Anda di halaman 1dari 11

A.

PENGERTIAN KOROSI
Korosi

adalah

penurunan

mutu

dari

peralatan

logam. Korosi bisa

disebut

sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk

kehidupan

manusia

sehari-hari.

Dalamtabel

periodik,

besi

mempunyai

simbol Fe dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Besi dan
baja hampir 80% dari logam lainya, padahal besi dan baja mempunyai kelemahan yaitu
korosi.
Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:

Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar

Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan

Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.

Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi
menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.

Mekanisme Korosi
Proses korosi dapat terjadi apabila sekurang-kurangnya terdapat sepasang reaksi oksidasi dan
reduksi yang berlangsung secara serempak dengan kecepatan reaksi yang sama.
Reaksi Anodik dan Katodik
Reaksi anodik dalam setiap proses korosi merupakan reaksi oksidasi suatu logam menjadi
ionnya yang ditandai dengan kenaikan valensi atau pelepasan elektron. Secara umum reaksi
anodik dapat dituliskan sebagai berikut:
M Mn+ + ne-, di mana n adalah jumlah elektron yang dihasilkan dan besarnya sama dengan
valensi ion logam yang terkorosi.
Reaksi katodik dalam setiap proses korosi merupakan reaksi reduksi yang ditandai dengan
penurunan valensi atau penyerapan elektoron. Ada beberapa reaksi katodik yang berbeda
yang sering dijumpai dalam proses korosi logam, yaitu:
Suasana asam:

Tanpa oksigen: 2H+ + 2e- H2 . (1)

Dengan oksigen: 4H+ + O2 + 4e- 2H2O .. (2)


Suasana basa atau netral: 2H2O + O2 + 4e- 4OH- (3)
Reduksi ion logam:

Mn+ + ne- M ..
(5)

Mn+ + e- M(n-1)+ . (6)


Dari sekian banyak reaksi katodik, yang umum dijumpai adalah reaksi (1), (2) dan (3). Dari
sini dapat disimpulkan bahwa peranan air dan oksigen sangat dominan dalam proses korosi.

B. KOROSI PADA JEMBATAN


Sebagian besar bangunan prasarana sipil menggunakan tulangan beton untuk
memperkuat konsruksi betonnya. Beton bertulang telah digunakan sebagai struktur utama
maupun struktur pelengkap hampir di setiap bangunan sipil di beberapa negara. Dewasa ini
sering terlihat pada proyek bangunan sipil yang komponennya beton bertulang, namun
terdapat kelemahan pada penggunaan baja tulangan yaitu baja tulangannya banyak
mengalami korosi akibat pengaruh dari lingkungan. Tulangan baja pada beton bertulang yang
terkorosi bisa mengurangi kekuatan dari struktur tersebut. Tulangan beton tersebut sangat
rentan terhadap pengaruh unsur kimia yang dapat menyebabkan korosi.
Korosi terjadi akibat adanya unsur kimia di lingkungan asam. Unsur-unsur kimia yang
mempunyai sifat korosif diantaranya sulfat, khlorida dan nitrat. Banyak lahan di wilayah
Indonesia berupa rawa. Air rawa umumnya mempunyai kadar asam tinggi, dan mengandung
unsur sulfat, khlorida dan nitrat yang melebihi kondisi normal air tanah.
Korosi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kekuatan konstruksi.
Proses korosi yang terjadi pada material yang terbuat dari bahan logam disebabkan karena
adanya proses pelepasan elektron pada logam (anoda) yang kemudian elektron tersebut
diterima oleh logam lain (katoda). Proses tersebut terjadi apabila adanya zat yang bersifat
sebagai elektrolit yang berfungsi sebagai penghantar listrik. Korosi adalah suatu fenomena
yang komplek yang terjadi tidak hanya pada material yang terbuat dari metal namun korosi
secara umum diketahui terjadi pada permukaan metal yang disebut general corrosion.
Semakin tinggi kualitas tulangan beton semakin rendah laju korosi yang terjadi.
Korosi pada baja tulangan saat ini banyak ditemui pada struktur beton bertulang. Salah satu
penyebab terjadinya korosi adalah pengaruh lingkungan.

