Tugas Fix
Tugas Fix
Tugas Fix
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada
anak balita di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh
pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi
lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per
1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian
lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau
1 balita setiap 5 menit.
Menunjuk angka-angka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut
pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang
terlupakan" karena begitu banyak korban yang meninggal karena pneumonia
tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia.
Tidak heran bila melihat kontribusinya yang besar terhadap kematian balita
pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa
insidens dari pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bacterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang
dari 3 bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia
kurang dari 1 tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia.
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5
tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di
diagnosis pada pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada bayi dan anakanak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus
pneumonia virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada
bayi dan anak kecil.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT PNEUMONIA
A.
Definisi
2
dari
bronkiolus
terminalis
yang
mencakup
bronkiolus
Etiologi
a) Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.
Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S.
aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d) Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
1) Pneumonia bacterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain :
a) staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
b) Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
c) Pseudomonas
aerugilnosa
menyebabkan
pneumonia
pseudomonas
3
penumoniae
menyebabkan
pneumonia
mikoplasma
c) Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
d) Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis
carinii (PCP)
e) Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
f) Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia
TWAR)
g) Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi
untuk kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah
pengobatan selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan
kimia biasanya karena mencerna kerosin atau inhalasi gas
menyebabkan pneumonitis kimiawi. Karena aspirasi/inhalasi
(kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas protektif
hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat
obat-obatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan
selang nasogastrik tidak berfungsi yang menyebabkan kandungan
lambung mengalir di sekitar selang yang menyebabkan aspirasi
tersembunyi.
Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia
menurut Depkes RI (2005) antara lain :
a) Status gizi anak
b) Imunisasi tidak lengkap
c) Lingkungan
d) Kondisi sosial ekonomi orang tua
C.
Patofisiologi
4
Kerusakan
jaringan
paru
setelah
kolonisasi
suatu
akumulasi
fibrin
yang
berlanjut
disertai
D.
Klasifikasi
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1. Klasifikasi klinis
1)Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis,
dibagi atas:
1)
Pneumonia
tipikal,
bercirikan
tanda-tanda
bacterial,
memberikan
gambaran
klinis
pneumonia
atipikal
yang
disebabkan
oleh
Berdasarkan
pedoman
MTBS
(2000),
pneumonia
dapat
E.
Manifestasi Klinis
Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang
terdapat pada penderita pneumonia, yaitu :
1. Serangan akut dan membahayakan
2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Reles (ronchi)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise
7. Nyeri abdomen
Manifestasi klinis :
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu
dapat naik secara mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang
(karena demam tinggi).
2. Gejala khas:
1) Sianosis pada mulut dan hidung.
2) Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan
cuping hidung.
10
dengan
mucus
purulen
kekuningan,
kehijauan,
11
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002)
dapat dilakukan antara lain :
1. Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya
infeksi di paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan
pada paru)
2. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB
jika anak tidak berespons terhadap pengobatan
6. Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan
luas
dan
beratnya
penyakit
dan
membantu
mendiagnosis keadaan
12
Penatalaksanaan
Pengobatan umum pasien pasien pneumonia biasanya berupa
pemberian antibiotik yang efektif terhadap organism tertentu, terapi
oksigen untuk menanggulangi hipoksemia dan pengobatan komplikasi
seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini
adalah penisilin G. (patofisiologi page 806).
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi
karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi
secepatnya:
1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
3. Eritromisin,
tetrasiklin,
derivat
tetrasiklin:
untuk
infeksi
menunjukkan tanda-tanda
4. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
5. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang
cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Berikan oksigen
2. Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat
sekret)
Tahapan fisioterapi
1. Inhalasi
13
bentuk
uap
kepada
pasien
langsung
melalui
alat
sasaran.
Bila
tujuannya
untuk
mengencerkan
Komplikasi
1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
3.
4.
5.
6.
Ex: penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
J.
