DI SUSUN
OLEH
Muhamad Syaiful Alwi
P23130114058
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena berkat anugerah dan
penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teknik Pemeriksaan
Radiodiagnostik Imejing CT-SCAN Dengan Klinis Kanker Rektum .
Kami tak lupa juga berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah yang berjudul Teknik Pemeriksaan Radiodiagnostik Imejing CTSCAN Dengan Klinis Kanker Rektum. Terima kasih terucap kepada :
1. Pak Dwi selaku kepala di Instalasi Radiologi
2. Para radiografer yang telah memberikan ilmu tentang CT SCAN
3. Pihak-pihak lainnya yang turut membantu terselesaikannya karya tulis iini.
Sekali lagi, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak-pihak
yang terkait tersebut. Kiranya ALLAH S.W.T selalu melimpahkan berkat-berkatNya.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CT atau CAT-SCAN merupakan alat radiologi imejing yang bersifat diagnostic yang digunakan untuk
menampilkan gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar X-ray dengan bantuan computer.
Gambaran-gambaran yang dihasilkan memungkinkan untuk melihat bagian dalam tubuh dalam bentuk potonganpotongan. CT-SCAN sering digunakan untuk mengevaluasi otak (Brain), leher (Cervical) , tulang belakang
(Vertebrae), dada(Thorax), perut (Abdomen), panggul(Pelvis), dan sinus (SPN).
Penggunaan CT-SCAN telah merevolusi bidang medis karena memungkinkan dokter untuk melihat penyakit di
masa lalu, yang sering kali ini hanya bisa ditemukan di meja operasi atau meja otopsi. Sehinnga, CT-SCAN adalah
pemeriksaan radiologi diagnostic yang bersifat non-invasif, aman, dan ditoleransi dengan baik yang akan
memberikan hasil tampilan yang sangat dilakukan serinci pada bagian tubuh.
Penggunaan CT-SCAN yang semakin sering dilakukan di dunia, mendorong kami untuk mengetahui lebih
dalam bagaimana prinsip kerja dan pengaplikasian dengan karsinoma rektum dengan alat tersebut..
Kanker Rektal menyerang lebih sering pada usia tua.Lebih dari 90% penyakit ini menimpa penderita di atas
usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun pun dapat juga terkena.Sekitar 3% kanker ini
menyerang penderita pada usia di bawah 40 tahun.Karsinoma.Kanker rektum merupakan tumor ganas terbanyak di
antara tumor ganas saluran cerna dimana kanker dimana kanker tersebut kolon dan rectum. Lebih dari 60%tumor
kolorektal berasala dari rectum.Kanker rectum merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit
yang paling mematikan di dunia, namun penyakit ini bukan tidak dapat disembuhkan.Jika penderita telah terdeteksi
secara dini,maka kemungkinan untuk sembuh dapat mencapai 50%.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya penegakan diagnose Abdomen dengan pemeriksaan klinis awal
yang ditunjang dengan diagnose imejing technique (khusunya CT-SCAN Abdomen
Pemeriksaan CT-SCAN merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pada kasus kanker rectum.CT-SCAN
dapat mengevaluasi kavitas abdomen dari pasien kanker kolon prooperatif,CT Scan dapat mendeteksi metastasis ke
hepar,kelenjar adrenal,ovarium,kelenjar limfa,dan organ lainnya di pelvis.Penggunaan CT Scan denagn kontras dari
abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastasis pada hepar dan daerah intraperitoneal
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dirumuskan sebagai berikut :
Pengertian dan perkembangan CT-SCAN
Pengertian dan penyebab tentang trauma kepala.
Prosedur pemeriksaan CT-SCAN pada kasus trauma kepala.
Gambaran hasil CT-SCAN pada kasus trauma kepala.
B. Tujuan Penelitian.
Tujaun penulisan ini secara garis besar terbagi atas :
1.
Tujuan Umum.
2.
Mengetahui pengertian dan perkembangan CT-SCAN dari awal mula diciptkan sampai
berkembang hingga saat ini dan mengetahui penyebab terjadinya trauma kepala.
