Dosen Pembina :
Prof. Dr. Agus Suryono, SU
Oleh :
YANI ARI SARI ASIH
NPM : 150599010146
Kelas : KELAS XV B2
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (S-2)
b.
c.
Dimensi Interaksional
Perubahan sosial menurut dimensi interaksional mengacu pada adanya
peubahan pola hubungan sosial di dalam masyarakat. Modifikasi dan perubahan
dalam struktur daripada komponen-komponen masyarakat bersamaan dengan
pergeseran dari kebudayaan yang membawa perubahan dalam relasi sosial. Hal
seperti frekuensi, jarak sosial, peralatan, keteraturan dan peranan undangundang, merupakan skema pengaturan dari dimensi spesifik dari perubahan
relasi sosial. Artinya, perubahan sosial dalam banyak hal dapat dianalisis dari
proses interaksi sosial.
Contohnya :
Pola interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok mengalami perubahan dari interaksi yang sifatnya
offline atau interaksi secara fisik, zaman sekarang pola interaksinya sudah mulai
bergeser atau berubah di dunia maya. Mereka berinteraksi melalui media sosial.
Perubahan dalam dimensi struktural dan kultural sebetulnya tak bisa
dipisahkan. Artinya, dalam perubahan struktural secara implisit juga dapat
dindikasikan adanya perubahan kultural sekaligus. Pembedaan antara keduanya
hanya dalam tataran analisis semata, namun secara empirik sulit dibedakan.
Namun yang jelas, perubahan sosial dalam budaya material lebih mudah terjadi
dibanding perubahan dalam budaya non-material. Kesenjangan perubahan antara
keduanya inilah yang oleh William Ogburn disebutnya dengan istilah cultural
lag (ketertinggalam kebudayaan).
Sedangkan perubahan dalam dimensi interaksional lebih menunjuk pada
konsekuensi logis dari adanya perubahan dari kedua dimensi lainnya. Misalnya
interaksi sosial sebagai konsekuensi dari dari perubahan dalam dimensi
struktural, pun bisa juga sebagai akibat dari perubahan sistem nilai dan atau
kaidah sosial. Yang jelas ketiga dimensi di atas ibarat dua sisi dari mata uang
yang sama hanya persoalannya dari tataran (dimensi) mana perubahan
dijelaskan.
Dalam perubahan sosial dan kebudayaan, orang-orang dan kelompokkelompok usaha besar selalu berupaya mendesak lahirnya peraturan
pemerintah dan mencampuri pengambilan keputusan pemerintah yang
berkaitan dengan kepentingan mereka. Bila ditinjau dari kepentingan individu
dan kelompok dari sisi lain, adalah bahwa pada umumnya perubahan sosial
tidak dapat berjalan lancar sampai saat orang-orang kuat menyesuaikan
kepentingan pribadi mereka, dan merasa pasti bahwa perubahan sosial akan
menguntungkan mereka.
Contohnya banyaknya industry formula makanan bayi telah berhasil
deprogramkan sebagai makanan modern yang menjadi lawan dari susu ibu
(ASI), hal tersebut akan memperkaya orang yang mempunyai perusahaan
industry dengan mengorbankan kesehatan bayi, karena belum tentu semuanya
cocok bagi kesehatan bayi bahkan dapat menimbulkan efek samping.
b. Timbulnya Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan resiko perubahan. Suatu masyarakat yang
sedang mengalami proses perubahan pasti menimbulkan masalah sosial. Hal
tersebut dikarenakan kondisi dalam masyarakat itu sendiri atau dari luar yang
mengalami perubahan sehingga tidak lagi dapat diterima oleh masyarakat
tersebut. Di samping itu, dapat pula karena nilai-nilai masyarakat yang telah
merubah dengan menilai kondisi lama sebagai kondisi yang tidak lagi dapat
diterima.
c. Kesenjangan Budaya (Cultural Lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu
perubahan-perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan
mengalami kelainan yang seimbang. Ada unsur-unsur yang dengan cepat
berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sulit untuk berubah. Apabila
terdapat unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan erat, maka tak ada
persoalan mengenai tidak adanya keseimbangan lajunya perubahan-perubahan.
Apabila unsur-unsur dalam masyarakat sangat erat intergrasinya maka unsurunsur dalam masyarakat itu tidak akan berfungsi dengan baik.
William F. Ogburn (dalam Soerjono Soekanto, 2000:377)
mengungkapkan sebuah teori mengenai kesenjangan budaya. Teori tersebut
mulai dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama
cepatnya dalam keseluruhannya tetapi ada bagian yang tumbuh cepat,
sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara taraf
kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari masyarakat
dinamakan cultural lag.
Kesenjangan budaya juga mengandung pengertian tentang perbedaan
kadar perubahan dalam suatu masyarakat, bukan perbedaan kadar perubahan
antar masyarakat. Hal tersebut erat kaitannya dengan ketidakselarasan antar
budaya yang saling bertalian dalam suatu kebudayaan, karena kadar kecepatan
2) Transaksional
Didalam individu mengadakan interaksi dengan orang lain biasanya
didasari oleh ketiga status ego. Ketiga status tersebut adalah status ego anak,
dewasa, dan orang tua. Tingkatan ini timbul karena adanya pemutaran data
kejadian pada waktu yang lalu dan direkam, yang meliputi orang, waktu,
keputusan, perasaan yang sungguh nyata (Harris, 1987)
Transaksional analisis adalah suatu proses transaksi atau perjanjian
yang mana melalui perjanjian inilah proses terapi akan dikembangkan
sendiri oleh klien hingga proses pengambilan keputusan pun diambil sendiri
oleh klien.
d. Akumulasi, Deplessi, Asimilasi