Anda di halaman 1dari 25

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK IMEJING CT SCAN

DENGAN KLINIS KANKER REKTUM.

DI SUSUN
OLEH
Muhamad Syaiful Alwi
P23130114058

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II


TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T karena berkat anugerah dan
penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teknik Pemeriksaan
Radiodiagnostik Imejing CT-SCAN Dengan Klinis Kanker Rektum .
Kami tak lupa juga berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah yang berjudul Teknik Pemeriksaan Radiodiagnostik Imejing CTSCAN Dengan Klinis Kanker Rektum. Terima kasih terucap kepada :
1. Pak Dwi selaku kepala di Instalasi Radiologi
2. Para radiografer yang telah memberikan ilmu tentang CT SCAN
3. Pihak-pihak lainnya yang turut membantu terselesaikannya karya tulis iini.
Sekali lagi, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak-pihak
yang terkait tersebut. Kiranya ALLAH S.W.T selalu melimpahkan berkat-berkatNya.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.

Jakarta, 01 November 2016

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
CT atau CAT-SCAN merupakan alat radiologi imejing yang bersifat diagnostic yang digunakan untuk
menampilkan gambar penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar X-ray dengan bantuan computer.
Gambaran-gambaran yang dihasilkan memungkinkan untuk melihat bagian dalam tubuh dalam bentuk potonganpotongan. CT-SCAN sering digunakan untuk mengevaluasi otak (Brain), leher (Cervical) , tulang belakang
(Vertebrae), dada(Thorax), perut (Abdomen), panggul(Pelvis), dan sinus (SPN).
Penggunaan CT-SCAN telah merevolusi bidang medis karena memungkinkan dokter untuk melihat penyakit di
masa lalu, yang sering kali ini hanya bisa ditemukan di meja operasi atau meja otopsi. Sehinnga, CT-SCAN adalah
pemeriksaan radiologi diagnostic yang bersifat non-invasif, aman, dan ditoleransi dengan baik yang akan
memberikan hasil tampilan yang sangat dilakukan serinci pada bagian tubuh.
Penggunaan CT-SCAN yang semakin sering dilakukan di dunia, mendorong kami untuk mengetahui lebih
dalam bagaimana prinsip kerja dan pengaplikasian dengan karsinoma rektum dengan alat tersebut..
Kanker Rektal menyerang lebih sering pada usia tua.Lebih dari 90% penyakit ini menimpa penderita di atas
usia 50 tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun pun dapat juga terkena.Sekitar 3% kanker ini
menyerang penderita pada usia di bawah 40 tahun.Karsinoma.Kanker rektum merupakan tumor ganas terbanyak di
antara tumor ganas saluran cerna dimana kanker dimana kanker tersebut kolon dan rectum. Lebih dari 60%tumor
kolorektal berasala dari rectum.Kanker rectum merupakan salah satu jenis kanker yang tercatat sebagai penyakit
yang paling mematikan di dunia, namun penyakit ini bukan tidak dapat disembuhkan.Jika penderita telah terdeteksi
secara dini,maka kemungkinan untuk sembuh dapat mencapai 50%.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan adanya penegakan diagnose Abdomen dengan pemeriksaan klinis awal
yang ditunjang dengan diagnose imejing technique (khusunya CT-SCAN Abdomen
Pemeriksaan CT-SCAN merupakan salah satu pemeriksaan penunjang pada kasus kanker rectum.CT-SCAN
dapat mengevaluasi kavitas abdomen dari pasien kanker kolon prooperatif,CT Scan dapat mendeteksi metastasis ke
hepar,kelenjar adrenal,ovarium,kelenjar limfa,dan organ lainnya di pelvis.Penggunaan CT Scan denagn kontras dari
abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi metastasis pada hepar dan daerah intraperitoneal

Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, akan dirumuskan sebagai berikut :
Pengertian dan perkembangan CT-SCAN
Pengertian dan penyebab tentang trauma kepala.
Prosedur pemeriksaan CT-SCAN pada kasus trauma kepala.
Gambaran hasil CT-SCAN pada kasus trauma kepala.
B. Tujuan Penelitian.
Tujaun penulisan ini secara garis besar terbagi atas :
1.

Tujuan Umum.

2.

Mengetahui pengertian dan perkembangan CT-SCAN dari awal mula diciptkan sampai
berkembang hingga saat ini dan mengetahui penyebab terjadinya trauma kepala.
Tujuan Khusus.
Mengetahui dan memahami tentang prosedur CT-SCAN tentang kasus trauma kepala
serta memahami gambaran pada kasus trauma kepala.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teori CT-Scan.
Computerized Tomography Scanning atau yang lebih di kenal dengan nama CT-scan mempunyai prinsip kerja
yang sama dengan rontgen, yaitu menggunakan sinar-X. Perbedaannya terletak pada gambar yang dihasilkan, dan
juga cara kerjanya. Sinar-X mempunyai sifat tidak dibelokkan oleh medan listrik dan magnet serta mempunyai daya
tembus yang sangat besar terhadap suatu benda. Karena itu sinar-X digunakan dalam alat-alat medis untuk melihat
kenampakan tubuh manusia dan memeriksa kelainan dalam tubuh manusia yang tidak bisa di lihat dengan mata
telanjang.
B.

