Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Boyle sebagai peloporilmu kimia modern adalah orang pertama yang


memberikan definisi bahwa unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi lagi
menjadi dua zat atau lebih dengan cara kimia. Sejak itu orang dapat menyimpulkan
bahwa unsur-unsur mempunyai sifat yang jelas dan ada kemiripan diantara sifat
unsur-unsur itu. Akhirnya ditemukan bahwa kemiripan ini muncul secara teratur dan
secara periodik jika unsur-unsur ini diatur menurut bobot atom. Keteraturan ini, pada
tahun 1869, dikenal sebagai keperiodikan yang dinyatakan dalam suatu daftar
sebagai susunan berkala atau sistem periodik (Elida, 1994).
Orang telah lama memahami bahwa zat-zat dasar tertentu dapat digabungkan
untuk membuat zat-zat baru yang benar-benar berbeda. Sekarang para kimiawan
memahami bagaimana atom-atom tersusun dan apa yang membuat setiap unsur
berbeda. Tetapi, sebelum sains memberikan, penjelasannya, orang-orang memiliki
gagasan yang sangat berbeda tentang unsur (Jackson, 2007)
Selama ratusan tahun, orang-orang berpikir bahwa segala benda di dunia
terbuat hanya dari empat unsur yaitu tanah, api, air, dan udara. Cara unsur-unsur ini
bekerja lebih dihubungkan dengan sihir dari pada sains. Namun, gagasan unsur
sebagai zat dasar bukannya salah, hanya saja tidak ada seorang pun yang telah
menemukan unsu-unsur sejati (Jakson, 2007)
A. Perkembangan Tabel Periodik
Mencari keteraturan adalah salah satu aspek terpenting dalam kegiatan ilmu.
Boyle sebagai pelopor ilmu kimia modern adalah orang pertama yang memberikan

definisi bahwa unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi dua
zat atau lebih dengan cara kimia. Sejak itu orang dapat menyimpulkan bahwa unsurunsur mempunyai sifat yang jelas dan ada kemiripan diantara sifat-sifat unsur itu.
Akhirnya ditemukan bahwa kemiripan ini muncul secara teratur dan secara periodik
jika unsur-unsur ini diatur diatur menurut bobot atom. Pada tahun 1869, keteraturan
dikenal sebai keperiodikan yang menyatakan dalam suatu daftar sebagai susunan
berkala atau sistem periodik. Perkembangan sistem periodik dimulai pada akhir abad
18 dan permulaan abad 19 (Elida, 1994)
C. Sistem Periodik Klasik
Sampai saat ini, sudah dikenal 188 macam unsur dengan sifat yang khas
untuk setiap unsur. Jika unsur-unsur itu tidak disusun secara tepat maka akan
mengalami kesukaran dalam mempelajari sifat-sifatnya. Oleh sebab itu, sejak dulu
para

ilmuwan

berusaha

menggolongkan

unsur-unsur

berdasarkan

sifatnya

(Zul, 2009).
Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur adalah Johan
W. Dobereiner. Sistem periodik unsur-unsur yang dikembangkan didasarkan pada
nomor massa atom. Menurutnya jika nomor massa atom unsur A ditambah nomor
massa atom unsur B, kemudian dirata-ratakan maka akan dihasilkan nomor massa
atom unsur C. Ketiga unsur ini memiliki sifat yang mirip (Zul, 2009).
Sistem periodik adalah suatu tabel berisi identitas unsur-unsur adalah Johan
W. Dobereiner. Sistem periodik unsur-unsur yang dikembangkan didasarkan pada
nomor massa atom. Menurutnya jika nomor massa atom unsur A ditambah nomor
massa atom unsur B, kemudian dirata-ratakan maka akan dihasilkan nomor massa
atom unsur C. Ketiga unsur ini memiliki sifat yang mirip (Zul, 2009).

Contoh (Zul, 2009):


Massa atom Cl : 35
Massa atom I : 127
Massa atom Br

35+ 127
2

= 81

Jadi sifat unsur bromin akan mirip dengan unsur klorin dan iodin(Zul, 2009).
Pada perkembangan berikutnya, John Newland menemukan hubungan antara
sifat unsur dan massa atom menurut pola tertentu. Jika unsur-unsur dideretkan
menurut kenaikan omor massa atom maka unsur kedelapan memiliki sifat yang mirip
dengan unsur pertama. Pola ini dinamakan hukum oktaf. Namun, pada
perkembangan berikutnya ditemukan beberapa unsur yang tidak sesuai dengan
hukum oktaf. Misalnya unsur Cr tidak mirip dengan unsur Al dan lain-lain

(Zul,

2009).
Pada tahun 1869, ilmuwan kimia Rusia, Dmitri Mendeleev dan ilmuwan
kimia dari Jerman, Lothar Meyer, menyusun tabel periodik unsur secara terpisah di
setiap negaranya. Sistem periodik ini didasarkan pada massa jenis atom. Mendeleev
menyusun sistem periodik unsur dengan cara menempatkan unsur-unsur ke dalam
kolom yang sama ini dan memiliki sifat-sifat yang mirip (Zul, 2009).
Pada 1874, ahli kimia Prancis, Paul Emile Leceq

de Bois-baudran

menemukan unsur galium. Sifat-sifat unsur galium tidak berbeda dengan ekaalumunium yang diramalkan oleh Mendeleev. Keberhasilan Mendeleev dalam
memprediksikan unsur-unsur yang belum ditemukan waktu itu, menjadikan sistem
periodik lebih diterima oleh masyarakat dibandingkan sistem periodik sebelumnya
(Zul, 2009).

