Anda di halaman 1dari 11

TAKE HOME

MATA KULIAH PERUBAHAN SOSIAL


KODE : IPS306

Untuk memenuhi sebagaian persyaratan kelulusan pada Mata


Kuliah
Perubahan Sosial

Dosen Pembina :
Prof. Dr. Agus Suryono, SU

Oleh :
YANI ARI SARI ASIH
NPM : 150599010146
Kelas : KELAS XV B2

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (S-2)

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS


KANJURUHAN MALANG
2016
1. Tiga Makna Perubahan Sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
sosial
Jawab :
Makna Perubahan Sosial
Menurut Gilllin and Gilin Perubahan sosial merupakan suatu variasi dari caracara hidup yang telah diterima, baik yang timbul karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun
adanya penemuan baru dalam masyarakat tersebut.
Menurut Kingsley Davis Perubahan sosial dikatakan sebagai perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat
kapitalis timbul organisasi buruh yang mengakibatkan terjadinya perubahanperubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
Menurut Samuel Koenig Perubahan sosial terlihat pada modifikasi-modifikasi
yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi itu bisa terjadi
secara intern maupun ekstern.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial adalah sebagai berikut :
a. Kontak dengan kebudayaan lain
Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan darisatu individu
ke individu lain dan satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dengan proses
tersebut, manusia maupun masyarakat lainnya. Dengan proses tersebut, menusia
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru. Melalui difusi, suatu penemuan
baru yang telah dterima oleh suatu masyarakat luas hingga seluruh masyarakat di
dunia dapat menikmati kegunaan peradapan. Terdapat dua tipe difusi, yaitu
difusi intramsyarakat dan difusi antar masyarakat. Difusi intra masyarakat
terpengaruh oleh beberapa faktor, seperti:
Suatu pengakuan bahwa unsur yang baru tersebut memiliki kegunaan. Ada
tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang memengaruhi diterima atau tidaknya
unsur-unsur yang baru.
Suatu unsur baru yang berlawanan dengan fungsi unsur lama, kemungkinan
besar tidak akan diterima.
Kedudukan dan peranan sosial dari individu yang menemukan sesuatu yang baru
dan mempengaruhi apakah hasil penemuannya itu membatasi proses difusi
tersebut.
Sementara itu, difusi antarmasyarakat dipengaruhi oleh:
Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut.
Kemampuan untuk mendemonstrasikan manfaat penemuan baru tersebut.
Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.
Ada tidaknya unsur-unsur kebudayaan yang menyaingi unsur-unsur
penemuan baru.
Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru

Paksaan untuk menerima penemuan baru


Difusi memperlancar proses-proses kebudayaan karena memperkaya
danmenambah unsur-unsur kebudayaan, yang seringkali memerlukan
perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan atau bahkan
mengganti lembaga kemasyarakatan yang lama dengan yang baru.
b. Sistem pendidikan formal yang maju
Pendidikan membantu membuka pikiran menusia sehingga mau dan mampu
menerima hal-hal yang baru. Dengan adanya sistem pendidikan formal yang
maju, sekolah akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk
maju
Apabila anggota masyarakat memiliki sikap menghargai hasil karya yang dibuat
oleh sesorang, hal ini akan mampu mendorong penemuan-penemuan baru yang
lain.
d. Toleransi atau memiliki sikap mau menerima terhadap hal-hal baru
Sikap mau menerima terhadap hal-hal baru mencirikan masyarakat yang dinamis
dan mendorong perubahan sosial. Masyarakat tidak apriori atau menolak
sebelum membuktikan hal-hal baru tersebut.
e. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat
Sistem yang terbuka berarti banyaknya kesempurnaan untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri dan dapat mendorong seseorang untuk lebih inofatif.
f. Penduduk yang heterogen
Masyarakat yang terdiri atas kelompok-kelompok sosial yang memiliki latar
belakang budaya, ras, ideologi, dan hal-hal yang berbeda, memudahkan
terjadinya pertentangan yang menyebabkan guncangan. Hal tersebut dapat
menjadi pendorong perubahan-perubahan dalam masyarakat.
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
Masyarakat yang tidak puas dengan bidang tertentu akan mendorong perubahan.
Perubahan itu dapat diawali oleh olah pikir untuk menciptakan hal-hal yang baru
guna memenuhi kebutuhan hidup.
h. Orientasi ke masa depan
Seseorang atau masyarakat pasti menginginkan kehidupan masa depan kelak
lebih baik. Orientasi ke masa depan ini dapat mendorong perubahan.
i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berusahan memperbaiki hidupnya
Manusia normal pasti ingin selalu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik.
Hal ini agar manusia dapat bertahan hidup dan terpenuhinya kebutuhan.
2. Dimensi-dimensi perubahan sosial berdasarkan kategorisasi perubahan sosial
beserta contoh-contoh peristiwanya.
Jawab :
a. Dimensi Kultural
Perubahan dalam dimensi kultural mengacu kepada perubahan kebudayaan
dalammasyarakat, seperti adanya penemuan (discovery) dalam berpikir (ilmu
pengetahuan), pembaruan hasil (invention) teknologi, kontak dengan

b.

kebudayaan lain yang menyebabkan terjadinya difusi dan peminjaman


kebudayaan. Kesemuaannya itu meningkatkan adanya integrasi unsur-unsur baru
kedalam kebudayaan. Bentuk- bentuk sosial lainnya, dimana bentuknya tidak
berubah dan tetap dalam kerangka kerjanya. Perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan sulit dipisahkan. Tetepi secara teoritis dapatlah dikatakan bahwa
perubahan sosial mengacu kepada perubahan dalam struktur sosial dan
hubungan sosial, sedangkan perubahan kebudayaan mengacu kepada perubahan
pola-pola perilaku, termasuk teknologi dan dimensi dari ilmu, material dan
nonmaterial.
Contohnya :
Toleransi dan pemahaman terhadap kultur berbagai bangsa akan berpengaruh
terhadap kemampuan seseorang dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam bekerja bersama dengan orang-orang dengan berbagai ragam latar kultural
yang berbedabeda. Kehidupan multikultural semacam ini sekarang dengan
mudah di temui di berbagai kota besar di Indonesia, misalnya perusahaan milik
Hongkong dan Amerika yang di Indonesia didalamnya bekerja orang India,
Singapura dan Indonesia dalam satu kantor. Sebagai ilustrasi Nugroho dan
Cahayani (2003: 97) memberikan contoh budaya komunikasi yang muncul
antara orang Jepang sebagai pendatang dengan orang Philipina yang bekerja di
perusahaan Jepang di Philipina. Orang Philipina menganggap bahwa cara
berkomunikasi di perusahaan tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya Jepang.
Orang-orang Jepang memiliki kebudayaan untuk membedakan cara berbicara
dan kata-kata berdasarkan tingkatan lawan bicaranya. Yang dimaksud cara
berbicara ini termasuk sikap tubuh yang memberi hormat dengan menunduk 90
derajat berulang-ulang. Cara dan sikap itu tidak terdapat dalam masyarakat
Philipina. Cara berkomunikasi seperti itu dianggap oleh orang Philipina sebagai
terlalu formal, eksklusif dan tidak membaur dengan kebudayaan lokal yang
relatif lebih praktis. Sebaliknya cara berbicara orang Philipina dianggap tidak
sopan bagi orang Jepang.
Dimensi Struktural
Dimensi struktural mengacu kepada perubahan-perubahan dalam bentuk
struktural masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya
peranan baru, perubahan dalam struktural kelas sosial dan perubahan lembaga
sosial. Secara sederhana perubahan struktural dijelaskan sebagai berubahnya
bentuk lama diganti dengan bentuk-bentuk baru yang secara tidak langsung
dapat menimbulkan difusi kebudayaan. Bentuk umum dan bentuk baru dapat
diganti dan dimodivikasi secara terus-menerus.
Contohnya :
Munculnya negara kawasan ini sangat kelihatan terutama dalam bidang
kerjasama ekonomi, seperti munculnya Uni Eropa dengan mata uang bersama
Euro, kerjasama ekonomi APEC, AFTA, dsb. Hal senada dikemukakan Daniel
Bell dalam Buchori (2001: 27) yang mengemukakan bahwa ada dua
kecenderungan yang bertolak belakang di masa depan, yaitu kecenderungan