Pengertian CT-scan

Ada banyak pengertian mengenai CT-Scan, di antaranya:


a.
Tomography (CT) adalah sinar-X dengan menggunakan teknik tomografi dimana berkas sinar-X menembus
bagian tubuh pasien dari berbagai arah. (Marthis Prokap and Michael Galanski, 2003 Chapter 1, P : 2)
b.
CT ( Computed Tomography ) merupakan alat diagnostik sinar-X dengan metode tomografi transversal yang
akan menghasilkan gambaran irisan melintang dengan hasil tampilan dalam skala algorithma. (Grey Scale dan
J.Alexander)

Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan, yaitu:
a.

Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses

b.

Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark

c.

Brain contusion

d.

Brain atrofi

e.

Hydrocephalus

f.

Inflamasi
Berikut ini merupakan istilah-istilah lain dari CT-Scan yang biasa digunakan, di antaranya:

a.

Computed / Computerized Tomography (CT)

b.

Computed Axial Tomography (CAT)

c.

Computerized Aided Tomography

d.

Computerize Transverse Axial Tomography (CTAT)

e.

Recontructive Tomography (RT)

f.

Computed Transmission Tomography (CAT)

g.
Pada akhirnya, ditetapkan oleh "Radiology and American Journal of Roentgenology" dengan
istilah Computed Tomography (CT)
C. Sejarah Perkembangan CT-Scan
a.
Tahun 1917 , J.H. Radon melakukan transformasi radon, gambar dari objek yang tidak diketahui dapat
digambarkan dari proyeksinya
b. Tahun 1963 , A.M. Cormack mulai mengembangkan teknik untuk menentukan distribusi penyerapan tubuh
manusia
c.
Tahun 1972 , G.N. Hounsfield dan J. Ambrose menghasilkan gambaran CT pertama kali untuk keperluan
klinis
d.

Tahun 1974, 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala

e.
Tahun 1975 , First Whole Body scanner in clinical use. Untuk pertama kalinya CT-Scan dapat digunakan
untuk pemeriksaan seluruh tubuh
f.

Tahun 1979 , Hounsfield dan Cormack dianugerahi hadiah nobel

g.

Tahun 1989, diperkenalkannya Spiral CT

h.

Tahun 1998, diperkenalkannya Multislice CT

i.

Tahun 2000, lebih dari 30000 clinical CT Installations


D. Prinsip Kerja CT-scan

Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara
berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua di antaranya menerima
sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar
rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga titik, menurut posisi jam
12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit.
E. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan
Adapun prosedur yang biasanya dilakukan sebelum memulai pemeriksaan melalui CT-Scan, yaitu:
a.

Posisi pasien harus dalam keadaan terlentang dengan tangan terkendali

b.

Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner

c.
Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya
kelainan
d.

Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit

e.

Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer

f.
Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protective lead
approan
g.

Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.


F. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pemeriksaan tersebut, yaitu:

a.
mg

Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50

b.

Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung

c.
Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya
selama 24 jam
d.
Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan
dokter bila terjadi hal tersebut pada pasien.
G. Konsep Fisika dalam CT-Scan
Sinar-X merupakan salah satu dari aplikasi gelombang elektromagnetik yang menjadi sebuah fenomena
yang ditemukan oleh Roentgen pada laboratoriumnya. Sebuah fenomena yang kemudian menjadi awal pencitraan
medis (medical imaging) Penemuan ini juga menjadi titik awal perkembangan fisika medis di dunia, yang
menkonsentrasikan aplikasi ilmu fisika dalam bidang kedokteran.