DS :
a. Pasien mengeluh sesak nafas
b. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami diare dan muntah
sebanyak 3x selama dirawat di rumah sakit
c. Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan BB 2300gr, dan
pasien lahir prematur
d. Ibu pasien mengatakan ayah pasien merokok dan pasien
tinggal di pemukiman padat penduduk
e. Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami batuk kering
kemudian menjadi batuk berdahak.
f. Ibu pasien mengatakan pasien tidak eksklusif karena dia sibuk
bekerja
DO :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
RR : 55X/ menit
PCH (pernafasan cuping hidung) positif
Pasien tampak rewel
Pasien tampak lesu
Pernafasan pasien tampak dangkal dan cepat
Retraksi intercosta (IC) positif
Tax : 390 C
Pasien tampak tidak menyusu
Tampak sianosis di sekitar area hidung dan mulut pasien
Sekret (+), berwarna kuning kehijauan dan kental
Mukosa bibir pasien tampak kering
Turgor kulit pasien lambat
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
16
kadang
terdengar
bising
gesek
pleura
(Mansjoer,2000).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolarkapiler ditandai dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery
abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah (rewel)
b. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.
c. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga
aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, memebran
mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh.
d. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik
keputusan ditandai dengan ketidakefektifan aktifitas kluaraga
untuk memenuhi tujuan kesehatan.
e. Resiko keterlambatan perkembangan b.d nutrisi yang tidak
adekuat, dan prematuritas
17
1. Gangguan
hasil
Setelah dilakukan
pertukaran gas
tindakan
b.d. perubahan
keperawatan selama
membran
4x 24 jam
aveolar-kapiler
diharapkan
ditandai dengan
pertukaran gas
Gas Darah
adekuat dengan
Arteri
abnormal, PH
artery
abnormal,sianos
is,nafas cuping
hidung,dan
kreteria hasil :
NOC label
Respiratory status
kelelahan
4. Monitor peningatan
5)
kekurangan oksigen
5. Monitor sekresi dari sistem
pernafasan pasien
normal (skala 5)
Kedalaman
nafas normal
Evaluasi
S:-
3. Monitor peningkatan
kegelisahan, dan
Ritme
Rasional
NIC label
Respiratory Monitoring
RR normal (skla
respiratory
gelisah (rewel)
Intervensi
(skala 5)
Akumulasi
sputum tidak
ada (skala 5)
kebutuhan
Respiratory
status :Gas
exchange
Oxigen therapy
karbondioksida
8. Memeberikan terapi
Tekanan parsial
pada darah
arteri normal
(skala 5)
selang oksigen
klien
10. mencegah terjadinya iritasi
pada kulit
pH arteri
normal (skala 5)
Tidak terjadi
sianosis (skala
5)
2. Hipertermia b.d. Setelah dilakukan
dehidrasi dan
tindakan
panas lagi.
19
penyakit
keperawatan selama
ditandai dengan
4x 24 jam
peningkatan
diharapkan suhu
suhu tubuh
diatas normal,
hipertermi.
pasien.
kriteria hasil :
NOC : Vital Signs
hangat.
Suhu tubuh
umum pasien.
dalam batas
normal (3637,50C) dengan
skala 5.
4. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan
tanda vital.
darah, nadi,
5. Anjurkan penggunaan
pernapasan) dengan
skala 5.
menyesuaikan perubahan
suhu tubuh.
6. Anjurkan asupan nutrisi
6. Untuk menghindari
terjadinya dehidrasi.
20
Setelah dilakukan
tindakan
b.d. kehilangan
keperawatan selama
(kelembaban membrane
cairan keluarga
4x 24 jam
aktif ditandai
diharapkan
dengan
kebutuhan volume
penurunan
cairan pasien
turgor kulit,
terpenuhi dengan
mukosa kering,
dan peningkatan
kriteria hasil :
Noc label:
Hydrasi:
-
suhu tubuh.
Turgor kulit
kembali normal
(skala 5)
Membrane
badan.
kompres hangat.
NIC label: Fluid management
volume cairan
memebran
cairan pasien
Fluid monitoring:
4. Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
risiko ketidakseimbangan
(hipertermi, infeksi,
mukosa tampak
21
lembab (skala
-
nadi dan RR
5)
pengobatan antimikroba.