C. IDENTIFIKASI POTENSI KOROSI


Udara bebas dapat menghantarkan material bebas di udara sehingga menempel pada
jembatan baja, tentu saja material ini menjadi pemicu laju korosi. Asap (polusi) kendaraan
bermotor dan polusi hasil pabrik juga menjadi faktor pemicu korosi, selain itu faktor hujan
juga dapat mempengaruhi laju korosi pada jembatan baja, karena pada air hujan banyak
mengandung ion hidrogen yang dapat menyebabkan korosi pada jembatan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi korosi, yaitu :


1.Kelembaban udara
2. Elektrolit
3.Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4.Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

D. DAMPAK KOROSI
Tulangan baja pada beton bertulang yang mengalami korosi dapat menyebabkan
pengurangan kekuatan dari struktur tersebut, sehingga bila kerusakan ini terus berlanjut akan
mengakibatkan bangunan beton tersebut menjadi tidak layak untuk digunakan.
Korosi pada tulangan baja balok beton bertulang mengakibatkan pengurangan luas
permukaan baja tulangan dan menimbulkan diskontinuitas pada permukaan baja. Korosi pada
baja tulangan selain menyebabkan pengurangan luas permukaan juga menimbulkan volume
senyawa hasil reaksi korosi yang lebih besar daripada volume baja yang bereaksi. Hal ini
dapat mengakibatkan selimut beton mengalami keretakkan. Jika kerusakan ini terus berlanjut,
maka bangunan beton tidak layak dipakai lagi.
Menurut Al-Sulaimani (1990) tingkat

korosi

sampai

dengan

1,5%

tidak

mempengaruhi kapasitas maksimum beton memikul beban, saat 4,5% mengalami korosi
dapat mengurangi kapasitas maksimum memikul beban sampai tersisa 12%. Secara umum,
tingkat korosi dapat ditentukan dari persentase berat yang hilang. Begitu pula kuat geser pada
balok beton bertulang, akibat pengaruh dari korosi mengakibatkan penurunan kemampuan
kuat geser dari balok tersebut yang berati juga menurunkan kemampuan balok dalam
memikul momen lentur.

E. Laju Korosi
Laju korosi dinyatakan dalam mpy (milli inch per year). Laju korosi dapat dihitung
dengan persamaan. Korosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan misalnya temperatur pH,
oksigen, kecepatan fluida, dan zat-zat oksidator. Laju korosi juga bergantung pada,
konsentrasi reaktan, jumlah mula-mula partikel (massa) logam, dan faktor mekanik seperti
tegangan. Untuk menghitung laju korosi, terdapat dua metode yang dapat digunakan antara
lain metode kehilangan berat atau weight gain loss (WGL) dan metode elektrokimia.

Keterangan : = laju korosi (mpy)


w = kehilangan berat (g/jam)
= berat jenis (g/cm3)
A = luas sampel (cm2)
t = waktu (jam).

F. Pencegahan korosi
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun
dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak
negatif

yang

diakibatkannya.

Dengan

penanganan

ini

umur

produktif

peralatan

elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang
direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga
berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industry serta menghemat anggaran
pembelanjaan rumah tangga.

Cara pencegahan korosi pada beton bertulang:

Usahakan kondisi pasif pada bidang kontak baja beton


Cegah / hambat proses karbonasi degradasi klorida
Cegah / hambat proses definisi beton terhadap lingkungan
Coatings/pelapisan

Adapun cara-cara yang dapat mencegah korosi :


1) Pemakaian bahan-bahan yang bermutu baik.
2) Mempertebal selimut beton
3) Menggunakan beton kedap air (secara teoritis tidak ada)
4) Penambahan dimensi struktur
5) Cara pemampatan beton yang tepat
6) Perlindungan permukaan (Coatings)
Cara ini biasanya bersifat sementara, karena bila perlindungannya cacat atau rusak
proses korosi akan berjalan lagi.
Berikut contoh lain pengendalian/pencegahan korosi :
1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi
tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain
yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain
yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng
cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk
sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat
terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi
oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda,

dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum
habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat,
Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe,
19%Cr, 9%Ni).
4. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan
air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya
melindungi besi terhadap korosi. Jenis cat yang umum dipakai untuk pengecatan komponen
baja jembatan
dapat diklasifikasikan dalam Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis Cat