Citra atau gambar yang dihasilkan dari sinar-X ini sifatnya adalah membuat gambar 2 dimensi dari organ
tubuh yang dicitrakan dengan memanfatkan konsep atenuasi berkas radiasi pada saat berinterakasi dengan materi.
Gambar atau citra objek yang diinginkan kemudian direkam dalam media yang kemudian dikenal sebagai film. Dari
gambar yang diproduksi di film inilah informasi medis dapat digali sesuai dengan kebutuhan klinis yang akan
dianalisis.
Setelah puluhan tahun sinar-X ini mendominasi dunia kedokteran, terdapat kelemahan yaitu objek organ
tubuh kita 3 dimensi dipetakan dalam gambar 2 dimensi. Sehingga akan terjadi saling tumpah tindih stukur yang
dipetakan, secara klinis informasi yang direkam di film dapat terdistorsi. Inilah tantangan berikutnya bagi fisikawan
untuk berkreasi. Tahun 1971, seorang fisikwan bernama Hounsfield memperkenalkan sebuah hasil invensinya yang
dikenal dengan Computerized Tomography atau yang lazim dikenal dengan nama CT-Scan.
Invensi Hounsfield ini menjawab tantangan kelemahan citra sinar-X konvensional yaitu CT dapat
mencitrakan objek dalam 3 Dimensi yang tersusun atas irisan-irisan gambar (tomography) yang dihasilkan dari
perhitungan algoritma komputer. Karya Hounsfield ini menjadi revolusi besar-besaraan dalam dunia pencitraan
medis atau kedokteran yang merupakan rangkaian yang berkaitan. Citra/gambar hasil CT dapat menujukan struktur
tubuh kita secara 3 dimensi, sehingga secara medis dapat dijadikan sebagai sebuah alat bantu untuk penegakkan
diagnosa yang dibutuhkan. Untuk mengabadikan penemunya dalam CT terdapat bilangan CT atauHounsfield
Unit (HU), namun penemuan ini juga merupakan jasa Radon dan Cormack.
H. Dampak Positif dan Negatif CT-Scan
CT-Scan merupakan salah satu alat medis yang kontroversial saat ini. Banyak orang yang merasa khawatir
menggunakan CT-Scan dengan berbagai alasan. Sebenarnya jika diteliti lebih lanjut, lebih banyak kelebihan CTScan daripada kekurangannya.
CT scan (Computerized Tomography) merupakan alat imaging yang menggunakan sinar- X. Alat ini mulamula digunakan untuk mengetahui kelainan-kelainan pada otak. Tetapi sejalan dengan perkembangannya alat ini
dapat dipakai untuk mendeteksi kelainan-kelainan seluruh tubuh. Dengan CT Scan akan lebih banyak penyakitpenyakit yang dapat terdeteksi dimana dengan alat imaging konvensional tidak dapat terlihat. CT scan juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi kelenjar getah bening, paru, hati, otak, tulang belakang, atau daerah yang lain
dengan detail terutama pada kasus metastasis. CT scan juga digunakan secara periodik selama perawatan untuk
mengevaluasi respon pengobatan.
Salah satu kelebihan pemeriksaan dengan CT scan adalah pemeriksaannya relatiif mudah, relatif aman, dan
akurasi yang tinggi. Pada trauma spinal vVisualisasi dari fraktur tulang (dengan dislokasi maupun tanpa dislokasi)
visualisasi adanya fragment tulang di dalam spinal canal. Di daerah thorax CT pada umumnya diperlukan untuk
mendeteksi dampak trauma tumpul dan extensinya maupun organ-organ yang terkait, seperti ruptur diafragma
dengan kemungkinan herniasi organ-organ abdominal ke intrathorakal, demikian juga laserasi pembuluh darah
maupun struktur tracheobronchial merupakan indikasi penting CT-Scan. CT merupakan langkah lanjut, apabila
ditemukan keraguan pada USG.
Kekurangan CT-Scan adalah logam membuat gambaran artefak dan mempunyai efek samping radiasi
karena menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar potongan tubuh sehingga tentu saja pasien yang sedang
dalam pemeriksaan CT-Scan akan terpapar dengan sinar- X. CT-Scan dengan teknologi saat ini hanya akan
memaparkan 4% saja dari radiasi sinar-X yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar-X biasa.
Oleh karena itu, ibu hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT-Scan dan wajib memberitahukan kondisi
kehamilannya pada dokter sebelum dokter merekomendasikan pemeriksaan CT-Scan. Munculnya gambaran artefak

(gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama
perekaman CT Scan berlangsung, pasien yang menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam,
atau kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya gambaran artefak. Pada kasus trauma spinal
fraktur yang paralel potongan CT dapat tak terdeteksi.

A. Anatomi system persyarafan


a.

Susunan saraf manusia:

1.

2.

1.
2.

Susunan saraf pusat


Otak besar atau serebum
Otak kecil atau serebelum
Batang otak
Susunan saraf perifer
Susunan saraf somatik
Susunan syaraf otonom
Susunan saraf simpatis
Susunan saraf parasimpatis

b.

1.
2.
3.

c.
1.

2.

Selaput otak meningen


Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang yang berfungsi melindungi struktur saraf yang
halus, membawa darah dan cairan sekresi serebrospinalis serta memperkecil benturan atau getaran pada otak dan
sumsum tulang belakang.
Durameter: adalah lapisan paling luar menutup otak dan medulla spinalis. Bersifat liat,tebal,tidak elastic,berupa
serabut dan berwarna abu-abu.
Arakhnoidea: adalah membran bagian tengah bersifat tipis dan lembut menyerupai laba-laba.membran ini berwarna
putih karena tidak dialiri darah.
Piameter: adalah membrane yang paling dalam berupa dinding yang tipis,transparan,yang menutupi otak dan
meluas kesetiap lapisan daerah otak.
Otak
Otak adalah suatu alat yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari semua alat tubuh.
Otak besar (serebrum)
Terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus,substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding serebrum dan
substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Substansia grasea terbentuk dari badan-badan sel saraf
dan memenuhi korteks serebri,nucleus dan basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang
menghubungkan bagian-nagian otak dengan bagian yang lain.
Keempat lobus serebrum adalah: frontal,pariental,temporal,oksipital.
Diensefalon

Diensefalon berisi thalamus,hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus berada berada pada salah satu
sisi pada sepertuga ventrikel dan aktifitas primernya sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima semua
implus memori,sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3.

