metabolik dan zat beracun di dalam tubuh. Resiko kerusakan ginjal akibat toksiksisitas obatobatan dan bahan kimiawi meningkat. Angka kejadian acute renal injury yang disebabkan
nefrotoksisitas meningkat setelah pemberian obat-obatan. Ginjal membutuhkan proteksi
untuk mencegah efek oksidatif obat-obatan. Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan
salah satu hewan laut yang diketahui mengandung senyawa antioksidan yang memiliki efek
protektif terhadap sel-sel tubuh.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian
ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) terhadap kadar ureum dan kreatinin tikus (Rattus
novergicus) yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Post Test Only Control
Group Design. Dua puluh delapan ekor tikus jantan terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan
(P1 dan P2) dan 2 kelompok kontrol (K+ dan K-). Kelompok P1 dan P2 diinjeksi dengan
CCl4 10% (1 ml/kgBB) secara intraperitoneal, sedangkan kelompok K- diinjeksi dengan olive
oil tiga kali seminggu selama 5 minggu. Pada minggu ke-5, kelompok P1 dan P2 diberi
ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) dengan dosis 11 dan 15 mg/200 gramBB tikus
sekali sehari selama 4 minggu, sedangkan kelompok kontrol hanya diberi CMC 1% 1
ml/kgBB. Pada minggu ke-8 sampel darah diambil secara intrakardiak untuk pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin. Data hasil pemeriksaan yang diperoleh dianalisis dengan uji
Oneway-ANOVA dan Kruskall-Wallis.
Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan
nilai signifikansi p=0,011 (p<0,05) pada ureum dan p=0,036 (p<0,05) pada kreatinin.
Simpulan: Pemberian ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) berpengaruh terhadap kadar
ureum dan kreatinin tikus yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl4).
Kata kunci: Teripang pasir, Holothuria scabra, ureum, kreatinin, CCl4
5.1
Hasil
Penelitian ini menggunakan empat kelompok penelitian, yaitu 2
11,25 mg/200
teripang
pasir
(Holothuria
scabra)
terhadap
tikus
(Rattus
novergicus) galur Wistar yang diinduksi CCl4 adalah kadar ureum dan
kreatinin.
Hasil pengukuran kadar ureum dan kreatinin tikus (Rattus novergicus)
setelah diberi perlakuan terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1 Hasil pengukuran kadar ureum dan kreatinin
Kelompok
P1
P2
Rerata + SD
Ureum (mg/dL)
Keratinin (mg/dL)
25,60 + 2,70
0,24 + 0,05
23,20 + 3,27
0,32 + 0,04
K+
K-
32,80 + 1,30
36,80 + 11,52
0,36 + 0,05
0,38 + 0,13
Keterangan :
P1
: CCl4 + Ekstrak teripang pasir 11,25 mg/200 gramBB
P2
: CCl4 + Ekstrak teripang pasir 15 mg/200 gramBB
K+
: CCl4 + CMC 1% 1 ml/kgBB
K: CMC 1% 1 ml/kgBB
P1
0,980
0,006
Nilai p Kelompok
P2
K+
0,544
0,421
0,000
0,006
K0,444
0,021
Berdasarkan Tabel 5.2, hasil uji normalitas data kadar ureum pada
seluruh kelompok terdistribusi normal (p>0.05), sedangkan data kadar
kreatinin tidak terdistribusi normal (p<0,05). Oleh karena itu, uji hipotesis
yang digunakan adalah uji parametrik dengan menggunakan uji One-way
ANOVA untuk kadar ureum danuji non parametrik menggunakan uji
Kruskal-Wallis untuk kadar kreatinin.
P1
p=0,547
p=0,084
p=0,011
P2
p=0,547
p=0,026
p=0,003
K+
p=0,084
p=0,026
p=0,321
Kp=0,011
p=0,003
p=0,321
-
Tabel 5.4 menunjukkan hasil uji post hoc LSD kadar ureum antar
kelompok penelitian dan didapatkan hasil signifikan pada kelompok P1
dengan K- (p=0,01), kelompok P2 dengan K+ (p=0,02), serta P2 dengan K(p=0,00).
Berdasarkan tabel 5.3, hasil uji statistik menggunakan uji KruskalWallis didapatkan nilai signifikansi 0,03 (p<0,05) yang berarti bahwa
pemberian ekstrak teripang pasir memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kadar kreatinin hewan coba. Uji data kemudian dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin
yang bermakna antar kelompok.
Tabel 5.5 Hasil uji Mann-Whitney kadar kreatinin antara kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan
Kelompok
P1
P2
K+
K-
P1
p=0,042
p=0,020
p=0,032
P2
p=0,042
p=0,221
p=0,439
K+
p=0,020
p=0,221
p=0,817
Kp=0,032
p=0,439
p=0,817
-
5.2
Pembahasan
antioksidan
dan
antiinflamasi
sehingga
dapat
melindungi
terhadap organ lain seperti ginjal. Hal ini kemudian mendasari peneliti
untuk melakukan penelitian ini.
Penentuan dosis ekstrak teripang pasir (Holothuria scabra) yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan pada penelitian terdahulu
mengenai efek protektif simplisia teripang pasir (Holothuria scabra)
terhadap hepatotoksisitas yang diinduksi karbon tetraklorida (CCl 4). Dosis
yang digunakan pada penelitian tersebut adalah 25 mg/200 gramBB Rat,
75 mg/200 gramBB Rat, 100 mg/200 gramBB Rat, 125 mg/200 gramBB
Rat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan rerata enzim dan perubahan
histopatologi terbaik didapatkan pada dosis 75 mg/200 gramBB Rat dan
100 mg/200 gramBB Rat sehingga dosis tersebut digunakan pada
penelitian ini. Dosis simplisia teripang pasir yang telah dikonversikan ke
dosis ekstrak adalah 11,25 mg/kgBB dan 15 mg/kgBB. (Nurhidayati, 2009;
Suryani, 2011).
Induksi
CCl4
merupakan
metode
yang
dilakukan
untuk
memicu
laju
filtrasinya.
Peningkatan
kadar
kreatinin
dalam
darah
kadar
ureum
dalam
darah
dapat
dipengaruhi
oleh
katabolisme
yang
meningkat.
Penurunan
ekskresi
ureum
CCl4
terjadi
karena
absorbsi
CCl4
pada
injeksi
adalah
fase
yang
ditandai
dengan
penurunan
GFR,
untuk
mencegah
senyawa-senyawa
lain
agar
tidak
vitamin
dapat
mereduksi
peroksidasi
lipid
dengan
yang
atom
berperan
sebagai
hidrogennya,
antioksidan
berada
dalam
dengan
bentuk
cara
glukosida
bebas,
dan
menghambat
terjadinya
reaksi
berantai
dari
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Saran