untuk beritegrasi dalam bidang ekonomi, dan kecenderungan untuk berpecah


belah (fragmentasi) dalam kehidupan politik

c.

Dimensi Interaksional
Perubahan sosial menurut dimensi interaksional mengacu pada adanya
peubahan pola hubungan sosial di dalam masyarakat. Modifikasi dan perubahan
dalam struktur daripada komponen-komponen masyarakat bersamaan dengan
pergeseran dari kebudayaan yang membawa perubahan dalam relasi sosial. Hal
seperti frekuensi, jarak sosial, peralatan, keteraturan dan peranan undangundang, merupakan skema pengaturan dari dimensi spesifik dari perubahan
relasi sosial. Artinya, perubahan sosial dalam banyak hal dapat dianalisis dari
proses interaksi sosial.
Contohnya :
Pola interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok mengalami perubahan dari interaksi yang sifatnya
offline atau interaksi secara fisik, zaman sekarang pola interaksinya sudah mulai
bergeser atau berubah di dunia maya. Mereka berinteraksi melalui media sosial.
Perubahan dalam dimensi struktural dan kultural sebetulnya tak bisa
dipisahkan. Artinya, dalam perubahan struktural secara implisit juga dapat
dindikasikan adanya perubahan kultural sekaligus. Pembedaan antara keduanya
hanya dalam tataran analisis semata, namun secara empirik sulit dibedakan.
Namun yang jelas, perubahan sosial dalam budaya material lebih mudah terjadi
dibanding perubahan dalam budaya non-material. Kesenjangan perubahan antara
keduanya inilah yang oleh William Ogburn disebutnya dengan istilah cultural
lag (ketertinggalam kebudayaan).
Sedangkan perubahan dalam dimensi interaksional lebih menunjuk pada
konsekuensi logis dari adanya perubahan dari kedua dimensi lainnya. Misalnya
interaksi sosial sebagai konsekuensi dari dari perubahan dalam dimensi
struktural, pun bisa juga sebagai akibat dari perubahan sistem nilai dan atau
kaidah sosial. Yang jelas ketiga dimensi di atas ibarat dua sisi dari mata uang
yang sama hanya persoalannya dari tataran (dimensi) mana perubahan
dijelaskan.

3. Tiga sasaran perubaha sosial beserta strateginya


Jawab :
Sasaran Perubahan Sosial
Sasaran perubahan sosial dapat ditunjukan kepada individu, kelompok masyarakat
tertentu atau masyarakat secara keseluruhan yang akan dikenal perubahan. Sasaran
perubahan sosial tidak tepat apabila diposisikan sebagai objek perubahan sosial,
namun lebih tepat apabila kita menggunakan terminologi subjek yang akan
diubah (subjek perubahan sosial). Sasaran perubahn dalam konteks ini dapat
difokuskan pada tiga aspek, yaitu :
a. Indivudu Sebagai Sasaran Perubahan Sosial