Tujuan Khusus.
Mengetahui dan memahami tentang prosedur CT-SCAN tentang kasus trauma kepala
serta memahami gambaran pada kasus trauma kepala.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori CT-Scan.
Computerized Tomography Scanning atau yang lebih di kenal dengan nama CT-scan mempunyai prinsip kerja
yang sama dengan rontgen, yaitu menggunakan sinar-X. Perbedaannya terletak pada gambar yang dihasilkan, dan
juga cara kerjanya. Sinar-X mempunyai sifat tidak dibelokkan oleh medan listrik dan magnet serta mempunyai daya
tembus yang sangat besar terhadap suatu benda. Karena itu sinar-X digunakan dalam alat-alat medis untuk melihat
kenampakan tubuh manusia dan memeriksa kelainan dalam tubuh manusia yang tidak bisa di lihat dengan mata
telanjang.
B.
Pengertian CT-scan
Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu:
a.
b.
c.
Brain contusion
d.
Brain atrofi
e.
Hydrocephalus
f.
Inflamasi
Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of Roentgenology" dengan
istilah Computed Tomography (CT)
C. Sejarah Perkembangan CT-Scan
a.
Tahun 1917 , J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat
digambarkan dari proyeksinya
b. Tahun 1963 , A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh
manusia
c.
Tahun 1972 , G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan
klinis
d.
e.
Tahun 1975 , First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama kalinya CT-Scan dapat digunakan
untuk pemeriksaan seluruh tubuh
f.
g.
h.
i.
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara
berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua di antaranya menerima
sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar
rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga titik, menurut posisi jam
12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
E. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan
Adapun prosedur yang biasanya dilakukan sebelum memulai pemeriksaan melalui CT-Scan, yaitu:
a.
b.
c.
Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya
kelainan
d.
Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit
e.
f.
Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protective lead
approan
g.
a.
mg
Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50
b.
c.
Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya
selama 24 jam
d.
Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan
dokter bila terjadi hal tersebut pada pasien.
G. Konsep Fisika dalam CT-Scan
Sinar-X merupakan salah satu dari aplikasi gelombang elektromagnetik yang menjadi sebuah fenomena
yang ditemukan oleh Roentgen pada laboratoriumnya. Sebuah fenomena yang kemudian menjadi awal pencitraan
medis (medical imaging) Penemuan ini juga menjadi titik awal perkembangan fisika medis di dunia, yang
menkonsentrasikan aplikasi ilmu fisika dalam bidang kedokteran.
Citra atau gambar yang dihasilkan dari sinar-X ini sifatnya adalah membuat gambar 2 dimensi dari organ
tubuh yang dicitrakan dengan memanfatkan konsep atenuasi berkas radiasi pada saat berinterakasi dengan materi.
Gambar atau citra objek yang diinginkan kemudian direkam dalam media yang kemudian dikenal sebagai film. Dari
gambar yang diproduksi di film inilah informasi medis dapat digali sesuai dengan kebutuhan klinis yang akan
dianalisis.
Setelah puluhan tahun sinar-X ini mendominasi dunia kedokteran, terdapat kelemahan yaitu objek organ
tubuh kita 3 dimensi dipetakan dalam gambar 2 dimensi. Sehingga akan terjadi saling tumpah tindih stukur yang
dipetakan, secara klinis informasi yang direkam di film dapat terdistorsi. Inilah tantangan berikutnya bagi fisikawan
untuk berkreasi. Tahun 1971, seorang fisikwan bernama Hounsfield memperkenalkan sebuah hasil invensinya yang
dikenal dengan Computerized Tomography atau yang lazim dikenal dengan nama CT-Scan.