Intake cairan
yang adekuat
(skala 5)
Tidak terdapat
diare (skala 5)
Fluid balance:
-
Nadi normal
(skala 5)
Intake dan
kewaspadaan, karena
output cairan
seimbang
IV teraphy:
6. Lakukan 5 benar
antipiretik dapat
mengakibatkan penurunan
dalam
sehari(skala 5)
rute, frekuensi)
suhu
22
Diarrhea managemenet:
8. Monitoring tanda dan
gejala diare
konsistensi feses
12. Monitoring kulit dan
perianal pasien untuk
23
kulit pasien
4. Ketidakefektifa
Setelah dilakukan
n regimen
tindakan
terapeutik
keperawatan selama
keluarga b.d.
4x 24 jam
konflik
diharapkan regimen
keputusan
terapeutik keluarga
ditandai dengan
efektif
NOC label :
Family participation
ketidakefektifan
aktifitas
kluaraga untuk
memenuhi
in professtional care
tujuan
kesehatan
Promotion
1. Indentifikasi kemampuan
keterlibatan keluarga
dalam perawatan pasien
2.
Identifikasi harapan
keluarga terhadap pasien
rencana
dalam perencanaan
perawatan
(skala 5)
Partisipasi pada
penyediaan
keperawatann
4. Identifikasi mekanisme
Evaluasi dari
efektifitas dari
oleh keluarga
keperawatan
Partisipasi pada
perawatan
NIC label :
Family Involvement
4. mengetahui mekanisme
koping keluarga berkaitan
dengan pemberian asuhan
keperawatan
24
perawatan
5. pemberian informasi yang
5. berikan informasi krusial
Resiko
keterlambatan
perkembangan
b.d nutrisi yang
tidak adekuat,
dan
prematuritas
Child development :
2 month
- anak tersenyum
(skala 5)
- refleks
NIC Label :
Developmental Care
1. Ciptakan hubungan
S: 1.
dengan keluarga
menggenggam (skala
bertujuan untuk
5)
- menampilkan
ketertarikan dalam
(skala 5)
- menampilkan
rangsangan visual
dengan kondisi,
pengobatan dan
pemberian intervensi
2. Ssediakan keluarga
rangsang suara
ketertarikan dalam
2.
(skala 5)
- Berinteraksi
dengan gembira
terutama dengan
tenaga (skala 5)
- Family functioning
kebutuhan anak
3. Iinformasikan keluarga
untuk mencapai
kebutuhan anggota
keluarga selama
transisi
perkembangan
mental)
- Meregulasi
kebiasaan anggota
keluarga (skala 5)
tentang pentingnya
perkembangan dan
perkembangan anak
persoalan anaknya
(kekuatan dari
system keluarga
3.
4. Monitor stimulus
(contohnya cahaya,
kegaduhan), lingkungan
ketika menggendong,
menyusui dan merawat
anak
26
7. Pertimbangkan partisipasi
keluarga dalam menyusui
8. Dukung keinginan ibu
untuk menyusui
dalam menyusui
8. Pemberian ASI sangan
penting dalam pembentukan
anti body anak
9. Meningkatkan stimulasi
9. Sediakan stimulasi
perkembangan si anak
menggunakan rekaman
music instrumental dan
lain-lainnya sebagaimana
mestinya
27
obstruktif,
difus
dengan
ketika
bronkus
mengalami
inflamasi/peradangan
dan
Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma.
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Pada asma, yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian
besar anak dengan asma. Disamping itu hiperaktivitas saluran
napas juga merupakan factor yang penting. Bila tingkat
hiperaktivitas bronkus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang
28
respiratory
syncytial
virus
(RSV)
dan
virus
asma. Atmosfir
yang
mendadak
dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
d. Faktor Psikis
Factor psikis merypakan factor pencetus yang tidak boleh
diabaikan dan sangat kompleks. Tidak adanya perhatian atau
tidak mau mengakui adanya persoalan tentang asma pada anak
sendiri/keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari
depan anak juga dapat memperberat serangan asma.
e. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
29
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.
C.
Klasifikasi
Berbagai pembagian asma pada anak, diantaranya adalah:
1. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus
utama dari asma ini yaitu infeksi virus saluran nafas bagian atas,
dengan banyaknya serangan 3-4 kali pertahun. Lamanya serangan
dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat, gejala
lebih berat pada malam hari.