Sebuah proses perubahan sosial dapat melibatkan individu sebagai agen


perubahan.Pemanfaatan individu sebagai agen perubahanini didasarkan atas
asumsi dasar bahwa individu yang sudah berubah akan mempengaruhi tatanan
sosial (atau kelompok, atau organisasi).
Artinya individu diubah, tidak semata-mata agar menguntungkan individu
itu sendiri, melainkan untuk tujuan yang lebuh besar seperti untuk keuntungan
kelompok atau organisasi atau untuk meningkatkan hubungan antarkelompok
atau untuk pembanguanan keseluruhan masyarakat.
Strateginya :
Apabila individu digunakan sebagai target perubahan, terdapat beberapa
strategi yang digunakan :
Strategi psikoanalisis, yang berasumsi bahwa manusia pada hakekatnya
mempunyai sifat seperti seperti yang dilukiskan Freud, yaitu menpunyai Id,
Ego, dan Superego. ( Id adalah satu-satunya kompenen kepribadian yang
hadir sejak lahir. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab
untuk menangani realitas. Superego adalah aspek kepribadian yang
menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang diperoleh
dari masyarakat)
Strategi psikologi social, yang berasumsi bahwa sifat manusia adalah fungsi
dari lingkungan sosialnya itu sendiri. Maksudnya adalah individu merupakan
representasi dari kondisi lingkungannya, sehingga ketika akan melakukan
perubahan pada suatu kelompok atau masyarakat, seorang individu dapat
diposisikan sebagai semacam sampel, atau individu dianggap memiliki
karakter yang sama dengan karakter kelompoknya.

Strategi modifikasi individu, yang berasumsi bahwa manusia bertindak atas


dasar ganjaran dan hukuman. Strategi ini akan lebih efektif digunakan untuk
mengubah perilaku individual.
Strategi pendidikan, yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia memiliki
sifat yang rasional dan akan bertindak secara logis atau sekurang-kurangnya
berdasarkan kepentingan dirinya sendiri atas dasar pengetahuan yang pernah
diperolehnya selama berinteraksi dengan individu lain.
Strategi dinamika kelompok, yang didasari ide bahwa norma yang
mempengaruhi perilaku (individu) akan tercipta dalam interaksi kelompok.
Strategi perubahan yang melibatkan individu sebagai agen perubahan
harus memilih individu yang benar-benar memiliki pengaruh didalam kelompok
tersebut. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah individu yang menduduki
posisi sebagai pemimpin formal belum tentu merupakan individu yang mampu
memengaruhi anggotanya. Orang berpengaruh dalam kondisi tertentu, tidak
selalu diposisikan sebagai pemimpin. Hal ini mungkin disebabkan, misalkan,
kualifikasi pendidikan individu tersebut tidak memenuhi syarat untuk
menduduki jabatan sebagai pemimpin formal, sehingga anggota masyarakat
mengangkat seorang individu sebagai pemimpin secara formal atau secara
simbolik, yang memenuhi kriteria formal.
b. Kelompok Sebagai Terget Perubahan Sosial

