
antibakteri. Efek utamanya adalah menghambat enzim karbonik anhidrase pada sel
epitel tubulus proksimal. Namun, penghambat karbonik anhidrase lebih sering
digunakan untuk efek farmakologis lainnya dibandingkan efek diuretiknya, karena
obat-obat ini kurang efektif dibandingkan golongan tiazid atau loop diuretic . 1, 2, 5, 6,
7

Efek farmakodinamik yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan


karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan
perubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.

1. Ginjal
Untuk menimbulkan penghambatan efek fisiologis yang nyata, lebih dari
99% akitivitas enzim tersebut harus dihambat. Sekresi H+ oleh sel tubuli
berkurang karena pembentukan H+ dan HCO3- yang berkurang dalam sel tubuli,

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

sehingga pertukaran Na+ oleh H+ terhambat. Hal ini mengakbatkan meningkatnya


ekskresi bikarbonat, natrium dan kalium melalui urin sehingga urin menjadi
alkalis. Bertambahnya ekskresi kalium disebabkan oleh pertukaran Na + dengan
K+ menjadi lebih aktif, mengantikan pertukaran dengan H+. Meningkatnya
ekskresi elektrolit menyebabkan bertambahnya ekskresi air.

2. Susunan cairan plasma


Dengan bertambahnya ekskresi bikarbonat dan ion tetap (fixed ion) dalam
urin, terutama Na+, maka kadar ion-ion ini tetap (fixed ion) dalam urine, terutama
Na+, maka kadar ion-ion ini dalam cairan ekstra seluler menurun, sehingga terjadi
asidosis metabolic. Karena kerjanya melalui ekskresi bikarbonat dan kation,
maka besarnya efek diuretic tergantung dari kadar ion tersebut dalam plasma.
Pada alkalosis metabolic, kadar ion bikarbonat dalam plasma meninggi dan ion
klorida menurun (karena adanya chloride shift), dalam keadaan ini efek diuresis
asetazolamid makin kuat. Hal yang sebaliknya terjadi dalam keadaan asidosis
metabolic.

3. Mata
Dalam cairan bola mata banyak sekali terdapat enzim karbonik anhidrase
dan bikarbonat. Pemberian asetazolamid baik secara oral atau secara parenteral
mengurangi pembentukan cairan bola mata disertai penurunan tekanan intra
okuler sehingga asetazolamid berguna dalam pengobatan glukoma. Efek ini
mungkin disebabkan oleh penghambatan terhadap karbonik anhidrase.

4. Susunan Saraf Pusat


Telah lama diketahui bahwa keadaan asidosis dapat mengurangi
timbulnya serangan epilepsy, dalam klinik keadaan ini dicapai dengan
memberikan diet ketogenik pada penderita. Karena asetazolamid dapat
menimbulkan asidosis dan SSP banyak mengandung karbonik anhidrase, maka
diduga bahwa obat ini dapat dipakai mengobati penyakit epilepsy. Dugaan ini

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

ternyata benar, tetapi rupanya efek pengurangan serangan epilepsy tersebut


bukan hanya disebabkan penghambatan karbonik anhidrase tetapi juga oleh
adanya efek langsung pada SSP. Gejala susunan saraf pusat yang sering timbul
pada pengunaan asetazolamid adalah somnolen dan parestesia.

5. Pernapasan
Asetazolamid kurang mempengaruhi aktivitas karbonimanhidrase di
eritrosit sehingga pengaruh langsung terhadap pernapasan tidak ada. 2, 3, 5, 6, 7

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Diamox sebagai Anti Edema

DAFTAR RUJUKAN

1.

Obat-obat Diuretik. Dalam: Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2. Mary J.


Mycek, Ricard A. Harvey, Pamela C. Champe. Widya Medika, Jakarta. 2001:
226 236.

2.

Sunaryo R. Obat yang Mempengaruhi Metabolisme Elektrolit dan Konservasi


Air. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy Rp, Suyatna FD, Purwantyastuti,
Nafrialdi, Ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-4. Jakarta. Gaya Baru. 1997;
380-399.

3.

Bairstrow Kendra. Diamox. 2003 May. Available from: URL:


http://www.science.mcmaster.ca/biology/4S03/diamox.htm.

4.

Kohler C & PPE. Intramed Diamox20m/v Infusion. 12-214/8-94. 1979 January.


Available from: URL:
http://www.home.intekom.com/pharm/intramed/diamox20.html.

5.

Guyton AC. Fisiologi Manusia & Mekanisme Penyakit. Edisi ke-3. Jakarta.
EGC. 1995; 310-320.

6.

Diamox. Available from: URL:


http://www.thejog.com/urgencies/64.html#indica0.

7.

Saanin Syaiful. Ilmu Bedah Saraf. Lab. Bedah Saraf RS. M. Jamil, FK UNAND
Padang. Available from: URL:
http://www.agelfire.com/nc/neurosurgery/PIS.html.

8.

Winotopradjoko M, Patra K, Ritiasa K, et al. ISO Indonesia. Edisi


Farmakoterapi. Vol XXXV. Jakarta. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2000;
243.

9.

PT Otsuka Indonesia. Pedoman Cairan Infus. Edisi ke-7. PT Otsuka Indosesia.


2000; 11.

KKS Neurologi RSPM

Jokpit FK Univ. Malahayati

Anda mungkin juga menyukai