2. Asma episodik sering
Pada golongan ini serangan pertama terjadi pada umur
sebelum 3 tahun. Pada permulaan, serangan berhubungan dengan
infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan
tanpa
infeksi
yang
jelas.
Biasanya
orang
tua
30
E.
Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada
sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat
dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel
31
dan
spasme
otot
polos
bronkhiolus
sehingga
Pengobatan
Tujuan pengobatan anti penyakit asma adalah membebaskan
penderita dari serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan
jalan mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi atau
mencegah serangan penyakit asma jangan sampai terjadi.
1) Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan
penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah
serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini
merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
2) Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat
efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan
dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan
menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan
32
udara
pada
penderita
yang
sebelumnya
telah
Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1) Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada
status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang
intensif.
33
Pencegahan
Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan
penyakit asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa
dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan
meminum obat sebelum melakukan olah raga. Ada usaha-usaha
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan
penyakit asma, antara lain :
1. Menjaga Kesehatan
Menjaga
kesehatan
merupakan
usaha
yang
tidak
34
35
Pathway
36
J.
obat
bantu
pernapasan,
misalnya:
karena
distress
pernapasan.
37
berkurang,
klien
dapat
mencapai
kedalaman
39
batuk
sering/iritasi.
e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional: dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana
gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya
bernafas.
f. Pantau dan kaji pasien tiap 2 jam sekali
Rasional: mengetahui keadaan pasien setelah diberikan
penanganan untuk mengetahui mengkaji kekambuhan asma
g. Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit yang dapat
kambuh kapan saja
Rasional: memberikan pencegahan lebih parah terhadap
pasien ketika kambuh
h. Kolaborasi
a) Berikan oksigen tambahan
b) Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja
nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen (alveoli tertutup mucus)
Tujuan:
Klien akan memperlihatkan kemampuan pertukaran gas yang
kembali normal
Kriteria Hasil:
Hasil AGD normal
1)
PH (7,35 7,45)
2)
3)
PCO2 ( 35 45 mmHg)
4)
BE ( -2 - +2)
Intervensi:
a. Mandiri
1. Kaji dan awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.
Rasional: Sianosis mungkin perifer atau sentral keabuabuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
2. Palpasi fremitus
Rasional:Penurunan
getaran
vibrasi
diduga
adanya
pengumplan cairan/udara.
3. Awasi tanda vital dan irama jantung
Rasional: Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan
darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung.
4. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
Rasional: menjelaskan bahwa fungsi pernafasan akan
meningkat dan dispnea akan menurun dengan melakukan
latihan
5. Ajarkan individu untuk latihan nafas dalam dan latihan
batuk yang terkontrol lima kali setiap jam
Rasional: dapat mengatasi jika penyakit kambuh sewaktuwaktu
6. Bantu untuk reposisi, mengubah posisi tubuh dengan
sering
Rasional:
untuk
membantu
mempermudah
fungsi
atau
mencegah
memburuknya hipoksia.
2. Berikan sedatif
Rasional : memberikan ketenangan pada pasien setelah
proses penyakit
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan asupan oral akibat anoreksia
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
41
menyebabkan
mual/muntah
dengan
peningkatan
kesulitan nafas.
3) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat
Rasional: untuk mengontrol kebutuhan kalori agar seimbang
4) Timbang berat badan
Rasional: penurunan berat badan merupakan indikasi asupan
yang tidak seimbang
5) Ajarkan individu untuk istirahat sebelum makan
Rasional: istirahat dapat membuat pasien lebih tenang
6) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
Rasional: asupan nutrisi yang adekuat dapat menjaga
keseimbangan nutrisi
7) Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional: menentukan asupan gizi yang seimbang
b. Kolaborasi
1) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi
untuk makan, meningkatkan masukan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan:
Pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit menjadi
bertambah.