Kelompok dapat dijadikan target atau perantara perubahan. Asumsi dasar


yang digunakan adalah bahwa perubahan suasana akan memengaruhi perubahan
individu. Nilai, sikap, dan perilaku individu akan diubah melalui pengubahan
struktur sosial atau melalui perubahan kelompok yang menjadi tempat individu.
Strateginya adalah :
Metode yang mengubah komposisi kelompok, dengan cara mengubah
keanggotaannya.
metode yang mengubah proses atau struktur kelompok yaitu dengan cara
mengubah pola komunikasi di dalam kelompok itu, atau dengan cara
meningkatkan peranan anggota kelompok dalam proses pembuatan
keputusan.
c. Struktur Sebagai Target Perubahan Sosial
Struktur sosial memiliki makna yang sangat luas, dalam hal ini, struktur
mencakup pola stratifikasi sosial dan juga diferensiasi sosial. Perubahan
ditinggkat struktur sosial merupakan satu aspek yang memiliki jangkauan yang
sangat luas pula. Kata struktur menunjuk pada aktifitas membangun sesuatu
dan menghasilkan produk akhir, yaitu membangun suatu tindakan. Konsep
struktur sosial dari pemaknaan ini, kemudian diperluas pada bagian-bagian yang
membentuk organisme biologis dan berbagai macam organ, berbagai macam
batuan yang membentuk bumi, dan susunan atom sampai molekul. Namun
mengubah struktur sosial berarti harus memerhatikan perubahan yang lebih luas,
yang menyebar keseluruh bagian masyarakat yang lebih luas pula dari pada
segelintir kelompok atau organisasi.
Strateginya adalah :
Melalui gerakan sosial merupakan agen perubahan tang dapat mengubah
struktur dalam waktu singkat dan memiliki jangkauan yang sangat luas, terutama
bila gerakan sosial tersebut memanfaatkan media.
4. Tiga resiko atau konsekuensi dari perubahan sosial
Jawab :
Perubahan sosial yang terjadi dengan sangat cepat akan menimbulkan resiko
negatif yang sangat besar. Apalagi jika perubahan tersebut terjadi secara mendadak,
itu akan mengacaukan dan menggoyahkan peranan individu, selain itu juga akan
terjadinya disorganisasi unsur-unsur secara keseluruhan disertai problema sosial.
Kecenderungan semua perubahan mengandung faktor resiko besar. Berikut ini
adalah beberapa faktor-faktor resiko dalam perubahan sosial.
a. Adanya Kepentingan Individu dan Kelompok
Pada umumnya setiap individu dan kelompok tertentu merupakan
pendukung kuat terhadap suatu perubahan, sejauh mana perubahan itu tidak
merugikan kepentingan individu dan kelompok tersebut. Perubahan sosial dan
kebudayaan mengandung ancaman nyata terhadap orang-orang yang
mempunyai kepentingan pribadi dan kelompok tertentu.

Dalam perubahan sosial dan kebudayaan, orang-orang dan kelompokkelompok usaha besar selalu berupaya mendesak lahirnya peraturan
pemerintah dan mencampuri pengambilan keputusan pemerintah yang
berkaitan dengan kepentingan mereka. Bila ditinjau dari kepentingan individu
dan kelompok dari sisi lain, adalah bahwa pada umumnya perubahan sosial
tidak dapat berjalan lancar sampai saat orang-orang kuat menyesuaikan
kepentingan pribadi mereka, dan merasa pasti bahwa perubahan sosial akan
menguntungkan mereka.
Contohnya banyaknya industry formula makanan bayi telah berhasil
deprogramkan sebagai makanan modern yang menjadi lawan dari susu ibu
(ASI), hal tersebut akan memperkaya orang yang mempunyai perusahaan
industry dengan mengorbankan kesehatan bayi, karena belum tentu semuanya
cocok bagi kesehatan bayi bahkan dapat menimbulkan efek samping.
b. Timbulnya Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan resiko perubahan. Suatu masyarakat yang
sedang mengalami proses perubahan pasti menimbulkan masalah sosial. Hal
tersebut dikarenakan kondisi dalam masyarakat itu sendiri atau dari luar yang
mengalami perubahan sehingga tidak lagi dapat diterima oleh masyarakat
tersebut. Di samping itu, dapat pula karena nilai-nilai masyarakat yang telah
merubah dengan menilai kondisi lama sebagai kondisi yang tidak lagi dapat
diterima.
c. Kesenjangan Budaya (Cultural Lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan
mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat
berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sulit untuk berubah. Apabila
terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan erat, maka tak ada
persoalan mengenai tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan.
Apabila unsur-unsur dalam masyarakat sangat erat intergrasinya maka unsurunsur dalam masyarakat itu tidak akan berfungsi dengan baik.
William F. Ogburn (dalam Soerjono Soekanto, 2000:377)
mengungkapkan sebuah teori mengenai kesenjangan budaya. Teori tersebut
mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhannya tetapi ada bagian yang tumbuh cepat,
sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara taraf
kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari masyarakat
dinamakan cultural lag.
Kesenjangan budaya juga mengandung pengertian tentang perbedaan
kadar perubahan dalam suatu masyarakat, bukan perbedaan kadar perubahan
antar masyarakat. Hal tersebut erat kaitannya dengan ketidakselarasan antar
budaya yang saling bertalian dalam suatu kebudayaan, karena kadar kecepatan