Batang otak
Terletak pada fossa anterior,bagian-bagiannya meliputi: otak tengah, pons, dan medulla oblongata. Otak
tengah menghubungkan pons dsan serebelum dengan hemisfer serebrum. Bagian ini berisi jalur sensorik dan
motorik dan sebagai pusat reflex pendengaran dan penglihatan.
Pons terletak didepan serebelum antara otak tengah dan medulla serta merupakan jembatan antara dua bagian
serebelum.

4.

Serebelum
Serebelum terletak pada fosaa posterior dan terpisah dari hemister serebral,lipatan dura meter tentorium
serebelum. Berfungsi mengotrol gerakan dan keseimbangan.
Medulla spinalis
Medulla spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar dari hemisfer serebral sebagai
penghubung otak dan saraf perifer. Medulla spinalis panjangnya 45cm memanjang dari foramen magnum didasar
tengkorak sampai bagian atas lumbal kedua tulang belakang. Medulla spinalis tersusun dari 33 segmen yaitu 7
segmen servikal,12 thorakal,5 lumbal,5 sakral dan 5 segmen koksigius.
Sistem saraf perifer
Merupakan seperangkat saluran biasa yang terletak diluar system saraf pusat. Saraf perifer merupakan saraf
tunggal yaitu saraf motorik,sensorik,dan campuran. Saraf perifer terdiri dari 12 pasang saraf cranial yang membawa
implus dari dank e otak,3spinalis.1 pasang saraf spinal,yang membawa implus ke dan dari medulla. Tiap saraf
member penginraan bagian-bagian disebut dermatotomis. Saraf perifer yang menyalurkan informasi ke saraf pusat
ialah aferen dan sensorik,saraf perifer yang mengirim informasi dari pusat saraf disebut eferen atau motorik.
Sistem saraf autonom
Kotraksi otot yang tidak dibawa control kesadaran,seperti otot jantung,sekresi semua digesti dan kelnjar
keringat serta aktifitas organ endokrin dikotrol oleh system saraf autonom. Hipotalamus dalam pengawasan system
saraf autonom.
System saraf simpatis dan parasimpatis
Sebagai mediator pada stimulus simpatis adalah noreepinefrin. Mediator implus parasimpatis adalah
asetilkolin. Pada system saraf simpatis: siap siaga untuk membantu proses kegawatdaruratan. Tubuh mempersiapkan
untuk respon fight or fight jika ada ancaman. System saraf parasimpatis sebagai pengontrol dominan,untuk efektor
visceral atau organ yang ada didalam tubuh dari dalam.

d.

e.

f.

g.

B.

Pengertian Trauma Kepala


Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala
sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat,
2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik
(Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006)

10

C.

a)

Jenis Trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009).
Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup
dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala
setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu
pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.
(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut;
Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or
hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan splintering.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma
subdural (Duldner, 2008).
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian
kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear
pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat
(Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur
basis kranii yaitu rhinorrhea(cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejalaraccoons eye (penumpukan
darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan
pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).
Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang
kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari
(Garg, 2004).

b)

Luka memar (kontosio)


Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana n pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga
darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka
memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal,
temporal dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema.
Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004).
Umumnya,individu yang mengalami cidera luas mengalami fungsi motorik abnormal,gerakan mata abnormal,dan
peningkatan TIK yang merupakan prognosis buruk.

c)

Cedera kepala ringan (Komosio)


Setelah cidera kepala ringan,akan terjadi kehilangan fungsi neurologis sementara dan tanpa kerusakan
struktur. Komosio (commotio) umumnya meliputi suatu periode tidak sadar yangberakir sselama beberapa detik
sampai beberapa menit. Kedaaan komosio ditunjukan dengan gejala pusing atau berkunang-kunang. Dan terjadi