D. Sistem Periodik Modern


Bentuk sistem periodik modrn adalah berupa tabel panjang yang dimodifikasi
dengan cara mengeluarkan dua deret unsur-unsur yang tegolong unsur-unsur transsi
dalam, yaitu unsur-unsur dimulai dengan nomor atom 58 sampai 71 (golongan
lantanida) dan nomor atom 90 sampai 103 (golongan aktinida) (Zul, 2009).
E. Periode dan Golongan
Periode berisi unsur-unsur dalam baris horizontal. Golongan berisi unsurunsur dengan kolom vertikal. Dalam tabel periodik modern, golongan diberi label.
Label yang dipakai ada yang mengikuti aturan lama, ada juga yang mengikuti aturan
baru (IUPAC). Menurut aturan lama, nomor golongan ditandai dengan angka romawi
diikuti huruf A dan B, sedangkan menurut IUPAC menyarankan golongan dinomori
mulai dari angka 1 sampai 18 (Elida, 1994).
F. sifat periodik unsur
1. sifat logam
Unsur-unsur dapat dibagi menjadi (Elida, 1994):
-

Logam yaitu : zat yang dapat menghantarkan listrik dan panas.


Bukan logam karena zat ini tidak menghantarkan listrik.
Semi logam (metaloid) karena bersifat logam sekaligus bersifat nonl ogam.

Dalam satu golongan makin ke atas letak suatu unsur sift logam makin
berkurang. Dan dalam satu periode makin ke kanan letak suatu unsur sifat logam
kian berkurang (Elida, 1994).
2. Jari-jari Atom
Suatu atom yang melepaskan elektron jari-jari ionnya lebih kecil
dibandingkan tarikan inti pada atom netral. Sebaliknya, apabila suatu atom

menangkap elektron, maka jari-jari ionnya lebih besar dibandingkan jari-jari atom
netralnya (Elida, 1994).
3. Energi Ionisasi (Potensial Ionisasi)
Energi ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron
dari suat atom yang berdiri sendiri. Dalam satu golongan, energi ionisasi semakin
berkurang jika nomor atom bertambah. Ini disebabkan karena makin bertambahnya
kulit elektron, maka elektron pada kulit terluar berada semakin jauh dari inti. Ini
menyebabkan gaya tarikan ke inti semakin kecil dan elektron dengan mudah dapat
dilepaskan. Dalam satu periode, pada umumnya energi ionisasi cenderung bertambah
dari kiri ke kanan (Elida, 1994).
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energ yang dilepaskan jika atom dalam bentuk gas
menerima elektron dengan membentuk ion positif. Dalam satu golongan makin ke
bawah letak suatu unsur, afinitas elektron makin berkurang. Dan sebaliknya. Ini
disebabkan makin kecil jari-jari atom, afinitas elektron makin besar (Elida, 1994).
4. Keelekronegatifan
Keelektronegatifan adalah kemampuan suatu atom untuk menarik elektron.
Ini

berkaitan

dengan

enrgi

ionisasi

dan

afinitas

elektron.

Besarnya

kenegativan(elektron) yang didefinisikan dengan keelektronegatifan yang merupakan


ukuran kemampuan atom mengikat elektron. Kimiawan dari Amerika Robert
Sanderson Mulliken (1896-1986) mendefinisikan keelektronegativan sebanding
dengan

rata-rata

aritmatik

energi

ionisasi

dan

afinitas

elektron.

Sifat

keelektronegatifan sama dengan energi ionisasi dan afinitas elektron, yaitu makin
kecil jari-jari atom maka harga keelektronegatifan makin besar (Takeuchi, 2006).

5. Sifat-sifat Magnetik
Suatu atom menunjukkan sifat-sifat magnetik jika ditempatkan dalam bidang
magnetik. Atom dapat dikelompokkan dalam dea golongan berdasarkan sifat
magnetiknya. Suatu atom dikatakan memiliki gejala diamagnetik ini dapat
dikalahkan oleh sifat paramagnetik, yaitu gejala yang disebabkan aoabila suatu atom
mempunyai elektron yang tidak berpaangan. Makin banyak elektron yang tidak
berpasangan makin kuat gaya tarik medan magnetnya (Elida, 1994).
G. Pengendapan
Tetapan kesetimbangan yang menyatakan kelarutan suatu endapan dalam air
adalah tetapan hasil kali kelarutan. Adapu faktor-faktor yang mempengaruhi endapan
yaitu ( Kurniati):
1. Temperatur
Kebanyakan garam kelarutannya meningkat bila temperaturnya dinaikkan.
2. Pengaruh ion sekutu
Suatu endapan umumnya lebih dapat larut dalam air murni dari pada dalam
suatu larutan yang mengandung salah satu ion endapan.
3. Pengaruh aktifitas
Banyak endapan menunjukkan kelarutan yang meningkat dalam larutan yang
mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimia dengan ion-ion endapan.
Keefekrifan ion-ion dalam memelihara kondisi kesetimbangan dengan demikian
berkurang dan endapan tambahan harus melarut untuk mengembalikkan aktivitas
ini. Semakin kecil koefisien aktivitas ion, semakin besar hasil kali konsentrasi
molar ion-ion pembentuknya. Koefisien aktifitas ion, bivalen lebih kecil dari pada
koefisien ion univalen
4. Pengaruh Ph
Kelarutan garam dari asam lemah bergantung dari Ph larutan
5. Pengaruh kompleks
Kelarutan garam yang sedikit sekali dapat larut juga bergantung pada
konsentrasi zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam itu.

Anda mungkin juga menyukai