Invensi Hounsfield ini menjawab tantangan kelemahan citra sinar-X konvensional yaitu CT dapat
mencitrakan objek dalam 3 Dimensi yang tersusun atas irisan-irisan gambar (tomography) yang dihasilkan dari
perhitungan algoritma komputer. Karya Hounsfield ini menjadi revolusi besar-besaraan dalam dunia pencitraan
medis atau kedokteran yang merupakan rangkaian yang berkaitan. Citra/gambar hasil CT dapat menujukan struktur
tubuh kita secara 3 dimensi, sehingga secara medis dapat dijadikan sebagai sebuah alat bantu untuk penegakkan
diagnosa yang dibutuhkan. Untuk mengabadikan penemunya dalam CT terdapat bilangan CT atauHounsfield
Unit (HU), namun penemuan ini juga merupakan jasa Radon dan Cormack.
H. Dampak Positif dan Negatif CT-Scan
CT-Scan merupakan salah satu alat medis yang kontroversial saat ini. Banyak orang yang merasa khawatir
menggunakan CT-Scan dengan berbagai alasan. Sebenarnya jika diteliti lebih lanjut, lebih banyak kelebihan CTScan daripada kekurangannya.
CT scan (Computerized Tomography) merupakan alat imaging yang menggunakan sinar- X. Alat ini mulamula digunakan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada otak. Tetapi sejalan dengan perkembangannya alat ini
dapat dipakai untuk mendeteksi kelainan-kelainan seluruh tubuh. Dengan CT Scan akan lebih banyak penyakitpenyakit yang dapat terdeteksi dimana dengan alat imaging konvensional tidak dapat terlihat. CT scan juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi kelenjar getah bening, paru, hati, otak, tulang belakang, atau daerah yang lain
dengan detail terutama pada kasus metastasis. CT scan juga digunakan secara periodik selama perawatan untuk
mengevaluasi respon pengobatan.
Salah satu kelebihan pemeriksaan dengan CT scan adalah pemeriksaannya relatiif mudah, relatif aman, dan
akurasi yang tinggi. Pada trauma spinal vVisualisasi dari fraktur tulang (dengan dislokasi maupun tanpa dislokasi)
visualisasi adanya fragment tulang di dalam spinal canal. Di daerah thorax CT pada umumnya diperlukan untuk
mendeteksi dampak trauma tumpul dan extensinya maupun organ-organ yang terkait, seperti ruptur diafragma
dengan kemungkinan herniasi organ-organ abdominal ke intrathorakal, demikian juga laserasi pembuluh darah
maupun struktur tracheobronchial merupakan indikasi penting CT-Scan. CT merupakan langkah lanjut, apabila
ditemukan keraguan pada USG.
Kekurangan CT-Scan adalah logam membuat gambaran artefak dan mempunyai efek samping radiasi
karena menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar potongan tubuh sehingga tentu saja pasien yang sedang
dalam pemeriksaan CT-Scan akan terpapar dengan sinar- X. CT-Scan dengan teknologi saat ini hanya akan
memaparkan 4% saja dari radiasi sinar-X yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar-X biasa.
Oleh karena itu, ibu hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT-Scan dan wajib memberitahukan kondisi
kehamilannya pada dokter sebelum dokter merekomendasikan pemeriksaan CT-Scan. Munculnya gambaran artefak
(gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama
perekaman CT Scan berlangsung, pasien yang menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam,
atau kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya gambaran artefak. Pada kasus trauma spinal
fraktur yang paralel potongan CT dapat tak terdeteksi.
1.
2.
1.
2.
b.
1.
2.
3.
c.
1.
2.
Diensefalon berisi thalamus,hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus berada berada pada salah satu
sisi pada sepertuga ventrikel dan aktifitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua
implus memori,sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3.
Batang otak
Terletak pada fossa anterior,bagian-bagiannya meliputi: otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Otak
tengah menghubungkan pons dsan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan
motorik dan sebagai pusat reflex pendengaran dan penglihatan.
Pons terletak didepan serebelum antara otak tengah dan medulla serta merupakan jembatan antara dua bagian
serebelum.
4.
Serebelum
Serebelum terletak pada fosaa posterior dan terpisah dari hemister serebral,lipatan dura meter tentorium
serebelum. Berfungsi mengotrol gerakan dan keseimbangan.