11

kehilangan kesadaran penuh sesaat. Jika jaringan otak dilobus frontal terkena klien akan berperilaku sedikit
aneh,sementara jika lobus temporal yang terkena maka akan menimbulkan amnesia dan disoreintasi.
Penatalaksanaan meliputi kegiatan:
Mengobservasi klien terhadap adanya sakit kepala,pusing,peningkatan kepekaan terhadap rangsang dan cemas.
Memberikan informasi,penjelasan,dan dukungan terhadap klien tentang dampak paskacomosio
Melakukan perawatan 24 jam sebelum klien dipulangkan klien dipulangkan
Memberitahukan klien/keluarga untuk segera membawa klien kerumah sakit jika ditemukan tanda-tanda sukar
bangun,konvulsi (kejang),sakit kepala berat,muntah,dan kelemahan pada salah satu sis tubuh
Mengajurkan klien untuk melakukan untuk melakukan kegiatan normal perlahan dan bertahap.

d)

Laserasi (luka robek atau koyak)

e)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengan kata lain, pada
luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah
apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada
tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut.
Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai sebagian atau
seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujungujung saraf yang rusak.
f) Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan
dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).
D.
Perdarahan Intrakranial
a. Perdarahan Epidural (Hematoma Epidural)
Setelah cedera kepala ringan, darah terkumpul diruan epidural (ekstradural) diantara tengkorak dan
durameter. Keadaan ini sering diakibatkan karena terjadinya fraktur tulang tengkorank yang menyebabkan arteri
meningeal tengah putus atau rusak (laserasi)-dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak menuju
bagian tipis tulang temporal-dan terjadi hemoragik sehingga terjadi penekanan pada otot.
Penatalaksanaan untuk hematoma epidural dipertimbangkan sebagai keadaan darurat yang ekstrem,dimana
deficit neurologis atau berhentinya pernafasan dapat terjadi dalam beberapa menit. Tindakan yang dilakukan terdiri
atas membuat lubang pada tulang tengkorak (burr),mengangkat bekuan dan mengontrol titik pendarahan.
b.
Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah pengumpulan darah pada ruang diantara dura meter dan dasar otak,yang pada
keadaan normal diisi oleh cairan. Hematoma subdural paling dering disebabkan karena trauma,tetapi dapat juga
terjadi akibat kecenderungan pendarahan yang serius dan aneurisma. Hematoma subdural lebih sering terjadi pada
venadan merupakan akibat dari putusnya pembuluh darah kecilyang menjebatani ruang subdural. Hematoma
subdural bisa terjadi akut,subakut,dan kronis tergantung padaukuran pembuluh darah yang terkena dan jumlah
pendarahan yang terjadi.
1.

Perdarahan subdural akut

12

2.

3.

Hematomasubdural akut dihubungkan dengan cedera kepala mayor yang meliputi kontusio atau laserasi.
Biasanya klien dalam keadaankomaatau mempunyai keadaan klinis yang sama dengan hematoma epidural tekanan
darah meningkat dan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat.
Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.
Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
Perdarahan subdural subakut
Hematoma subdural subakut adakah sekuel dari kontusio sedikit berat dan dicurigai pada klien dengan
kegagalan untuk meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala.
Tanda-tanda dan gejalanya hampir sama pada hematoma subdural akut yaitu:
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Oedema pupil
Perdarahan subdural kronis
Hematoma subdural kronis menyerupai kondisi lain yang mungkin dianggap sebagai stroke. Pendarahan
sedikit menyebar dan mungkin dapai kompresi pada intracranial. Darah dalam otak mengalami perubahan karakter
dalam 2-4 hari,menjadi kental dan lebih gelap. Dalam beberapa minggu bekuan mengalami warna serta konsistensi
seperti minyak mobil. Otak beradaptasi pada invasi benda asing ini,tanda serta gejala klinis klien berfluktuasi seperti
terdapat sering sakit kepala hebat,kejang fokal.
Tindakan terhadap hematoma subdural kronis terdiri atas bedah pengangkatan bekuan dengan dengan
menggunakan penghisap dan pengirigasian area tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui pembuatan lubang
(burr) ganda atau kraniotomi yang dilakukan untuk lesi massa subdural yang cukup besar yang dapat dilakukan
melalui pembuatan lubang (burr).
E. Patofisiologi.

Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terja di dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder.
Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat
disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi-deselarasi
gerakan kepala. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan contrecoup. Cedera
primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi
coup. Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.
Akselarasi-deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi
trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semisolid)
menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan
(contrecoup).

13

F.

1.
2.
3.

Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap
lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan,
iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.

