Anda di halaman 1dari 3

Misteri Pulau Paskah dan 800 Patung Kepala

Batu Raksasa
Windratie, CNN Indonesia
Kamis, 02/04/2015 13:22 WIB

Sebarkan:

Pulau Paskah adalah sebuah pulau di Cile di sebelah tenggara Samudera Pasifik, bagian paling Tenggara
Segitiga Polinesia. (www.annedirkse.com)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pulau Paskah, disebut Rapa Nui oleh penduduk asli Polinesia,
adalah satu dari pulau terisolasi di dunia. Namun, sekitar 1200 tahun lalu sebuah kano diisi oleh
sejumlah pelaut dari budaya yang sangat jauh mendarat di pantai-pantainya, menurut sejarah
lisan yang dicatat para misionaris pada 1860-an.
Secara geografis Pulau Paskah adalah sebuah pulau di Cile di sebelah tenggara Samudera
Pasifik, bagian paling Tenggara Segitiga Polinesia. Yang sangat dikenal di sana, ada 887 patungpatung monumental, disebut Moai, diciptakan pada masa awal Rapa Nui.

UNESCO menamai Pulau Paskah sebagai situs warisan dunia pada 1995. Ada banyak pulau
yang dilindungi di dalam Taman Nasional Rapa Nui.
Moai, patung Rapa Nui yang misterius itu berdiri kokoh dalam diam, tapi bercerita banyak
tentang penciptaan mereka. Balok batu diukir berbentuk kepala, tinggi rata-rata mereka adalah
13 kaki atau sekitar empat meter, dengan berat luar biasa, 14 ton.
Upaya membangun monumen itu, memindahkannya di sekitar Pulau Paskah, pastilah sangat
besar. Namun, tak ada yang tahu persis apa alasan pendatang di Rapa Nui mengerjakan tugas
berat itu. Ahli sejarah berspekulasi, Moai diciptakan untuk menghormati leluhur, kepala, dan
tokoh penting lain.
Tetap saja, tidak ada bukti tertulis, juga sangat sedikit sejarah lisan yang ada di pulau itu
sehingga tak mungkin memastikannya. Masyarakat Polinesia berkembang di lokasi yang
sepertinya mustahil didiami. Jiwa tangguh mereka berlayar dengan armada perahu cadik kayu
menuju satu titik kecil di belantara Samudra Pasifik.
Di pulau terisolasi, 2300 mil atau sekitar 3700 meter dari barat Amerika Selatan dan 1.100 mil
atau sekitar 1.770 kilometer dari pulau tetangga terdekat, orang-orang Rapa Nui
mengembangkan budaya arsitektur dan artistik berbeda, seperti dilansir dari laman National
Geographic.
Budaya itu mencapai puncaknya pada abad ke-10 sampai abad ke-16. Yaitu, ketika para
pendatang di Rapa Nui mengukir dan mendirikan sekitar 900 Moai di penjuru pulau. Banyak
yang berpendapat, musnahnya Rapa Nui disebabkan bencana lingkungan yang mereka ciptakan
sendiri.
Binasanya ekosistem Pulau Paskah
Tidak jelas, kapan pertama kali pulau ditempati. Perkiraannya berkisar dari 800 sampai 1200
Masehi. Seberapa cepat ekosistem di Pulau Paskah hancur juga masih diselimuti misteri.
Namun, faktor utama tampaknya akibat pemotongan jutaan pohon raksasa untuk membersihkan
ladang atau dengan membuat api.
Ada kemungkinan tikus Polinesia yang datang dengan para pendatang telah memakan cukup
benih dan memusnahkan pohon-pohon di sana. Hilangnya pohon dari tanah vulkanik subur
diakibatkan oleh erosi hebat.
Saat bangsa Eropa tiba pada 1722, mereka menemukan sebagian besar Pulau Paskah tandus,
hanya segelintir penduduk di sana.
Nama Pulau Paskah diberikan oleh orang Eropa yang pertama kali menginjakkan kaki di pulau
tersebut. Jacob Roggeveen adalah penjelajah Belanda yang menemukan pulau pada hari
Minggu Paskah, 5 April 1722, saat dia sedang mencari pulau David.

Roggeveen menamakannya Paasch-Eyland yang berarti Easter Islanda atau Pulau Paskah.
Sekarang, banyak wisatawan datang berkunjung. Sebagian besar mengunjungi tambang Rano
Raraku, yang dulunya menghasilkan batu untuk membuat seluruh Moai di pulau itu. Penduduk
kuno Rapa Nui meninggalkan tambang dalam kondisi menarik.
Tempat itu menjadi rumah untuk sekitar 400 patung yang tampak sedang dalam tahap
penyelesaian.
Sementara itu, hampir di seluruh Pulau Paskah, banyak Moai kembali pada proses penciptaan
awal. Kondisi Moai memburuk, kembali ke ukiran batu polos. Batu vulkanik Moia tunduk pada
proses pelapukan alam.
Perlu upaya konservasi untuk membantu melestarikan Rapa Nui sebagai batu warisan dunia di
masa sekarang yang menakjubkan negara.

Anda mungkin juga menyukai