perubahan. Jadi kesenjangan budaya itu sangat banyak karena menyangkut


aspek kehidupan masyarakat manusia dalam bermasyarakat dan akan tetap
selalu ada.
5. Konsep-konsep perubahan sosial
a. Inovasi dan Imitasi
1) Inovasi
Proses sosial lain yang dapat terjadi dalam masyarakat adalah inovasi.
Inovasi adalah sebuah proses pembaruan dalam unsur kebudayaan
masyarakat, yakni teknologi. Inovasi berarti penemuan baru dalam
teknologi manusia.
2) Imitasi yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain,
baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya.
Imitasi pertama kali muncul di lungkungan keluarga, kemudian lingkungan
tetangga dan lingkungan masyarakat.
Imitasi merupakan proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru
orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidup, bahkan apa saja yang
dimiliki orang lain.
Menurut Tarde faktor imitasi ini merupakan satu-satunya faktor yang
mendasari atau melandasi interaksi sosial. Seperti yang dikemukakan oleh
Gerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan
dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi terhadap apa yang
diimitasi. Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologis lain
yang berperan. Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis,
tetapi ada faktor lain yang ikut berperan, sehingga seseorang mengadakan
imitasi. Bagaimana orang dapat mengimitasi sesuatu kalu orang yang
bersangkutan tidak mempunyai sikap menerima terhadap apa yang diimitasi
itu. Dengan demikian untuk mengimitasi sesuatu perlu adanya sikap
menerima, ada sikap mengagumi terhadap apa yang diimitasi itu, karena itu
imitasi tidak berlangsung dengan sendirinya. Contoh dari imitasi adalah
bahasa; anak belajar berbahasa melalui peniruan terhadap orang lain selain
itu mode-mode yang melanda masyarakat berkembang karena faktor imitasi.
b. Euforia
Euforia Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online diartikan,
sebagai perasaan gembira yang berlebihan, dan ada juga mengartikan perasaan
nyaman. Kalau istilah tersebut mengandung pengertian perasaan nyaman tentu
harus dimiliki oleh kita. Tetapi euforia yang artinya perasaan gembira yang
berlebihan tentu harus diwaspadai. Karena perasaan ini akan membuat manusia
lepas kontrol atas setiap perbuatan atau perkataan yang hendak dilakukannya.
Bergembira itu adalah manusiawi, tetapi gembira yang berlebihan (euforia) itu
bisa menjadi kontra produktif. Artinya seseorang yang mengalami perasaan ini
pasti terjadi penyimpangan (anomali) dalam berbagai hal karena pada dirinya
terlepas kekuatan pengendali. Boleh jadi dia menyuguhkan / mempertontokan
sesuatu yang menurut publik tidak pantas, tetapi baginya itu adalah lumrah.

Sesuatu yang berlebihan termasuk euforia itu memang dilarang. Karena


selain melampaui batas juga menimbulkan antipati orang atas hal tersebut.
Sehingga oleh publik sikap atau perbuatan tersebut dipandang sebagai
penampakan kesombongan pribadi yang juga membuat orang lain menjadi tidak
nyaman. Sayangnya kebanyakan orang menggunakannya sebagai upaya
mengaktualisasi diri (self actualization) padahal itu salah.
De facto, euforia ini telah terjadi dalam bidang politik, ekonomi, sosial
budaya dan nyaris merambah pada seluruh aspek kehidupan manusia. Akibatnya
berfikir dan membuat secara tepat dan benar (objective) sudah menjadi barang
langka. Dampak lanjutannya adalah mengorbankan orang lain yang tidak
bersalah / berdosa dalam satu kesempatan, yang seharusnya tidak boleh terjadi.
c. Transformasi dan Transaksional
1) Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur
sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan
cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang
akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya
melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan.
Laseau 1980 yang dikutip oleh Sembiring 2006 memberikan kategori
Transformasi sebagai berikut:

Transformasi bersifat Tipologikal (geometri) bentuk geometri yang


berubah dengan komponen pembentuk dan fungsi ruang yang sama.

Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental) dilakukan


dengan menggeser, memutar, mencerminkan, menjungkirbalikkan,
melipat dll.

Transformasi bersifat refersal (kebalikan) pembalikan citra pada figur


objek yang akan ditransformasi dimana citra objek dirubah menjadi
citra sebaliknya.

Transformasi bersifat distortion (merancukan) kebebasan perancang


dalam beraktifitas

2) Transaksional
Didalam individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya
didasari oleh ketiga status ego. Ketiga status tersebut adalah status ego anak,
dewasa, dan orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data
kejadian pada waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu,
keputusan, perasaan yang sungguh nyata (Harris, 1987)
Transaksional analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian
yang mana melalui perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan
sendiri oleh klien hingga proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri
oleh klien.
d. Akumulasi, Deplessi, Asimilasi

Akumulasi dihasilkan dari lebih banyaknya unsur baru yang ditambahkan


kepada satu kebudayaan dibanding dengan unsur-unsur lama yang lenyap
dari kebudayaan bersangkutan.
Deplessi atau dalam perspektif sosial adalah kelangkaan sosial yaitu suatu
kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya yang bersifat
terbatas dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Asimilasi adalah proses sosial lain yang terjadi akibat penyebaran
kebudayaan dalam masyarakat yang terjadi ketika berbagai kelompok
manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda berinteraksi
secara intensif dalam waktu yang lama. Akibatnya, kebudayaan dari
kelompok-kelompok manusia itu berubah sifat dan unsur-unsurnya sehingga
menjadi kebudayaan campuran.
Proses asimilasi umumnya terjadi apabila ada sikap terbuka dari masyarakat
yang berbeda kebudayaan tersebut. Artinya, harus ada sikap untuk
menerima unsur-unsur kebudayaan yang lain itu. Tanpa sikap seperti itu,
sebesar apapun intensitas interaksi antarkelompok tersebut, proses asimilasi
tidak akan berlangsung
e. Evolusi, Revolusi, dan Reformasi
Evolusi
Merupakan suatu proses dimana pewarisan kompleks sifat suatu organisme
yang mengalami suatu perubahan dari zaman ke zaman dalam jangka waktu
yang sangat lama. Pada tiap-tiap berasal dari makhluk hidup yang
sebelumnya dapat muncul dengan variasi-variasi baru yang dapat membuat
suatu keanekaragaman makhluk hidup dengan juga bermacammacam spesies-spesies yang baru.
Revolusi
Revolusi adalah perubahan dari sosial maupun budaya yang berlangsung
cepat dan melibatkan poin utama dari dasar atau kehidupan masyarakat.
Dalam revolusi, perubahan dapat direncanakan atau tidak direncanakan
terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan. Ukuran dari perubahan kecepatan relatif sebenarnya karena
revolusi juga dapat memakan waktu yang lama
Reformasi
Reformasi adalah proses pembentukan kembali suatu tatanan
kehidupan (lama) diganti dengan tatanan yang baru. Tujuannya ke arah yang
lebih baik dengan melihat keperluan masa depan.
Selain itu juga menekankan kembali pada bentuk asal dengan
menghentikan penyimpangan-penyimpangan dan praktik-praktik yang salah
dengan melakukan perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan,
baik dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial, maupun bidang
pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai