STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS
Nama
PASIEN
: Ny. F
Jenis kelamin
Tanggal
lahir/umur
II.
: Perempuan
:
29 Januari
Riwayat Psikiatri
Autoanamnesis
Dahlia
Alloanamnesis
:
:
:
:
Islam
Batak
D-3
Menikah
A. Keluhan Utama
Pasien gelisah, bingung, bicara kacau dan emosi labil
B. Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri diantar oleh Bapak dan Adik pasien pada hari
Minggu tanggal 12 Juni 2016, dengan keluhan pasien tampak gelisah, bingung, bicara
kacau dan kadang berbicara sendiri dan emosi labil sejak 2 hari SMRS.
Pasien mengaku dirinya sering melihat anak kecil laki-laki seperti kerdil, makhluk
tersebut membisikkan kepada pasien bahwa disuruh Shalat, Pasien hanya mengatakan
Astaghfirullohaladzim jiwa makhluk tersebut membisikkan ke telinganya. Pasien berkata
bahwa dirinya sering mendengar suara gemuruh yang mengganggu dan pasien menutup
telinganya. Pasien juga mengatakan bahwa ada polisi yang mengejar pasien dan takut
akan ditangkap.
Pasien mengaku sudah menikah pada tahun 2005, tetapi pernikahannya tidak
berlangsung lama, Pasien bercerai dengan suaminya pada tahun 2008 dikarenakan tidak
terdapat keturunan pada pernikahannya. Pasien pada saat itu sering memikirkan mantan
suaminya tersebut. Pasien sering mendengar suara gemuruh, melihat anak laki-laki kecil
seperti kerdil dan membisikkannya pada saat tahun 2008 yaitu setelah pasien bercerai
dengan suaminya. Pasien mengaku belakangan ini mempunyai pacar yaitu seorang duda
yang di tinggal meninggal istrinya, tetapi sudah tidak berhubungan lagi yang
menyebabkan pasien memikirkan pacarnya tersebut.
D. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatrik
Pasien pernah dirawat di RS Polri pada tahun 2008, 2009, 2010, 2012, 2013 dan 2015
karena keluhan bicara kacau, gaduh gelisah, sering ngamuk, dan suka tertawa sendiri.
Pasien suka mendengar suara gemuruh, dan sering melihat makhluk kerdil. Pasien
juga sering tidur tidak melakukan aktifitas banyak. Dan Pasien mengaku sering
kontrol dan diberi obat suntik oleh dokternya.
2. Gangguan Medik
Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit karena penyakit lain, tidak ada riwayat
kejang, trauma kepala, kecelakaan ataupun operasi.
3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien mengaku tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, ataupun zat-zat
adiktif lainnya.
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Keterangan :
2008 : Pasien seperti orang bingung, sulit tidur dan sering marah-marah tanpa alasan
yang jelas. Saat itu sosialisasi pasien dengan lingkungan sekitar masih baik. Pasien
juga dapat bekerja sebagai seorang pedagang sembako (berjualan dirumah).
2009 : Pasien gaduh gelisah, berbicara terus, bicaranya kacau, suka tertawa sendiri,
mendengar bisikan, dan melihat anak kecil laki-laki yang disebutnya kerdil.
2010 : Pasien sering mengamuk dirumah, berbicara terus, bicaranya kacau, suka
tertawa sendiri, suka keluyuran, mendengar bisikan, dan melihat anak kecil laki-laki
yang disebutnya kerdil.
2012 : Pasien gaduh gelisah, berbicara terus, bicaranya kacau, suka tertawa sendiri,
mendengar bisikan, dan melihat anak kecil laki-laki yang disebutnya kerdil.
2013 : Pasien gaduh gelisah, berbicara terus, bicaranya kacau, suka tertawa sendiri,
suka keluyuran, mendengar bisikan, dan melihat anak kecil laki-laki yang disebutnya
kerdil.
2015 : Pasien gaduh gelisah, bicara kacau hingga berbicara sendiri, tertawa sendiri,
mendengar bisikan, dan melihat anak kecil laki-laki yang disebutnya kerdil.
seperti anak seusianya. Pasien merupakan anak yang tidak pandai bergaul dan
termasuk anak yang pendiam
b. Masa remaja (13-19 tahun)
Prestasi Pasien biasa-biasa saja, namun pasien tidak pernah tinggal kelas.
Pasien termasuk anak yang pendiam dan hanya mempunyai beberapa teman
dekat saja.
c. Masa dewasa (> 18 tahun)
Lulus dari SMA pasien tidak lanjut bekerja, namun pasien lanjut kuliah D3
jurusan Bahasa Indonesia.