Kriteria hasil:
Mencari tentang proses penyakit:
1. Klien dan keluarga mengerti tentang definisi asma
2. Klien dan keluarga
mengerti tentang penyebab dan
pencegahan dari asma
3. Klien dan keluarga mengerti komplikasi dari asma
Intervensi:
a. Jelaskan tentang penyakit individu
42
meningkatkan
keefektifannya.
d. Ajarkan perawatan pasien dirumah jika kambuh sewaktuwaktu
Rasional: mencegah terjadi resiko yang lebih parah tentang
penyakit
e. Berikan informasi tentang pengobatan yang tepat dan efektif
Rasional: pengobatan yang tepat dapat mengurangi proses
penyakit
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat
sesuai dengan intervensi atau rencana yang telah dibuat
sebelumnya.
5. Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif.
b. Pola nafas kembali efektif.
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah
2.3 KONSEP DASAR PENYAKIT ISPA
A.
Definisi
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan
gejala batuk, pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir
yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Depkes RI, 2000).
ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau
lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan
atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura yang
disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri, virus atau riketsia) ke dalam
organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari
43
Klasifikasi
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut
44
anak
dalam
berbagai
golongan
umur
ini
ISPA
45
46
Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk
pilek pada balita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali
per tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk
pilek sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat
diketahui bahwa angka kesakitan dikota cenderung lebih besar dari pada di
desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal
dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi daripada di desa.
ISPA merupakan penyakit yang sering kali dilaporkan sebagai 10
penyakit utama di Negara berkembang. Di Negara berkembang, penyakit
pneumonia merupakan 25% penyumbang kematian pada anak, terutama
pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada bayi akibat
pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%, sedangkan angka
mortalitas 36%.
Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per
anak, sekitar 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30%
kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan
oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas
pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan
angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua (13%). Di jawa
Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1 pada
10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas
D.
Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak
ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan
refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus
merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya
batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat
pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa
yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut
menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang
paling menonjol adalah batuk.
48
pada
anak
harus
49
dendrit oleh
nervus, untuk
menstimulasi
mekanisme
pertahanan
tubuh
dalam
melawan
Diagnosis Banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa
diagnosis
banding
yaitu
difteri,
mononukleosis
infeksiosa
dan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan
kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential
count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis
dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan
foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).
I.
Penatalaksanaan
Pengobatan antara lain:
1. Simptomatik:
a.Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti
parasetamol danaspirin.
b.
dekongestan
antara
lain
pseudoefedrin,
fenil
52
daya
tahan
tubuh
berupa
Nutrisi
yang
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
a. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4
kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
53
Komplikasi
1) Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang
disebabkan oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala
sesak nafas, nafas berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk
biasanya pada malam hari atau dini hari.
2) Kejang demam
54
system
pernafasan
yang
mengakibatkan
seseorang
Reumatik,
Penyakit
Jantung
Reumatik
dan
Prognosis
Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi
komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini
sendiri, yaitu self limiting disease sehingga tidak memerlukan tindakan
pengobatan yang rumit. Penyakit yang tanpa komplikasi berlangsung 1-7
hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas
55
Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
ISPA pada anak antara lain:
1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.
Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan
olah raga teratur.
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA
dan penyakit infeksi lainnya.
4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat
mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPTHib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.
5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan
flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
setelah kontak dengan penderita ISPA.
7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar
tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
N.
Pathway
56
O.
57
5)
6)
7)
Mukosa
hidung
menunjukkan
warna
kemerahan,
9)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan ekspansi paru.
2) Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna
makanan
4) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA
berhubungan dengan kurang informasi
58
3.
NO
1
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSE
KEPERAWAT NOC
AN
Bersihan jalan
nafas napas
tidak
efektif b/d
penurunan
ekspansi paru.
NOC :
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway
patency
3. Vital sign Status
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
NIC
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2
Terapi oksigen
59
peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
60
Hipertermi
b/d invasi
mikroorganis
me
NOC : Thermoregulation
Fever treatment
Kriteria Hasil :
Temperature regulation
b. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
c. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
d. Monitor TD, nadi, dan RR
e. Monitor warna dan suhu kulit
f. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
g. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
61
62
Ketidakseimb
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan b/d
ketidak
mampuan
dalam
memasukan
dan mencerna
makanan
NOC :
1. Nutritional Status : food and Fluid
Intake
2. Nutritional Status : nutrient Intake
3. Weight control
Kriteria Hasil :
1.
Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
3.
4.
5.
6.
konstipasi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1.BB pasien dalam batas normal
2.Monitor adanya penurunan berat badan
3.Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
63
Kurang
NOC :
pengetahuan
1. Kowlwdge : disease process
tentang
2. Kowledge : health Behavior
penatalaksana
an ISPA b/d
Kriteria Hasil :
kurang
informasi.
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
64
2.
pengobatan
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
6.Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.Hindari jaminan yang kosong
8.Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9.Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
65
66
d. Mycobacterium scrofulaceum
e. Mycobacterium malma cerse
f. Mycobacterium xenopi
1)
C. Klasifikasi
Pembagian secara patologis :
1) Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).
2) Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).
2)
3)
4)
5)
67
6)
D. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau
dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada
tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan
menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan
limfosit ( biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas
seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi
hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang
besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang
alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas
lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari
68
pneumonia akut.
E. Pathway
70
F. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara
klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit
untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
71
(pelebaran
broncus
setempat)
dan
fibrosis
I. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan
jangka waktu 1 3 bulan.
a. Streptomisin inj 750 mg.
b. Pas 10 mg.
c. Ethambutol 1000 mg.
d. Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara
pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi
73
dahak
di
sembarangan
tempat
dan
menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang
dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta
menenangkan pikiran.
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 )
adalah sebagai berikut:
1) Pola aktivitas dan istirahat
a. Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak
(nafas pendek), demam, menggigil.
74
76
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas
Tujuan
Setelah
tidak
efektif
tindakan
berhubungan
dengan
kebersihan
jalan
penumpukan sekret.
efektif,
Intervensi
diberikan Mandiri :
dengan
napas
criteria
hasil:
a.
Mempertahankan jalan
napas pasien.
b.
Mengeluarkan
sekret
tanpa bantuan.
c.
Menunjukkan prilaku
untuk
memperbaiki
Rasional
Mandiri :
1. Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki
indikasi
akumulasi
secret/ketidakmampuan
Gangguan
gas
dengan
pertukaran
berhubungan
kerusakan
membran alveolar
Setelah
tindakan
diberikan
Mandiri :
Mandiri :
jangkauan
keterbatasan
a. Melaporkan
tidak
terjadi dispnea.
b. Menunjukkan
perbaikan
ekspansi
kelemahan.
2. Evaluasi perubahan-tingkat
dada
dan
dalam
paru-pani
yang
berasal
dari
ventilasi
warna kulit, membran mukosa, dan warna organ vital dan jaringan.
3.
Meningkatnya resistensi aliran udara untuk
dan
oksigenasi
kuku.
3. Demonstrasikan/anjurkan
untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
jaringan
adekuat
4.
Mengurangi konsumsi oksigen pada periode
mengeluarkan napas dengan bibir
dengan GDA dalam
respirasi.
disiutkan, terutama pada pasien dengan
rentang normal.
5.
Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau
c. Bebas dari gejala
fibrosis atau kerusakan parenkim.
meningkatnya
PaC02
menunjukkan
perlunya
4. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu
distress pernapasan.
penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi.
aktivitas sesuai kebutuhan.
5. Monitor GDA.
Kolaborasi :
2. Membantu
mengoreksi
hipoksemia
yang
Kolaborasi:
78
terjadi
Gangguan
Setelah
keseimbangan
nutrisi
berhubungan
dengan anoreksia.
tindakan
diharapkan
diberikan
Mandiri :
Mandiri :
keperawatan 1. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit,1. Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
kebutuhan
gaster.
(BAB).
pola 5. Anjurkan bedrest.
6. Lakukan perawatan mulut sebelum dan Kolaborasi :
untuk
sesudah tindakan pernapasan.
1.
Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet
79
meningkatkan
dan 7. Anjurkan
mempertahankan
berat badan yang
tepat.
makan
sedikit
dan
sering
malnutrisi
dan
Setelah
: nyeri berhubungan
tindakan
dengan
inflamasi
reaksi
diberikan
Mandiri :
keperawatan 1. Observasi karakteristik nyeri, mis tajam,1. Nyeri merupakan respon subjekstif yang dapat diukur.
