Date
Signature
REFERAT
JUNI 2016
C 111 11 179
C 111 11 264
C 111 11 279
Pembimbing :
dr. HERRI DAVID OCTAVIANUS MUNDUNG
Supervisor :
dr. JERNI DASE, S.H., M.Kes., Sp.F
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :
Rani Citra Pertiwi
Krisnawati Ponggalunggu
Ririn Earesfin Sari
C 111 11 179
C 111 11 264
C 111 11 279
Pembimbing
Daftar Isi
Lembar Pengesahan i
Daftar Isi
ii
I.
DISCLAIMER
II.
KERANGKA PENULISAN
III.
PENDAHULUAN
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
KESIMPULAN 18
Daftar Pustaka19
I.DISCLAIMER
Isi referat ini dikutip dari referat dengan judul Kaidah Dasar Moral dan
Etika Profesi Kedokteran yang disusun oleh Andika Yudhi Putra, Sukriawati,
Novia Yupita Sari (2015).
II.KERANGKA PENULISAN
Etika kedokteran
III.PENDAHULUAN
Etika telah menjadi suatu bagian dari dunia kedokteran sejak awal
perkembangannya. Beberapa pernyataan dalam sumpah Hippocrates berhubungan
dengan etika profesi medis. Kekhawatiran mengenai etika di masa lalu tidak
seintensif sekarang. Dulu seorang dokter/tabib akan dianggap sebagai seorang
yang memiliki etika dan moralitas yang tinggi dalam menjalankan profesinya dan
hal ini merupakan suatu hal yang benar-benar nyata karena religiusitas telah
menjadi karakteristik utama dari kehidupan di masa lalu. Pada masa seperempat
abad akhir dari abad ke-20, pertimbangan etika menjadi perhatian utama karena
beberapa alasan. Pertama, fenomena sosial yang menghendaki adanya pengakuan
terhadap HAM (dalam hal ini pasien) yang membawa konsekuensi pada
perubahan pola hubungan dokter dan pasien serta pengambilan keputusan. Kedua,
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan
kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada : rekan, profesi, badan,
nasabah/pemakai, negara, dan masyarakat.1-3
Kode etik profesi adalah seperangkat kaidah, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang berlaku bagi anggota organisasi profesi yang bersangkutan. Kode
etik profesi disusun sebagai sarana untuk melindungi masyarakat dan para
anggota organisasi profesi dari penyalahgunaan keahlian profesi. Dengan
berpedoman pada kode etik profesi inilah para profesional melaksanakan tugas
profesinya untuk menciptakan penghormatan terhadap martabat dan kehormatan
manusia yang bertujuan untuk menciptakan keadilan di masyarakat. Kode etik
profesi tentunya membutuhkan organisasi profesi yang kuat dan berwibawa yang
sekaligus mampu menegakkan etika profesi. Penegakan kode etik profesi sendiri
dimaksudkan sebagai alat kontrol dan pengawasan terhadap pelaksanaan nilainilai yang tertuang dalam kode etik yang merupakan kesepakatan para pelaku
profesi itu sendiri dan sekaligus juga menerapkan sanksi terhadap setiap perilaku
yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut. Kode etik profesi merupakan sarana
untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang profesional supaya tidak
dapat merusak etika profesi.1-3
dapat dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa kasus, karena
kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan
dengan mengorbankan prinsip yang lain. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan
mengadopsi prinsip etika kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik
kedokteran Indonesia mengacu kepada 5 kaidah dasar etika kedokteran atau
bioetika yaitu beneficience, non maleficience, autonomy, justice dan honesty.
Prinsip-prinsip inilah yang menjadi pegangan bagi tenaga medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh.1, 4
Beuchamp dan Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai
suatu keputusan etik diperlukan 5 dasar kaidah moral dan beberapa aturan di
bawahnya. Kelima kaidah dasar moral tersebut adalah :
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien
untuk memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent. Kriterianya meliputi menghargai hak
menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien, tidak mengintervensi
pasien dalam membuat keputusan, berterus terang, menghargai privasi,
menjaga rahasia pasien, melaksanakan informed consent, membiarkan pasien
dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri.1, 5
b. Prinsip Beneficience
Prinsip Beneficience aqdalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam beneficience tidak hanya dikenal
perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang manfaatnya
lebih besar dari kerugiannya.1, 5
c. Prinsip Non-maleficience
Prinsip Non-maleficience adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini juga dikenal dengan primum non
nocere, atau above all, do no harm1, 5
d. Prinsip Justice
Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya. Perbedaan
kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya,
yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit.
Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan
Etik Rumah Sakit (Makersi).1
Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar
hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun, suatu
pelanggaran etik profesi dapat dikenal sanksi disiplin profesi, dalam bentuk
peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani
pendidikan/pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan
haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam
rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi)
kedokteran.1, 2
VI.
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional
secara independen, dan mempertahankan perilaku profesional dalam ukuran yang
tertinggi.
Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4
Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji
diri.
Pasal 5
10
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis
maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan pasien/keluarganya dan hanya
diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
Pasal 6
Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau
menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan
masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter wajib hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
Pasal 8
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal 9
Seorang dokter wajib bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya pada saat menangani
pasien dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau
yang melakukan penipuan atau penggelapan.
Pasal 10
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya, dan
tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.
Pasal 11
Setiap dokter wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya melindungi hidup
makhluk insani.
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan
aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik
fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.
11
Pasal 13
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat lintas sektoral di bidang
kesehatan, bidang lainnya dan masyarakat, wajib saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 14
Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan
dan keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/
keluarganya, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian
untuk itu.
Pasal 15`
Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat
berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan
atau penyelesaian masalah pribadi lainnya.
Pasal 16
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 18
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal 19
12
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali
dengan persetujuan keduanya atau berdasarkan prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 20
Setiap dokter wajib selalu memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan
baik.
Pasal 21
Setiap dokter wajib senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran/ kesehatan.
VII.PENERAPAN ETIKA DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN
Sulit untuk menemukan aktivitas medik yang tidak memiliki pertimbangan
etik, mulai dari penelitian pada pasien dan kerahasiaan pasien, dari informed
consent sampai kepada hubungan dokter dan pasien. Dapat dikatakan bahwa
semua etika medis memiliki prinsip pasien merupakan pusat dari dunia
kedokteran yang dikelilingi oleh usaha-usaha yang dilakukan oleh seorang
dokter. Dokter ada untuk pasien, bukan sebaliknya. Dokter tidak boleh
melakukan hal yang tidak memberikan kebaikan kepada pasien. Dari pernyataan
yang sederhana inilah muncul semua aspek dalam perilaku etik termasuk interaksi
antara dokter dengan dokter dan dokter dengan masyarakat atau dengan
pemerintah.3, 7
1. Hubungan dokter dan pasien
Hubungan dokter-pasien merupakan fondasi dalam praktek kedokteran
dan juga etika kedokteran. Seperti disebutkan dalam Deklarasi Jenewa dokter
menyatakan: Kesehatan pasien akan selalu menjadi pertimbangan pertama
saya dan Kode Etik Kedokteran Internasional menyebutkan: Dokter
harus memberikan kepada pasiennya loyalitas penuh dan seluruh pengetahuan
yang dimilikinya. Enam topik yang biasa dihadapi dokter terutama masalah
yang menjengkelkan dokter dalam praktek keseharian yaitu penghargaan dan
perawatan yang sama, komunikasi dan persetujuan, pengambilan keputusan
13
14
3, 7
fisik dirinya atau orang lain; seperti jika pasien dapat melakukan
tindakan bunuh diri jika diagnosa ternyata mengindikasikan adanya
penyakit stadium terminal. Hak istimewa ini sangat mungkin
disalahgunakan, sehingga dokter hanya boleh menggunakannya dalam
keadaan yang ekstrim.3, 5, 7
c. Pengambilan keputusan untuk pasien yang tidak kompeten
Banyak pasien tidak kompeten dalam membuat keputusan untuk mereka
sendiri. Contohnya adalah anak-anak, orang dengan kondisi neurologi atau