Riwayat pendidikan
SD
: Pasien menyelesaikan pendidikannya di SD tanpa pernah tinggal
Riwayat pekerjaan
Pasien mengaku pertama kali bekerja di sebuah SMP di daerah Jakarta. Pada
Kehidupan beragama
Pasien seorang penganut agama Islam. Pasien termasuk rajin sholat dan mengaji.
Dan Pasien mengatakan kalau dalam hal mengaji pasien sering tamat membaca
Al-Quran beberapa kali. Sebelum dirawat pasien rajin menjalankan sholat dan
juga pasien mengikuti pengajian di dekat rumahnya.
Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien memiliki seorang suami tetapi tidak memiliki keturunan. Pasien mengaku
memiliki hubungan yang tidak baik dengan suaminya dikarenakan tidak memiliki
seorang anak. Dan umur pernikahan pasien beranjak 3 tahun, pasien bercerai
dengan suaminya.
F. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara.
Pohon keluarga :
Keterangan :
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Laki-laki
Perempuan
Bercerai
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien perempuan berusia 45 tahun dengan penampilan fisik yang sesuai dengan
usianya. Pasien bersikap ramah, tenang. Penampilan sesuai dengan usia, kulit putih,
rambut berwarna pirang pendek, menggunakan jilbab. Pada saat wawancara, Pasien
berpakaian santai, memakai kaos berwarna hijau tangan panjang, celana panjang
hitam. Kebersihan diri Pasien cukup terjaga.
2. Kesadaran
Kesadaran Neurologik
: Compos mentis
Kesadaran Psikiatri
: Terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a Sebelum wawancara
: Pasien sedang tidur di ruang Dahlia.
b Selama wawancara
: Pasien tenang, dapat menjawab pertanyaan dengan
c
C. GANGGUAN PERSEPSI
o Halusinasi :
a Halusinasi auditorik : ada, pasien mendengar ada suara gemuruh yang tidak tau
b
2
3
4
5
7
8
pemeriksa)
9 Bakat Kreatif : Pasien dapat bernyanyi
10 Kemampuan menolong diri : Baik (Pasien tidak membutuhkan bantuan orang lain
untuk makan, mandi dan berganti pakaian)
E. PROSES PIKIR
1
Arus pikir
o Produktifitas
o Kontinuitas
o Hendaya bahasa
Isi pikir
o Preokupasi
o Waham
o Obsesi
o Kompulsi
o Fobia
: Baik
: Flight of idea
: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada (waham kejar)
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara Pasien dapat berlaku dengan tenang dan tidak menunjukkan
gejala yang agresif dan tidak marah.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial
H. TILIKAN
Derajat 4 : Pasien tau bahwa dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab penyakitnya.
I. RELIABILITAS (TARIF DAPAT DIPERCAYA)
Secara umum dapat dipercaya.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
a) Keadaaan Umum
: Baik
b) Kesadaran
: Compos Mentis
c) TTV
: TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 84 x/menit
Suhu : 36,5 C
B. Status Neurologik
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan
FORMULA DIAGNOSTIK
1. Berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh pasien ini termasuk gangguan jiwa karena
adanya distress yaitu pasien gaduh gelisah, emosi tak stabil, melihat anak kecil dan
mendengar bisikan. Adanya disabilitas yaitu pasien menjadi tidak dapat bekerja
seperti biasanya yaitu mengurus rumah.
2. Pasien ini tidak termasuk gangguan mental organik karena pasien pada saat di
periksa dalam keadaan sadar. (F0)
3. Pasien ini tidak termasuk dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
zat karena tidak ada riwayat dalam penggunaan zat. (F1)
4. Pasien ini termasuk gangguan skizoafektif karena didapatkan gangguan mood
(manik) disertai dengan adanya gejala halusinasi audiotorik dan visual yang timbul
secara bersamaan. (F2)
Susunan formulasi diagnostik ini berdasarkan dengan penemuan bermakna dengan
urutan untuk evaluasi multiaksial, seperti berikut :
o Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah memiliki
riwayat trauma kepala maupun kejang. Pasien juga tidak pernah menggunakan zat
psikoaktif. Sehingga gangguan mental dan perilaku akibat gangguan mental organik
dan penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami gejala afektif
(manik) dan skizofrenik yang sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam
episode yang sama. Dari hal tersebut, kriteria diagnostik menurut PPDGJ III pada
ikhtisar penemuan bermakna pasien digolongkan dalam F25.0 Skizoafektif Episode
Manik.
o Aksis II
Pada pasien ini tipe kepribadiaannya adalah emosional tak stabil karena terdapat
kecendrungan mencolok bertindak secara impulsif tanpa mempertimbangkan
konsekuensinya dan tidak stabil emosionalnya
o Aksis III
Tidak ada diagnosis
o Aksis IV
Terdapat masalah dengan keluarga. Pasien bercerai dengan suaminya, dan pasien
memiliki pacar tetapi putus hubungan.
o Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement Of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III didapatkan GAF :
Satu tahun terakhir adalah 50-41 yaitu gejala berat dan disabilitas berat dengan
adanya gangguan psikotik berat berupa halusinasi dan waham yang cukup
menonjol
yang
menyebabkan
ketidakmampuan
melaksanakan
pekerjaan
Evaluasi multiaksial
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
: masalah keluarga
Aksis V
Daftar masalah
a. Organobiologik
Tidak ada riwayat trauma kepala, kejang atau gangguan fisik lainnya. Tidak ada
faktor genetik pada keluarga.
b. Psikologis
Mood
: Disforik
Afek
: Serasi
Gangguan persepsi
Proses pikir
: Flight of Idea
Isi pikir
: Waham kejar
Tilikan
: Derajat IV
Diagnosis
Diagnosis kerja
Diagnosis banding
Prognosis
Ad Vitam
: dubia ad bonam
Ad Sanationam
: dubia ad malam
Ad Fungsionam
: dubia ad malam
Rencana terapi
a. Psikofarmaka
Serequel
1x 200 mg
Depakote
2x 250 mg
b. Psikoterapi
Kepada pasien
Psikoterapi suportif dengan memberikan motivasi kepada pasien agar bisa
cepat kembali pulih dan berkumpul lagi bersama keluarganya, berempati dan
memberikan perhatian pada pasien, tidak menghakimi pasien, mensuport segala
usaha adaptif pasien, menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan peduli
gejala-gejalanya,
faktor-faktor
yang
memberatkan
dan
cara
pencegahannya. Dengan begitu keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien
serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan.
Perlu juga diberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
dengan menerangkan mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek
samping yang dapat muncul. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol
dan minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta untuk bekerja
sama dalam berjalannya program terapi.
PEMBAHASAN
Gangguan skizoafektif adalah gangguan-gangguan yang bersifat episodik dengan
gejala afektif dan skizofrenik yang sama menonjol dan secara bersamaan ada dalam episode
yang sama dari penyakit itu atau setidaknya dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain.
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Skizoafektif Tipe Manik adalah :
1. Kriteria ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan yang berulang dengan sebagian besar
episode skizoafektif tipe manik.
2. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan irritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
3. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostik (a) sampai dengan (d)).
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi
yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought
broadcasting= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham tentang
dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang
dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus). delusional perception =
pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. delusion of influence =
waham dimana dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka
sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi
lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain).
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed
attitude) dan penarikan diri secara sosial.
Untuk gejala episode manik antara lain : afek yang meningkat harus disertai
dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan,
percepatan dan kebanyakan bicara, optimistik, harga diri yang membumbung.
Terdapat perburukan fungsi sampai titik dimana ia tidak mampu merawat
dirinya dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran,
iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar.
Pada pasien ini didapatkan gejala skizofrenia dan gejala afektif (manik) berupa
halusinasi auditorik, halusinasi visual dan waham kejar. Pasien memiliki halusinasi auditorik
yaitu pasien sering mendengar suara gemuruh, serta waham visual yaitu pasien sering
melihat sosok anak kecil laki-laki seperti kerdil. Pasien memiliki waham kejar dengan
meyakini bahwa ada polisi yang mengejar-ngejar pasien. Untuk gejala episode manik
didapatkan peningkatan afek, peningkatan energi percepatan dan kebanyakan bicara,
optimistik, harga diri yang membumbung, konsentrasi terganggu, serta tidak mampu
merawat dirinya. Oleh karena itu, menurut PPDGJ-III gejala diatas telah memenuhi kriteria
untuk diagnosis skizoafektif tipe manik (F.25.0)
Diagnosis banding pada pasien ini adalah skizofrenia paranoid (F20.0) karena pada
pasien didapatkan gejala umum skizofrenia yaitu halusinasi auditorik, halusinasi visual dan
waham kejar. Diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada skizofrenia paranoid gejala
halusinasi dan/atau waham harus terlihat lebih menonjol dari gejala lain, namun pada pasien
ini selain gejala skizofrenia terdapat gejala afektif yang sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan.
Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini adalah
pemberian:
1. Quetiapin 1x 200 mg