2. Perubahan frekuensi jantung TD menunjukan bahwa
rasa
nyeridapat
konstan , ditusuk. Selidiki perubahan
pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan untuk
berkurang
atau
karakter /lokasi/intensitas nyeri.
2. Pantau TTV
perubahan tanda vital telah terlihat.
terkontrol, dengan KH:
3. Berikan tindakan nyaman mis, pijatan3. Tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
a. Menyatakan
nyeri
punggung, perubahan posisi, musik lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
berkurang
tenang, relaksasi/latihan nafas.
memperbesar efek terapi analgesik.
atauterkontrol
4. Tawarkan pembersihan mulut dengan4. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi
b. Pasien tampak rileks
sering.
dan mengeringkan membran mukosa, potensial
5. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik
ketidaknyamanan umum.
menekan dada selama episode batukikasi. 5. Alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada
Kolaborasi :
Setelah
dengan
reaksi inflamasi.
diberikan
Mandiri :
tindakan
81
aktivitas
Setelah
dengan
tindakan
berhubungan
ketidakseimbangan
antara
suplai
kebutuhan oksigen.
pasien
dan
diberikan
Mandiri :
Catat
laporan
dispnea,
kemampuan
atau
kebutuhan
pasien
berlebihan,
kelemahan atau kelelahan.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi meningkatkan istirahat.
aktivitas dalam batas
3. Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
pengunjung selama fase akut sesuai
yang ditoleransi dengan
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy
indikasi.
kriteria hasil:
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam untuk penyembuhan.
a.Melaporkan
atau
4. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
rencana
pengobatandan
perlunya
menunjukan
kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
5. Meminimalkan
kelelahan
dan
membantu
peningkatan toleransi 4. Bantu pasien memilih posisi nyaman
keseimbanagnsuplai dan kebutuhan oksigen.
terhadap aktivitas yang
untuk istirahat.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang
dapat diukur dengan
diperlukan.
Berikan
kemajuan
adanya
dispnea,
peningkatan aktivitas selama fase
kelemahan berlebihan,
penyembuhan.
dan tanda vital dalam
mampu
melakukan
rentan normal.
82
Setelah
diberikan
berhubungan
dengan
tindakan
keperawatan 1.
pertahanan
primer
tidak adekuat.
Mandiri :
Review
aktif/tidak
Mandiri :
patologi
aktif,
penyakit
penyebaran
83
penekan
imun/
terapi
INH,
terapi
(PZA)/Aldinamide,
etambutol,
Pyrazinamid
para-amino
salisik
84
4. Evaluasi
1. Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
a. Mempertahankan jalan napas pasien.
b. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
c. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
d. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
e. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan
tepat.
2. Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:
a. Melaporkan tidak terjadi dispnea.
b. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
c. Bebas dari gejala distress pernapasan.
3. Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
a. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan
nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.
b. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat badan yang tepat.
4. Dx 4: Nyeridapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria
evaluasi:
a. Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol
b. Pasien tampak rileks
5. DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
a. Suhu tubuh 36C-37C.
6. DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang
ditoleransi dengan kriteria evaluasi :
a. Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan
berlebihan, dan tanda vital dalam rentan normal.
7. DX 7 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan
kriteria evaluasi:
a. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan
resiko penyebaran infeksi.