psikiatri tertentu, atau pasien yang tidak sadar sementara atau kondisi
koma. Pasien-pasien tersebut membutuhkan pengambil keputusan
pengganti, bisa dokter atau orang lain. Masalah etis muncul dalam
menentukan siapa yang berhak mewakili pasien dalam mengambil
keputusan dan dalam memilih criteria keputusan berdasarkan kepentingan
pasien yang tidak kompeten tersebut. Masalah timbul jika mereka yang
menyatakan bahwa merekalah yang sesuai sebagai wakil pasien seperti
anggota keluarga tidak setuju diantara mereka sendiri, atau jika mereka
setuju, keputusan yang diambil bukanlah keputusan terbaik sesuai
kepentingan pasien di mata dokter. Dalam situasi yang pertama dokter
dapat bertindak sbagai mediator, namun jika tetap tidak terjadi
kesepakatan, dapat dipecahkan dengan jalan lain seperti voting atau
menyerahkan kepada anggota keluarga yang paling tua3, 7
d. Kerahasiaan
Tugas dokter untuk menjaga kerahasiaan informasi pasien merupakan
dasar pokok dalam etika kedokteran sejak jaman Hippocrates. Pembeberan
(keterangan/membuka rahasia) adalah hal yang rutin dalam kerahasiaan,
sering muncul di sebagian besar institusi kesehatan. Banyak orang seperti
dokter, perawat, teknisi lab, mahasiswa, dll memerlukan akses terhadap
rekam medis pasien untuk memberikan perawatan yang baik terhadap
orang tersebut dan bagi mahasiswa untuk mempelajari bagaimana praktek
pengobatan. Alasan lain yang dapat diterima terhadap pembeberan
kerahasiaan adalah untuk memenuhi tuntutan hukum. Contohnya, hakim
mempunyai hukum yang mewajibkan pelaporan pasien- pasien yang
16
kesehatan,
perlindungan
lingkungan,
hukum-hukum
yang
17
adalah konflik kepentingan yang aktual maupun potensial yang terjadi antara
organisasi komersial dengan pasien dan/atau masyarakat. Perusahaan obat,
alat kesehatan dan organisasi komersial lain secara teratur menawari dokter
hadiah dan keuntungan lain yang bervariasi dari contoh gratis sampai liburan
dan akomodasi dalam acara-acara pendidikan sebagai imbalan karena
keikutsertaannya dalam penelitian3, 7
3. Hubungan dokter dan kolega
Dengan cepatnya pertumbuhan pengetahuan ilmiah dan aplikasi kliniknya,
pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli
untuk semua penyakit yang diderita oleh pasien mereka dan perawatan yang
harus diberikan sehingga membutuhkan bantuan dari dokter spesialis lain dan
profesi kesehatan yang memiliki ketrampilan yang diperlukan seperi perawat,
farmasis, fisioterapis, teknisi lab, pekerja sosial, dan lainnya. Kewajiban untuk
melaporkan kolega yang melakukan tindakan yang tidak kompeten,
mencelakakan, perbuatan tidak senonoh, ditekankan dalam Kode Etik
Kedokteran Internasional yang dikeluarkan oleh WMA yang menyatakan:
Dokter harus ... berusaha keras untuk menyatakan kekurangan karakter dan
kompetensi dokter atau yang terlibat dalam penipuan atau kecurangan.
Penerapan prinsip ini tidaklah mudah. Di satu sisi seorang dokter mungkin
menyerang reputasi koleganya karena motif yang tidak benar seperti karena
cemburu dan perasaan terhina oleh koleganya. Dokter juga merasa tidak enak
dan ragu untuk melaporkan tindakan koleganya yang tidak benar karena
simpati atau persahabatan. Konsekuensi pelaporan tersebut dapat berakibat
kurang baik bagi yang melapor, termasuk keramahan dari yang tertuduh atau
bahkan juga dari kolega yang lain. Terlepas dari hal tersebut, pelaporan
terhadap tindakan salah yang dilakukan kolega merupakan suatu tugas
profesional. Dokter tidak hanya mempunyai kewajiban menjaga reputasi yang
baik dari profesinya tetapi juga karena mereka sendirilah yang kadang bisa
mengetahui ketidak kompetenan, kelalaian atau kesalahan prosedur. Namun
melaporkan kolega kepada komisi dislipin sebaiknya merupakan langkah
terakhir setelah semua alternative telah dicoba dan tidak memberikan hasil.
Langkah pertama mungkin mendekati kolega tersebut dan mengatakan bahwa
18
menurut pendapat anda tindakannya tidak aman dan tidak etis. Jika
masalahnya dapat diselesaikan pada level tersebut, mungkin tidak diperlukan
langkah
lebih
jauh.
Jika
tidak,
langkah
selanjutnya
mungkin
19
VIII.KESIMPULAN
Etika merupakan hal yang penting dalam suatu profesi kedokteran. Kode
etik dapat menjadi pedoman bagi para tenaga medis dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
professional, sehingga dokter yang memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien
akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan bertanggung-jawab sepenuhnya
atas tindakan yang dilakukannya.
Dalam praktik sehari-hari dokter harus mengacu kepada 5 kaidah dasar
etika kedokteran atau bioetika yaitu beneficience, non maleficience, autonomy,
justice dan honesty. Prinsip-prinsip inilah yang menjadi pegangan bagi tenaga
medis dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi pasien.
20
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
21
22