Skor Koma Glasgow (SKG)


Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran
dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah;
Proses membuka mata (Eye Opening)
Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response)
Reaksi bicara (Best Verbal Response)
Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma Glasgow
(Glasgow Coma Scale).
Table 2.1 Skala Koma Glasgow
Eye Opening
RESPON
MATA

1 TAHUN

0-1 TAHUN

Mata terbuka dengan spontan

Membuka mata spontan

Mata
membuka
diperintah

Membuka mata oleh teriakan

Mata membuka setelah diberi


rangsang nyeri

Membuka mata oleh nyeri

Tidak membuka mata

Tidak membuka mata

setelah

Best Motor Response


RESPON
MATA

1 TAHUN

0-1 TAHUN

Menurut perintah

Belum dapat dinilai

Dapat melokalisir nyeri

Melokalisasi nyeri

Menghindari nyeri

Menghindari nyeri

Fleksi (dekortikasi)

Fleksi abnormal (decortikasi)

Ekstensi (decerebrasi)

Eksternal abnormal

Tidak ada gerakan

Tidak ada respon


Best Verbal Response

RESPON
MATA

>5 TAHUN
mampu

0-2 TAHUN

Orientasi baik
berkomunikasi

Disorientasi
tapi
berkomunikasi

Menyebutkan kata-kata yang


tidak sesuai (kasar, jorok)

Menangis dan menjerit

Kadang-kadang menagis /
menjerit

Mengeluarkan suara

Mengeluarkan suara lemah

Mengeluarkan suara lemah

14

dan

2-5 TAHUN

mampu

Menyebutkan kata-kata yang


sesuai

Menangis kuat

Menyebutkan kata-kata
yangtidak sesuai

Menangis lemah

1.
2.
3.

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 15
Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 13
Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 8
a) Trauma Kepala Ringan
Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam
rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah
hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001).
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah cedara otak
karena tekanan atau terkena benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang
ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata
pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004).
Tanda dan gejala:
Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.

Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.

Mual atau dan muntah.

Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.

Perubahan keperibadian diri.

Letargik.
b) Trauma Kepala Sedang
Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat
inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu
untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat
bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004).
c) Trauma Kepala Berat
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y,
1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada
cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses
patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada
penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai
dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan
kondisi asidosis otak (DeSalles etal., 1986). Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata
asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).
Tanda dan gejala:

15

Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.

Perubahan ukuran pupil (anisokoria).

Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).


Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.

G.

Penyebab Trauma Kepala

1.

2.

3.

H.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh
sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%
dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala
(Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak
32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat
sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado, Thomas, 2007). Penyebab utama terjadinya
trauma kepala adalah seperti berikut:
Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain
atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena
gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.
Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau kelompok
yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain
(secara paksaan).
UJI DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk pasien cedera kepala meliputi hal-hal dibawah ini:
CT-scan (dengan tanpa kontras)
MRI
Angiografi berkala
EEG berkala
Foto rontgen
PET
Pemeriksaan CFS
Kadar elektrolit
Skrining toksikologi
AGD
1.

Teknik Pemeriksaan CT-SCAN Brain Non Kontras Dengan Klinis Trauma Akibat jatuh 5 Tahun Yang Lalu.

Pemeriksaan CT Scan Brain (Otak) merupakan pemeriksaan yang dominan di setiap Rumah sakit/klinik di
seluruh dunia . Parameter scan harus disesuaikan dengan kelainan patologis . Pada umumnya, pemeriksaan

16

dilakukan dengan menggunakan potongan axial. Potongan coronal hanya dilakukan jika diperlukan pada kasus
tertentu . Prinsipnya semua scan harus diawali dengan scanning tanpa kontras.
2.

Patient Positioning.

Pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga merasa nyaman diatas meja scanner, agar mengurangi
pergerakan saat scanning. Scout radiograf (Topografi) harus mampu menampakkan anatomi yang dimaksud.
Untuk Axial Positioning, terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dengan baik, seperti :
Topogram

Examination

Patient Positioning
- Gunakan head holder
- Pasien supine, head first
- Dagu sedikit fleksi

Axial

- Kedua tangan disamping tubuh atau diatas dada

lateral topogram/

- Gunakan alat fiksasi dan immobilisasi


axial brain

scout

- Pastikan bahwa pasien merasa nyaman. Gunakan selimut

(to include entire head)

- Orbita Meatal pararel terhadap scan plane


-Topogram : lateral dari base skull ke vertex
- Axial base line diambil dari garis inferoorbital floor ke EAM.
Alternatif pilihan irisan (2/10 mm,3/10 mm, 5/10 mm, 5/5 mm, 7/7 mm ).

Sedangkan, untuk Coronal Positioning terdapat langkah-langkah yang harus diikuti dengan baik, seperti :
Topogram

Examination

Patient Positioning
- Gunakan head holder

Coronal

- Pasien prone, head first,

lateral topogram/

dengan leher ekstensi


Coronal Brain

scout

- Kedua tangan disamping tubuh

(to include entire head)

- Gunakan alat fiksasi dan immobilisasi


- Pastikan bahwa pasien merasa nyaman. Gunakan selimut

3.

Scanning.

17

Coronal scan harus dikerjakan dalam waktu sesingkat mungkin, mengingat positioning coronal tidak terlalu
nyaman bagi pasien. Sehingga, pada coronal scan harus hati-hati terhadap dental filling yang dapat menyebabkan
artefak pada pemeriksaan CT Brain dengan posisi coronal.
Pasien yang tidak kooperatif atau tidak tenang selama pemeriksaan merupakan masalah yang serius pada
pemeriksaan CT Scan mengingat sedikit saja ada pergerakan pasien selama scanning akan menyebabkan movement
artefak yang cukup besar. Gambaran yang tidak jelas berada pada area antara kedua tulang petrosum. Fenomena ini
merupakan artefak yang wajar dan sangat sulit dihilangkan
4.

Dengan Kriteria pada gambaran CT-SCAN mencakup beberapa hal, seperti :


- whole cerebrum
- whole cerebellum

visualisation imaging criteria

- whole skull base


- vessels after the introduction of IV contrast media
- sharp reproduction of the border between grey and white
matter
- sharp reproduction of the basal ganglia
- sharp reproduction of the ventricular system

image reproduction
criteria

- sharp reproduction of the cerebrospinal fluid space


around the mesencephalon
- sharp reproduction of the cerebrospinal fluid space over
the brain
- sharp reproduction of the great vessels and the choroid
plexuses after the introduction of IV contrast media

anatomy covered

- from the foramen magnum to the skull vertex


- 10-12 degrees above the orbito-meatal (OM) line to reduce

gantry scan plane


dose to the lenses of the eye (refer figure 4)
5.

Untuk Scan Parameter Spiral beserta Teknik Pemeriksaannya, ialah :

18

Slice

Table

Thickness

Movement

2 mm

2 mm

Acquisition

mAs

range 1
Axial Spiral pitch =
1.0

kV

algorithm

Rotation Time

soft tissue adult


head

0.75-1.5

140

250
300

range 2

275
10 mm

10 mm

Axial Sequence

140
300

second

soft tissue adult


head

1.75.1.5 second

Untuk teknik pemeriksaannya, pada range 1 mulai dari bagian bawah basis cranium sampai dengan bagian
atas tulang petrosum. Pada range ini gunakan slice thickness yang lebih tipis . Sedangkan, pada range 2 lanjutan dari
range 1 sampai dengan verteks, dengan slice thickness yang lebih tebal.
6.

Untuk Scan Parameter Sequence beserta Teknik Pemeriksaannya, ialah :

Acquisition

Slice Thickness

Table
Movement

mAs

kV

3 mm

5 mm

250-300

140

algorithm

Rotation Time

soft tissue

0.75-1.5

adult head

second

range 1
Axial
Sequence
range 2
soft tissue
Axial

10 mm

10 mm

275-300

140

0.75-1.5 second
adult head

Sequence
Sedangkan, teknik pemeriksaan dengan menggunakan sequence ini sangat membantu jika pasien tidak
dapat tenang selama pemeriksaan. Pertimbangannya adalah jika akan dilakukan scanning maka dapat diulang pada 1
atau 2 slice yang gambarnya tidak baik.
7.

Windowing untuk CT Brain dengan klinis trauma.

Window

Width

Centre

Bone range 1 & 2

2000-3000

200-500

19

Soft Tissue range 1

100-160

30-40

Soft Tissue range 2

70-90

30-40

Blood

180

80

8.

Pada saat printing atau pencetakkan gambaran CT-Brain

Pada saat printing atau pencetakkan gambaran CT-Brain dengan klinis trauma harus diprint atau dicetak dengan
2 window (bone and blood window). Bone window untuk memperlihatkan fraktur dan blood window untuk
memperlihatkan perdarahan bila ada pada obyek tersebut.

20

BAB III
HASIL DATA.
1.

Hasil Pemeriksaan.

Setelah melakukan pengambilan data terhadap pasien CT-SCAN pada RSPAD Gatot Soebroto, kami
mendapatkan data pasien dengan identitas sebagai berikut :
a.
b.
c.

Nama
: Tn. Benny (Tn BNY).
Umur
: 26 tahun
No.Rekam Medis: 43.77.60

Dengan persiapan alat dan bahan meliputi :


a.
b.
c.

Pesawat Rontgen CT-SCAN Siemens 128 Slices


Bantal penyangga untuk kepala
Selimut untuk menutupi tubuh pasien supaya tidak terlalu dingin selama pemeriksaan berlangsung.

Telah melakukan :
a.
b.

Pemeriksaan : CT-SCAN tanpa kontras


Sub. Pemeriksaan : Brain atau Kepala atau Otak dengan potongan axial.

Dengan Kinis : Trauma pada kepala akibat jatuh 5 tahun yang lalu.
Dan dengan hasil analisa dokter sebagai berikut :

21

Deskripsi :
Sulci perifer, sisterna system maupun fissure Sylvii tidak melebar.
Ventrikel lateralis kanan dan kiri, ventrikel III dan IV normal
Tak tampak kelainan pada parenkim cerebri dan cerebelll.
Tak tampak distorsi midline maupun tanda desak ruang..
Sinus paranasalis cerah. Hipertrofi konka inferior kanan-kiri.
Mastoid air cells kanan kiri cerah. Septum nasi deviasi minimal ke kanan.
Bulbus oculi simetris kanan kiri. Tulang-tulang intak.
Tak tampak fraktur pada tulang-tulang kalvaria.