Medulla spinalis
Medulla spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar dari hemisfer serebral sebagai
penghubung otak dan saraf perifer. Medulla spinalis panjangnya 45cm memanjang dari foramen magnum didasar
tengkorak sampai bagian atas lumbal kedua tulang belakang. Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7
segmen servikal,12 thorakal,5 lumbal,5 sakral dan 5 segmen koksigius.
Sistem saraf perifer
Merupakan seperangkat saluran biasa yang terletak diluar system saraf pusat. Saraf perifer merupakan saraf
tunggal yaitu saraf motorik,sensorik,dan campuran. Saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf cranial yang membawa
implus dari dank e otak,3spinalis.1 pasang saraf spinal,yang membawa implus ke dan dari medulla. Tiap saraf
member penginraan bagian-bagian disebut dermatotomis. Saraf perifer yang menyalurkan informasi ke saraf pusat
ialah aferen dan sensorik,saraf perifer yang mengirim informasi dari pusat saraf disebut eferen atau motorik.
Sistem saraf autonom
Kotraksi otot yang tidak dibawa control kesadaran,seperti otot jantung,sekresi semua digesti dan kelnjar
keringat serta aktifitas organ endokrin dikotrol oleh system saraf autonom. Hipotalamus dalam pengawasan system
saraf autonom.
System saraf simpatis dan parasimpatis
Sebagai mediator pada stimulus simpatis adalah noreepinefrin. Mediator implus parasimpatis adalah
asetilkolin. Pada system saraf simpatis: siap siaga untuk membantu proses kegawatdaruratan. Tubuh mempersiapkan
untuk respon fight or fight jika ada ancaman. System saraf parasimpatis sebagai pengontrol dominan,untuk efektor
visceral atau organ yang ada didalam tubuh dari dalam.
d.
e.
f.
g.
B.
10
C.
a)
Jenis Trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009).
Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup
dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala
setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu
pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.
(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut;
Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or
hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan splintering.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma
subdural (Duldner, 2008).
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian
kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear
pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat
(Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur
basis kranii yaitu rhinorrhea(cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejalaraccoons eye (penumpukan
darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan
pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).
Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang
kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari
(Garg, 2004).
b)
c)
11
kehilangan kesadaran penuh sesaat. Jika jaringan otak dilobus frontal terkena klien akan berperilaku sedikit
aneh,sementara jika lobus temporal yang terkena maka akan menimbulkan amnesia dan disoreintasi.
Penatalaksanaan meliputi kegiatan:
Mengobservasi klien terhadap adanya sakit kepala,pusing,peningkatan kepekaan terhadap rangsang dan cemas.
Memberikan informasi,penjelasan,dan dukungan terhadap klien tentang dampak paskacomosio
Melakukan perawatan 24 jam sebelum klien dipulangkan klien dipulangkan
Memberitahukan klien/keluarga untuk segera membawa klien kerumah sakit jika ditemukan tanda-tanda sukar
bangun,konvulsi (kejang),sakit kepala berat,muntah,dan kelemahan pada salah satu sis tubuh
Mengajurkan klien untuk melakukan untuk melakukan kegiatan normal perlahan dan bertahap.
d)
e)
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengan kata lain, pada
luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah
apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada
tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.
Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai sebagian atau
seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujungujung saraf yang rusak.
f) Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan
dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).
D.
Perdarahan Intrakranial
a. Perdarahan Epidural (Hematoma Epidural)
Setelah cedera kepala ringan, darah terkumpul diruan epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan
durameter. Keadaan ini sering diakibatkan karena terjadinya fraktur tulang tengkorank yang menyebabkan arteri
meningeal tengah putus atau rusak (laserasi)-dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak menuju
bagian tipis tulang temporal-dan terjadi hemoragik sehingga terjadi penekanan pada otot.
Penatalaksanaan untuk hematoma epidural dipertimbangkan sebagai keadaan darurat yang ekstrem,dimana
deficit neurologis atau berhentinya pernafasan dapat terjadi dalam beberapa menit. Tindakan yang dilakukan terdiri
atas membuat lubang pada tulang tengkorak (burr),mengangkat bekuan dan mengontrol titik pendarahan.
b.
Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah pengumpulan darah pada ruang diantara dura meter dan dasar otak,yang pada
keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma subdural paling dering disebabkan karena trauma,tetapi dapat juga
terjadi akibat kecenderungan pendarahan yang serius dan aneurisma. Hematoma subdural lebih sering terjadi pada
venadan merupakan akibat dari putusnya pembuluh darah kecilyang menjebatani ruang subdural. Hematoma
subdural bisa terjadi akut,subakut,dan kronis tergantung padaukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah
pendarahan yang terjadi.
1.
12
2.
3.
Hematomasubdural akut dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio atau laserasi.
Biasanya klien dalam keadaankomaatau mempunyai keadaan klinis yang sama dengan hematoma epidural tekanan
darah meningkat dan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat.
Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.
Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
Perdarahan subdural subakut
Hematoma subdural subakut adakah sekuel dari kontusio sedikit berat dan dicurigai pada klien dengan
kegagalan untuk meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala.
Tanda-tanda dan gejalanya hampir sama pada hematoma subdural akut yaitu:
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Oedema pupil
Perdarahan subdural kronis
Hematoma subdural kronis menyerupai kondisi lain yang mungkin dianggap sebagai stroke. Pendarahan
sedikit menyebar dan mungkin dapai kompresi pada intracranial. Darah dalam otak mengalami perubahan karakter
dalam 2-4 hari,menjadi kental dan lebih gelap. Dalam beberapa minggu bekuan mengalami warna serta konsistensi
seperti minyak mobil. Otak beradaptasi pada invasi benda asing ini,tanda serta gejala klinis klien berfluktuasi seperti
terdapat sering sakit kepala hebat,kejang fokal.
Tindakan terhadap hematoma subdural kronis terdiri atas bedah pengangkatan bekuan dengan dengan
menggunakan penghisap dan pengirigasian area tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui pembuatan lubang
(burr) ganda atau kraniotomi yang dilakukan untuk lesi massa subdural yang cukup besar yang dapat dilakukan
melalui pembuatan lubang (burr).
E. Patofisiologi.
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terja di dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder.
Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat
disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi-deselarasi
gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Cedera
primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi
coup. Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.
Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi
trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid)
menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan
(contrecoup).
13
F.
1.
2.
3.
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap
lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan,
iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.
1 TAHUN
0-1 TAHUN
Mata
membuka
diperintah
setelah
1 TAHUN
0-1 TAHUN
Menurut perintah
Melokalisasi nyeri
Menghindari nyeri
Menghindari nyeri
Fleksi (dekortikasi)
Ekstensi (decerebrasi)
Eksternal abnormal
RESPON
MATA
>5 TAHUN
mampu
0-2 TAHUN
Orientasi baik
berkomunikasi
Disorientasi
tapi
berkomunikasi
Kadang-kadang menagis /
menjerit
Mengeluarkan suara
14
dan
2-5 TAHUN
mampu
Menangis kuat
Menyebutkan kata-kata
yangtidak sesuai
Menangis lemah
1.
2.
3.
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 15
Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 13
Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 8
a) Trauma Kepala Ringan
Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam
rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah
hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001).
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah cedara otak
karena tekanan atau terkena benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang
ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata
pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004).
Tanda dan gejala:
Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.
Letargik.
b) Trauma Kepala Sedang
Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat
inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu
untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat
bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004).
c) Trauma Kepala Berat
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y,
1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada
cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses
patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada
penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai
dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan
kondisi asidosis otak (DeSalles etal., 1986). Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata
asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).
Tanda dan gejala:
15
Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.
G.
1.
2.
3.
H.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh
sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%
dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala
(Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak
32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat
sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado, Thomas, 2007). Penyebab utama terjadinya
trauma kepala adalah seperti berikut:
Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain
atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena
gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.
Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau kelompok
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain
(secara paksaan).
UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk pasien cedera kepala meliputi hal-hal dibawah ini:
CT-scan (dengan tanpa kontras)
MRI
Angiografi berkala
EEG berkala
Foto rontgen
PET
Pemeriksaan CFS
Kadar elektrolit
Skrining toksikologi
AGD
1.
Teknik Pemeriksaan CT-SCAN Brain Non Kontras Dengan Klinis Trauma Akibat jatuh 5 Tahun Yang Lalu.
Pemeriksaan CT Scan Brain (Otak) merupakan pemeriksaan yang dominan di setiap Rumah sakit/klinik di
seluruh dunia . Parameter scan harus disesuaikan dengan kelainan patologis . Pada umumnya, pemeriksaan
16
dilakukan dengan menggunakan potongan axial. Potongan coronal hanya dilakukan jika diperlukan pada kasus
tertentu . Prinsipnya semua scan harus diawali dengan scanning tanpa kontras.
2.
Patient Positioning.
Pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga merasa nyaman diatas meja scanner, agar mengurangi
pergerakan saat scanning. Scout radiograf (Topografi) harus mampu menampakkan anatomi yang dimaksud.
Untuk Axial Positioning, terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dengan baik, seperti :
Topogram
Examination
Patient Positioning
- Gunakan head holder
- Pasien supine, head first
- Dagu sedikit fleksi
Axial
lateral topogram/
scout
Sedangkan, untuk Coronal Positioning terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dengan baik, seperti :
Topogram
Examination
Patient Positioning
- Gunakan head holder
Coronal
lateral topogram/
scout
3.
Scanning.
17
Coronal scan harus dikerjakan dalam waktu sesingkat mungkin, mengingat positioning coronal tidak terlalu
nyaman bagi pasien. Sehingga, pada coronal scan harus hati-hati terhadap dental filling yang dapat menyebabkan
artefak pada pemeriksaan CT Brain dengan posisi coronal.
Pasien yang tidak kooperatif atau tidak tenang selama pemeriksaan merupakan masalah yang serius pada
pemeriksaan CT Scan mengingat sedikit saja ada pergerakan pasien selama scanning akan menyebabkan movement
artefak yang cukup besar. Gambaran yang tidak jelas berada pada area antara kedua tulang petrosum. Fenomena ini
merupakan artefak yang wajar dan sangat sulit dihilangkan
4.
image reproduction
criteria
anatomy covered
18
Slice
Table
Thickness
Movement
2 mm
2 mm
Acquisition
mAs
range 1
Axial Spiral pitch =
1.0
kV
algorithm
Rotation Time
0.75-1.5
140
250
300
range 2
275
10 mm
10 mm
Axial Sequence
140
300
second
1.75.1.5 second
Untuk teknik pemeriksaannya, pada range 1 mulai dari bagian bawah basis cranium sampai dengan bagian
atas tulang petrosum. Pada range ini gunakan slice thickness yang lebih tipis . Sedangkan, pada range 2 lanjutan dari
range 1 sampai dengan verteks, dengan slice thickness yang lebih tebal.
6.
Acquisition
Slice Thickness
Table
Movement
mAs
kV
3 mm
5 mm
250-300
140
algorithm
Rotation Time
soft tissue
0.75-1.5
adult head
second
range 1
Axial
Sequence
range 2
soft tissue
Axial
10 mm
10 mm
275-300
140
0.75-1.5 second
adult head
Sequence
Sedangkan, teknik pemeriksaan dengan menggunakan sequence ini sangat membantu jika pasien tidak
dapat tenang selama pemeriksaan. Pertimbangannya adalah jika akan dilakukan scanning maka dapat diulang pada 1
atau 2 slice yang gambarnya tidak baik.
7.
Window
Width
Centre
2000-3000
200-500
19
100-160
30-40
70-90
30-40
Blood
180
80
8.
Pada saat printing atau pencetakkan gambaran CT-Brain dengan klinis trauma harus diprint atau dicetak dengan
2 window (bone and blood window). Bone window untuk memperlihatkan fraktur dan blood window untuk
memperlihatkan perdarahan bila ada pada obyek tersebut.
20
BAB III
HASIL DATA.
1.
Hasil Pemeriksaan.