85
b. Menunjukkan/
melakukan
perubahan
pola
hidup
untuk
BAB 3
KASUS
86
: An. R,
Umur
: 4 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
TTL
: Bandung, 04-04-2009
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
Suku/Bangsa
: Sunda/ indonesia
No R.M
: 0001316175
Ruang/Kelas
: PICU/Jamkesmas
Tanggal Pengkajian
: 16 Oktober 2013
Alamat
Bekasi
Diagnosa medis
: Respiratory failure
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien sesak nafas,
keluhan didahului panas, hilang timbul. Sejak 4 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit keluhan anak lebih banyak tidur dan kejang
pada 3 minggu sebelumnya. Pasien saat ini diekstubasi KU:
tampak sakit berat terpasang CTT, terpasang ventilator, terpasang
NGT, GCS: 15 (E: 4, M:6, V: 5)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya dirawat di RS Sentra medika selama 12 hari
mendapat obat IVEP dirawat dipicu dilakukan CT scan dengan
hasil tidak ada kelainan dan hasil EEG penderita dikatakan radang
otak kemudian keluarga membawa klien pulang paksa dan kemudia
dirawat di PICU RSHS bandung.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terkaji
e. Riwayat kesehatan lingkungan
87
Tidak terkaji
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Tidak terkaji
g. Riwayat nutrisi
Tidak terkaji
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola Bernafas: irama cepat, kecepatan 58x/ menit, kedalaman
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
tampak sakit berat terpasang CTT, terpasang ventilator, terpasang
NGT, GCS: 15 (E: 4, M:6, V: 5)
b. Tanda-tanda vital:
S: 39,5 C
RR: 58x/ menit
c. Pemeriksaan persistem
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : terdapat tarikan pada dinding dada
88
2)
3)
4)
5)
Palpasi
: fremitus raba meningkat pada sisi yang sakit
Perkusi : terdapas suara redup pada sisi yang sakit
Auskultasi : terdengar stridor
B2 (Bleeding)
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
Inspeksi
Palpali
Auskultasi
Perkusi
6) B6 (Bone)
B. Analisa Data
N
Data
Symptom
Problem
o
1.
Bakteri,virus,protozoa
Ketidak efektifan
, jamur
Infeksi saluran
pola nafas
nafas
DO: terpasang ventilator
Inspeksi: terdapat tarikan pada
dinding dada
Palpasi : fremitus raba
meningkat pada sisi
pernafasan
Tersumbatnya alveoli
Sesak nafas
yang sakit
Perkusi: terdapas suara redup
89
2.
Bakteri,virus,protozoa
Resiko ketidak
, jamur
Infeksi saluran
seimbangan suhu
tubuh
pernafasan
Tersumbatnya alveoli
Sesak nafas
Suhu tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan tersumbatnya
alveoli ditandai dengan pasien mengekuh sesak nafas, terpasang
ventilatoe
2. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
hipertermi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat S: 39,5C,
RR: 58x/menit
90
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N
O
1.
DX
NOC
Ketidakefetifan
nafas
terpasang
ventilatoe
2.
NIC
NIC:
1. pantau adanya pucat dan sianosis
2. Pantau efek obat pada status pernafasan
3. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
4. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan
interkosta
Resiko ketidak
berhubungan dengan
hipertermi yang
tubuh meningkat S:
1. Suhu tubuh dalam batas normal (36- 4. Monitor TTV pasien (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan).
5. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipertermi.
91
5.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI/TANG
TINDAKAN KEPERAWATAN
RESPON HASIL
PARAF
GAL
92
1.
17 oktober
2013
1.
2.
3.
4.
17 oktober
2013
interkosta
1. Membantu
orang
memperlihatkan
tua
untuk
kecemasan
tidak
mereka
dihadapan anak
2. Mendorong anak untuk mengungkapkan
perasaan mereka
3. Mendorong keluarga
untuk
tetap
mendampingi pasien
selimut
E. EVALUASI
N
HARI/TANGGAL
CATATAN PERKEMBANGAN
O
1.
18 oktober 2013
94
2.
18 oktober 2013
95
BAB 4
PENUTUP
4.1.
Simpulan
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing
yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan
terutama oleh bakteri; merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) yang paling sering menyebabkan kematian pada anak dan
anak balita (Said 2007).
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi:
1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi berdasarkan etiologi
Berdasarkan pedoman MTBS (2000),
pneumonia
dapat
4.2.
96
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Wong, Donna, L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Jakarta:
EGC.
Departemen Kesehatan RI, 2002.Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita:
Jakarta.
Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia. Emerg Med Clin N
Am 2003; 21 : 437-51.
Sectish TC, Prober CG. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson
HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia
: WB Saunders, 2003 : 1432-5.
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
Nastiti N Rahajoe, dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. 2005. Jakarta :
UKK Pulmonologi PP IDAI : 33-50
97
98
99
100
101
102