Dengan hasil gambaran CT-SCAN dengan potongan axial yang ketebalan satu sama lain sebesar 5 mm dan
rang number sebesar 24.

2.

Pembahasan.

Berikut ini merupakan prosedur untuk melakukan pemeriksaan CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak dengan
Non Kontras, ialah :
a)

Amprah pasien yang bernama Tn. Benny (Tn BNY) diantar langsung oleh petugas administrasi khusus

CT-SCAN setelah mendapat acc dari dokter radiologi yang bertanggung jawab pada saat itu.
b) Setelah memasukkan data pasien pada komputer, seperti nama pasien, no. RM, tanggal lahir, dan jenis
c)

kelamin.
Sementara itu, petugas yang lainnya memanggil Tn. Benny (Tn. BNY) untuk melakukan pemeriksaan
CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak Non Kontras. Sebelum itu, petugas mengingatkan pada pasien

untuk melepas kalung, gigi palsu, atau benda logam pada area kepala sampai leher.
d) Setelah aman dari benda logam, petugas memposisikan pasien dengan posisi supiune dan kepala yang
e)
f)

terlebih dahulu masuk dalam gantry.


Petugas yang berada di control panel memilih jenis pemeriksaan, yakni Head NC dengan Head First.
Setelah petugas dalam ruangan gantry keluar, petugas di control panel memulai untuk topogram,

g)

setelah itu, akan melakukan scanning seluruhnya.


Setelah selesai melakukan scanning, petugas lalu memeriksa gambaran apakah baik atau harus

direject. Setelah baik, pasien di persilahkan turun dan boleh pulang.


h) Setelah itu, petugas di control panel mulai merekonstruksi gambaran dengan slice thickness 5.0 dan
range number 24 dan di atur dengan ukuran film 5x5, dengan hasil topogram berada pada baris
pertama. Jika sudah selesai semua, maka tinggal di print atau di cetak.

22

i)

Petugas yang lainnya, mengisi di buku nomer 2 karena berasal dari BPJS Mandiri dengan nama,
pemeriksaan, no. RM, tanggal lahir, petugas yang bertanggung jawab, serta menulis data pasien pada
amplop.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN.
A. KESIMPULAN

23

1.

Pada pemeriksaan pasien dengan klinis trauma kepala sebaiknya di buat dengan potongan axial dan dibuat
dengan dua window yakni window bone dan window blood untuk melihat ada atau tidaknya fraktur beserta

2.

pendarahan di dalamnya.
Untuk pemeriksaan CT-SCAN Brain atau Kepala atau Otak dengan Non Kontreas, sebaiknya
memberitahukan pada pasien untuk melepas gigi palsu beserta anting karena dapat menimbulkan artefak

3.

pada gambaran hasil pemeriksaan.


Pasien di beritahukan untuk tenang dan diusahakan kepalanya tidak bergerak selama pemeriksaan

4.

berlangsung. \
Konsultasikan ke dokter radiologi yang bertugas saat itu juga, untuk menambah dengan menggunakan

1.

kontras atau tidak.


B. Saran.
Pasien terkadang menunggu di bagian adminstrasi dan susah untuk memanggil pasien tersebut untuk di

2.

lakukan pemeriksaan CT-SCAN.


Kurangnya kursi pada ruang tunggu CT-SCAN sehingga, terkadang ada pasien atau keluarga pasien yang
harus berdiri selama menunggu pemeriksaan tersebut.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1.

PERDOSSI cabang Pekanbaru. Simposium trauma kranio-serebral

tanggal 3 November 2007. Pekanbaru.

2.

Brain Injury Association of America. Types of BrainInjury. Http://www.biausa.org [diakses 19 Juni 2008]

3.

American College of Surgeon Committee on Trauma. Cedera Kepala. Dalam : Advanced Trauma Life
Support fo Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia. Komisi trauma IKABI, 2004.

4.

Turner DA. Neurological evaluation of a patient with head trauma. Dalam : Neurosurgery 2nd edition. New
York: McGraw Hill, 1996.

24

5.

Gennarelli TA, Meaney DF. Mechanism of Primary Head Injury. Dalam: Neurosurgery 2nd edition. New
York : McGraw Hill, 1996.

6.

Hickey JV. Craniocerebral Trauma. Dalam: The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical
Nursing 5th edition. Philadelphia : lippincot William & Wilkins, 2003. 7. Findlaw Medical Demonstrative
Evidence. Closed headtraumatic brain injury. Http://findlaw.doereport.com[diakses 19 Juni 2008]

7.

Saanin S. Cedera Kepala.Http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery . [diakses 19 Juni 2008]

8. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Cedera Kepala. Jakarta : Deltacitra Grafindo, 2005.

25

Anda mungkin juga menyukai