Setelah melakukan pengambilan data terhadap pasien CT-SCAN pada RSPAD Gatot Soebroto, kami
mendapatkan data pasien dengan identitas sebagai berikut :
a.
b.
c.
Nama
: Tn. Benny (Tn BNY).
Umur
: 26 tahun
No.Rekam Medis: 43.77.60
Telah melakukan :
a.
b.
Dengan Kinis : Trauma pada kepala akibat jatuh 5 tahun yang lalu.
Dan dengan hasil analisa dokter sebagai berikut :
21
Deskripsi :
Sulci perifer, sisterna system maupun fissure Sylvii tidak melebar.
Ventrikel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III dan IV normal
Tak tampak kelainan pada parenkim cerebri dan cerebelll.
Tak tampak distorsi midline maupun tanda desak ruang..
Sinus paranasalis cerah. Hipertrofi konka inferior kanan-kiri.
Mastoid air cells kanan kiri cerah. Septum nasi deviasi minimal ke kanan.
Bulbus oculi simetris kanan kiri. Tulang-tulang intak.
Tak tampak fraktur pada tulang-tulang kalvaria.
Dengan hasil gambaran CT-SCAN dengan potongan axial yang ketebalan satu sama lain sebesar 5 mm dan
rang number sebesar 24.
2.
Pembahasan.
Berikut ini merupakan prosedur untuk melakukan pemeriksaan CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak dengan
Non Kontras, ialah :
a)
Amprah pasien yang bernama Tn. Benny (Tn BNY) diantar langsung oleh petugas administrasi khusus
CT-SCAN setelah mendapat acc dari dokter radiologi yang bertanggung jawab pada saat itu.
b) Setelah memasukkan data pasien pada komputer, seperti nama pasien, no. RM, tanggal lahir, dan jenis
c)
kelamin.
Sementara itu, petugas yang lainnya memanggil Tn. Benny (Tn. BNY) untuk melakukan pemeriksaan
CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak Non Kontras. Sebelum itu, petugas mengingatkan pada pasien
untuk melepas kalung, gigi palsu, atau benda logam pada area kepala sampai leher.
d) Setelah aman dari benda logam, petugas memposisikan pasien dengan posisi supiune dan kepala yang
e)
f)
g)
22
i)
Petugas yang lainnya, mengisi di buku nomer 2 karena berasal dari BPJS Mandiri dengan nama,
pemeriksaan, no. RM, tanggal lahir, petugas yang bertanggung jawab, serta menulis data pasien pada
amplop.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN.
A. KESIMPULAN
23
1.
Pada pemeriksaan pasien dengan klinis trauma kepala sebaiknya di buat dengan potongan axial dan dibuat
dengan dua window yakni window bone dan window blood untuk melihat ada atau tidaknya fraktur beserta
2.
pendarahan di dalamnya.
Untuk pemeriksaan CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak dengan Non Kontreas, sebaiknya
memberitahukan pada pasien untuk melepas gigi palsu beserta anting karena dapat menimbulkan artefak
3.
4.
berlangsung. \
Konsultasikan ke dokter radiologi yang bertugas saat itu juga, untuk menambah dengan menggunakan
1.
2.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Brain Injury Association of America. Types of BrainInjury. Http://www.biausa.org [diakses 19 Juni 2008]
3.
American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala. Dalam : Advanced Trauma Life
Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Komisi trauma IKABI, 2004.
4.
Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam : Neurosurgery 2nd edition. New
York: McGraw Hill, 1996.
24
5.
Gennarelli TA, Meaney DF. Mechanism of Primary Head Injury. Dalam: Neurosurgery 2nd edition. New
York : McGraw Hill, 1996.
6.
Hickey JV. Craniocerebral Trauma. Dalam: The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical
Nursing 5th edition. Philadelphia : lippincot William & Wilkins, 2003. 7. Findlaw Medical Demonstrative
Evidence. Closed headtraumatic brain injury. Http://findlaw.doereport.com[diakses 19 Juni 2008]
7.
8. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra Grafindo, 2005.
25