No.
1
2
3

Klasifikasi Cat
Organic zinc-rich
Anorganic zinc-rich
One-pack chemical resistant

Karakteristik dan Unsur-unsur Pokok


Zinc dan organik binder
Zinc dan silikat binder
Chlorinated nibber, vinyl

Two-pack chemical resistant

Epoxy, polyurethane, resin

Coaltar epoxy resistant

Epoxy

Ketentuan Umum
Cat
Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah dilapiskan pada
permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu pengeringan yang tertentu, dan
tahan terhadap pengaruh sifat kimia, fisik dan cuaca. Berdasarkan fungsinya lapisan cat
umumnya terdiri atas:
a. Cat dasar, yang menjamin pelekatan yang baik untuk lapisan yang
berikutnya.
b. Cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat

dasar dengan lapisan cat akhir.


c. Cat akhir, yang merupakan lapisan permukaan akhir yang halus, licin,
mudah dibersihkan, dan tahan terhadap serangan zat-zat kimia.
Bahan Pelarut
Bahan pelarut adalah bahan untuk mengencerkan cat agar memiliki kekentalan yang
dikehendaki, dan biasanya terdiri atas zat organik seperti: terpentin, hidrokarbon, keton dan
ester.
Komponen Baja Jembatan
Permukaan struktur baja jembatan harus bersih dan bebas dari lemak, debu, produk
korosi, residu garam, dan sebagainya.
5. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah
kontak dengan air.

6. Pembalutan dengan Plastik.


Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan
plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.

7. Tin Plating (pelapisan dengan timah).


Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan
karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa
cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih
negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong
korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat
hancur.

8. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).


Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan
timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi
karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi

besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel
elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang
mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi,
sehingga tahan karat.

9. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).


Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung
yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan
kromium itu ada yang rusak.

10. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).


Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada
besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat
tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah
atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti
Dari segi teori, korosi tidak mungkin sepenuhnya dapat dicegah karena memang
merupakan proses alamiah bahwa semua logam akan kembali ke sifat asalnya. Asal dari tanah
kembali ke tanah, asal dari bijih besi kembali ke oksida besi. Walaupun demikian
pengendalian korosi harus dilakukan secara maksimal, karena dilihat dari segi ekonomi dan
segi keamanan merupakan hal yang tidak mungkin ditinggalkan.
Jadi pengendalian korosi harus dimulai dari perancangan, pengumpulan data
lingkungan, proses, peralatan yang dipakai bahan baku dan cara pemeliharaan yang akan
dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Directorate General of Highway, General, Spesification, Section 5.7. Paintings.
Direktorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan dan Petunjuk Perencanaan Pengecatan Untuk
Jembatan, 1981.

Irman Nurdin. 1996. Teknologi Penanggulangan Korosi Tiang Pancang.


http://ratihkumalachachae.blogspot.com/2011/12/mengenal-korosi-dan-akibatnya-serta.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Besi
http://muhammadyusuffirdaus.wordpress.com/2012/06/05/korosi-danpencegahannya/
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-27643-3108100075-Paper.pdf
http://tholkhahasan.blogspot.com/2012/04/korosi.html

Keawetan tiang
Untuk memenuhi persyaratan keawetan, pondasi tiang beton harus
direncanakan berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
-

Pada lingkungan korosif, tiang harus dibuat dengan menggunakan rencana


campuran beton kedap air.

Tebal minimum selimut beton adalah 45 mm untuk kondisi non korosif dan
55 mm pada kondisi korosif.
Tidak terdapat retak-retak pada beton yang dapat menyebabkan terjadinya
korosi pada baja tulangan.

Sebagai pertimbangan didalam pemilihan jenis tiang, khususnya tiang beton


adalah terjadinya kebocoran pasta semen, atau pengaruh lain sebelum semen
mengeras seperti air tanah yang mengalir bebas masuk ke dalam tiang yang
dicetak di tempat.

Anda mungkin juga menyukai