BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
pembuangan air yang tidak sehat. Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian yang
dilaksanakan antara lain oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dimana data yang tercatat
pada penduduk yang menggunakan jamban pada tahun 2002 memperlihatkan rumah
tangga (RT) yang memakai jamban leher angsa di daerah perkotaan sebesar 79,14%
dan tinggal di pedesaan sebesar 42,16%, yang menggunakan jamban plengsengan, di
daerah perkotaan sebesar 11,41% dan di daerah pedesaan sebesar 11,23%. Sedangkan
yang menggunakan jamban cemplung di daerah perkotaan sebesar 1,96% dan di
daerah pedesaan sebesar 10,56%. Bila dilihat secara keseluruhan (perkotaan dan
perdesaan), RT yang memakai jamban leher angsa sebesar 61,64%, jamban cemplung
21,01%, jamban plengsengan 11,32%, dan yang tidak memakai jamban 6,03%
(Depkes RI, 2004).
Dari data-data diatas penulis tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan
Ibu Rumah Tangga tentang kebersihan lingkungan yang berkaitan erat dengan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan Kelurahan Gunting Saga, Kabupaten
Labuhanbatu Utara
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pengetahuan Ibu Rumah Tangga mengenai kebersihan
lingkungan yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan
Kelurahan Gunting Saga, Kabupaten Labuhanbatu Utara?
1.3
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu mengenai kesehatan lingkungan
yang berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kelurahan Gunting Saga,
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
1.3 Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Ibu Rumah Tangga mengenai
Manfaat Penelitian
1. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi
para Ibu Rumah Tangga di lingkungan Kelurahan Gunting Saga,
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
2. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai sumber informasi
data untuk penelitian ilmiah tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
masa mendatang.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca mini project dan
peneliti sendiri tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan di
masyarakat.
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu
menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan Rumah
Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator
PHBS Hidup Sehat. (Yulia Astuti, dr, 2013)
2.2
Air Bersih
2.2.1
Definisi
Menggunakan air bersih merupakan indikator PHBS yang ke-5.Air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum
setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia,
biologi dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping
(Ketentuan Umum Permenkes No.416/Menkes/PER/IX/1990.)
2.2.2
Persyaratan Kualitatif.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
Syarat-syarat Fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC 3oC.
2.
Syarat-syarat Kimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3.
Syarat-syaratbakteriologis dan mikrobiologis.
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya
bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.
4.
Syarat-syarat Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,
seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2.2.3
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih
yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih.( Agustina
D.V, 2007)
2.2.4
Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi
debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut
hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk
menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian
air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan,
yaitu pada pukul 06.00-18.00 WIB.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek.Pertama adalah
kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan
dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada
waktu yang tidak ditentukan.Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas
energi yang siap setiap saat.
Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran
tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,61,2 m/dt. Ukuran pipa harus
tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus
tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau
ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan
agar kuantitas aliran terpenuhi. ( Agustina D.V, 2007)
2.2.5
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi
syarat ke seluruh daerah pelayanan.Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan
perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, system pemompaan, dan
reservoir distribusi.
Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan, katup-katup, dan pompa
yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,
perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini
adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoirdistribusi), yang digunakan
saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk menentukan
banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.
Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan.( Ir. Abuzar S.S.)
Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih
kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor
kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang
didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu.
2.2.6
tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan
dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi
topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Sistem penyediaan air
bersih terdiri daripada( Ir. Abuzar S.S.):
1.
pipa utama penyediaan air bersih Perusahaan Air Minum. Sistem ini terutama
diterapkan untuk perumahan dan bangunan gedung yang kecil dan rendah. Pemilihan
Sistem ini didasarkan kepada kapasitas dan tekanan air yang disuplai cukup.
2.
diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap. Dalam
sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada di lantai
terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan.
Dari tangki ini air dialirkan ke seluruh bangunan.
3.
Sistem tangki tekan
Fungsinya adalah untuk memberikan tekanan konstan pada sistem, mengatur
hidup mati pompa secara otomatis, menyimpan air. Prinsip kerja dari sistem ini yaitu
air yang telah ditampung di dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana
(tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya terkompresi dan air dapat dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan. Pompanya bekerja secara otomatis.
4.
sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama
(PDAM). Sistem ini dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun
pada pipapipa utama dalam pemukiman khusus.
2.3
Jamban Sehat
Menggunakan jamban sehat merupakan indikator ke-6 PHBS. Jamban
keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuan dan mengumpulkan
kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto,
1997 dalam Enviromental Sanitation Journal).Sementara itu menurut Josep Soemardi
(1999) dalam Enviromental Sanitation Journal
10
sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena
jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang
disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik.
Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat
menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam
peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja.
Berdasarkan Kumoro, 1998 dalam Enviromental Sanitation Journal, ada bagianbagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut:
1.
Rumah Kakus
Rumah kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari
pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika.
Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.
2.
Lantai Kakus
Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus
baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga
disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.
3.
yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jaddi tempat
pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah
diangkat
4.
11
alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat pembersih ini
agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal
2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin.
6.
Saluran Peresapan
Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap
Jenis-Jenis Jamban
Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang
terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang
tercukupi dan berada di dalam rumah. Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa
macam jamban menurut beberapa ahli. Menurut Azwar (1983) dalam The Indonesian
Public Health Portal, jamban mempunyai bentuk dan nama sebagai berikut :
1.
Jamban cubluk (Pit Privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya
12
dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari
lubang
adalah
mengisolasi
tinja
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
2.
3.
4.
2.3.2
keluarga sehat Depkes RI,2004 adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai
13
berikut :
1.
Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.3.3
2.3.4
Pemeliharaan Jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
14
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapat dilakukan dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
membahayakan pemakai.
Tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.
Tidak ada aliran masuk kedalam lubang jamban selain untuk membilas tinja
2.4
Sampah
2.4.1
5 aspek yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dept. Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002).
Kelima aspek tersebut meliputi: aspek teknis operasional, aspek organisasi dan
manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta
masyarakat. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1
15
16
Gambar 2.2
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
(Sumber: Standar Nasional Indonesi(SNI 19-2454-2002)
a.
Penampungan sampah
Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber
17
18
19
yang cocok bagi beberapa organisme yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut (Gelbert dkk
1996:46-48):
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/ sampah.
d. Sampah beracun. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
2.
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis
(Gelbert dkk., 1996). Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak (Gelbert dkk., 1996).
3.
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut menurut Gelbert dkk, 1996 adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan
secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak
langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
20
Pengelolaan Sampah
M Gempur Adnan, Deputi II Bidang Pengendalian Pencemaran Kementerian
menegaskan
bahwa
pengelolaan
sampah
harus
dilakukan
secara
komprehensif sejak hulu sampai hilir. Pada tingkat perumahan atau kelurahan,
dilakukan kegiatan pengurangan sampah melalui program 3R.
Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan pengolahan
harus dilaksanakan di sumber sampah, baik bersamaan maupun secara berurutan
dengan pewadahan sampah. Pengelolaan sampah diawali dari lokasi timbulan sampah
atau produsen sampah. Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah
anorganik, dan ditempatkan pada wadah sampah yang berbeda. Sampah organik
untuk diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik biasanya dimanfaatkan
untuk didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Proses selanjutnya baik
21
Sedang
Kurang
22
2. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia (WHO, 2014).
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
23
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area populasi tertentu
yang bersifat faktual secara objektif, sistematis dan akurat.(Sulistyaningsih, 2011).
4.2
4.2.1
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2016
4.2.2
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Kelurahan Gunting Saga,
4.3.1
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Rumah Tangga yang berada di
Sampel
Pengambilan sampel secara simple random sampling dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada, setiap subjek/unit dari populasi yang sama
sehingga memiliki peluang yang sama dan independen untuk terpilih ke dalam
sampel dan waktu yang relative singkat. Sampel pada penelitian ini diambil dari
populasi yang berarti ibu rumah tangga yang berada di lingkungan Kelurahan
Gunting Saga, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Dimana populasi dari penelitian ini
sebanyak 300 rumah, sampel diambil secara acak yaitu diambil setiap 6 rumah satu
sampel sehingga sampel menjadi 50 orang.
4.3.3
Kriteria Inklusi
24
Kriteria Eksklusi
Responden yang tidak mempunyai kartu keluarga
4.4
b. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi keteatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
computer
c. Entri
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
computer
d. Cleaning Data
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
e. Saving
25
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
26
27
Persentase (%)
6,0
68,0
26,0
100,0
pengetahuan Ibu mengenai
Pembahasan
Distribusi berdasarkan kelompok usia ibu rumah tangga di lingkungan
28
melalui
panca
,pendengaran,penciuman,rasa
indra
dan
manusia,
melalui
kulit.
yakni
indra
Pengetahuan
penglihatan
atau
kognitif
BAB 6
29
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan di lingkungan Kelurahan Gunting Saga,
Berdasarkan kelompok usia didapatkan ibu rumah tangga di Kelurahan Gunting Saga
terbanyak berusia produktif yaitu sebanyak 43 responden (86%).
2.
3.
Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani, peneliti menyadari bahwa
dalam penelitian ini masih banyak kekurangan. Untuk itu ada beberapa saran yang
bermanfaat. Adapun saran tersebut yaitu:
1. Sebaiknya generasi muda harus terus melanjutkan pendidikannya hingga ke taraf
pendidikan yang tinggi agar terbentuk sumber daya manusia yang memiliki
tingkat pengetahuan yang baik.
2. Diperlukan berbagai penyuluhan tentang kesehatan lingkungan kepada para ibu
rumah tangga di Kelurahan Gunting Saga agar pengetahuan ibu rumah tangga
mengenai kebersihan lingkungan menjadi baik.
3. Diperlukan penelitian selanjutnya untuk melihat tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga mengenai kesehatan lingkungan di Kelurahan Gunting Saga.
DAFTAR PUSTAKA
30
Kebidanan
Kuantitatif-
31